Sinopsis C- Drama : Go Ahead Episode 32



Original Network : Hunan Tv, iQiyi, Mango TV

Tang Can datang menemui Zhuang Bei dan memberitahu langsung kepadanya bahwa toko Taobao nya sudah tutup. Tapi mengenai permintaan Ibu Zhuang kemarin, dia akan melakukannya. Anggap saja dia membantu. Jadi Zhuang Bei tidak perlu membayarnya. Dan nanti dia juga akan menjelaskan kepada Ibu Zhuang bahwa ini adalah terakhir kalinya.

Kenapa tak buka lagi?” tanya Zhuang Bei, heran.

“Tak ada alasan untuk melanjutkan. Dan juga, ayah-ibuku berharap aku mengerjakan sesuatu yang stabil,” jawab Tang Can. Lalu diapun pamit.


Saat baru jalan beberapa langkah, Tang Can berhenti. Dia berbalik menatap ke arah Zhuang Bei lagi. Dan menghibur Zhuang Bei.

Kulihat kau baik-baik saja. Baguslah. Yueliang tak pernah berpacaran, dia tak tahu cara menghadapinya. Tetapi dia menolakmu bukan karena kau tak baik. Aku hanya bilang saja,” hibur Tang Can. Lalu dia berjalan pergi.

“Terima kasih,” kata Zhuang Bei dengan tulus.

Café Ziqiu mulai berjalan dengan baik. Banyak pelanggan yang datang ke café nya. Dan pelanggan paling setianya adalah Zhuang Bei.

Hai, pelanggan. Cinta tak bisa membuat kenyang, tetapi roti isi bisa. Makanlah, hibur Ziqiu sambil membawakan pesanan Zhuang Bei.

Zhuang Bei sedang memikirkan tentang Tang Can. Dia merasa sangat penasaran, kenapa Tang Can tiba- tiba berhenti membuka toko di Taobao dan mulai mencari pekerjaan tetap. Jadi diapun bertanya kepada Ziqiu. Dan Ziqiu pun menceritakan apa yang terjadi kemarin. Setelah itu, dia pamit, karena dia harus berangkat bekerja.

Bisnismu sudah lancar, kau masih kerja? tanya Zhuang Bei, heran.

Sebulan bisa dapat ribuan Yuan. Bisa dapat lebih banyak, jawab Ziqiu. Kemudian diapun pergi.


Chen Ting dan Meiyang datang berkunjung ke China. Mereka datang untuk memberikan kejutan kepada Ling Xiao dan merayakan ulang tahun Ling Xiao.




Jian Jian dan Ling Xiao bermain- main dengan gembira. Lalu ketika mereka pulang dan melihat kedatangan Chen Ting serta Meiyang, senyum mereka berdua langsung menghilang. Dan Jian Jian mendorong Ling Xiao yang memegang bahunya untuk agak menjauh. Tapi Ling Xiao tidak mau menjauh, dan memegang bahu Jian Jian dengan lebih erat.

Melihat itu, Chen Ting tampak biasa saja dan tersenyum. Sedangkan Meiyang berekspresi cemberut.

Didalam apatermen. Chen Ting banyak bertanya- tanya, dan Ling Xiao menjawab semuanya dengan sikap patuh. Dia menjelaskan bahwa dia tinggal bersama dengan Ziqiu yang sudah pulang dari luar negri. Dan Jian Jian tinggal diapatermen didepan nya. Lalu dia menanyai, kenapa Chen Ting dan Meiyang datang, tapi tidak memberitahunya.


Adikmu ini ingin beri kau kejutan ulang tahun. Meminta aku jangan beri tahu kamu, kata Chen Ting, menjawab. Dan Meiyang merasa heran, karena Chen Ting yang tidak mau memberitahu Ling Xiao awalnya. Lagi pula aku sudah lama tidak pulang. Sudah lama tak bertemu pamanmu, jelasnya. Dan Ling Xiao menerima jawabannya itu.


Jian Jian kemudian datang membawakan buah. Dan dengan ramah, Chen Ting memanggilnya untuk masuk serta duduk bersamanya. Dan dengan agak canggung, Jian Jian pun duduk didekatnya serta menyapa dan memuji nya dengan mulut manis.

Kau sungguh bisa memuji, kata Chen Ting dengan sikap senang. Kau ingat Kak Jian Jian ini? tanyanya kepada Meiyang. Ingatkah saat kau kecil, Jian Jian membawamu bermain, tidak hati-hati jatuh dari tangga? katanya, mengungkit masalah dimasa lalu dengan sikap seolah- olah tidak ada maksud apa- apa.


Aku lupa, balas Meiyang dengan acuh.

Saat itu dia masih kecil, kata Jian Jian sambil tertawa canggung.

Benar. Masih kecil, jatuh dari tangga, dan salahkan Li Jian Jian, kata Ling Xiao, melindungi Jian Jian.

Aku sudah lupa, balas Meiyang dengan sikap masih acuh.

Chen Ting kemudian memberitahu Jian Jian bahwa dia sebenarnya datang untuk merayakan ulang tahun Ling Xiao. Jadi nanti dia akan pesan restoran dan mengundang Ling Heping serta Li Haichao juga, supaya mereka bisa merayakannya bersama- sama. Dan Jian Jian mengiyakan.


Setelah itu, Jian Jian dan Ling Xiao mengantarkan Chen Ting serta Meiyang ke mobil hotel yang sudah datang menjemput.


Ibumu dan adikmu kemari untuk merayakan ulang tahunmu. Senanglah, kata Jian Jian, ketika melihat Ling Xiao tampak cemberut.

Bukan tak senang, balas Ling Xiao, singkat.

Kau kaku sekali. Tersenyumlah, canda Jian Jian sambil melengkungkan dua sudut bibir Ling Xiao, membentuk senyuman.


Didalam taksi. Meiyang mengeluh kepada Chen Ting, karena Ling Xiao tampak tidak senang melihat mereka, namun Ling Xiao malah tampak lebih senang saat melihat Jian Jian.

Mendengar keluhan itu, Chen Ting hanya diam saja dan tidak berkomentar.


Ling Heping dan Li Haichao seperti biasa mengobrolkan banyak hal dan bermacam- macam hal. Mereka membicarakan tentang kepulangan Chen Ting. Dan membicarakan sikap Chen Ting berdasarkan perkataan dari Jian Jian.

Jian Jian memberitahu mereka berdua bahwa sikap Chen Ting sudah berubah menjadi lebih baik dan sungkan. Dan Li Haichao percaya saja. Tapi Ling Heping tidak percaya sama sekali.

Kemudian karena malas mengobrol lebih lama dengan Ling Heping lagi, maka Li Haichao pun berhenti menjahitkan baju nya.

Hei. Aku tidak bisa, keluh Ling Heping sambil memegang baju nya.


Malam hari. Ling Xiao sama sekali tidak bisa tidur. Dia terus tergiang akan suara Chen Ting yang dulu sering menyalahkan dirinya atas kematian adiknya.




Tepat disaat itu, Jian Jian datang. Dia beralasan bahwa dia tidak bisa tidur dan ingin tidur bersama dengan Ling Xiao. Dan ling Xiao menolak. Tapi Jian Jian tidak peduli dan langsung masuk ke dalam kamar serta berbaring di sebelah Ling Xiao.

Jangan melihatku. Jangan pikirkan apa pun. Meskipun besok meteor jatuh ke bumi, hari ini harus tidur nyenyak, kata Jian Jian, menenangkan Ling Xiao. Kemudian dengan perhatian dia memeluk Ling Xiao sambil menepuk- nepuknya dengan lembut. Tidurlah, perintahnya. Dan Ling Xiao pun menutup matanya serta tidur dengan nyenyak.


Pagi hari. Sambil sarapan Tang Can sibuk menghafalkan sejarah dan bahan- bahan yang diberikan padanya. Karena dia hanya diberikan waktu selama seminggu saja, dan kemudian dia akan langsung bekerja.

Kau bisa menghafal naskah, pasti tak masalah untuk ini, kata Mingyue, percaya kepada Tang Can.

Tentu saja. Pokoknya bagiku, ini tidak terlalu menantang, kata Tang Can dengan bangga dan percaya diri.


Lalu Ling Xiao pun mencoba mengetes pengatahuan yang telah Tang Can hafalkan, dengan banyak mengajukan banyak pertanyaan. Dan Tang Can berhasil menjawab semuanya dengan benar. Mendengar itu, semua orang bertepuk tangan serta memujinya.

Ziqiu kemudian pamit untuk berangkat bekerja duluan. Dan Ling Xiao mengingat kan nya. Menjaga keuangan seimbang itu langkah pertama. Ini akan mulai berhasil, katanya, menasehati sekaligus menyemangati.

Benar. Benar, balas Ziqiu, mengerti. Lalu diapun pergi.


He Mei datang menemui He Lan dirumah sakit. Dia mentraktir He Lan sambil mengobrol bersama nya.



He Lan menceritakan tentang hidupnya. Suaminya harus mengikuti kemotrapi. Anaknya Jingjing bertugas menjaga rumah dan mengurus bebek. Anaknya Liubao bekerja mencari uang. Intinya dua anak nya ini tidak bernasib baik seperti Ziqiu. Dan dia tidak bernasib lebih baik daripada He Mei. Kepadahal dulu dia berpikir kalau He Mei akan bernasib lebih buruk darinya, karena He Mei tidak tamat SMP, tapi memaksa ingin tinggal di kota. Lalu He Mei bercerai saat sedang hamil, jadi He Mei harus merawat anak sendirian. Kemudian susah payah bertemu dengan pria baik seperti Li Haichao, tapi He Mei malah tidak mau dan pergi ke Shenzhen, setelah itu He Mei mengalami berbagai hal buruk. Namun akhirnya, He Mei yang berhasil tertawa.

He Mei gantian menceritakan tentang hidupnya. Dia merasa sudah cukup menangis. Mungkin He Lan tidak tahu, karena setiap kali dia menangis, dia selalu menghindari He Lan dan Ibu, sebab dia tidak tahan melihat tatapan kecewa dan kebencian dimata Ibu.


Itu karena kau melakukan hal yang tak masuk akal. Ibu karena kamu, merasakan banyak kekesalan, komentar He Lan, membela Ibu.

Kau patuh pada ibu, dulu kau punya pacar saat bekerja di luar. Dia merasa itu luar kota terlalu jauh. Jadi dia menjodohkanmu ke ayah Liubao dari desa sebelah. Kau setuju setelah menangis dua hari, karena tak mau ibu marah, balas He Mei, berkomentar.

Aku patuh pada ibu juga tidak salah, ayah Liubao sangat baik padaku, menikah dengannya, aku tak menyesal, kata He Lan dengan tulus.

Jangan bahas ini lagi. Ayo, makanlah, kata He Mei, mengerti.


He Lan kemudian menanyai, kenapa selama beberapa tahun ini He Mei tidak ada menghubungi mereka dan juga Ziqiu. Dan He Mei menjawab bahwa dia merasa tidak cocok menjadi seorang Ibu. Lalu dia mengalihkan pembicaraan, karena dia tidak mau membicarakan topik ini.

Oh iya, lain hari kau ke salon kecantikanku. Aku beri kau perawatan, kata He Mei, menawarkan.

Orang kampung memiliki kerutan tak mengganggu pekerjaan, balas He Lan dengan malu- malu.

Setelah selesai makan, He Lan pamit untuk pergi duluan. Dan He Mei mengiyakan. Tapi sebelum berpisah, dia memberikan seamplop uang kepada He Lan.

Aku tak kurang uang. Biaya pengobatan cukup, bebek di rumah segera dijual, kata He Lan, menolak.

Ambillah, ini hanya niat hatiku, paksa He Mei.

Aku tak bisa ambil, uang tak mudah dicari, tolak He Lan. Tapi He Mei mengabaikannya dan berjalan pergi.


Kak! panggil He Lan. Dan He Mei pun langsung berhenti berjalan dan berbalik menatap ke arahnya. Seringlah menelpon, pinta He Lan.

Mendengar itu, He Mei tersenyum. Dan lalu diapun pergi.

He Mei tiba- tiba mendapatkan kabar buruk dari karyawan nya. Dongdong menghilang diluar, karena mengejar seekor anjing.


Chen Ting dan Meiyang datang ke rumah sakit tempat Ling Xiao bekerja. Mereka datang untuk melihat- lihat, juga sekalian membagikan oleh- oleh sebagai hadiah kepada para rekan kerja Ling Xiao. Dan disana mereka bertemu dengan Xixi.

Halo, Bibi. Saya rekan Ling Xiao. Saya Feng Xixi, kata Xixi, menyapa Chen Ting dengan ramah. Sekarang dia ada pasien, atau saya bawa kalian menunggu di ruang tunggu? Dia segera selesai, katanya, menawarkan.

Terlalu merepotkan kalian, balas Chen Ting dengan ramah juga.

Setelah Ling Xiao selesai bekerja, dia diberitahu oleh para perawat bahwa Chen Ting datang dan menunggu nya diruang tunggu. Jadi Ling Xiao pun ke ruang tunggu untuk menemui Chen Ting.

Melihat Ling Xiao datang, Xixi pun berhenti mengobrol dengan Chen Ting dan pamit. Lalu diapun pergi.



Ling Xiao mengeluh, karena Chen Ting dan Meiyang tidak memberitahunya terlebih dahulu sebelum datang. Dan Chen Ting beralasan bahwa dia hanya ingin melihat- lihat tempat kerja Ling Xiao, sekaligus membagikan oleh- oleh yang dibeli nya di Singapura kepada rekan- rekan Ling Xiao.

Aku sudah bicarakan dengan rekanku untuk ganti jadwal. Nanti aku bawa kalian jalan-jalan, kata Ling Xiao, menawarkan. Chengzi, besok mau ke Gulangyu? tanyanya. Dan Meiyang merasa sangat senang sekali.

Aku mau naik kapal feri, kata Meiyang dengan bersemangat.


He Mei akhirnya berhasil menemukan Dongdong. Ternyata Dongdong sedang berada dikantor polisi, dan pihak polisi ingin wali datang menjemput Dongdong dengan membawa dokumen identitas, namun dokumen identitas Dongdong tidak berada didalam kartu keluarga He Mei. Lalu Dongdong tidak bisa bicara dengan jelas dan sulit mengenali orang. Jadi masalah ini agak sulit.

Ling Heping, gumam He Mei, teringat akan Ling Heping yang merupakan seorang polisi. Dia bisa membantu.

Siapa Ling Heping? tanya Mrs. Luo, tidak kenal.

Tetangga Li Haichao, jawab He Mei. Lalu dia segera menghubungi Li Haichao untuk meminta bantuannya.

Akhirnya, He Mei berhasil menjemput Dongdong dari kantor polisi, dibantu oleh Ling Heping. Dan darisana, Ling Heping serta Li Haichao jadi tahu bahwa Dongdong bukanlah anak He Mei, melainkan anak orang lain. Ibu kandung Dongdong sekarang sedang berada dipenjara.



Ibunya adalah ahli kecantikan, bawahanku saat aku jadi kepala toko di Shenzhen. Suaminya adalah pemabuk. Saat mabuk memukulnya, saat sadar akan berlutut minta maaf, kata He Mei, menceritakan yang sesungguhnya sambil menutup kedua telinga Dongdong supaya dia tidak mendengar. Aku sarankan dia bercerai, tetapi  dia menahan dirinya demi anak. Setidaknya, dia tak memukul anak. Tapi suatu kali saat mabuk, suaminya mengambil pisau buah untuk menyayat wajahnya. Dia merebut pisau itu, menusuk suaminya sampai mati.

Ini namanya pembelaan diri, kata Ling Heping, berkomentar. Dan Li Haichao setuju dengan itu.

Jika hanya menusuk sekali, memang pembelaan diri. Tetapi sudah berlebihan, dipenjarakan empat tahun, kata He Mei dengan perasaan bersimpati. Tak ada yang urus Dongdong, aku bantu dia urus. Tahun ini dia akan bebas, aku sudah bilang padanya. Setelah dia keluar, aku pekerjakan dia.

Kasihan anak ini, komentar Ling Heping. Dan Li Haichao setuju.

Dongdong sangat suka kepada anjing yang dipungut oleh Ziqiu, nama anjingnya Xuedan. Jadi Li Haichao pun membawa Dongdong ke rumahnya. Dan He Mei mengikuti nya.

Xuedan ini dirawat oleh supermarket di depan. Aku sudah jelaskan keadaan Dongdong, mereka setuju kau membawa Xuedan, kata Li Haichao, memberitahu.

Sungguh terima kasih padamu, kata He Mei dengan tulus.


Li Haichao kemudian dengan penasaran menanyai, kalau Dongdong bukan anak He Mei, apakah itu berarti He Mei tidak ada nikah lagi. Dan He Mei mengiyakan. Mengetahui itu, Li Haichao mengeluh, kenapa He Mei tidak jujur dan membuat Ziqiu mrasa sedih.

Aku pernah berjanji, kau merawat Ziqiu. Dia jadi anakmu, tak akan kujumpai lagi. Aku sudah jadi orang jahat, aku tak keberatan terus jahat. Ini baik untuk kita semua, kata He Mei, menjelaskan pemikirannya.


Aku tak pernah bilang aku merawat Ziqiu, kau tak boleh jumpai lagi. Kau yang putuskan sendiri.Ziqiusaat SMA kelas tiga, kau pulang. Jika kau tak bilang kau sudah menikah lagi, aku tak mungkin menutupi dari Ziqiu, balas Li Haichao, menyayangkan.

He Mei tahu bahwa tindakannya salah. Tapi dia punya prinsip, dia akan melakukan apa yang telah dia katakan. Mengetahui itu, Li Haichao merasa tidak senang atas sikap He Mei. Karena jelas- jelas He Mei telah berjanji kepada Ziqiu bahwa He Mei akan menjemput Ziqiu. Jadi kenapa He Mei tidak menepati janji tersebut.


Mendengar itu, He Mei jadi teringat pada saat dia meninggalkan Ziqiu hari itu. Dan dengan sedih, dia mulai menangis.

He Mei, kamu…” kata Li Haichao, merasa bingung karena He Mei tiba- tiba saja mulai menangis. Kamu begini, aku juga sedih, hiburnya sambil memberikan tissue kepada He Mei.

Terima kasih, kata He Mei dengan tulus.


Paman Li, kau melamun dari tadi. Memikirkan apa? tanya karyawan Li, penasaran saat melihat Li Haichao sedang melamun.

Menurutmu, kenapa? Sebenarnya, dia itu seperti apa? balas Li Haichao, bergumam sendiri.

Mendengar itu, karyawan Li tertawa pelan. Dia mengira Li Haichao sedang memikirkan Hongying. Jadi dia merasa sangat senang untuknya.

Ling Xiao memikirkan sikap Ibunya dulu kepada Jian Jian. Dan sikap Ibunya sekarang kepada Jian Jian. Dia merasa bingung, mana sikap Chen Ting yang sebenarnya.


Saat Ling Xiao pulang dan melihat Jian Jian sedang berada didalam kamarnya. Dengan diam- diam dia segera menutup pintu supaya Ziqiu tidak tahu.

“Jangan sampai Kak Ziqiu tahu aku di sini. Saat dia mandi, aku diam-diam masuk kemari,” kata Jian Jian dengan suara pelan. “Kau cepat mandi. Setelah itu, tidur,” perintahnya.

“Kau sedang gambar apa?” tanya Ling Xiao, merasa senang.


“Aku ingin buat seri binatang yang terancam punah. Seperti antelop tibet, panda, lumba-lumba tak bersirip,” jawab Jian Jian sambil memperlihatkan gambarnya. “Lihat.”

Melihat gambar itu, Ling Xiao memuji Jian Jian. Lalu dia menyarankan Jian Jian untuk pulang dan tidur di kamar sendiri.

“Kau bisa tidur tanpaku?” tanya Jian Jian, tidak yakin.

“Apa kau tahu, kau tidur bisa karate?” tanya Ling Xiao. “Aku tadinya tidur nyenyak, kemudian ditendang olehmu,” jelasnya, bercanca. Dan Jian Jian langsung cemberut.

“Kukira jika aku di sini, kau bisa tidur lebih baik,” gumam Jian Jian.


“Terima kasih perhatianmu, pulanglah,” kata Ling Xiao. Lalu dia keluar untuk memeriksa apakah Ziqiu masih diluar atau tidak.

Setelah melihat Ziqiu tidak ada, Jian Jian pun langsung pergi.


Pagi hari. Ling Xiao menemukan kado ulang tahun dari Jian Jian yang ditinggalkan di ruang tamu. Dan dengan senang serta bersemangat, dia langsung memakai sepatu baru yang diberikan oleh Jian Jian tersebut.


Mingyue dan Tang Can merasa kecewa, karena Ling Xiao tidak bisa ikut sarapan dengan mereka. Kepadahal mereka berdua telah membuatkan mie panjang umur untuk Ling Xiao.

Lalu karena itu, Mingyue pun tidak jadi ikut sarapan dengan mereka juga. Karena dia harus pergi menjemput Ayahnya yang baru pulang.

“Semangat,” kata Tang Can, menyemangati.

“Berjuang sampai akhir,” kata Ziqiu, ikut menyemangati.

“Kalian sungguh lucu,” komentar Mingyue dengan geli. Lalu diapun pergi.



Ayah Ming akhirnya sampai. Dan Mingyue langsung menghampirinya. “Aku bilang pada ibu kuberi dia buku akta dan ajak dia makan,” katanya, segera menjelaskan.

“Kali ini, ibumu sungguh tak masuk akal,” komentar Ayah Ming, kesal.

Post a Comment

Previous Post Next Post