Sinopsis Dorama : Cursed in Love Episode 05 part 2


Sinopsis Dorama : Cursed in Love Episode 05 part 2


Shiori menyebarkan gosip kepada Ibu dan kedua kakaknya kalau Ibu dari Nao, wanita yang mengacaukan pernikahannya dengan Tsubaki, adalah seorang pembunuh.



Flashback

Saat acara perjodohan waktu itu, pasangan Shiori memberitahu Shiori kalau ada seorang pembuat manisan bernama Hanaoka Nao yang bekerja di toko manisan bernama Komatsu. Saat Nao di pecat, waktunya sekitaran dengan waktu Shiori akan menikah dengan Tsubaki.

“Dipecat?”

“Karna toko mereka di hujani e-email misterius. Yang isinya bilang bahwa ibunya Hanaoka Nao adalah pembunuh.”

End


Mendengar gosip Shiori, kedua kakaknya malah berujar tidak mau makan manisan Kogetsu-an karna merasa takut. Shiori membela kalau Tsubaki juga pasti tidak tahu hal itu. Kalau Tsubaki tahu, maka…


“Shiori. Jangan buat masalah lagi,” ujar Ibu memotong ucapan Shiori. “Bahasan pernikahanmu dengan Kadokura berjalan lancar.”

“Ibunda, aku berencana untuk—“


“Kau tak berhak menolaknya!!” ujar tn. Haseya dengan tegas. Dia kebetulan lewat dan mendengarkan pembicaraan mereka. “Aku baru saja bertemu Bu Shirafujiya. Tsubaki dan perempuan itu sudah menetapkan tanggal pernikahan.”


Wajah Shiori langsung berubah sangat sedih.

--



Jojima memanggil Nao ke kamarnya untuk meminta tolong mengajari caranya menutup jendela. Dengan ramah, Nao mengajarkan kalau daun jendelannya harus sedikit di kebawahkan kemudian baru di angkat. Jojima langsung mempraktikan dan berhasil.


Sebagai ucapan terimakasih, Jojima menghidangkan teh untuk Nao sembari membahas pernikahan Nao yang akan segera tiba. Jojima masih mau bicara banyak, tapi Pak Yamaguchi tiba-tiba datang ke kamarnya dan meminta tolong sesuatu padanya.


Tapi, pas udah di luar, Pak Yamaguchi nanya, apa dia memanggilnya terlalu cepat? Jojima langsung menjawab tidak dan berterimakasih karena sudah membantunya. Pak Yamaguchi jadi penasaran, emang ada apa di kamar Jojima hingga Jojima sengaja membuat Nao berada di kamarnya?

“Aku juga nggak tahu. Namun, tampaknya ada sesuatu yang membuat dia tertarik,” jawab Jojima. “Jadi, aku pinjamkan ruangan itu padanya.”



Di tinggal sendirian di kamar Jojima, Nao merasa senang. Ini seperti mengingat kembali kenangan masa kecilnya. Dia mulai membuka lemari tempat menyimpan futon. Pas Nao mendongat ke atas, dia baru menyadari kalau ada triplek yang warnanya berbeda dengan triplek penutup lemari yang lain. Karna rasa penasaran, Nao mengetuk dan menekan sedikit triplek itu.


Dan ketika di tekan, triplek itu terbuka dan ada sebuah kotak peralatan tua di dalamnya. Nao membuka kotak itu dan melihat-lihat isinya. Di dalam ada buku harian kehamilan dengan nama : Okura Yuriko. Milik ibu Nao.




Selain buku, juga ada kartu ucapan pos. Dan pengirim kartu itu adalah Takatsuki Itsuki, Ayah Tsubaki.


Kemudian, ada sebuah amplop besar yang di depannya bertuliskan : “Untuk Nao.”

Aku punya firasat buruk.

Kalau ku buka ini…

Semuanya mungkin…

Akan hancur berantakan.


Nao membuka amplop itu. Dan isi dari amplop itu membuat mata Nao membelalak lebar.

--


Tsubaki juga sudah menyelesaikan urusannya di Tokyo dan akan segera pulang.

--




Isi dari amplop itu adalah hasil test DNA antara Takatsuki Itsuki dan Okura Nao. Hasilnya adalah 99.99999996% probabiitas paternitas. Mereka adalah ayah dan anak.



Nao beneran kaget. Dia tidak mengerti. Dia mulai membaca surat-surat yang ada di dalam kotak itu. Itu semua adalah surat yang di tulis Itsuki untuk Yuriko. Surat yang berisi perasaan Itsuki pada Yuriko. Mereka saling mencintai.

Aku selalu merasa bahwa sebaiknya aku tidak bertanya tentang ayahku.




Dan kemudian, dia antara tumpukan surat itu, dia menemukan sebuah foto. Foto ibunya bersama Itsuki di bawah pohon sakura. Foto yang menunjukkan bahwa mereka sepasang kekasih dan tersenyum bahagia.

Jika dia…

Sang master…

Adalah…


“Tidak mungkin…! Berarti, Tsubaki dan aku…,” gumam Nao dan memegangi perutnya, “…adalah saudara?”


Nao beneran ketakutan, bingung, cemas, sedih dan tidak tahu harus bagaimana. Dia berlari keluar dari kamar Jojima dengan membawa kotak peralatan itu menuju gudang di ruangan belakang.

Padahal, baru saja ingin ku ungkap semuanya pada Tsubaki


Nao sangat merasa cemas tadi, hingga dia baru sadar kalau di dalam amplop tadi ada dua surat. Dia pun mengeluarkan surat kedua. Isinya adalah hasil test DNA antara Takatsuki Itsuki dengan Takatsuki Tsubaki.



Hasil dari test DNA tersebut adalah 0%. Itsuki bukanlah ayah kandung Tsubaki.



Nao tambah terkejut. Dia langsung teringat ucapan Kakek yang waktu itu bilang Tsubaki takkan mewarisi Kogetsu-an karna dia bukan cucu aslinya.

Tsubaki bukan anak kandung dari ayahku.

Kami bukan saudara.

Lantas, siapakah ayahnya?

Mama pasti ingin memberikan ini padaku. Untuk membuktikan bahwa akulah orang asli dari Kogetsu-an, bukan Tsubaki.

Untuk melindungiku.


Walau sudah tahu kebenarannya, Nao tidak mau memberitahu siapapun mengenai kebenaran itu. Buktinya, ketika Sojyuro memergokinya berada di gudang, Nao segera menyembunyikan dokumen tersebut.


“Master, Anda sudah mengakui bahwa Tsubaki adalah penerus Kogetsu-an, ‘kan?”


“Ketakutan terbesarku adalah kalau Kogetsu-an akan berakhir denganku. Semua orang menganggap dialah penerus Kogetsu-an. Namun, satu-satunya yang bisa mewarisi Kogetsu-an adalah cucu yang sedarah denganku!” tegas Sojyuro.

Tapi, tampaknya, kesehatannya semakin menurun karna dia terus batuk hingga tidak kuat berdiri.



“Aku sedang mencari seorang perempuan. Sakura. Dia sering di panggil itu. Sakura adalah anak dari perempuan yang putraku cintai. Dia tinggal di sini 15 tahun lalu. Aku yakin dia pasti putri asli dari putraku. Ketika ku sadari itu, dia sudah menghilang, dan… aku menyuruh Tsubaki untuk mencarinya. Apakah… apakah kau mendengar kabar tentangnya?”

“Aku tidak tahu. Apapun,” jawab Nao.


Sojyuro tidak bertanya lagi dan langsung pergi keluar gudang dengan tertatih. Dia tidak menyadari keringat dingin Nao dan juga matanya yang berkaca-kaca.

Nao sangat shock dengan semua kebenaran yang di ketahuinya secara mendadak dan bersamaan hari ini.



 Pada hari itu, Tsubaki benar-benar melihatnya (ayahnya yang mencium ibu Sakura).

Lalu, dia menyadari …

Dia sadar bahwa dirinya bukan anak asli dari ayahnya.

Betapa terkejutnya dia.

Betapa terlukanya dia.

Alasan mengapa dia membenci Sakura bukan karna Sakura adalah anak dari pembunuh ayahnya.

Jika Sakura muncul lagi di hadapannya,

Dia akan kehilangan toko ini… dan kehilangan segalanya

Sakura akan merebut semua itu.



Nao sudah menyadari semuanya dan itu membuatnya dalam dilema besar.

Nao menyadari  bahwa dia tidak akan bisa menyembunyikan kehamilannya. Tapi, dia juga tidak bisa mengungkapkan identitasnya. Dia tidak ingin menyakiti Tsubaki. Dia terus menerus teringat ungkapan perasaan Tsubaki.

Aku harus menghilang dari hadapan Tsubaki.

Nao meneteskan air matanya. Tetesan air matanya, jatuh mengenai kue manisan dengan motif kunang-kunang yang ada di hadapannya.

--



Tsubaki akhirnya pulang, di saat hari hujan. Begitu tiba, dia langsung menanyakan, apakah ada sesuatu yang terjadi selama dia tidak ada? Pak Tomioka memberitahu kalau Sojyuro tiba-tiba mengubah tanggal upacara minum teh. Dan baru saja, Nao pergi menemuinya untuk mengantarkan contoh manisan.


Tsubaki sangat semangat mendengarnya dan langsung pergi ke ruangan minum teh, menemui kakek. Di ruangan itu, Sojyuro hanya seorang diri dan di hadapannya ada sebuah manisan.

“Apa kau mau hadir di upacara pernikahanku?” tanya Tsubaki.

“Kau pasti merasa puas karna berpikir telah mengubah pikiranku.”

“Aku hanya ingin mewarisi toko yang seharusnya di warisi oleh ayahku.”

“Tenanglah. Sebentar lagi aku akan wafat,” ujar Sojyuro seraya memakan manisan buatan Nao.



Baru segigit, ekspresi Sojyuro berubah. Dia menanyakan pada Tsubaki, siapa yang membuat manisan itu? Dia merasa pernah memakan manisan itu dulu sekali.

Wajah Tsubaki menegang. Dia teringat ucapan Tomioka kalau Nao mengantarkan manisan pada kakek. Dan karna itu, Tsubaki tidak menjawab pertanyaan kakek dan langsung pamit kembali.

Dengan terburu-buru, Tsubaki pergi ke kamar. Tapi, kamar dalam keadaan kosong. Nao tidak ada.

--


Nao sedang dalam perjalanan ke suatu tempat dengan membawa sekotak bingkisan.

--


Tsubaki merasa tidak tenang. Dia teringat ekspresi Kakek saat memakan manisan buatan Nao tadi. Itu ekspresi yang sama, yang kakek tunjukkan saat memakan manisan Sakura.

“Aku sudah menyakinkan diri sebelumnya. Namun, benarkah Nao…,” dan Tsubaki teringat ekspresi senyum Nao, mirip seperti Sakura.

--


Shiori datang ke Kogetsu-an dengan mengenakan kimono berwarna merah serta payung merah.

--


Sementara itu, Kyoko bernyanyi dengan cara menyeramkan dan memotong kepala boneka Teru-Teru Bozu.


Baru selesai memotong kepala boneka, Jojima datang untuk melaporkan kalau ada tamu yang datang.

--


Kyoko membawa Tsubaki ikut menemui tamu itu.Tsubaki mau tahu siapa tamu yang mencarinya. Dan Kyoko menjawab blak-blakan kalau tamunya adalah wanita yang hampir Tsubaki nikahi.

(Padahal, tadi Shiori pakai kimono merah, tapi kenapa jadi pink ya? Apa yang merah tadi itu seperti baju luar gitu? Maaf, aku juga kurang paham mengenai pakaian tradisional)


Kyoko bersikap sangat ramah pada Shiori, sementara Tsubaki merasa tidak nyaman. Dia langsung berlutut di depan Shiori untuk meminta maaf atas tindakannya waktu itu yang egois. Shiori dengan lembut, menyuruhnya untuk tidak perlu meminta maaf. Dia juga bersyukur waktu itu mereka tak menikah karna itu adalah pernikahan yang orang tua mereka tetapkan. Yang menyakitinya adalah dia tak bisa lagi memakan manisan Kogetsu-an padahal dia sangat menyukainya (karna tn. Haseya melarang, mungkin).


“Jika berkenan, bolehkah aku turut menghadiri upacara minum tehnya? Soalnya itu upacara minum teh yang kunantikan tiap tahun,” tanya Shiori.

“Itu tidak masalah selagi kau menginginkannya.”


Shiori tersenyum lebar dan mengucapkan terimakasih. Tsubaki kemudia bertanya tujuan Shiori datang. Dengan sedikit ragu, Shiori menjawab kalau ada sesuatu yang ingin di katakannya.

Tanpa mereka sadari, Jojima ada di balik pintu, menguping.


“Tsubaki, kau akan menikahi Nao, kan? Dia sangat dewasa dan terlihat percaya diri. Namun, tahukah kamu dosa yang telah di perbuat oleh Ibundanya Nao?”

--



Nao membawa bingkisan, pergi menemui Takigawa. Takigawa memuji Nao yang cukup hebat karna bisa mengetahui dia di sini. Dengan sopan, Nao menjawab kalau dia tahu dari Ketua Sokunkai.

“Pasti ada yang ingin kau bicarakan, kan?”

--


Tsubaki penasaran dengan dosa yang Shiori bicarakan.

“Beberapa hari lalu, aku dengar dari kenalanku. Katanya, ibunda Hanaoka Nao adalah pembunuh,” ujar Shiori.

Dan langsung membuat Tsubaki teringat saat ayahnya terbunuh dan dia menuduh ibu Sakura. Sementara Tsubaki tampak linglung, Kyoko tersenyum puas. Jojima yang menguping pun merasa terkejut.

“Mungkin itu beda orang dan bukan orang yang akan menikah denganmu. Namun, aku cemas—“


“Shiori. Terimakasih telah mencemaskanku. Namun, itu berbeda dari Nao yang ku kenal. Jika pembicaraanmu hanya itu, aku izin pamit. Aku mau bekerja,” potongnya dan beranjak keluar ruangan.

Walaupun tadi Tsubaki bersikap tenang, tapi di dalam hatinya, dia merasa gundah. Dia terus berkata pada dirinya sendiri untuk mempercayai Nao.

--


Nao menemui Takigawa untuk menyampaikan kalau dia tidak akan menikahi Tsubaki. Jadi, dia ingin Takigawa membantunya mencarikan tempat yang bica memperkerjakannya tanpa ketahuan siapapun.


Takigawa kaget dengan perkataan dan permintaan tiba-tiba Nao. Dia mau tahu alasannya?


“Tolong bantu aku,” ujar Nao dan berlutut, tanpa menjawab pertanyaan Takigawa.

“Benarkah kau menginginkan itu? Apa kau takkan menyesal keluar dari rumah itu?” tanya Takigawa. “Aku selalu menyesali hal itu. Tentang yang terjadi 15 tahun lalu.”

Ucapannya membuat Nao kaget. Tidak menyangka Takigawa tahu hal 15 tahun lalu.

--


Kyoko langsung menanyakan, apakah Shiori masih menyukai Tsubaki? Shiori tidak mampu mengelak.

“Jika memang begitu, akan lebih baik jika kau pergi sekarang. Mencintai seseorang yang telah bertekad untuk bersama pilihannya, adalah perjalanan penuh duri. Sampai kapanpun kau menuju,” ujar Kyoko.

--


Nao ingin tahu mengenai yang terjadi 15 tahun lalu. Takigawa mengingatkan Nao ceritanya mengenai keluarganya yang selalu membeli manisan buatan Ibu Nao. Namun, 15 tahun lalu, menjelang musim dingin tahun itu, ketika Tsubaki menjual manisannya di toko (manisan berbentuk bunga kamelia), ayahnya sangat sibuk hingga tak bisa mampir ke Kogetsu-an.



Jadi hari itu, dia yang pergi ke sana. Namun, dia terlalu malu untuk masuk menemui Yuriko. Dia mengira masih ada tahun depan, jadi dia tidak jadi mampir. Namun, tahun depan itu tidak pernah ada.

“Pemilik Kogetsu-an sebenarnya di bunuh, bukan meninggal karna penyakit. Ketika investigasi pembunuhan masih berlanjut, ayahku memberitahuku bahwa ibundamu wafat. Aku sangat menyesalinya. Harusnya, aku pergi ke sana dan mengenalnya lebih dalam. Lalu… aku berpikir mungkin saja jika ku lakukan itu, saat ini, aku masih bisa memakan manisannya! Yakinkah kamu bahwa kau takkan menyesal kalau angkat kaki dari tempat itu?” tanya Takigawa.

--

Nao kembali ke Kogetsu-an.

Aku masih belum menemukan kebenaran dari kasus itu.

Walau saling mencintai, tapi mereka tak bisa bersama.

15 tahun lalu, saat itu, ada seseorang yang sangat ingin ayahku wafat.

Namun, siapa?


Dan kamera menyoroti pada tatapan tajam Kyoko.

--



Saat tiba kembali di Kogetsu-an, Tsubaki sudah menantinya. Nao berbohong pada Tsubaki kalau dia hanya jalan-jalan sebentar karna belakangan ini berat badannya bertambah. Tsubaki malah membenarkan kalau Nao tambah gemuk. Melihat ekspresi kaget Nao, Tsubaki lantas tersenyum.

Tsubaki kemudian mengungkit pembicaraan mereka waktu itu yang belum selesai. Nao tidak bisa mengatakan yang ingin di katakannya hari itu, dan akhirnya berbohong kalau dia sudah lupa.


Tapi, tiba-tiba, Tsubaki memeluknya dari belakang. Dia melakukannya tanpa alasan karna sebentar lagi Nao akan menjadi miliknya. Nao merasa bersalah. Dia kemudian mengalihkan topik dengan menanyakan Tsubaki mengenai manisan yang akan mereka sajikan di upacara minum teh.


“Bunga terulak,” jawab Tsubaki.

“Terulak?”


Bunga yang mati dalam semalam.

Cinta yang tak kekal.


Tsubaki membalik tubuh Nao dan memeluknya dengan erat.

Aku ingin bersamanya dari waktu ke waktu.

Setiap menitnya, setiap detiknya.

Aku yakin ini pasti akan menjadi dosa.

--


Esok harinya,

Pagi-pagi, Nao berjalan ke taman belakang, tempat yang dulu di telusurinya dan mendapati kematian Itsuki.

Aku tidak bisa menunggu sampai pernikahan tiba.

Aku harus segera menemukan kebenarannya.

Kebenaran dari kasus pembunuhan yang terjadi di rumah ini, kamar Tuan.

Pisau yang tergeletak di samping mayat, bersidir jari punya Mama. Tidak ada orang lain yang mencurigakan.

Namun, apakah itu benar?

Benarkah saat itu hanya Tsubaki dan Tuan yang ku lihat?

Jika saja aku melupakan sesuatu…




Nao melewati tempat yang sama sambil berusaha mengingat mengenai sesuatu yang mungkin terlewat.


Tapi, begitu dia sampai di sana, pintu kamar Itsuki sudah di tutup rapat dengan palang. Nao memutuskan masuk lewat pintu depan, tapi pintu depanpun di gembok.


Pak Yamaguchi muncul di belakangnya dan menanyakan kenapa Nao ada di sini? Nao berbohong kalau dia tersesat. Pak Yamaguchi memberitahunya untuk tidak ke sana karna kamar itu di kunci sendiri sama Sojyuro. Selama 15 tahun ini, pintu kamar itu hanya terbuka pada acara khusus, pada malam setelah upacara teh senja.

“Setiap tahunnya, setelah upacara minum teh selesai, Belian selalu minum teh di ruangan ini. Seolah dia berbicara dengan mendiang putranya,” beritahu Pak Yamaguchi.

Nao berujar kalau Yamaguchi tahu banyak ya. Yamaguchi berujar kalau dia hanya mendengarnya dari gosip saja.


Yamaguchi kemudian membahas hubungan Nao dan Tsubaki. Sejak ada Nao, Tsubaki mulai menunjukkan emosi dan perasaannya. Dia berharap, Tsubaki dan Nao bisa terus bersama selamanya.

--


Di dapur,

Tsubaki sedang membuat manisan sambil mengingat masa lalunya.



Flashback

“Dasar pembohong!!” teriak Sojyuro saat Tsubaki bilang melihat ayahnya dan ibu Sakura berciuman “Kenapa kau berkata mereka bertengkar? Ternyata, kau memang bukanlah orang dari keluarga ini! Itulah kenapa kematiannya tdiak berarti bagimu!”

End

Tsubaki memandangi manisan bunga terulak buatannya.

--



Sojyuro ternyata membuat surat wasiat. Isinya : “Keinginan terakhir, bagian satu. Saya, Takatsuki Sojiro, akan memberikan semua aset saya kepada cucu saya, Takatsuki Tsubaki. Kecuali, seorang cucu dengan darah Takatsuki muncul, dalam hal ini, cucu tersebut akan mewarisi segalanya.”

Kyoko ternyata menguping sedari tadi. Dia langsung masuk saat mendengar isi surat wasiat Kakek. Dia tidak bisa menerimanya.

“Sekarang, aku tak cemas kalau terjadi apapun,” ujar Sojyuro, tersenyum.


Kyoko tidak terima dan terus bilang kalau Tsubaki adalah penerus Kogetsu-an. Tapi, percuma. Kakek tidak mendengarkannya.

--



Nao dan Tsubaki akan memulai Upacara Minum Teh.

Di tengah panas terik ini,

Upacara Minum Teh akan di selenggerakan.


 

 

 

 

3 Comments

  1. 💞💞💞💞semangat🔛🔥 lanjut💞💞💞💞

    ReplyDelete
  2. 💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞

    ReplyDelete
Previous Post Next Post