Sinopsis C- Drama : Go Ahead Episode 16

 



Original Network : Hunan Tv, iQiyi, Mango TV

Ling Xiao dan Ziqiu sama- sama melototi Ran. Dan melihat itu, Jian Jian pun langsung mengusir Ziqiu untuk duduk disebelah Ling Xiao saja. Lalu setelah itu, dia memperkenalkan mereka bertiga.


Kalian bertiga teman kecil itu? tanya Ran dengan bersemangat. Ya ampun, Jian Jian. Aku bertemu dengan muse- mu.

Ibu bukan apa- apa dengan muse- mu, tidak bisa dibandingkan. Karyaku adalah tentang kehidupan, bukan tentang fantasi kehidupan, balas Jian Jian, merendah.

Ini berbeda, tapi intinya tetap sama, balas Ran.

Ran yang merasa bersemangat mulai menjadi cerewet. Dan Jian Jian menanggapi semuanya itu dengan bersemangat juga. Mereka membahas tentang seni dan inspirasi seni mereka. Mendengar pembicaraan mereka berdua, Ziqiu dan Ling Xiao sama- sama merasa tidak mengerti serta bingung.



Dengan tidak sabaran, Ling Xiao mengetuk meja untuk menarik perhatian mereka berdua. “Maaf, menyela. Sepertinya, kalian bukan pertama kali berjumpa.

Benar, ini kedua kalinya. Yang pertama dipameran pahatan, jawab Ran.

Jadi setelah kamu bertemu Jian Jian, baru mengajaknya pacaran? tanya Ling Xiao, memastikan. Dan Ran mengiyakan. Jadi apa yang kamu sukai darinya?

Sepertinya sampai saat ini aku tidak tahu apa yang tidak kusukai, jawab Ran.

Aku juga. Aku merasa Ran sangat baik. Kami banyak topik pembicaraan, kata Jian Jian, ikut menjawab sambil tertawa senang. Dan Ziqiu mendengus.



Malam hari. Saat makan malam, Ziqiu dan Ling Xiao sama- sama mengomentari bahwa Ran bukanlah orang yang baik. Karena Ran hanya melihat Jian Jian dari penampilan saja, juga sifatnya tidak dewasa, lalu Ran juga baru lulus kuliah tidak begitu lama, serta masih bergantung pada orang tuanya.

Mendengar semua itu, Jian Jian merasa kesal. Dia tidak separah yang kamu katakan, katanya, membela Ran.

Apa bagusnya dia? tanya Ling Xiao, menantang.

Sudah, jangan bahas lagi, bentak Jian Jian, marah. Makanlah, katanya dengan sedikit melunak.


Dengan tegas, Ling Xiao memberikan ponselnya dan menyuruh Jian Jian untuk menelpon serta memutusin Ran sekarang juga. Dan Ziqiu setuju dengan tindakan Ling Xiao.

Atas dasar apa? keluh Jian Jian, kesal. Atas dasar apa kalian ikut campur dalam hidupku? tanyanya.

Dengan gugup, Li Haichao meminta Jian Jian untuk tenang, karena dia percaya bahwa Ling Xiao dan Ziqiu melakukan ini demi kebaikan Jian Jian.



Aku baik- baik saja. Aku sangat baik. Saat mereka tidak ada, aku juga sangat baik. Aku ada teman, ada hal yang kusukai, setiap hari aku senang. Kenapa saat kalian pulang, harus memaksa masuk dalam hidupku? Bahkan lapor polisi,keluh Jian Jian, tidak senang.

Aku tidak bisa menghubungimu. Kata- kata Ran di weibo cukup ambigu, balas Ling Xiao, menjelaskan.

Sekarang kalian memberi pengaruh besar pada kehidupanku, tahu tidak? bentak Jian Jian.

Sebenarnya, aku hanya demi kebaikanmu, jawab Ziqiu.



Terima kasih, aku tidak butuh, balas Jian Jian. Kalian lewati hidup kalian dengan baik, itu sudah cukup. Gigiku sakit, aku pergi ke dokter gigi. Dokternya juga baik. Aku mau makan kue, aku bisa pergi beli sendiri dijalan. Dijalanan penuh dengan toko kue. Kalian beneran tidak perlu begini padaku. Kalian bukan kakak kandungku, kita bahkan tidak ada hubungan hukum. Kalian tidak perlu melakukan apapun untukku, tahu tidak? tanyanya, meluapkan semua keluhannya.

Dan mendengar itu, suasana pun menjadi sangat canggung. Ling Xiao pamit serta langsung pergi. Dan Li Haichao memarahi Jian Jian. Sedangkan Ziqiu hanya diam saja dan makan dengan tenang.

Didalam bus. Ling Xiao diam dan merenung. Dia mengingat kembali kenangan dulu.


Flash back

Dengan sikap manja dan agak keras kepala, Jian Jian meminta Ling Xiao untuk membelikannya permen. Tapi dengan tegas, Ling Xiao menolak dan mengajak Jian Jian untuk pulang. Dan Jian Jian pun mengambek.

Kamu mau jalan atau tidak? tanya Ling Xiao.

Belikan aku satu, aku akan jalan, jawab Jian Jian, keras kepala. Lalu dia berjongkok dengan wajah cemberut.



Aku hitung sampai tiga, kamu tidak jalan, aku akan pergi, ancam Ling Xiao. Satu, dua, tiga, hitungnya. Lalu dia beneran berjalan pergi.


Setelah berjalan cukup jauh, Ling Xiao kembali ke belakang untuk memeriksa Jian Jian. Tapi ternyata Jian Jian telah menghilang dari tempatnya, dan dia merasa sangat panik.


Ternyata Jian Jian hampir saja diculik. Untungnya Ling Xiao berhasil menemukan nya tepat waktu. Dia melindungi Jian Jian sambil berteriak keras memanggil pertolongan.

Mendengar teriakan itu, para warga sekitar datang dan menyelamatkan mereka berdua.





Dan Ling Xiao sangat senang sekali, menerima Jian Jian menjadi adiknya. Mereka berdua saling bersujud memberika hormat, dan memanggil kakak serta adik. Dan Ling Heping serta Li Haichao juga merasa sangat senang.

Flash back end

Ling Xiao merenungkan kenangan itu.

Dalam perjalanan pulang, Ziqiu terus mengikuti Jian Jian dari belakang. Dan dengan kesal, Jian Jian bertanya, kenapa Ziqiu terus mengikutinya. Dan Ziqiu meminta maaf.

Kamu tidak bersalah padaku, tidak perlu minta maaf, kata Jian Jian, merasa tidak nyaman.


Aku sungguh minta maaf. Aku tidak tahu ternyata kamu begitu membenci kami, kata Ziqiu dengan gugup dan hati- hati.

Dengan jujur, Jian Jian memberitahukan perasaannya. Dia tidak membenci Ziqiu dan Ling Xiao. Walaupun saat mereka berdua tidak menepati janji padanya, dia memang merasa sedikit marah. Tapi dia mengerti. Dan mereka berdua sama sekali tidak ada  berhutang apapun padanya, jadi mereka tidak perlu menebus apapun kepadanya. Karena mereka bersikap seperti ini, malah membuatnya merasa terbebani.



Kami memang berhutang padamu, tegas Ziqiu.

Mendengar itu, Jian Jian merasa agak capek. Kak, semua sudah berlalu. Apa kamu ingin mengubahku jadi ulat pengikut seperti saat kecil? tanyanya. Dan Ziqiu, diam. Meski kalian selalu disisiku, aku sudah berusia 20 tahun, aku tidak bisa setiap hari mengikuti kakak ku, kan?

Jadi, apa maksudmu? Kamu tidak mau kami lagi? tanya Ziqiu, sedih.

Apa kata- kataku masih tidak jelas, balas Jian Jian. Lalu dia berlari pergi dengan kesal. Dan Ziqiu  berlari mengejarnya.


Ling Heping dan Li Haichao membersihkan sayuran bersama sambil mengobrol. Mereka membicarakan bahwa Ziqiu dan Ling Xiao memang kurang baik, karena Jian Jian sudah dewasa, tapi mereka berdua malah memperlakukan Jian Jian seperti anak kecil, pantas saja Jian Jian tidak merasa nyaman.

Bagaimana ini? tanya Ling Heping, dan Li Haichao tidak mengerti. Apa kamu tidak mau urus?

Mau urus bagaimana? Anak sudah besar, punya pendapat sendiri. Masalah mereka, harus mereka selesaikan sendiri. Semakin kamu ikut campur, semakin dibenci, balas Li Haichao, menjelaskan.

Ling Xiao membaca sebuah buku cerita, dan merenungkannya.

Katanya dia sering pindah rumah, pindah ke sana kemari, tidak tahu dimana rumah sebenarnya. Jika bisa seperti ikan, begitu bebas, maka tidak perlu pusing lagi.

Kembang api diluar sangat ramai, didalam rumah malah sangat sunyi.


Ayolah. Kita tinggalkan kota ini.



Pagi hari. Ziqiu sudah datang untuk membuatkan sarapan bagi Jian Jian. Dan Mingyue yang membuka kan pintu untuknya.

Masalahku, kau tidak beritahu Ling Xiao, kan? tanya Mingyue, memastikan. Dan Ziqiu mengiyakan. Baguslah. Aku masih ingin perasaan mesra sementara waktu, gumamnya, lega.

Kalian berdua sedang bermesraan? tanya Ziqiu, terkejut.


Dengan cepat, Mingyue langsung menutupi mulut Ziqiu untuk jangan berbicara terlalu keras. Dan tepat disaat itu, Tang Can muncul.

Yo, yo, yo, goda Tang Can. Saling bermesraan di pagi- pagi begini? tanyanya. Aku tidak  mengganggu, katanya, kemudian. Lalu masuk kembali ke kamar.


Dengan canggung, Mingyue pun langsung melepaskan Ziqiu dan menjauhinya. Dan dengan kesal, Ziqiu melototinya, lalu lanjut memasak kembali.



Saat Jian Jian bangun dan keluar dari kamar, dia merasa canggung melihat Ziqiu sudah datang dan memasak untuknya. Aduh, perutku sakit, alasannya. Lalu dia masuk ke dalam kamar mandi untuk menghindari Ziqiu.

Menyadari itu, Ziqiu yang sudah selesai memasak, pamit dan pergi.


Saat sarapan. Tang Can dan Mingyue terus membicarakan tentang Ran. Dan mendengar itu, Jian Jian hanya diam dan bersikap acuh saja. Lalu tanpa sadar, pembicaraan beralih ke arah nya.

Li Jian Jian begitu bodoh dalam hal perasaan. Dimatanya selain kayu, sisanya tidak terlihat. Aneh jika dia bisa  bedakan, komentar Tang Can.

Benar., menyukai seseorang tidak mungkin begitu tenang. Pasti bisa merasa semua pikiran dipenuhi olehnya, komentar Mingyue, setuju dengan Tang Can.


Lihat ayah ibuku. Mereka kenalan dari kencan buta. Dari awal bertemu, mereka merasa lumayan, cocok untuk menikah. Tetap berakhir dengan baik, kan? Pokoknya, kami berdua membina perasaan dulu, kata Jian Jian, membela dirinya.

Tepat disaat itu, bel rumah berbunyi. Dan dengan bersemangat, Mingyue pergi untuk membukakan pintu, karena mengira itu Ling Xiao. Tapi ternyata yang datang adalah Ibu Ming. Dan dia merasa sangat terkejut.



Mengetahui itu, Jian Jian dan Tang Can merasa panik. Karena kamar serta seluruh apatermen mereka sangat berantakan

Dengan sikap perhatian dan cerewet, Ibu Ming banyak memberikan nasihat dan barang- barang kepada mereka semua.

Pertama. Ibu Ming memberikan bumbu- bumbu buatannya dan juga makanan- makanan buatannya yang dibawanya dari rumah, kepada mereka. Dia menaruh semua itu didalam kulkas.


Kedua. Ibu Ming membersihkan kamar Mingyue. Kamu sudah besar, tapi masih memakain rok merah jambu. Jika senggang banyak- banyak baca majalah busana, katanya, mengomeli Mingyue.

Ibu, dulu Ibu yang sering membelikan warna merah jambu, keluh Mingyue.

Kapan? Setiap  kali membawamu beli baju, kamu yang pilih sendiri. Kamu yang mau beli, balas Ibu Ming, mengomeli Mingyue.


Dengan capek, Mingyue menghela nafas pelan. Dia meminta Ibu Ming untuk jangan selalu menyalahkannya. Dan Ibu Ming mengomel bahwa dia hanya peduli pada Mingyue, tapi Mingyue malah tidak menghargainya.

Ketiga. Ibu Ming membersihkan tempat kerja Jian Jian. Dan melihat itu, Jian Jian meminta Ibu Ming  untuk membiarkan dia membersihkan nya sendiri, karena dia merasa tidak enak.

Kenapa kamu sungkan padaku? Kamu dari kecil tidak ada Ibu, tidak ada yang mengurusmu. Kamu sahabat Yueliang, bisa dianggap aku adalah Ibumu, komentar Ibu Ming, bersimpati kepada Jian Jian.

Aku juga tidak begitu menyedihkan. Ayahku juga adalah Ibuku, balas Jian Jian sambil tertawa kering.


Nona kecil yang kasihan, kata Ibu Ming sambil menyentuh Jian Jian dengan lembut. tidak pernah merasakan cinta Ibu, tidak tahu Ayah dan Ibu itu berbeda. Tidak masalah, aku disini, jelasnya.

Mendengar itu, Jian Jian tertawa dengan canggung.

Keempat. Ibu Ming berniat membersihkan kamar Tang Can, tapi kamarnya sangat berantakan dan kotor, jadi diapun menyerah. Dia menjelaskan kepada Tang Can bahwa dia tidak bisa membantu membereskan kamarnya. Dan Tang Can menjawab tidak masalah, karena terakhir kali Ibu Ming membantu membersihkan kamarnya, dia malah tidak tahu dimana dia bisa menemukan barangnya.


Tang Can, jangan bilang aku cerewet. Gajimu tidak banyak, jangan hamburkan uang untuk membeli baju dan kosmetik, kata Ibu Ming, menasehati dengan lembut sambil memegang tangan Tang Can. Anak perempuan, investasi terbesar pada diri sendiri adalah belajar.

Bibi, aku beli baju karena keperluan pekerjaan, jawab Tang Can dengan sabar. Tapi Ibu Ming malah menertawainya.


Pekerjaan apa itu? Menyamar jadi orang tua murid ke pertemuan orang tua. Bukankah itu menipu? Lihat kamu begitu cantik, saat kecil kamu adalah artis cilik. Sudah besar, kenapa tidak jadi artis saja? komentar Ibu Ming, tanpa maksud jelek.

Mendengar itu, Tang Can hanya tersenyum menanggapinya.


Mingyue mengantarkan Ibunya yang mau pulang. Sambil berjalan bersama, Mingyue memberanikan dirinya untuk berbicara. Dia memberitahu Ibu Ming bahwa dia merasa tidak siap untuk mengikuti ujian negara. Dan di tempat kerjanya ada sebuah kesempatan bagus, setengah tahun lagi mereka akan mengutus dua wartawan muda ke Beijing jadi penduduk tetap, dan dia mau mencoba ke Beijing.


Tidak bisa, Beijing terlalu jauh, kata Ibu Ming, melarang. Disana ramai, udara tidak bagus. Kamu tidak tahu keadaan disana, aku tidak tenang.

Temanku banyak disana. Lagian aku bukannya tidak kembali lagi, hanya dua tahun saja, kata Mingyue, membujuk Ibu Ming.

Mendengar itu, seperti biasa, Ibu Ming mulai mengomeli Mingyue. Dan Mingyue merasa sangat capek untuk merespon.


Ketika Jian Jian sudah pergi, Tang Can menangis diam- diam didalam kamarnya.

Ling Xiao sama sekali tidak bisa fokus untuk bekerja, karena dia terus teringat akan perkataan Jian Jian kemarin malam.


Disaat Ling Xiao sedang melamun, Xixi datang dan merebut kertas yang dipegang nya secara tiba- tiba. Kamu masih punya adik lain? Qin Meiyang? Tidak semarga denganmu? komentarnya, bertanya.

Chen Ting menelpon Ling Heping untuk mencari Ling Xiao. Dan Ling Heping menjawab bahwa Ling Xiao sedang di rumah sakit.

Kenapa dirumah sakit? Ling Xiao sakit? tanya Chen Ting. Dan Ling Heping merasa heran mendengar itu.



Saat pulang ke toko mie, Ling Heping merasa tidak berselera untuk makan apapun. Dia menceritakan kepada Li Haichao mengenai Chen Ting yang ada menelponnya hari ini. Dan anehnya, Chen Ting sama sekali tidak tahu bahwa Ling Xiao sudah bekerja di sini. Chen Ting mengira Ling Xiao pulang ke sini hanya untuk mengunjunginya selama sementara saja. Dan Chen Ting mendesaknya untuk menyuruh Ling Xiao agar segera pulang ke sana. Dan Ling Heping merasa kesal, kenapa Ling Xiao tidak ada memberitahunya apapun.

Kenapa kamu menyalahkan anak? keluh Li Haichao. Sifat Chen Ting, kamu juga tidak tahu. Chen Ting tidak mungkin begitu mudah membiarkan Ling Xiao untuk pulang, katanya, dengan yakin.

Ini kesalahan orang tua, akhirnya anak yang menderita, kata Ling Heping, merasa sedih dan tidak berdaya.


Li Haichao menyarankan Ling Heping untuk membicarakan masalah ini baik- baik dengan Ling Xiao. Dan Ling Heping merasa bingung harus bagaimana, karena Ling Xiao jarang mau bicara padanya. Lalu dia meminta Li Haichao untuk berbicara dengan Ling Xiao, sebab Ling Xiao paling banyak mengobrol dengan Li Haichao.

Hal lain bisa aku urus. Tapi hal ini harus kamu Ayah kandungnya, yang bicara, kata Li Haichao dengan tegas.

Kali ini aku jadi Ayah kandungnya? Kamu dulu bilang dia anak kandungmu, keluh Ling Heping.

Tidak bisa aku urus, sungguh.

Bicarakanlah, pinta Ling Heping.


Ketika Ziqiu pulang, Ling Xiao menanyai, kenapa Ziqiu memakai bajunya. Dan Ziqiu menjawab bahwa dia tidak sadar, dia mengira ini punya nya, karena dia punya satu yang mirip dengan ini. Lalu Ling Xiao menanyai tentang sepatu nya yang Ziqiu pakai juga.

Saat kecil kamu juga sering pakai punyaku, kata Ziqiu.

Semua sepatu boleh kamu pakai, tapi jangan pakai pemberian Li Jian Jian, kata Ling Xiao, mengingatkan.

Aku yang harus ingatkan kamu. Jangan kamu pakai sepatu yang itu, aku sendiri tidak rela pakai. Lihat punyamu, sudah robek, balas Ziqiu. Istirahatlah, katanya, mengingatkan. Lalu diapun masuk ke dalam kamar.

Ketika Jian Jian pulang, dia ingin makan ceri diatas meja. Tapi saat tahu kalau itu dibawa oleh Ziqiu, dia tidak jadi makan.



Tang Can yang sedang sibuk kerja mulai mengomel kesal. Dan dia meminta pendapat Jian Jian. Setelah rapat orang tua, aku baik hati membawa anaknya bermain. Aku habiskan puluhan Yuan untuk bermain, aku traktir anaknya makan KFC, habiskan puluhan Yuan. Sudah tidak berterima kasih biarlah, tapi malah menilaiku biasa saja. Kenapa ada orang seperti dia?

Kamu diutus untuk ikut rapat orang tua, bukan untuk bermain dengan anak, balas Jian Jian, menyadarkan Tang Can.

Aku berniat baik, protes Tang Can.

Kamu merasa baik, tapi dia tidak merasa begitu. Ini disebut membuat masalah, balas Jian Jian.

Tang Can dan Jian Jian kemudian bertengkar kecil.

Tepat disaat Jian Jian masuk ke dalam kamar, Ayah Tang menelpon, dan melihat itu, Tang Can sama sekali tidak mau mengangkatnya.

Pagi hari. Saat Jian Jian bangun, sarapan sudah siap diatas meja, tapi Ziqiu sudah pergi duluan. Dan dia tidak terlalu peduli.


Jian Jian kemudian pergi ke dokter gigi. Tapi kali ini, dia tidak diurus oleh Ling Xiao, tapi oleh Xixi. Dan dia merasa malas sekali, karena Xixi banyak sekali bertanya- tanya tentang Ling Xiao.


Setelah selesai berobat, Jian Jian mengintip Ling Xiao dari luar ruangan. Dan Ling Xiao melihatnya serta mengabaikannya.

Tetap berlagak seakan seluruh dunia berhutang padanya, keluh Jian Jian, dengan kesal didalam hati. Lalu diapun pergi.


Ran datang ke studio pahat Jian Jian. Dia mengobrol bersama dengan Jian Jian, Du Juan, dan karyawan Du. Mereka membicarakan tentang sikap Ling Xiao dan Ziqiu yang terlalu posesif terhadap Jian Jian. Buktinya Jian Jian baru menghilang sebentar saja dan karena ponsel Jian Jian tidak sengaja rusak, jadi tidak bisa dihubungi, mereka berdua langsung melapor ke kantor polisi.



Dua kakakmu ada saudara kandung? tanya Du Juan, ingin tahu.

Ada, jawab Jian Jian.

Nah, saudara kandungnya…”

Aku lapar, kalian tidak lapar? tanya Jian Jian, mengalihkan pembicaraan. Ayo makan, aku yang traktir, ajaknya. Dan semua setuju.

Post a Comment

Previous Post Next Post