Original
Network : Hunan Tv, iQiyi, Mango TV
Jian Jian mengajak Mingyue untuk menemaninya
berbelanja. Dia menceritakan tentang kondisi Ling Xiao yang menderita Imsonia,
karena Chen Ting. Jadi dia ingin bisa membantu Ling Xiao menyembuhkan
penyakitnya itu.
“Kelak
mertua seperti ini. Aku harus bagaimana?” gumam
Mingyue, mengeluh. Tapi Jian Jian tidak mendengar itu.
Setelah menemukan buku yang dicarinya, Jian
Jian menarik tangan Mingyue untuk lanjut berbelanja yang lain.
Jian Jian menyuruh orang untuk mengganti
wallpaper dikamar Ling Xiao. Lalu dia dan Mingyue bekerja sama menata ulang
kamar Ling Xiao. mereka mengganti sprei nya, sarung bantalnya, meletakkan
kantong aroma di dekat lampu tidur, meletakkan boneka, dan juga bunga segar
didalam kamar.
Setelah selesai, Mingyue bertanya dengan
ragu, “Apakah kamu yakin seperti ini ada gunanya?”
“Tentu saja.
Orang kalau sudah relaks, perasaan hati pasti nyaman dan mudah tertidur,” jawab
Jian Jian dengan yakin.
Ketika Ziqiu
akhirnya pulang, dia merasa seluruh tubuhnya sangat gatal sekali, dan dia
meminta Ling Xiao untuk bantu memandikannya.
“Sungguh baik, aku juga ingin punya seorang
kakak,”komentar
Mingyue.
“Ada kakak yang membantumu mandi?” ejek Jian Jian.
Dan Mingyue tertawa.
“Setelah mandi cepat bawalah mereka. Kita
makan hot pot,” kata
Mingyue, mengingatkan. Dan Jian Jian mengiyakan.
Ketika Jian
Jian pulang bersama dengan Ling Xiao dan Ziqiu. Tang Can langsung bersembunyi
ke dalam kamar.
Jian Jian memperkenalkan
Mingyue kepada Zhuang Bei yang ikut datang untuk makan bersama mereka. Dan
Mingyue merasa biasa saja. Tapi Zhuang Bei merasa terpesona melihat Mingyue.
“Kenapa melongo saja?” tanya
Ziqiu, menyadarkan Zhuang Bei.
Jian Jian
kemudian menanyai Mingyue, apakah Tang Can belum pulang. Dan Mingyue menjawab
bahwa semua makanan dimeja ini, Tang Can yang siapkan, namun Tang Can tidak
berani bertemu dengan Jian Jian dan bersembunyi di dalam kamar.
Didalam
kamar. Tang Can mencoba menguping pembicaraan diluar, tapi tidak kedengaran
apapun. Lalu dengan gugup, dia bersiap untuk membuka pintu dan keluar. Tepat
disaat itu, Jian Jian datang dan membuka pintunya duluan. Sehingga hidung Tang
Can pun terantuk mengenai pintu.
“Kenapa kamu berdiri didepan pintu?” tanya Jian
Jian, terkejut.
“Kenapa kamu tidak mengetuk pintu?” balas Tang
Can.
Dengan rasa
sedikit bersalah, Jian Jian memeriksa apakah Tang Can baik- baik saja, lalu dia
merasa lega. Dan Tang Can mengomentari bahwa dia akan mengganggap ini bahwa
Jian Jian sudah memukulnya satu kali. Dan Jian Jian langsung membela diri bahwa
dia tidak sengaja.
“Kalau begitu, kamu sengaja pukul aku dua
kali,” kata Tang
Can sambil menyodorkan wajahnya. “Aku ini cantik alami.”
“Apa kamu gila? Mana ada yang minta maaf
sepertimu?” balas Jian
Jian.
Dengan sikap
manja, Tang Can meminta maaf kepada Jian Jian dan bersumpah bahwa dia tidak
akan melakukan itu lagi. Dan Jian Jian pun memaafkannya.
Melihat
mereka berdua berpelukan begitu akrab, Mingyue ikut bergabung dengan mereka
berdua. Lalu dia memberitahu Tang Can bahwa Zhuang Bei ada datang.
“Wow, aku dandan dulu,” kata Tang
Can dengan senang.
Acara makan
dimulai. Yang lain makan duluan, kecuali Tang Can, karena dia mau berdandan dulu. Lalu ketika akhirnya dia
keluar, Zhuang Bei merasa sangat terkejut dan tersedak.
“Ziqiu berkatan mau makan hot pot, makanya aku
datang,” kata Zhuang
Bei, menjelaskan dengan agak gugup dan malu.
“Ah, kamu jangan sungkan, makanlah lebih
banyak. Lagipula kamu adalah klienku,” balas Tang Can. Lalu dia mengajak Zhuang Bei
untuk bersulang. “Selamat
bekerja sama.”
“Kerja sama yang menyenangkan,” balas
Zhuang Bei, dengan agak canggung.
Melihat itu,
Jian Jian tersenyum secara diam- diam.
Selesai
makan, Tang Can dan Mingyue menyanyi bersama. Dan Zhuang Bei terus saja
memperhatikan Mingyue. Lalu dia menanyai, apakah Mingyue sudah punya pacar dan
bagaimana dengan Ling Xiao serta Ziqiu. Dan Mingyue menjawab bahwa dia belum
punya pacar, dan dia biasa saja dengan Ling Xiao serta Ziqiu. Mendengar itu,
Zhuang Bei merasa sangat senang.
“Jangan mau dengan laki- laki yang dikontrol
oleh adiknya. Didalam dunia dia, adik selamanya nomor satu,” kata Zhuang
Bei, sengaja, supaya Mingyue jangan sampai tertarik kepada Ling Xiao maupun
Ziqiu.
“Kenapa? Lihatlah, betapa baiknya sama
adiknya. Pasti akan baik terhadap pacarnya,” balas Mingyue.
Selagi
Zhuang Bei berusaha mendekati Mingyue. Tang Can menyanyi sendirian. Dan dimeja
makan, Jian Jian, Ziqiu, dan Ling Xiao, mengobol bersama.
“Aku sebenarnya, dari kemarin sudah kepikiran.
Kalau kak Ziqiu benar- benar mati ditabrak, aku pasti akan menyesal sekali.
Jadi, aku tulus menyambut kalian kembali,” kata Jian Jian sambil tersenyum.
Mendengar
itu, Ling Xiao dan Ziqiu merasa senang. Lalu mereka bertiga bersulang bersama.
Setelah
minum, Ziqiu tiba- tiba ingin ke kamar mandi. Dan dengan terpaksa, Ling Xiao
pun membantunya serta meninggalkan Jian Jian sendirian di meja makan.
Tepat ketika
mereka berdua pergi, ponsel Ling Xiao berbunyi, dan Jian Jian tidak sengaja mengangkatnya.
Dan ternyata itu adalah telpon dari Meiying, adik Ling Xiao.
“Kapan kakak ku pulang?” tanya Meiying.
“Kakakmu sedang di kamar mandi. Dia nanti juga
akan pulang. Setelah pulang aku suruh dia menelponmu,” jawab Jian
Jian.
“Aku tanya kapan dia akan pulang ke Singapura?
Bukankah dia bilang hanya akan bermain selama satu bulan saja disana?” balas Meiying.
“Sudahlah,
kamu suruh dia menelpon kembali ke aku. Dah.”
Mendengar
itu, Jian Jian merasa terkejut dan terdiam.
Dengan
kesal, Jian Jian kemudian berbaring disofa dan menolak untuk menyanyi. Melihat
itu, Tang Can serta Mingyue merasa bingung.
Saat Ling
Xiao kembali dan melihat itu, dia mengendong Jian Jian untuk kembali ke kamar
dan tidur disana. Dan Mingyue pun membantunya.
Setelah Ling
Xiao membaringkan Jian Jian ditempat tidur, dia mengelus rambut nya dengan
lembut sambil tersenyum. Dan melihat itu, Mingyue ikut bergabung. Dia duduk
disebelah Ling Xiao dan mengobrol bersama dengan Ling Xiao, membicarakan
tentang Jian Jian yang sudah dewasa.
Lalu Mingyue
bantu membersihkan wajah Ling Xiao. Sedangkan Ling Xiao bantu melepaskan kaus
kaki yang Jian Jian pakai, karena Jian Jian merasa tidak nyaman dengan itu.
Tang Can
mengantarkan Zhuang Bei ke lift. Dan Zhuang Bei merasa agak kecewa, karena
Mingyue tidak ikut mengantarnya. Lalu sebelum pintu lift tertutup, Mingyue
datang sambil berteriak ‘tunggu sebentar’. Dan mendengar itu, Zhuang Bei langsung
menahan pintu lift.
“Kakak kelas, apa ini ponselmu?” tanya
Mingyue sambil memberikan ponsel Zhuang Bei yang ketinggalan. Dan Zhuang Bei
mengiyakan serta berterima kasih. Lalu diapun pamit.
Sebelum
pintu lift tertutup, Zhuang Bei dengan cepat mengambil foto Tang Can dan
Mingyue.
Setelah
pintu lift tertutup, Mingyue bertanya dengan heran, kenapa Zhuang Bei mengambil
foto mereka. Dan dengan percaya diri, Tang Can menjawab bahwa itu karena Zhuang
Bei ingin menyimpan foto orang cantik di ponselnya.
Didalam
lift. Zhuang Bei mengedit foto barusan. Dia hanya mengambil bagian foto Mingyue
saja dan menyimpannya dengan senang.
Ketika Ling
Xiao pulang dan masuk ke dalam kamarnya. Dia melihat kamarnya penuh dengan
perubahan. Dan diatas tempat tidurnya, ada sebuah buku cerita yang ditinggalkan
oleh Jian Jian untuknya.
Pesan dari Jian Jian yang ditulisnya didalam
buku :“Kak selamat
pulang ke rumah. Tidurlah dengan baik.”
Melihat itu,
Ling Xiao tersenyum senang.
Pagi hari.
Karena Ziqiu sedang terluka, maka Ling Xiao lah yang menggantikan nya untuk
membuat sarapan.
Disaat itu,
Jian Jian memberitahu Ling Xiao bahwa semalam Meiying ada menelpon, tapi dia
tidak sengaja mengangkatnya, karena mengira itu adalah ponselnya. Dan Ling Xiao
mengerti.
“Apa yang dikatakannya?” tanya Ling
Xiao, agak gugup.
“Dia menyuruhmu menelponnya kembali,” jawab Jiao
Jiao sambil tersenyum.
Jian Jian
kemudian berbisik kepada Ziqiu dan menceritakan tentang Meiying. Dia
menceritakan apa yang Meiying katakan semalam, tentang kapan Ling Xiao akan pulang
karena ini sudah satu bulan. Dan Ziqiu menjelaskan supaya Jian Jian jangan
mendengarkan omong kosong Meiying, karena jika benar Ling Xiao hanya akan
tinggal satu bulan saja, maka Ling Xiao tidak akan bekerja disini.
“Aku tahu. Jadi kakak membohongi mereka?” tanya Jian
Jian.
“Benar. Aku sudah bilang, Ibunya begitu susah
dilepas, bagaimana tiba- tiba bisa setuju. Lalu bagaimana?” balas
Ziqiu, bertanya.
“Bisa bagaimana. Dia juga tidak ada cara,” balas Jian
Jian. Lalu dia teringat sesuatu. “Kamu tidak membohongi Zhao Huaguang untuk
kembali, kan?”
“Bagaimana mungkin? Zhao Huaguang sejak awal
sudah tidak memperdulikanku,” balas Ziqiu dengan percaya diri.
Ketika Ling
Xiao sudah selesai membuatkan sarapan, Ziqiu dan Jian Jian pun langsung
berhenti berbisik- bisik.
Bibi Qian
menawarkan Ling Heping untuk mengikuti kencan buta, karena Li Haichao tidak mau
ikut. Dan Ling Heping memohon supaya Bibi Qian membiarkan nya untuk
beristirahat dan jangan mengaturkan pekerjaan untuknya dulu. Dan Bibi Qian
mengerti serta meminta Ling Heping untuk menasehati Li Haichao agar mau ikut
kencan buta.
“Masalah ini bagaimana aku menasehatinya?” tanya Ling
Heping, menolak.
“Menasehatinya melupakan He Mei,” jelas Bibi
Qian. Dan Ling Heping tertawa mendengar nama itu. “Kamu tidak
tahu. Waktu itu, Haichao kencan buta beberapa kali, He Mei yang dia paling
suka. Kalau mereka berdua lanjut terus, pasti sudah menikah. Akhirnya, He Mei
malah mengingkari janjinya.”
Mendengar
itu, Ling Heping merasa agak tidak menyangka dan merenung.
Li Haichao
datang mengantarkan makan siang untuk Ziqiu dicafe. Dan Ziqiu menyambut nya
dengan senang. Dan selagi Ziqiu makan, Li Haichao banyak menasehatinya mengenai
café.
“Tenang, Ayah. Sebelumnya aku bekerja di kedai
kopi, dari dapur sampai pelayan, setiap pekerjaan sudah aku lakukan,” kata Ziqiu,
bercerita.
“Setelah kamu lulus, bukankah kamu magang direstoran hotel? Bagaimana kamu bisa pergi bekerja di kedai kopi?” tanya Li Haichao, heran.
“Oh. Bukankah aku ingin membuka café? Jadi aku
bekerja hanya untuk mempelajari dan memahami caranya mengoperasikan café,” jawab
Ziqiu, menjelaskan. Dan Li Haichao pun mengerti.
Li Haichao
kemudian membahas tentang Ling Xiao. Dia tahu setiap orang memiliki kesulitan
sendiri, namun dia ingin agar Ziqiu jangan seperti Ling Xiao, yang saat stress
tidak ada memberitahukan apapun pada mereka. Juga dia menasehati Ziqiu bahwa He
Mei bukanlah Ibu yang buruk, dan dia ingin tahu, apakah Ziqiu tidak ada
berpikiran untuk mencari He Mei.
“Untuk apa aku mencari dia?” tanya Ziqiu sambil mendengus geli. “Dimatamu tidak ada orang jahat,” komentarnya.
“Jika kamu benar- benar mau mencarinya, aku
akan pergi cari tahu,” kata Li Haichao, menawarkan bantuan.
“Ayah, sudahlah,” kata Ziqiu, dengan agak tidak sabaran. “Selama
bertahun- tahun, dia seharusnya tidak ingat kita lagi. Kamu jangan khawatir
lagi. Kalian barulah keluargaku, yang lain adalah orang luar.”
Mendengar itu,
Li Haichao pun akhirnya berhenti membahas tentang He Mei. Dan Ziqiu dengan
tegas mengatakan bahwa kelak dia pasti akan menjaga Li Haichao.
Malam hari.
Ziqiu mencari He Mei. Dia mengikuti petunjuk yang Zhuang Bei temukan. He Mei
dijemput dijalan Huaxing, dan turun di Perdagangan Internasional Laut Biru.
Jian Jian
mengajak Ling Xiao berlari bersama. Karena lari sangat bagus untuk Ling Xiao.
Mendengar itu, Ling Xiao menjelaskan bahwa dia adalah dokter, jadi Jian Jian
tidak perlu mengajarinya.
“Kamu adalah Dokter Gigi. Kamu sakit masih perlu orang yang
mengobati,” kata Jian
Jian, mengingatkan.
“Kemudian jadilah
Dokterku,” kata Ling
Xiao dengan senang.
“Jadi Dokter tidak bisa. Tapi kamu, aku masih bisa memahamimu. Ini
adalah penyakit hati, harus berpikiran terbuka,” jelas Jian Jian.
“Kamu adalah obat hatiku,” balas Ling
Xiao. Dan Jian Jian sama sekali tidak percaya
dengannya.
Jian Jian
kemudian memberitahu Ling Xiao bahwa sabtu ini adalah peringatan meninggalnya
Ibunya yang ke 21 tahun. Dan Ling Xiao tahu.
“Ayahku sudah duda selama 21 tahun. Semua
hidupnya demi menjaga anak- anaknya. Aku cukup meras senang, tapi dia yang
sangat menderita. Aku menyesal, kenapa waktu kecil aku sering ribut tidak mau
Ibu Tiri,” kata Jian
Jian, bercerita. “Kamu masih
ingat Ibu Ziqiu?”
“Ingat. Walaupun hanya bertemu beberapa kali,
saat dia menjemput Ziqiu. Orangnya cantik, pendiam, dan tidak banyak bicara.
Kenapa kamu memikirkan dia?” balas Ling Xiao, heran.
“Aku merasa dia mengingkari janjianya, itu ada
hubungannya denganku,” jawab Jian Jian. Karena saat itu dia sangat
nakal dan menentang pernikahan mereka.
Kemudian dengan
optimis, Jian Jian menjelaskan bahwa sekarang Ziqiu dan Ling Xiao akhirnya
sudah kembali. Jadi mereka bisa menjaga Li Haichao serta Ling Heping
bersama-sama mulai dari sekarang. Dan lalu dia lanjut berlari.
Dengan
senang, Ling Xiao berlari mengikuti Jian Jian.
Saat Ling
Xiao pulang, Ziqiu sedang bertelponan dengan He Lan. Dan setelah Ziqiu selesai,
Ling Xiao bertanya. Dan Ziqiu pun menceritakan bahwa He Lan akan datang untuk
mengunjunginya. Mendengar itu, Ling Xiao pun langsung masuk ke kamar, karena
dia mau mandi.
Tepat disaat
itu, ponsel Ling Xiao berbunyi. Dan itu adalah telpon dari Chen Ting.
Karena
telpon lama diangkat, Chen Ting pun mengirimkan pesan. Dan Ziqiu tidak sengaja
melihat itu. Lalu Ling Xiao kembali dan mengambil ponselnya.
“Mau pulang ke Singapura?” tanya
Ziqiu. Dan Ling Xiao menggangukkan kepala nya. Melihat itu, Ziqiu pun tidak
berkomentar.
Keesokan
harinya. Xixi mengajak Ling Xiao untuk menonton opera bersama besok malam. Dan
Ling Xiao menolak, karena besok dia mau pulang ke singapura. Dan Xixi menebak,
apakah Ling Xiao mau pulang untuk menemui wanita yang Ling Xiao sukai.
“Orang yang aku suka ada disini,” kata Ling
Xiao, bercerita.
“Teman SMA?” tebak Xixi.
“Termasuk.”
“Sekelas?” tanya Xixi, lagi.
“Lebih kecil dibawa aku dua tingkat.”
Jian Jian
dan Mingyue kemudian datang bersama- sama. Jian Jian diobati oleh Ling Xiao.
Sedangkan Mingyue diobati oleh Xixi.
Diruang 1.
Jian Jian dan Ling Xiao mengobrolkan tentang Ran. Jian Jian menjelaskan bahwa
Ran itu sebenarnya baik. Dan Ling Xiao membalas bahwa dia hanya tidak menyukai
Ran.
“Kenapa?” tanya Jian Jian, heran.
Dan Ling
Xiao menatap Jian Jian dengan serius. “Setelah pulang, aku akan memberitahumu.”
“Kamu mau kemana?”
“Singapura,” jawab Ling Xiao. Dan Jian Jian merasa
terkejut. “Aku mau
pergi menyelesaikan urusan disana,” jelasnya.
Diruang 2.
Xixi dan Mingyue mengobrolkan tentang siapa wanita yang Ling Xiao sukai saat
SMA.
Ketika
pulang, Mingyue menanyai Jian Jian, siapa cinta pertama Ling Xiao saat SMA. Dan
Jian Jian menjawab bahwa jika itu adalah adik kelas yang dua tingkat dibawah
Ling Xiao, masih ada siapa kecuali Mingyue. Dan mendengar itu, Mingyue merasa
sangat senang.
Mingyue
janjian makan dengan Ibu Ming untuk bertemu kawan lama. Awalnya Mingyue mengira
itu adalah acara makan biasa saja. Tapi ternyata, itu adalah acara kencan buta.
Lalu saat
Ibu Ming ke kamar mandi, Mingyue pun mengikutinya serta menjelaskan bahwa dia
mau pamit, karena dia ada wawancara sebentar lagi. Dan dengan cerewet, Ibu Ming
menjelaskan betapa bagus nya pasangan yang dia jodohkan ini. Jadi acara kencan
buta ini penting.
“Kamu tidak
bertanya padaku, apakah ada orang yang kusukai atau tidak,” keluh Mingyue.
“Baiklah,
kalau gitu aku tanya, apakah kamu sudah ada orang yang disukai?” tanyanya. Dan
Mingyue menjawab ada. “Siapa? Apakah aku kenal?” tanyanya. Dan Mingyue tidak
mau menjawab.
Ibu Ming
kemudian membujuk Mingyue untuk mau mendengarkannya. Lalu mengenai masalah
pergi bekerja di Beijing, Ibu Ming menyarankan Mingyue untuk jangan memikirkan
itu lagi, dan persiapkan dengan baik ujian pengawai negeri.
“Ibu,”protes
Mingyue.
“Masalah ini sudah diputuskan,” tegas Ibu Ming, tidak mau dibantah. “Cepatlah pergi ke toilet. Lalu kembali dan selesaikan makan dengan baik,” perintahnya. Dan dengan kesal, Mingyue menghela nafas sambil bermuka cemberut.
Lanjut.... Semangat🔛🔥🔛🔥
ReplyDelete