Original Network
: Hunan Tv, iQiyi, Mango TV
Sebagai seorang reporter berita, Mingyue bekerja sangat keras. Dia
harus berlari- lari dan melaporkan berita di tempat kejadian secara langsung.
Ketika akhirnya Mingyue mendapatkan waktu untuk bisa beristirahat,
Ling Xiao menelponnya. Dan dia merasa sangat senang sekali.
Ling Xiao menelpon Mingyue untuk mengetahui, apakah benar Jian Jian sudah punya pacar. Dan mendengar itu, Mingyue terkejut, karena dia tidak tahu.
Tang Can bekerja sebagai aktris bayaran. Kali ini, dia berperan
sebagai seorang Ibu dan diharuskan pergi ke sekolah untuk menemui guru.
Ketika Guru sedang berbicara, Tang Can sibuk mengobrol ditelpon
dengan Mingyue. Mereka mengobrolkan tentang pacar Jian Jian. Dan akhirnya, Guru
merasa kesal dan memukul meja dengan keras.
“Ibu Sun Nian! Sun
Nian pindah sekolah kemari sudah satu tahun. Anda sebagai orang tua tidak
pernah datang sekalipun. Grup kelas juga tidak pernah ikut. Sun Nian bisa
mengganggu murid cewek di kelas adalah karena kalian orang tuanya hanya sibuk
bekerja, meremehkan hasil dari pendidikan keluarga,” keluh Guru, menjelaskan
dengan tegas.
“Betul, betul,
betul, Guru,” jawab Tang Can,
dengan cepat, mengiyakan semua kritikan yang disampaikan Guru.
Du Juan merasa heran, kenapa Jian Jian setuju berpacaran dengan
Ran, kepadahal Jian Jian belum bertemu secara langsung dengan Ran, atau bahkan
melihat foto Ran. Dan Jian Jian menjelaskan bahwa dia tidak peduli seperti apa
tampang Ran, karena dia berpacaran hanya demi mendapatkan Inspirasi dalam
berkarya saja dan ingin mencoba yang namanya berpacaran.
“Terlalu berseni.
Sangat pengalaman,” puji Du Juan
sambil bertepuk tangan dan mengacungkan jempolnya.
“Terlalu memuji,
terlalu memuji,” balas Jian Jian,
bersikap rendah hati.
Ling Xiao menyelidiki kepribadian Rang, melalui hasil karya seni
yang Rang buat. Begitu juga dengan Ziqiu, dia melakukan hal yang sama seperti
Ling Xiao.
Arti karya seni Rang (Distatus media sosialnya : “Aku ingin
menciummu. Menggunakan seluruh tenaga mendekatimu. Sampai kamu membuat semua
antusiasku terperas hingga kering sebagai pengorbanan cinta. Hanya kamu yang
bisa memadamkan apiku. Api yang ada didalam hati dan yang ada ditangan.”
Tang Can sangat jijik dengan arti karya seni Rang. Begitu juga
dengan Mingyue. Namun Jian Jian berpikiran bahwa itu adalah hal yang normal dan
biasa saja.
“Jadi dia juga
membuka studio?” tanya Mingyue.
“Dia tidak membuat
pipeline, dia hanya membuat karya seni,” jawab Jian Jian.
“Sejenis lelang
begitu?” tebak Mingyue.
“Tidak. Dia tidak
jual karyanya. Dia hanya mengikuti perlmombaan. Kelak dia ingin menjadi ahli
seni pahat terkenal,” jawab Jian Jian,
menjelaskan.
“Ja… jadi dia tidak
bekerja?” tanya Tang Can,
memastikan.
“Apakah ini bukan
kerja?” balas Jian Jian,
berpikiran polos.
“Tidak mendapat
uang mana termasuk kerja,” keluh Tang Can. “Dia mengharapkan
darimana untuk hidup? Ditanggung orang tuanya?” tanyanya, menebak. Dan Jian Jia menganggukan kepalanya.
Mengetahui itu, Tang Can dan Mingyue sama sekali tidak merestui
Jian Jian. Tapi Jian Jian tidak peduli, dia lebih peduli, kenapa kedua kakak
nya juga ada diapatermen mereka.
“Aku tidak setuju!” kata Ziqiu, yang
sedari tadi hanya diam saja disamping dan mendengarkan pembicaraan mereka.
Didalam kamar. Ling Xiao menjelaskan pendapatnya, dia yakin Jian
Jian dan Ran pasti tidak pernah bertemu sebelumnya. Namun mungkin, saat
dipameran pada hari itu, Ran tidak sengaja melihat Jian Jian, jadi diapun
mengajak Jian Jian untuk berpacaran. Intinya Ran menilai Jian Jian hanya karena
penampilan saja. Mengetahui itu, Ziqiu merasa strees dan khawatir kepada Jian
Jian.
“Pecobaan
pembukaan café mu di hari
Minggu, bukan?” tanya Ling Xiao.
Dan Ziqiu mengiyakan. “Suruh Jian Jian
undang dia datang. Daripada membiarkan mereka berdua bertemu sendirian, lebih
baik agar kita bersama- sama bertemu orang itu,” katanya, menyarankan. Dan Ziqiu sangat setuju.
Ling Xiao kemudian lanjut membereskan barang- barangnya lagi. Dia
mengeluarkan begitu banyak botol obat dari kopernya. Dan saat Ziqiu bertanya,
dia menjelaskan bahwa itu semua adalah vitamin.
“Hidup penuh
keindahan,” puji Ziqiu,
percaya.
Café Ziqiu dibuka.
Ketika Jian Jian datang, karyawan Zi memanggilnya dengan sebutan ‘Bos’. Dan Jian Jian
merasa bingung, tapi kemudian dia mengerti.
Tang Can merasa senang, dan bertanya- tanya apakah mereka bisa
makan gratis lain kali dicafe ini. Jika iya, kelak dia akan sering
mendiskusikan bisnis dicafe ini. Mendengar itu, Jian Jian mendengus geli.
Tepat disaat itu, Ziqiu datang sambil membawakan satu kue tart
untuk mereka semua. Dan Jian Jian menerimanya dengan senang. Lalu dia
memberikan hadiah yang dijanjikannya kepada Ziqiu.
“Kodok emas ini
aku sering memahatnya. Semoga usahamu lancar,” kata Jian Jian, memberikan selamat.
“Terima kasih!” balas Ziqiu,
senang.
“Ziqiu, apakah
tokomu ini bisa mendapat uang?” tanya Ling Xiao,
ingin tahu.
“Jangan bercanda.
Tidak bisa menghasilkan uang, buat apa aku buka toko,” balas Ziqiu.
Ling Xiao kemudian menyebutkan point- point penting dalam
berbisnis yang harus diperhitungkan serta diperhatikan. Dan Ziqiu mengerti
semua itu, namun dia yakin bisnis nya bisa berjalan dengan baik. Mendengar itu
semua, Tang Can sama sekali tidak merasa tertarik, dia lebih tertarik dengan
pacar Jian Jian, dia ingin tahu kapan Ran akan datang. Dan Jian Jian menjawab
bahwa pacar nya akan datang sebentar lagi.
“Apakah kalian
pertama kali bertemu? Gugup, kah?” tanya Tang Can
dan Mingyue, ingin tahu.
“Ada sedikit
khawatir,” jawab Jian Jian.
“Kami semua
disini, apa yang kamu khawatirkan?” balas Tang Can.
“Aku khawatir dia
tidak menyukaiku,” jawab Jian Jian.
Mendengar jawaban konyol itu, semua orang diam dan mengalihkan
wajah mereka dari Jian Jian, karena malu mengenalinya. Dan Jian Jian merasa
bingung ada apa. Lalu tepat disaat itu, Rang menelpon.
Rang menginfokan bahwa dia tidak bisa datang, karena dia tiba-
tiba saja mendapatkan inspirasi, jadi dia ingin segera mengejarkan karyanya.
Dan Jian Jian mengerti, bahkan menyemangati nya supaya berhasil.
Setelah selesai bertelponan, Jian Jian memberitahukan itu kepada
semua nya. Dan semua nya mengabaikan Jian Jian.
Ketika pulang, Ling Xiao memeluk bahu Jian Jian dengan sikap akrab
dan menawarkan diri untuk mengantarkan Jian Jian terlebih dahulu. Tapi Jian
Jian langsung menolak dan menyuruh Ling Xiao untuk temani Mingyue saja dahulu.
Kemudian diapun langusng berlari pergi dengan buru- buru.
Jadi akhirnya, Ling Xiao pun pergi bersama Mingyue. Mereka pergi
menagih biaya sewa apatermen 4.000 yuan, yang Ziqiu keluarkan, kepada pemilik
apatermen. Disana, Mingyue menggunakan identitasnya sebagai wartawan untuk
menakuti pemilik apatermen supaya mau mengembalikan uang sewa kepada mereka.
Dan Ling Xiao berpura- pura menjadi kameramen.
Setelah selesai, Ling Xiao mengucapkan terima kasih kepada
Mingyue. Dan Mingyue meminta Ling Xiao untuk mentraktirnya sebagai balasan. Dan
Ling Xiao langsung setuju.
Saat makan, Ling Xiao sangat tidak bersemangat, dan dia
menceritakan permasalahannya kepada Mingyue. Dia merasa sekarang jaraknya
dengan Jian Jian sangat jauh, dan dia tidak tahu apa yang Jian Jian pikirkan. Mendengar
itu, Mingyue menjelaskan bahwa Jian Jian sebenarnya sangat senang dengan
kepulangan Ling Xiao dan Ziqiu. Namun karena mereka bertiga sudah lama tidak
bertemu, jadi Jian Jian hanya sedikit tidak terbiasa saja.
“Saat aku pergi,
juga tidak menyangka bisa selama ini, baru bisa pulang. Ibuku, kondisi kejiwaan
dan tubuhnya, selalu tidak baik. Aku tidak bisa meninggalkan dia,”jelas Ling Xiao.
“Sekarang sudah
baik, sudah bisa kembali seperti sebelumnya. Lagipula ada aku, kelak kamu ada
apa- apa, jangan ragu beritahu aku,” kata Mingyue
dengan bersemangat.
“Jika begitu kamu
bantu aku mengawasi pacar online- nya itu saja,” pinta Ling Xiao. Dan Mingyue langsung menyanggupi.
“Bagaimanapun kelak aku adalah kakak ipar, harus mengatur dengan
baik hubungan antara suami dan adik ipar,”pikir Mingyue
sambil tersenyum dan menatap Ling Xiao.
Malam hari. Ibu Mingyue menelpon. Dan melihat itu, Tang Can serta
Jian Jian menertawai Mingyue.
“Kecilkan suara.
Aku terima dikamar. Aturan lama, 5 menit,” kata Mingyue
penuh arti. Lalu dia masuk ke dalam kamar dan menjawab telpon dari Ibunya.
Didalam kamar. Ibu Ming mengomentari penampilan Mingyue saat
melakukan laporan langsung diacara berita. Dan Mingyue ingin membela dirinya.
Tapi Ibu Ming tidak memberikannya kesempatan untuk membela diri, jadi diapun
mengakui bahwa dia bersalah dan mengerti.
“Saat kamu gagal
ujian, karena salah mengisi soal jawaban. Aku seharusnya memaksamu untuk
belajar ulang. Hasilnya, melanjutkan ke universitas lokal jurusan jurnalistik,” ejek Ibu Ming. “Lihat kamu! Hanya
menjadi reporter acara stasiun lokal saja, bahkan tata cara formal pada stasiun
televisi juga tidak ada,” omelnya.
“Ibu. Kita jangan
bahas itu lagi, oke?” pinta Mingyue,
merasa capek.
“Baik, baik, baik.
Tidak bahas lagi, tidak bahas lagi. Kamu sudah besar, tidak bisa diberitahu
lagi,” keluh Ibu Ming. “Jadi yang Ibu
katakan sebelumnya, ujian pegawai negeri, sudah kamu pikirkan?” tanyanya.
“Akan kupikirkan
lagi,” jawab Mingyue,
pelan.
Ketika sudah sekitar 5 menit, Tang Can berteriak memanggil Mingyue
untuk makan malam. Dan Mingyue mengiyakan. Lalu diapun ingin mematikan telpon
dengan Ibunya. Tapi Ibu Ming meminta Mingyue untuk membiarkan nya mengobrol
sebentar dengan Jian Jian terlebih dahulu.
“Baik, kamu tunggu
sebentar,” kata Mingyue,
mengiyakan. Lalu dia memanggil Jian Jian, dan memintanya untuk mengobrol
sebentar dengan Ibu Ming.
Jian Jian menolak dengan keras untuk mengobrol dengan Ibu Ming.
Tapi karena Mingyue meminta, maka diapun terpaksa menyangggupinya.
Ketika Ibu Ming berbicara dengan cerewet. Jian Jian menanggapinya
dengan sabar dan sikap sopan, lalu dia beralasan bahwa mereka sekarang mau
makan malam, jadi dia tidak bisa mengobrol terlalu lama. Kemudian setelah
telpon mati, dia langsung duduk dengan lemas disofa.
“Setiap kali Ibumu
telpon. Pertama, hadapi hambatan mental. Kedua, pengaturan ekspresi harus
hebat. Ketiga, masih harus memiliki kemampuan mengarang cerita penyesuaian saat
itu juga,” kata Tang Can,
memberikan saran kepada Mingyue.
Mendengar itu, Mingyue berekspresi cemberut. Lalu dia mengelus
kepala Jian Jian. “Jika Jian Jian
adalah putrinya, dia seharusnya sangat senang.”
Kemudian disaat itu, bel rumah berbunyi. Dan Jian Jian pun pergi
memeriksa keluar.
Ternyata yang menyembunyikan bel adalah Ling Xiao. Dia ingin Jian
Jian mendaftarkan sidik jari dipintu apatermen nya, jadi Jian Jian bisa lebih
mudah keluar masuk nantinya. Tapi Jian Jian menolak, karena menurutnya itu
tidak perlu. Namun Ling Xiao memaksa dan membujuk nya.
Ketika Ling Xiao menyentuh tangan Jian Jian, dia teringat
bagaimana mereka sering bergandengan tangan dulunya. Dan saat Jian Jian
bertanya, apakah dia sudah selesai, diapun langsung melepaskan tangan Jian
Jian.
“Jian Jian, besok
kamu harus pergi ke rumah sakit untuk cek ulang. Apakah pagi mau pergi
bersamaku?” tanya Ling Xiao.
“Tidak perlu!” jawab Jian Jian dengan cepat. “Malam ini aku akan menggambar hingga larut malam. Besok juga pasti akan telat bangun. Selamat malam,” jelasnya. Lalu dia langsung masuk ke dalam apatermennya sendiri.
Saat Ziqiu keluar dari kamar mandi, dia menyadari bahwa lampu
kamar Ling Xiao masih menyala. Jadi diapun mengetok pintunya dan bertanya,
apakah Ling Xiao masih belum tidur.
Dan Ling Xiao menjawab bahwa dia sudah mau tidur, lalu dia
langsung mematikan lampu kamar nya.
Ling Xiao menatap langit- langit kamar dan diam merenung.
Jian Jian terus menggambar sampai larut malam. Dia menggambar
Ziqiu dan Ling Xiao dengan serius sambil tersenyum- senyum sendirian. Lalu
ketika gambar tersebut sudah jadi, dia baru tersadar apa yang baru dia gambar
barusan.
Pagi hari. Saat Jian Jian bangun, dia terkejut melihat ada begitu
banyak makanan diatas meja. Dan dia mengira itu semua dibuat oleh Mingyue. Tapi
ternyata itu semua dibuat oleh Ziqiu. Dan dia merasa agak canggung.
“Ini adalah
sarapan khusus yang aku siapkan untukmu,” kata Ziqiu
dengan bangga. “Sedang melamun
apa? Cepat pergi gosok gigi dan cuci muka. Oh ya, kamu masih dalam masa
penyembuhan. Itu… saat gosok gigi
ingat atur ke mode lembut,” jelasnya dengan
agak cerewet.
Dan tanpa mengatakan apapun, Jian Jian pun langsung masuk ke dalam
kamar mandi. Serta menggosok giginya.
Dengan lahap, Jian Jian memakan semua makanan buatan Ziqiu. Dan
lalu dia memuji Ziqiu serta memberitahu bahwa Ziqiu tidak perlu repot- repot
menyiapkan makanan sebanyak ini untuknya setiap pagi. Namun Ziqiu sama sekali
tidak merasa repot, malahan dia merasa senang.
Setelah selesai diperiksa, Jian Jian mengeluh, karena dia tidak
boleh memakan permen untuk sementara. Lalu dia menyadari bahwa perawat pribadi
Ling Xiao tidak ada diruangan.
“Apakah berduaan denganku begini canggung?” tanya Ling Xiao. Dan Jian Jian langsung menyangkal. Tapi Ling Xiao tahu kalau Jian Jian berbohong. Jadi dia mengetuk kepalanya. “Cara kamu berbohong, aku sudah lihat dari kecil hingga besar,” omelnya. Dan Jian Jian tertawa dengan gugup.
Xixi memberikan Jian Jian es krim sebagai hadiah kenalan. Dan Jian
Jian pun menerimanya serta mengucapkan terima kasih.
“Aku dengar kalian
ada 3 kakak adik. Tapi dia marga Ling, kamu marga Li, kalian saudara satu Ibu
beda Ayah?” tanya Xixi,
penasaran.
“Beda Ayah beda
Ibu,” jawab Jian Jian
dengan jujur. Dan Xixi merasa agak terkejut. “Ayahku membuka toko mie. Biasanya ada waktu akan mengurus anak-
anak. Ayahnya adalah polisi, setiap hari bekerja diluar. Aku dan kakakku
seperti dua keluarga dengan orang tua tunggal,” jelasnya, bercerita.
“Apakah Ibumu
tidak mengurusmu?” tanya Xixi,
ingin tahu.
“Dari kecil, Ibuku
sudah meninggal.”
Dengan tidak enak, Xixi meminta maaf. Dan Jian Jian menjawab tidak
apa- apa, karena dia bahkan sudah tidak ingat lagi.
“Keluarga kalian
sungguh rumit. Jika begini bagaimana aku menjelaskan kepada Ayah dan Ibuku,” gumam Xixi
dengan pelan, jadi Jian Jian tidak terlalu mendengar dengan jelas.
Xixi kemudian menanyai Jian Jian, apakah Ling Xiao sudah punya
orang yang disukai. Dan tepat disaat itu, Ling Xiao datang, dan dia yang
menjawab. Dia menjawab bahwa dia sudah punya orang yang disukainya.
Melihat Ling Xiao sudah kembali membawa obatnya, Jian Jian pun
langsung pamit dan pergi.
Xixi mengomentari betapa baiknya Ling Xiao kepada Jian Jian. Dan
Ling Xiao menjawab bahwa kebaikan Jian Jian kepadanya lebih besar.
“Kamu adalah
seorang kakak baik yang sesuai dengan 24 bakti,” kata Xixi.
“Kamu tidak
mengerti,” balas Ling Xiao,
singkat.
Dihalte bus. Jian Jian tiba- tiba mendapatkan telpon dari Ran. Dan
mereka berdua janjian untuk bertemu.
Kerjaan Tang Can yang baru. Dia berperan menggantikan kliennya
untuk mengikuti kencan buta. Selama acara kencan buta, Tang Can berusaha untuk menahan
emosinya, karena pasangan kencannya sangat tidak sopan dan tidak menghargainya.
Lalu disaat itu, Zhuang Bei datang. Dan dia membantu Tang Can.
Sehingga kencan buta Tang Can pun bisa berakhir dengan cepat.
“Apakah kita
pernah bertemu dimana?” tanya Zhuang
Bei, memperhatikan penampilan Tang Can yang agak berbeda. “Oh. Kamu… kamu adalah
pramugari itu,” katanya,
mengenali Tang Can.
“Sebenarnya aku
bukanlah pramugari. Aku membuat sebuah toko online di Taobao. Biasanya membantu
pelanggan memainkan berbagai macam karakter. Bahasa mudahnya jasa pelayanan,” kata Tang Can,
menjelaskan.
Dan Zhuang Bei tidak menyangka bahwa ada kerjaan seperti itu. Lalu
Tang Can mengembalikan pena milik Zhuang Bei yang ada padanya.
Zhuang Bei menjelaskan
bahwa sebenarnya dia masih ada banyak pena. Karena sebagai asisten
pengacara, dia biasanya sering mencatat.
Mendengar itu, Tang Can meminta kembali pena barusan, dengan alasan bahwa jika
suatu hari dia harus berperan sebagai pengacara, maka pena itu bisa menambah
rasa percaya dirinya. Dan Zhuang Bei merasa tidak masalah serta memberikan
penanya itu.
Zhuang Bei kemudian dengan serius menanyai, apakah Tang Can bisa
membantunya. Dan dengan penasaran, Tang Can bertanya, apa.
Ketika Mingyue sedang melihat- lihat akun media sosialnya. Dia
tidak sengaja melihat status baru Ran yang cukup ambigu, dengan foto es krim
dan pantulan Jian Jian di pintu kaca.
“Menghancurkan
barang yang indah adalah akar dari keburukan orang.”
Dengan cemas, Mingyue langsung menghubungi Jian Jian untuk bertanya.
Tapi telpon Jian Jian tidak aktif. Jadi diapun langsung menghubungi Ling Xiao
dan melapor.
Dengan buru- buru, Ling Xiao bersiap untuk mencari Jian Jian.
Ziqiu menghampiri Tang Can yang ada didalam café nya dengan panik
dan menunjukkan foto pantulan itu kepadanya. Lalu ketika dia menyadari
keberadaan Zhuang Bei, dia merasa terkejut, “Kalian berdua saling kenal?” tanyanya.
Dan sambil tersenyum, Zhuang Bei mengganggukan kepalanya.
Ling Xiao menghubungi Du Juan. Dan Du Juan menjawab bahwa dia
tidak tahu nomor Ran, karena dia bahkan tidak mengenal Ran. Lalu mengenai
status aneh yang Ran sering tulis, menurutnya itu adalah hal yang biasa bagi
semua seniman.
Tang Can menjelaskan kepada Ziqiu, walaupun dia menganggap Ran
sedikit aneh dan tidak cocok dijadikan pacar, tapi sekarang Jian Jian dan Ran
hanya keluar untuk bertemu saja. Jadi Ziqiu tidak perlu terlalu khawatir.
“Jadi kamu sudah
mengetahui, ini adalah tempat apa atau belum?” tanya Ziqiu, dengan agak tidak sabaran.
“Sudah tahu.
Bukankah itu adalah toko es krim Italia yang ada dijalan Jiefang?” balas Tang Can,
menjawab.
Mendengar itu, Ziqiu langsung mengambil ponselnya kembali dan
berlari pergi.
“Aku selalu merasa
kedua kakak Jian Jian ini ada penyakit,” kata Tang Can
dengan sangat yakin. Dan Zhuang Bei tertawa.
Ziqiu dan Ling Xiao pergi bersama ke toko es krim difoto. Mereka
menunjukkan foto Jian Jian ke petugas kasir dan bertanya.
Setelah itu, mereka berdua berkeliling di sekitar mall untuk
mencari Jian Jian.
Akhirnya, Ziqiu dan Ling Xiao pergi melapor ke Ling Heping yang
berada di kantor polisi. Mereka menjelaskan bahwa Jian Jian telah menghilang
selama satu jam. Dan mereka yakin, Ran itu adalah pria yang bermasalah serta
memiliki maksud tersembunyi.
“Jangan panik,
jangan panik, jangan panik,” kata Ling
Heping, menenangkan mereka berdua. “Aku akan menelpon
Jian Jian.”
“Aku sudah
menelpon beberapa kali, awalnya sedang sibuk, terakhir tidak ada yang angkat.
Sekarang sudah tidak aktif,” jelas Ling Xiao
dengan panik.
“Jika begitu
kemungkinan besar tidak ada baterai lagi,” balas Ling
Heping.
“Ayah. Tolong kamu
lakukan sesuai prosedur normal,” paksa Ling Xiao.
Dan Ziqiu setuju.
Ling Heping menganalisa kasus hilang nya Jian Jian. Dan menurutnya
ini adalah hal yang biasa. Karena Jian Jian baru menghilang satu jam saja. Tapi
Ling Xiao dan Ziqiu tetap merasa khawatir.
“Kalian sudah
menelpon Ayah Li?” tanya Ling
Heping.
“Belum. Kami takut
dia khawatir,” jawab Ling Xiao.
“Anak bodoh,” keluh Ling
Heping. “Jian Jian
berpacaran, kemungkinan besar, Ayah Li pasti tahu,” jelasnya. Lalu
dia menelpon Li Haichao.
Ternyata Jian Jian dan Ran ada di toko mie.
Mengetahui itu, Ling Heping tertawa. Lalu dia memberitahu Ling
Xiao dan Ziqiu. Dan mendengar jawaban itu, mereka berdua langsung berlari
pergi.
Li Haichao mengingatkan Jian Jian untuk lain kali beritahu Ling
Xiao dan Ziqiu, jika ponsel Jian Jian rusak. Jadi mereka berdua tidak panik,
jika mereka tidak bisa menghubungi Jian Jian. Dan dengan malas, Jian Jian
mengiyakan serta mau mulai makan bersama dengan Ran.
Tepat disaat itu, Ziqiu dan Ling Xiao datang.
Dengan canggung, Li Haichao memperkenalkan Ling Xiao dan Ziqiu
kepada Ran. Lalu dia pergi ke dapur untuk menyiapkan mie.
Ketika Li Haichao pergi ke dapur, Ling Xiao langsung duduk disebelah Jian Jian. Sedangkan Ziqiu duduk disebelah Ran sambil melototinya.
😱😱😱punya kk spt ini ribet jg ya💕💕💕💕lanjut💞💞
ReplyDelete