Original
Network : Hunan Tv, iQiyi, Mango TV
Tang Can datang menemui Zhuang Bei dan
memberitahu langsung kepadanya bahwa toko Taobao nya sudah tutup. Tapi mengenai
permintaan Ibu Zhuang kemarin, dia akan melakukannya. Anggap saja dia membantu.
Jadi Zhuang Bei tidak perlu membayarnya. Dan nanti dia juga akan menjelaskan
kepada Ibu Zhuang bahwa ini adalah terakhir kalinya.
“Kenapa tak buka lagi?” tanya Zhuang Bei,
heran.
“Tak ada
alasan untuk melanjutkan. Dan juga, ayah-ibuku berharap aku mengerjakan sesuatu
yang stabil,” jawab Tang Can. Lalu diapun pamit.
Saat baru
jalan beberapa langkah, Tang Can berhenti. Dia berbalik menatap ke arah Zhuang
Bei lagi. Dan menghibur Zhuang Bei.
“Kulihat kau baik-baik saja. Baguslah.
Yueliang tak pernah berpacaran, dia tak tahu cara menghadapinya. Tetapi dia
menolakmu bukan karena kau tak baik. Aku hanya bilang saja,” hibur Tang Can.
Lalu dia berjalan pergi.
“Terima
kasih,” kata Zhuang Bei dengan tulus.
Café Ziqiu
mulai berjalan dengan baik. Banyak pelanggan yang datang ke café nya. Dan
pelanggan paling setianya adalah Zhuang Bei.
“Hai, pelanggan. Cinta tak bisa membuat
kenyang, tetapi roti isi bisa. Makanlah,” hibur Ziqiu sambil membawakan pesanan Zhuang
Bei.
Zhuang Bei
sedang memikirkan tentang Tang Can. Dia merasa sangat penasaran, kenapa Tang
Can tiba- tiba berhenti membuka toko di Taobao dan mulai mencari pekerjaan
tetap. Jadi diapun bertanya kepada Ziqiu. Dan Ziqiu pun menceritakan apa yang
terjadi kemarin. Setelah itu, dia pamit, karena dia harus berangkat bekerja.
“Bisnismu sudah lancar, kau masih kerja?” tanya
Zhuang Bei, heran.
“Sebulan bisa dapat ribuan Yuan. Bisa dapat
lebih banyak,” jawab
Ziqiu. Kemudian diapun pergi.
Chen Ting
dan Meiyang datang berkunjung ke China. Mereka datang untuk memberikan kejutan
kepada Ling Xiao dan merayakan ulang tahun Ling Xiao.
Jian Jian
dan Ling Xiao bermain- main dengan gembira. Lalu ketika mereka pulang dan
melihat kedatangan Chen Ting serta Meiyang, senyum mereka berdua langsung menghilang.
Dan Jian Jian mendorong Ling Xiao yang memegang bahunya untuk agak menjauh.
Tapi Ling Xiao tidak mau menjauh, dan memegang bahu Jian Jian dengan lebih
erat.
Melihat itu,
Chen Ting tampak biasa saja dan tersenyum. Sedangkan Meiyang berekspresi cemberut.
Didalam
apatermen. Chen Ting banyak bertanya- tanya, dan Ling Xiao menjawab semuanya
dengan sikap patuh. Dia menjelaskan bahwa dia tinggal bersama dengan Ziqiu yang
sudah pulang dari luar negri. Dan Jian Jian tinggal diapatermen didepan nya.
Lalu dia menanyai, kenapa Chen Ting dan Meiyang datang, tapi tidak
memberitahunya.
“Adikmu ini ingin beri kau kejutan ulang
tahun. Meminta aku jangan beri tahu kamu,” kata Chen Ting, menjawab. Dan Meiyang merasa
heran, karena Chen Ting yang tidak mau memberitahu Ling Xiao awalnya. “Lagi pula
aku sudah lama tidak pulang. Sudah lama tak bertemu pamanmu,” jelasnya.
Dan Ling Xiao menerima jawabannya itu.
Jian Jian
kemudian datang membawakan buah. Dan dengan ramah, Chen Ting memanggilnya untuk
masuk serta duduk bersamanya. Dan dengan agak canggung, Jian Jian pun duduk
didekatnya serta menyapa dan memuji nya dengan mulut manis.
“Kau sungguh bisa memuji,” kata Chen
Ting dengan sikap senang. “Kau ingat Kak Jian Jian ini?” tanyanya
kepada Meiyang. “Ingatkah
saat kau kecil, Jian Jian membawamu bermain, tidak hati-hati jatuh dari tangga?” katanya,
mengungkit masalah dimasa lalu dengan sikap seolah- olah tidak ada maksud apa-
apa.
“Aku lupa,” balas Meiyang dengan acuh.
“Saat itu dia masih kecil,” kata Jian
Jian sambil tertawa canggung.
“Benar. Masih kecil, jatuh dari tangga, dan
salahkan Li Jian Jian,” kata Ling Xiao, melindungi Jian Jian.
“Aku sudah lupa,” balas Meiyang dengan sikap masih acuh.
Chen Ting
kemudian memberitahu Jian Jian bahwa dia sebenarnya datang untuk merayakan
ulang tahun Ling Xiao. Jadi nanti dia akan pesan restoran dan mengundang Ling
Heping serta Li Haichao juga, supaya mereka bisa merayakannya bersama- sama.
Dan Jian Jian mengiyakan.
Setelah itu,
Jian Jian dan Ling Xiao mengantarkan Chen Ting serta Meiyang ke mobil hotel
yang sudah datang menjemput.
“Ibumu dan adikmu kemari untuk merayakan ulang
tahunmu. Senanglah,” kata Jian Jian, ketika melihat Ling Xiao
tampak cemberut.
“Bukan tak senang,” balas Ling
Xiao, singkat.
“Kau kaku sekali. Tersenyumlah,” canda Jian
Jian sambil melengkungkan dua sudut bibir Ling Xiao, membentuk senyuman.
Didalam
taksi. Meiyang mengeluh kepada Chen Ting, karena Ling Xiao tampak tidak senang
melihat mereka, namun Ling Xiao malah tampak lebih senang saat melihat Jian
Jian.
Mendengar
keluhan itu, Chen Ting hanya diam saja dan tidak berkomentar.
Ling Heping
dan Li Haichao seperti biasa mengobrolkan banyak hal dan bermacam- macam hal.
Mereka membicarakan tentang kepulangan Chen Ting. Dan membicarakan sikap Chen
Ting berdasarkan perkataan dari Jian Jian.
Jian Jian
memberitahu mereka berdua bahwa sikap Chen Ting sudah berubah menjadi lebih
baik dan sungkan. Dan Li Haichao percaya saja. Tapi Ling Heping tidak percaya
sama sekali.
Kemudian
karena malas mengobrol lebih lama dengan Ling Heping lagi, maka Li Haichao pun
berhenti menjahitkan baju nya.
“Hei. Aku tidak bisa,” keluh Ling Heping
sambil memegang baju nya.
Malam hari.
Ling Xiao sama sekali tidak bisa tidur. Dia terus tergiang akan suara Chen Ting
yang dulu sering menyalahkan dirinya atas kematian adiknya.
Tepat disaat
itu, Jian Jian datang. Dia beralasan bahwa dia tidak bisa tidur dan ingin tidur
bersama dengan Ling Xiao. Dan ling Xiao menolak. Tapi Jian Jian tidak peduli
dan langsung masuk ke dalam kamar serta berbaring di sebelah Ling Xiao.
“Jangan melihatku. Jangan pikirkan apa pun. Meskipun besok
meteor jatuh ke bumi, hari ini harus tidur nyenyak,” kata Jian
Jian, menenangkan Ling Xiao. Kemudian dengan perhatian dia memeluk Ling Xiao
sambil menepuk- nepuknya dengan lembut. “Tidurlah,” perintahnya. Dan Ling Xiao pun menutup
matanya serta tidur dengan nyenyak.
Pagi hari.
Sambil sarapan Tang Can sibuk menghafalkan sejarah dan bahan- bahan yang
diberikan padanya. Karena dia hanya diberikan waktu selama seminggu saja, dan
kemudian dia akan langsung bekerja.
“Kau bisa menghafal naskah, pasti tak masalah
untuk ini,” kata
Mingyue, percaya kepada Tang Can.
“Tentu saja. Pokoknya bagiku, ini tidak
terlalu menantang,” kata Tang
Can dengan bangga dan percaya diri.
Lalu Ling
Xiao pun mencoba mengetes pengatahuan yang telah Tang Can hafalkan, dengan
banyak mengajukan banyak pertanyaan. Dan Tang Can berhasil menjawab semuanya
dengan benar. Mendengar itu, semua orang bertepuk tangan serta memujinya.
Ziqiu
kemudian pamit untuk berangkat bekerja duluan. Dan Ling Xiao mengingat kan nya.
“Menjaga
keuangan seimbang itu langkah pertama. Ini akan mulai berhasil,” katanya,
menasehati sekaligus menyemangati.
“Benar. Benar,” balas Ziqiu, mengerti. Lalu diapun pergi.
He Mei datang
menemui He Lan dirumah sakit. Dia mentraktir He Lan sambil mengobrol bersama
nya.
He Lan
menceritakan tentang hidupnya. Suaminya harus mengikuti kemotrapi. Anaknya
Jingjing bertugas menjaga rumah dan mengurus bebek. Anaknya Liubao bekerja
mencari uang. Intinya dua anak nya ini tidak bernasib baik seperti Ziqiu. Dan
dia tidak bernasib lebih baik daripada He Mei. Kepadahal dulu dia berpikir
kalau He Mei akan bernasib lebih buruk darinya, karena He Mei tidak tamat SMP,
tapi memaksa ingin tinggal di kota. Lalu He Mei bercerai saat sedang hamil,
jadi He Mei harus merawat anak sendirian. Kemudian susah payah bertemu dengan
pria baik seperti Li Haichao, tapi He Mei malah tidak mau dan pergi ke
Shenzhen, setelah itu He Mei mengalami berbagai hal buruk. Namun akhirnya, He
Mei yang berhasil tertawa.
He Mei
gantian menceritakan tentang hidupnya. Dia merasa sudah cukup menangis. Mungkin
He Lan tidak tahu, karena setiap kali dia menangis, dia selalu menghindari He
Lan dan Ibu, sebab dia tidak tahan melihat tatapan kecewa dan kebencian dimata
Ibu.
“Itu karena kau melakukan hal yang tak masuk
akal. Ibu karena kamu, merasakan banyak kekesalan,” komentar He
Lan, membela Ibu.
“Kau patuh pada ibu, dulu kau punya pacar saat
bekerja di luar. Dia merasa itu luar kota terlalu jauh. Jadi dia menjodohkanmu
ke ayah Liubao dari desa sebelah. Kau setuju setelah menangis dua hari, karena
tak mau ibu marah,” balas He
Mei, berkomentar.
“Aku patuh pada ibu juga tidak salah, ayah
Liubao sangat baik padaku, menikah dengannya, aku tak menyesal,” kata He Lan
dengan tulus.
“Jangan bahas ini lagi. Ayo, makanlah,” kata He
Mei, mengerti.
He Lan
kemudian menanyai, kenapa selama beberapa tahun ini He Mei tidak ada
menghubungi mereka dan juga Ziqiu. Dan He Mei menjawab bahwa dia merasa tidak
cocok menjadi seorang Ibu. Lalu dia mengalihkan pembicaraan, karena dia tidak
mau membicarakan topik ini.
“Oh iya, lain hari kau ke salon kecantikanku.
Aku beri kau perawatan,” kata He Mei, menawarkan.
“Orang kampung memiliki kerutan tak mengganggu
pekerjaan,” balas He
Lan dengan malu- malu.
Setelah
selesai makan, He Lan pamit untuk pergi duluan. Dan He Mei mengiyakan. Tapi
sebelum berpisah, dia memberikan seamplop uang kepada He Lan.
“Aku tak kurang uang. Biaya pengobatan cukup,
bebek di rumah segera dijual,” kata He Lan, menolak.
“Ambillah, ini hanya niat hatiku,” paksa He
Mei.
“Aku tak bisa ambil, uang tak mudah dicari,” tolak He
Lan. Tapi He Mei mengabaikannya dan berjalan pergi.
“Kak!” panggil He Lan. Dan He Mei pun langsung
berhenti berjalan dan berbalik menatap ke arahnya. “Seringlah
menelpon,” pinta He
Lan.
Mendengar
itu, He Mei tersenyum. Dan lalu diapun pergi.
He Mei tiba-
tiba mendapatkan kabar buruk dari karyawan nya. Dongdong menghilang diluar,
karena mengejar seekor anjing.
Chen Ting
dan Meiyang datang ke rumah sakit tempat Ling Xiao bekerja. Mereka datang untuk
melihat- lihat, juga sekalian membagikan oleh- oleh sebagai hadiah kepada para
rekan kerja Ling Xiao. Dan disana mereka bertemu dengan Xixi.
“Halo, Bibi. Saya rekan Ling Xiao. Saya Feng
Xixi,” kata Xixi,
menyapa Chen Ting dengan ramah. “Sekarang dia ada pasien, atau saya bawa
kalian menunggu di ruang tunggu? Dia segera selesai,” katanya,
menawarkan.
“Terlalu merepotkan kalian,” balas Chen
Ting dengan ramah juga.
Setelah Ling
Xiao selesai bekerja, dia diberitahu oleh para perawat bahwa Chen Ting datang
dan menunggu nya diruang tunggu. Jadi Ling Xiao pun ke ruang tunggu untuk
menemui Chen Ting.
Melihat Ling
Xiao datang, Xixi pun berhenti mengobrol dengan Chen Ting dan pamit. Lalu
diapun pergi.
Ling Xiao
mengeluh, karena Chen Ting dan Meiyang tidak memberitahunya terlebih dahulu
sebelum datang. Dan Chen Ting beralasan bahwa dia hanya ingin melihat- lihat
tempat kerja Ling Xiao, sekaligus membagikan oleh- oleh yang dibeli nya di
Singapura kepada rekan- rekan Ling Xiao.
“Aku sudah bicarakan dengan rekanku untuk
ganti jadwal. Nanti aku bawa kalian jalan-jalan,” kata Ling Xiao, menawarkan. “Chengzi,
besok mau ke Gulangyu?” tanyanya. Dan Meiyang merasa sangat senang
sekali.
“Aku mau naik kapal feri,” kata Meiyang dengan bersemangat.
He Mei
akhirnya berhasil menemukan Dongdong. Ternyata Dongdong sedang berada dikantor
polisi, dan pihak polisi ingin wali datang menjemput Dongdong dengan membawa
dokumen identitas, namun dokumen identitas Dongdong tidak berada didalam kartu
keluarga He Mei. Lalu Dongdong tidak bisa bicara dengan jelas dan sulit
mengenali orang. Jadi masalah ini agak sulit.
“Ling Heping,” gumam He Mei, teringat akan Ling Heping yang
merupakan seorang polisi. “Dia bisa membantu.”
“Siapa Ling Heping?” tanya Mrs.
Luo, tidak kenal.
“Tetangga Li Haichao,” jawab He
Mei. Lalu dia segera menghubungi Li Haichao untuk meminta bantuannya.
Akhirnya, He
Mei berhasil menjemput Dongdong dari kantor polisi, dibantu oleh Ling Heping.
Dan darisana, Ling Heping serta Li Haichao jadi tahu bahwa Dongdong bukanlah
anak He Mei, melainkan anak orang lain. Ibu kandung Dongdong sekarang sedang
berada dipenjara.
“Ibunya adalah ahli kecantikan, bawahanku saat
aku jadi kepala toko di Shenzhen. Suaminya adalah pemabuk. Saat mabuk
memukulnya, saat sadar akan berlutut minta maaf,” kata He Mei, menceritakan yang sesungguhnya
sambil menutup kedua telinga Dongdong supaya dia tidak mendengar. “Aku sarankan
dia bercerai, tetapi… dia
menahan dirinya demi anak. Setidaknya, dia tak memukul anak. Tapi suatu kali
saat mabuk, suaminya mengambil pisau buah untuk menyayat wajahnya. Dia merebut
pisau itu, menusuk suaminya sampai mati.”
“Ini namanya pembelaan diri,” kata Ling
Heping, berkomentar. Dan Li Haichao setuju dengan itu.
“Jika hanya menusuk sekali, memang pembelaan
diri. Tetapi sudah berlebihan, dipenjarakan empat tahun,” kata He Mei
dengan perasaan bersimpati. “Tak ada yang urus Dongdong, aku bantu dia
urus. Tahun ini dia akan bebas, aku sudah bilang padanya. Setelah dia keluar,
aku pekerjakan dia.”
“Kasihan anak ini,” komentar
Ling Heping. Dan Li Haichao setuju.
Dongdong
sangat suka kepada anjing yang dipungut oleh Ziqiu, nama anjingnya Xuedan. Jadi
Li Haichao pun membawa Dongdong ke rumahnya. Dan He Mei mengikuti nya.
“Xuedan ini dirawat oleh supermarket di depan.
Aku sudah jelaskan keadaan Dongdong, mereka setuju kau membawa Xuedan,” kata Li
Haichao, memberitahu.
“Sungguh terima kasih padamu,” kata He Mei
dengan tulus.
Li Haichao
kemudian dengan penasaran menanyai, kalau Dongdong bukan anak He Mei, apakah
itu berarti He Mei tidak ada nikah lagi. Dan He Mei mengiyakan. Mengetahui itu,
Li Haichao mengeluh, kenapa He Mei tidak jujur dan membuat Ziqiu mrasa sedih.
“Aku pernah berjanji, kau merawat Ziqiu. Dia
jadi anakmu, tak akan kujumpai lagi. Aku sudah jadi orang jahat, aku tak
keberatan terus jahat. Ini baik untuk kita semua,” kata He Mei, menjelaskan pemikirannya.
“Aku tak pernah bilang aku merawat Ziqiu, kau
tak boleh jumpai lagi. Kau yang putuskan sendiri.Ziqiu…saat SMA kelas
tiga, kau pulang. Jika kau tak bilang kau sudah menikah lagi, aku tak mungkin
menutupi dari Ziqiu,” balas Li Haichao, menyayangkan.
He Mei tahu
bahwa tindakannya salah. Tapi dia punya prinsip, dia akan melakukan apa yang
telah dia katakan. Mengetahui itu, Li Haichao merasa tidak senang atas sikap He
Mei. Karena jelas- jelas He Mei telah berjanji kepada Ziqiu bahwa He Mei akan
menjemput Ziqiu. Jadi kenapa He Mei tidak menepati janji tersebut.
Mendengar
itu, He Mei jadi teringat pada saat dia meninggalkan Ziqiu hari itu. Dan dengan
sedih, dia mulai menangis.
“He Mei, kamu…” kata Li Haichao, merasa bingung karena He
Mei tiba- tiba saja mulai menangis. “Kamu begini, aku juga sedih,” hiburnya
sambil memberikan tissue kepada He Mei.
“Terima kasih,” kata He Mei dengan tulus.
“Paman Li, kau melamun dari tadi. Memikirkan
apa?” tanya
karyawan Li, penasaran saat melihat Li Haichao sedang melamun.
“Menurutmu, kenapa? Sebenarnya, dia itu
seperti apa?” balas Li
Haichao, bergumam sendiri.
Mendengar
itu, karyawan Li tertawa pelan. Dia mengira Li Haichao sedang memikirkan
Hongying. Jadi dia merasa sangat senang untuknya.
Ling Xiao
memikirkan sikap Ibunya dulu kepada Jian Jian. Dan sikap Ibunya sekarang kepada
Jian Jian. Dia merasa bingung, mana sikap Chen Ting yang sebenarnya.
Saat Ling
Xiao pulang dan melihat Jian Jian sedang berada didalam kamarnya. Dengan diam-
diam dia segera menutup pintu supaya Ziqiu tidak tahu.
“Jangan
sampai Kak Ziqiu tahu aku di sini. Saat dia mandi, aku diam-diam masuk kemari,”
kata Jian Jian dengan suara pelan. “Kau cepat mandi. Setelah itu, tidur,”
perintahnya.
“Kau sedang
gambar apa?” tanya Ling Xiao, merasa senang.
“Aku ingin
buat seri binatang yang terancam punah. Seperti antelop tibet, panda,
lumba-lumba tak bersirip,” jawab Jian Jian sambil memperlihatkan gambarnya.
“Lihat.”
Melihat
gambar itu, Ling Xiao memuji Jian Jian. Lalu dia menyarankan Jian Jian untuk
pulang dan tidur di kamar sendiri.
“Kau bisa
tidur tanpaku?” tanya Jian Jian, tidak yakin.
“Apa kau
tahu, kau tidur bisa karate?” tanya Ling Xiao. “Aku tadinya tidur nyenyak,
kemudian ditendang olehmu,” jelasnya, bercanca. Dan Jian Jian langsung
cemberut.
“Kukira jika
aku di sini, kau bisa tidur lebih baik,” gumam Jian Jian.
“Terima
kasih perhatianmu, pulanglah,” kata Ling Xiao. Lalu dia keluar untuk memeriksa
apakah Ziqiu masih diluar atau tidak.
Setelah
melihat Ziqiu tidak ada, Jian Jian pun langsung pergi.
Pagi hari.
Ling Xiao menemukan kado ulang tahun dari Jian Jian yang ditinggalkan di ruang
tamu. Dan dengan senang serta bersemangat, dia langsung memakai sepatu baru yang
diberikan oleh Jian Jian tersebut.
Mingyue dan
Tang Can merasa kecewa, karena Ling Xiao tidak bisa ikut sarapan dengan mereka.
Kepadahal mereka berdua telah membuatkan mie panjang umur untuk Ling Xiao.
Lalu karena itu,
Mingyue pun tidak jadi ikut sarapan dengan mereka juga. Karena dia harus pergi
menjemput Ayahnya yang baru pulang.
“Semangat,”
kata Tang Can, menyemangati.
“Berjuang
sampai akhir,” kata Ziqiu, ikut menyemangati.
“Kalian
sungguh lucu,” komentar Mingyue dengan geli. Lalu diapun pergi.
Ayah Ming
akhirnya sampai. Dan Mingyue langsung menghampirinya. “Aku bilang pada ibu
kuberi dia buku akta dan ajak dia makan,” katanya, segera menjelaskan.
“Kali ini, ibumu sungguh tak masuk akal,” komentar Ayah Ming, kesal.