Sinopsis C-Drama
: I Don’t Want to Be Friends with You Episode 05
Qingtong dan Jinbu pindah rumah lagi. Jinbu sampai muak karna mereka
terus menerus pindah rumah. Qingtong memberitahu alasannya karna rumah sekarang
lebih dekat dengan sekolah Jinbu. Tapi, menurut Jinbu terus pindah rumah dan
sekolah itu nggak bagus karna pada akhirnya, dia nggak punya satu temanpu.
Qingtong malah nanya, Jinbu ke sekolah mau belajar atau cari teman? Dia
menyuruh Jinbu untuk belajar yang baik di sekolah lalu masuk ke Universitas
yang bagus.
“Apa kau masuk Universitas bagus?” tanya Jinbu.
“Aku… Pada saat itu, tidak ada yang memberiku kesempatan. Juga tidak
ada yang mengawasiku belajar. Jika ada kesempatan untuk kembali, aku pasti
belajar baik. Pasti masuk Universitas bagus.”
Selagi Qingtong bicara sambil berandai-andai, Jinbu memilih untuk
masuk ke rumah saja.
Episode
05
Qingtong
mengambil sepatu Junhe dan memukulkannya ke pipinya. Junhe kaget, apa yang
Qingtong lakukan?
“Dia
menendangmu, aku tanggung!” ujarnya dan memukul pipinya lagi dengan sepatu
Junhe, “Dia mengambil suratmu dan kau dimarahi, ku tanggung juga! Tidak cukup?
Akan ku pukul sampai puas!”
Junhe
mana tega membiarkannya. Makanya, waktu Qingtong mau memukul pipinya lagi,
Junhe menahan tangannya. Dia merasa itu sudah cukup. Begitu Junhe bilang
begitu, Qingtong langsung mengembalikan sepatu Junhe dan pergi. Apa yang
Qingtong lakukan tadi, benar-benar membuat semua orang di kelas Junhe shock.
Junhe
juga tidak menyangka kalau Qingtong akan melakukan sampai sejauh itu. Dari
wajahnya, Junhe tampak merasa bersalah. Dia juga nggak kelihatan selera makan
lagi.
Qingtong
tidak langsung ke kelas. Dia pergi ke kamar mandi untuk membersihkan wajahnya.
Dia juga berusaha keras untuk menahan tangisannya. Mungkin, dia pun merasa
terhina karna melakukan hal seperti itu.
--
Waktu
pulang, Jinbu bermuka murung. Qingtong pun begitu. Duan Xiao dkk juga tidak
berani bertanya ada apa.
Tiba-tiba
saja, Junhe muncul dan memberikan tas berwarna pink untuk Qingtong. Dia tidak
mengatakan apapun. Hanya memberikan tas dan langsung pergi begitu saja. Semua
tentu kepo, ada apa antara Qingtong dengan Junhe?
--
Toko Bermain Jiguang,
Pulang
sekolah, Junhe, Xiaohuo dan Da Da pergi ke game center untuk main. Sambil main,
Xiaohuo protes karna Junhe membelikan tas baru untuk Qingtong. Tas Qingtong
yang waktu itu mereka coret, hanya perlu di cuci beberapa kali, coretannya udah
pasti hilang. Kenapa Junhe sampai membelikannya tas baru? Junhe hanya menjawab
kalau Xiaohuo tidak tahu banyak hal. Mau di jelaskanpun, dia tidak akan
mengerti.
Xiaohuo
tidak suka dengan yang Junhe lakukan karna menurutnya itu memalukan. Udah di
tendang perempuan, sekarang malah meminta maaf. Mau di taruh dimana mukanya? Junhe
jadi marah. Tapi, Xiaohuo lebih ketakutan lagi dan langsung meminta maaf.
--
Jinbu
menginterogasi Qingtong mengenai apa yang Qingtong katakan hingga Junhe
memberikannya tas dan mau menyelesaikan masalah. Qingtong tidak mau memberitahu
sejujurnya dan bohong kalau dia hanya menasehati Junhe mengenai kehidupan, masa
muda dan masa depan. Dan setelah itu, Junhe minta maaf padanya. Jinbu makin
kaget.
Jinbu
kemudian memperingati Qingtong untuk tidak berhubungan lagi dengan Junhe.
Jangan bicara dan hindari dia! Qingtong mengiyakan. Dia juga mengharapkan hal
yang sama.
--
Ny.
Li masih mogok masak. Jadinya, tn. Li masih membawa Qingtong dan Jinbu untuk
keluar makan. Sambil makan, tn. Li menasehati mereka untuk nanti minta maaf
lagi sama Ny. Li. Qingtong menolak karna dia merasa nggak buat salah. tn. Li
membenarkan, tapi dia tetap mau Qingtong meminta maaf dan membujuk ny. Li agar
nggak marah lagi. Qingtong mulai mengomel dan mengejek ayahnya takut istri.
“Emang
benar. Aku takut istri. Semua orang di pabrik, tahu aku takut istri. Takut pada
istri sendiri, kenapa tidak berani mengaku?” akui tn. Li.
Qingtong
tambah mengomeli ayahnya karna dulu nggak cari istri yang lembut. Akhirnya,
sekarang, tiap hari dimarahi.
“Kamu
pikir, Ayah beneran takut? Itu adalah cinta. Waktu dulu Ayah masih susah, Ibumu
yang menemani. Seberapa banyak dia menderita, hanya aku yang tahu. Jadi, aku,
Li Wusi, harus melindunginya, tidak peduli kapapun, siapapun tidak boleh
menindasnya, termasuk kamu!” tegas Ny. Li.
Qingtong
jadi merajuk. Dia merasa ayahnya hanya mempedulikan ibunya, semenetara dia
mungkin di pungut dari tong sampah. tn. Li menasehati Qingtong untuk tidak
bicara begitu.
“Aku
harus melindunginya dulu, baru bisa melindungimu,” jelas tn. Li. “Kau juga
sudah dewasa. Kelak akan punya pasangan. Bukankah kau harus hidup dengan
pasanganmu? Bukankah Ibumu harus menemaniku seumur hidup? Jika aku tidak
melindunginya, siapa yang kulindungi?”
Qingtong
masih juga merajuk dan bilang dia akan hidup sendiri. Kali ini, tn. Li
menegurnya dengan tegas. Dia tidak suka Qingtong bicara seperti itu. Dia
menyuruh Qingtong mengingat, dari masih kecil sampai sekarang, semua Ibunya
yang urus. Bisa dibilang, ada atau tidak ada dirinya (Ayah), Qingtong bisa
melakukan semua sesukannya. Namun, jika nggak punya Ibu, dia tidak memiliki
apa-apa.
Qingtong
jadi menyesal. Dia tahu kalau Ibunya sayang padanya. Tapi, dia tetap merasa
cara ibunya salah.
tn.
Li bisa mengerti maksud Qingtong. Tapi, dia mau Qingtong juga tahu kalau ini
juga kali pertama Ibunya menjadi seorang Ibu. Tentu saja, dia juga butuh proses
menyesuaikan. Yang tn. Li inginkan adalah Qingtong harus memikirkan apa yang
telah Ibunya lakukan untuknya selama ini. Untuk lebih mudahnya, contoh saat Ny.
Li sakit, bukankah Qingtong hanya akan menanyakan beberapahal kemudian kembali
ke kamar dan tidur. Tapi, kalau Qingtong batuk sedikit saja, Ibunya tidak akan
bisa tidur sepanjang malah dan menjagai Qingtong. Itulah seorang Ibu. (Aku
sangat-sangat suka mendengar nasehat tn. Li)
Dan
juga, hal yang paling susah di dunia ini adalah menjadi Ibu. Jika kau benci
seseorang, berdoalah. Biarkan orang ini menjadi Ibumu di kehidupan selanjutnya.
Jadi, kau punya waktu seumur hidup untuk menyiksanya.
Mendengar
semua nasehat tn. Li, Jinbu jadi teringat dengan Ibunya (Qingtong di masa
depan). Waktu dia sakit, Ibunya akan menjaganya sepanjang malam hingga tertidur
di samping ranjangnya.
“Li
Qingtong, pulang dan minta maaf dengan Bibi,” ujar Jinbu.
Dan
kali ini, Qingtong mengangguk tanpa membantah sepatah katapun. tn. Li memuji
Jinbu karna begitu pengertian. Jinbu jujur kalau dia pun dulu anak yang tidak
berbakti, suka berbuat sesuka hati, tidak memikirkan perasaan orang lain dan
selalu merasa diri sendiri sangat pintar. Padahal, nyatanya, dia hanya bisa
marah dan tidak bisa apapun. Jika dipikirkan, Ibunya membesarkannya sendiri,
pasti bukan hal mudah.
“Di
dunia ini, Ibu mana yang mudah? Kan ada yang bilang, dari sepuluh Ayah,
sembilan tidak memenuhi syarat. Namun, dari 100 ibu, ada 99 ibu yang selalu
mengkhawatirkan anaknya seumur hidup,” ujar tn. Li. “Aku satu-satunya yang
memenuhi syarat di antara 10 ayah itu.”
Jinbu
tertawa dan membenarkan.
--
Begitu
pulang ke rumah, Qingtong langsung meminta maaf pada Ny. Li. Dia juga bersikap
manja. Dan benar saja, Ny. Li udah nggak marah lagi. Dia juga khawatir kalau
mereka belum makan dan mau memasakkan makanan. tn. Li memberitahu kalau mereka
udah makan dan bahkan membelikan makanan juga untuk Ny. Li.
tn.
Li mengira akan mendapat pujian dari Ny. Li, tapi yang terjadi malah
sebaliknya. Ny. Li jadi tahu kalau dia diam-diam menyimpan uang darinya.
Wkwkwk. Walau bertengkar, tetap saja terasa kehangatan sebuah keluarga.
--
Jinbu
masih belum juga tidur dan malah menanyakan sama Qingtong, apakah memang sulit
menjadi seorang Ibu? Qingtong yang udah ngantuk, yah mana peduli.
“Baiklah.
Kuputuskan untuk memaafkanmu,” ujar Jinbu.
Qingtong
tidak menanggapi ucapannya dan menyuruhnya untuk tidur saja.
--
Waktu
sudah berlalu entah berapa lama,
Dan
sekarang, Guru Wu berdiri di depan kelas untuk memberitahu hasil ujian. Dia
memuji dua orang siswa. Yang pertama adalah Li Jinbu yang menempati posisi 20
besar di peringkat sekolah, padahal ini adalah ujian pertamanya di sekolah
mereka. Membanggakan. Siswa kedua yang di puji adalah orang bermarga Li juga
yang selalu mendapatkan prestasi paling akhir, tapi sekarang mendapat posisi
65.
Jinbu
dan Fan Pang udah senang aja merasa kalau yang di bicarakan Guru Wu adalah Li
Qingtong. Qingtong juga udah senang karna usahanya belajar selama ini nggak
sia-sia.
“Benar!
Dia adalah Li Qiang,” beritahu Guru Wu, nama siswa yang mendapat peringkat 65.
Wkwkwkw.
Qingtong sangat kecewa. Jinbu lebih kecewa lagi karna usahanya mengajari
Qingtong selama ini, sia-sia.
Dan
benar saja, begitu jam istirahat, Fan Pang langsung kabur ninggalin Qingtong.
Itu karna dia bisa tahu kalau Jinbu akan memarahi Qingtong. Dugaannya benar,
karna setelah dia keluar kelas, Jinbu langsung memarahi Qingtong. Cara marahnya
Jinbu benar-benar seperti Ibu lagi marahin anaknya. Qingtong beralasan kalau
dia udah belajar dnegan keras, tapi emang dia nggak ada bakat belajar mau gimana. Jinbu yang kesal pun
meninggalkannya.
Padahal
ya, Qingtong juga pusing sama dirinya karna mendapat nilai rendah walau udah
belajar.
--
Untuk
menenangkan diri, Jinbu curhat sama Fan Pang. Dia bilang kalau di Shenzhen, dia
punya teman mirip seperti Fan Pang. Dan setiap kali suasana hatinya dalam
keadaan buruk, dia selalu mencari temannya itu untuk curhat. Makanya, dia
sekarang ingin curhat dengan Fan Pang. Dengan senang hati, Fan Pang mau
mendengarkan curhatnya. Dia juga bisa menebak kalau Jinbu mau curhat masalah
Qingtong. Jinbu membenarkan.
Jinbu
sangat khawatir kalau nanti, Qingtong jadi orang nggak berguna mengingat nilai
Qingtong yang buruk dan otaknya yang lamban. Mendengar itu, Fan Pang jadi
khawatir juga sama Qingtong. Tapi, dia juga lebih khawatir pada dirinya sendiri
karna nilainya dan Qingtong nggak beda jauh.
“Tenanglah.
Kau akan lebih baik dari dia. Keluarga dan karir, semuanya lebih baik,” ujar
Jinbu.
“Benarkah?
Sampai sekarang, hanya kau yang bilang aku lebih hebat darinya,” tanggapi Fan
Pang, riang.
Jinbu
ingin pendapat Fan Pang mengenai cara untuk membantu Qingtong. Fan Pang memberitahu
ada satu cara paling efektif untuk membuat Qingtong rajin belajar. Caranya
adalah meminta bantuan dari orang yang hanya dengan sekali tatapan, sudah akan
membuat Qingtong mau belajar. Dan orang itu adalah Wu Zhixun. Alasannya karna
Wu Zhixun adalah idola Qingtong.
--
Besok
harinya, selepas jam sekolah, Jinbu memeriksa laci meja Wu Zhixun. Dia
mengambil sesuatu dari sana. Duan Xiao juga masih belum pulang dan meminta
waktu bicara dengan Jinbu. Dia membahas masalah Jinbu dengan Junhe waktu itu
dan merasa kesal pada dirinya sendiri karna tidak bisa membantu apapun. Dan
juga, dia sangat penasaran dengan masalah yang Jinbu miliki dengan Junhe.
Selain itu, sejak Jinbu masuk sekolah, Jinbu jadi berubah dan tidak
mempedulikan mereka dan hanya berurusan dengan Junhe. Kalau Jinbu terus
berurusan dengan Junhe, entah bagaimana orang-orang akan menilai nantinya.
“Bagimana
denganmu? Bagaimana kau menilaiku? Merasa aku baru pindah ke sini saja sudah
berkelahi lalu di hukum guru pembimbing. Benar-benar siswa nakal yang membuat
masalah. Kau berpikir begitu?”
“Tidak.”
“Benar
juga tidak masalah. Lagipula, aku memang seperti itu. Pemberontak. Sombong.
Keterlaluan. Namun, beginilah Li Jinbu. Tidak peduli dengan pendapat orang
lain. Lagipula, tak ada yang mau menjadi temanku,” ujarnya, sinis.
“Siapa
yang bilang tidak mau jadi temanmu? Menurutku, kau cukup baik. Selain itu, kau
jangan meremehkanku. Aku juga bukan orang yang taat peraturan. Aku juga tidak
peduli pendapat orang. Kita sama. Cukup baik jika berteman.”
Setelah
mendengarkan perkataan Duan Xiao, Jinbu akhirnya mau menanggapi pertanyaan
pertama Duan Xiao tadi. Dia berujar kalau dia sama sekali tidak mengenal Junhe.
Hanya terjadi salah paham secara tidak sengaja. Dia hanya nggak suka melihat
Junhe yang menganggap diri benar, jadi dia ingin mengerjainya. Begitulah.
Terserah Duan Xiao mau percaya atau tidak. Dan tentu saja, Duan Xiao percaya
padanya.
--
Qingtong
takut kalau Jinbu masih marah padanya perihal nilai ujiannya, jadi dia bersikap
sangat baik sama Jinbu yang lagi belajar. Eh, tapi, kenapa Jinbu malah melihat
kertas-kertas ujian Wu Zhixun? Ternyata, Qingtong tadi mengambil kertas ujian
dari laci meja Zhixun untuk tahu nilai-nilainya. Dan semua nilai Zhixun, di
semua mata pelajaran, selalu sempurna.
“Darimana
kau mendapat kertas ujiannya?”
“Di
lacinya ada semua. Aku diam-diam mengambil beberapa,” jawab Qingtong.
“Untuk
apa kau mengambilnya?”
“Apakah
kau sangat mengangguminya? Jadi, kalau Wu Zhixun yang mengajarmu, kau mau?”
Qingtong
menanggapi pertanyaan itu dengan sinis. Mustahil!
--
Jinbu
beneran ingin Zhixun mengajari Qingtong. Makanya, dia mencoba bicara dengan
Zhixun. Sayangnya, Zhixun selalu menolak untuk bicara dengannya. Waktu dia udah
mau, pas pulang sekolah, Jinbu malah harus menolong Ba Dan yang lagi di bully anak sekolah lain. Zhixun mana mau
buang waktu dan langsung pergi gitu aja.
Ba
Dan meminta tolong Jinbu untuk menolongnya. Tentu saja, para pembully mengejeknya karna meminta tolong
seorang gadis. Ba Dan malah pamer kalau Jinbu itu bukan orang biasa. Jinbu
adalah orang yang pernah menendang wajah Zhixun. Dia juga membual kalau Jinbu
bisa wushu.
Jinbu
sebenarnya nggak ada belajar wushu. Tapi, demi menolong Ba Dan, dia pun
berpura-pura kuat dan galak. Sang pembully
memberitahu kalau Ba Dan sudah meruksa sepatu ice skating adiknya dan
menendang adiknya hingga masuk selokan. Tentu saja, dia harus membalasnya!
Ba
Dan membela diri. Dia tidak merusak sepatu ice skating, tapi adiknya yang
merusaknya sendiri dan kemudian merebut sepatunya. Mereka kemudian bertengkar
dan adiknya tidak sengaja terpeleset dan masuk selokan. Jinbu percaya pada Ba
Dan. Tapi, kedua pembully tidak
percaya padanya dan tetap mau menghajar Ba Dan. Dan sempat-sempatnya Ba Dan
membawa-bawa nama Junhe sebagai teman kakaknya (Qingtong).
Untungnya,
di saat yang tepat, Junhe datang menyelematkannya. Kedua orang itu kelihatan
takut pada Junhe. Tapi, mereka beralasan pada Junhe kalau mereka kemari hanya
untuk mencari keadilan. Ba Dan kembali membela diri dengan alasan yang sama dan
bilang kalau kejadian itu terjadi di tempat ramai, jadi kalau nggak percaya
padanya, mereka bisa mencari saksi.
“Kalian
datang ke tempat kami, jadi, harus mengikuti peraturan kami. Panggil adikmu
kemari. Kita cari beberapa saksi. Jika semua orang mengatakan dia yang merusak
sepatu dan dia tak mau bayar, aku yang bayar. Namun, kalau tidak, maka aku akan
mencari keadilan pada kalian. Gimana?”
Keduanya
takut. Kelihatannya, memang adiknya yang berbohong. Karna itu, mereka memilih
tidak memperpanjang masalah dengan dalih menghormati Junhe.
Setelah
kedua orang itu pergi, Junhe memarahi Ba Dan karna berani memakai namanya tadi.
Ba Dan yang memang sangat takut sama Junhe, langsung meminta maaf. Junhe jadi
penasaran, tad siapa yang Ba Dan maksud dengan kakak? Ba Dan dengan pede
menjawab Qingtong. Bukankah hubungan Qingtong dengan Junhe cukup baik? Dia
waktu itu melihat Junhe memberikan tas sekolah baru pada Qingtong. Dan dia juga
dengar, Qingtong menasehati Junhe hingga Junhe tersentuh dan menangis.
“Dengar
dari siapa?”
“Dia
(Qingtong) yang bilang,” jawab Ba Dan.
“Jangan
asal bicara. Membuatku menangis? Kau percaya aku akan membuatmu menangis
sekarang?”
“Percaya,”
jawabnya, takut.
“Hari
ini aku melepaskanmu. Pulang dan katakan pada Li Qingtong, jangan sembarangan
membicarakanku. Jika aku mendengarnya lagi, maka kau korbannya,” peringati
Junhe.
Udah
Junhe pergi, Ba Dan baru berani protes. Jinbu sampai kesal dan menendang
kakinya karna selalu sok jagoan saat nggak ada lawan.
--
Esok
harinya,
Jinbu
masih berusaha meminta waktu Zhixun untuk bicara. Zhixun tidak mau
memberikannya waktu dan malah menyarankan Jinbu untuk pindah tempat duduk saja.
Dia juga menyebut Jinbu sebagai orang yang selalu membuat masalah setiap
harinya. Jinbu jadi kesal. Zhixun lebih kesal dan memilih keluar kelas padahal
itu adalah jam belajar mandiri.
Begitu
jam istirahat, Jinbu curhat mengenai kejengkelannya pada sikap Zhixun tadi. Eh,
bukannya berempati, Qingtong malah kagum. Selama dua tahun dia sekelas dengan
Zhixun, Zhixun hanya pernah bicara dua kali dengannya : “Teman, permisi.” Fan
Pang menambahi kalau waktu kelas 1, dia mengira Zhixun itu bisu. Dan dia sangat
terkejut saat Zhixun bangkit menjawab pertanyaan di kelas.
Tapi,
di mata Qingtong, Zhixun untuk orang yang keren.
Umur
panjang, yang di bicarakan, kembali ke kelas. Tapi, saat melihat Qingtong dan
Fan Pang berkumpul di dekat bangkunya, dia memilih keluar kelas lagi.
--
Hari
libur sekolah, musim dingin, tiba! Fan
Pang girang karna akhirnya liburan sekolah juga. Tapi, kegirangannya berbanding
terbalik dengan Qingtong dan Jinbu yang malah murung. Qingtong sama sekali
nggak senang liburan karna sekarang ada tutor gratis yang mengawasinya belajar
setiap hari, yaitu : Li Jinbu.
Fan
Pang membela Qingtong. Dia menyuruh Jinbu untuk nggak usah khawatir karna
Qingtong bukanlah peringkat terakhir di kelas. Nilai Ba Dan bahkan lebih rendah
dari Qingtong dan Ba Dan saja nggak khawatir.
Baru
juga di bicarakan, Ba Dan muncul sambil bersorak girang dan melemparkan tasnya.
Dia beneran senang liburan dan tidak peduli sama sekali dengan nilainya!
--
Selama
musim liburan, Junhe memilih membantu membersihkan pemandian umum tn. Chen. Pas
lagi ngebersihin, Junhe heran karna pamannya dari pagi nggak kelihatan. Yezi
memberitahu kalau tn. Chen dari pagi udah pergi ke sekolah Junhe karna di
panggil sama Guru Yang. Yezi takut kalau Junhe membuat masalah lagi. Yezi
menasehati Junhe untuk sekolah dengan serius dan jangan terus membuat masalah.
Junhe malah merasa lebih baik dia tukaran dengan Yezi, bekerja di pemandian
umum sementara Yezi yang sekolah.
Pas
lagi ngomong kayak gitu, tn. Chen muncul. Dia mendengar ucapannya dan jadi
kesal. Dengan tongkat pel, tn. Chen mulai memukuli Junhe yang terus membuat
masalah. Dia tidak marah kalau Junhe dapat nilai jelek, tapi ini, Junhe malah
bertengkar dengan adik kelas. Junhe membela diri kalau dia nggak ada mengganggu
sama sekali. Dan demi menghindari pukulan tn. Chen, Junhe pun kabur.
--
Qingtong
beneran tersiksa selama musim liburan ini. Dia tidak di izinkan bermain dan
harus belajar dengan di awasi oleh Jinbu. Dan untuk hal ini, ny. Li mendukung Jinbu sepenuhya. tn. Li juga tidak
kuasa membantu Qingtong.
Ny.
Li ada urusan, jadi dia mengalihkan tugas mengawasi Qingtong dan Jinbu belajar
pada tn. Li. Pas sekali, saat dia mau pergi, Ba Dan datang berkunjung. Ny. Li
tidak mengizinkannya masuk sama sekali karna takut Ba Dan akan mengganggu
Qingtong. Ba Dan beralasan kalau dia datang untuk menemui tn. Li.
Baru
juga istrinya pergi sebentar, tn. Li udah mengizinkan Ba Dan untuk menemui
Qingtong dan Jinbu. Eh, saat Ba Dan ke kamarnya, Qingtong malah ketiduran di
atas meja belajar. Jinbu pun ketiduran di sebelahnya. Mereka berdua terbangung
pada akhirnya karna suara Ba Dan. Ba Dan mengajak mereka berdua untuk pergi
bermain diluar. Qingtong bersemangat mau pergi main, tapi Jinbu melarangnya
dengan keras.
Qingtong
berusaha membujuk ayahnya agar mengizinkannya main keluar. Dia membuat berbagai
alasan dan janji akan pulang sebelum ibunya kembali. tn. Li tetap tidak
mengizinkannya. Qingtong tidak menyerah dan mengeluarkan jurus ngambek, tidak
mau makan. tn. Li tidak tega dan menyuruh Qingtong untuk mencoba negosiasi
dengan Jinbu. Kan ny. Li menyuruh Jinbu mengawasi Qingtong belajar, kalau Jinbu
mengizinkan Qingtong main, dia juga tidak akan melarang.
Nah,
masalahnya, Jinbu sama keras kepalanya seperti Ny. Li. Dia tidak mengizinkan
Qingtong pergi main. Qingtong beneran ngambek dan nggak mau makan.
Jinbu
mencoba bicara dengan Qingtong. Qingtong bersikeras mau main, tapi Jinbu pun
bersikeras nggak ngasih izin. Qingtong masih mencoba membujuk Jinbu dan kali
ini dengan cara lebih halus. Dia mencoba negosiasi. Jadi, dia meminta Jinbu
mengizinkannya bermain selama 20 hari dan sisa hari liburannya akan di gunakan
untuk belajar dengan giat. Dan juga, dia ingin menghabiskan waktu dan membuat
kenangan dengan Jinbu. Mereka kan nggak tahu kapan Jinbu akan di jemput mamanya
dan pergi.
Jinbu
memikirkan perkataannya. Dan akhirnya dia pun setuju memberikan waktu 15 hari
bermain bagi Qingtong. Qingtong mencoba nawar. Tapi, semakin dia menawar, Jinbu
semakin menurunkan hari liburnya. Dan setelah negosiasi alot, Qingtong akhirnya
di berikan waktu 15 hari untuk bermain. Tanpa membuang waktu, Qingtong langsung
berteriak memanggil Ba Dan untuk keluar main salju.
--
Semua
anak muda berkumpul di lapangan salju luas. Semua tampak bahagia. Selain Ba Dan
yang ikut bermain, ada juga Fan Pang, Duan Xiao dan Da Mao. Mereka bermain
lomba kereta salju. Jadi, si pria akan menarik si wanita. Sialnya, si Ba Dan
malah kebagian menarik Fan Pang. Tentu saja, dia kewalahan.
Di
tempat yang sama, Junhe sedang bersama Xiaohuo dan Da Da. Xiaohuao dan Da Da
sangat mengagumi Junhe, jadi mereka membuatkan boneka salju khusus untuk Junhe.
Itu sebagai bentuk persaudaraan mereka. Junhe sebenarnya senang, tapi
menyembunyikannya dengan menyuruh mereka menghancurkan boneka itu karna
membuatnya malu.
Di
saat itu, Ba Dan yang mendorong Fan Pang sekuat tenaga, malah tanpa sengaja
tersandung dan membuat Fan Pang terjatuh mengenai boneka salju buatan Xiaohuo
dan Da Da hingga hancur. Xiaohuo sangat marah. Tapi, Duanxiao dkk malah datang
dan tanpa tahu permasalahnnya malah mau berkelahi dengan Xiaohuo.
Qingtong
juga malah menatap Junhe dengan sengit, “Bukannya kita udah damai?”