Sinopsis C- Drama : Go Ahead Episode 33





Original Network : Hunan Tv, iQiyi, Mango TV

Ayah Ming dan Ibu Ming berdebat hebat. Ayah Ming protes akan tindakan Ibu Ming yang sembarangan memberikan uang muka tanpa menunggunya pulang dan berdiskusi dengannya terlebih dahulu. Tapi Ibu Ming tidak merasa dirinya salah, karena dia sudah menginfokan Ayah Ming sebelumnya.

Ayah Ming juga protes, karena Ibu Ming menggunakan seluruh uang tabungan mereka untuk dijadikan uang muka. Kepadahal dia akan segera pensiun. Dan dia khawatir bila nanti mereka tiba- tiba memerlukan uang mendadak. Tapi Ibu Ming tetap merasa dirinya tidak salah. Karena dia melakukan ini demi Mingyue, serta dia merasa bila uang pensiun itu pasti akan cukup untuk mereka gunakan nantinya, juga gajinya tidak rendah.



Ayah. Ibu, kata Mingyue, menengahi perdebatan mereka berdua. “Ibu, rumah yang kita tinggali sekarang, 140 meter persegi lebih. Sudah cukup. Aku sungguh tak butuh rumah,” komentar nya.

“Setelah kau menikah, masih bisa tinggal dengan kami?” balas Ibu Ming, bersikap keras kepala. “Wanita harus punya satu rumah, agar lebih tenang dalam melakukan apa pun,” jelas nya.



Dengan tegas, Ayah Ming menyuruh Ibu Ming untuk memindah tangankan uang muka kepada pihak lain. Tapi Ibu Ming tidak setuju.

“Aku harus beli rumah ini. Jika kau tak mau beli, kita bercerai saja,” ancam Ibu Ming, tetap pada pendirian nya.

“Ayah, jangan marah Ibu asal bicara,” pinta Mingyue, panik.

“Jika kau ingin beli, maka cerai saja,” ancam Ayah Ming juga. Kemudian diapun langsung pergi.

“Ibu sudah keterlaluan. Bagaimana pun, tak boleh langsung bilang cerai,” protes Mingyue. Tapi Ibu Ming tidak mau mendengarkan protesan nya.


Ayah Tang membantu Tang Can supaya bisa segera perbaikan dengan Ibu Tang. Dan Ibu Tang merasa sangat senang atas sikap perhatian Tang Can padanya.

“Seragam yang kamu pakai lumayan bagus,” puji Ibu Tang.

“Seragam kerja,” balas Tang Can, senang.

“Pakailah seragam ini dalam waktu lama. Tahun ini mungkin tak sempat lagi. Tahun depan, usahakan ujian pegawai sipil,” kata Ibu Tang, menyarankan.


“Aku pertimbangkan. Dulu nilaiku tidak bagus. Aku tak tahu sekarang masih bisa menguasainya tidak,” jawab Tang Can, tiba- tiba merasa sedikit tertekan.

“Nilaimu jelek karena syuting iklan dan film, jadi tertunda. Kau cepat dalam menghafal. Bahan yang dihafal ini, kau pasti bisa,” hibur Ayah Tang, mengerti.

“Benar. Kita tak harus jadi aktris. Lagi pula, dulu kau sudah beli dua rumah, dan mobil. Tabungan masih ada. Aku dan Ayahmu buka minimarket kecil. Cukup untuk hidup kami. Kau sudah memberi kami kehidupan yang baik,” kata Ibu Tang, bersikap pengertian. Dan Tang Can merasa agak senang.


Tiba- tiba guru sekolah yang dulu pernah Tang Can temui, saat Tang Can berpura- pura menjadi orang tua murid. Dia datang ke restoran yang sama dan memanggil Tang Can dengan sebutan Ibu Sun Nian.

Kau salah orang, kata Tang Can sambil menundukkan kepalanya.

Putri kami belum menikah, apanya yang ibu? kata Ayah Tang, memarahi si guru.


Lalu setelah si guru pergi, Tang Can langsung menenangkan Ibu Tang. Ibu, jangan marah. Aku sudah tutup toko Taobao.

Sudahlah, kata Ibu Tang, mengerti.

Du Juan dan Zhou Miao agak bertengkar kecil. Du Juan marah sama Zhou Miao, karena Zhou Miao pergi bermain- main dengan wanita lain dan membohongi nya. Dan Zhou Miao membela diri dengan menjelaskan bahwa itu hanya teman saja, lalu dia berusaha berbaik- baik dengan Du Juan supaya bisa berdamai dengannya. Namun Du Juan sengaja bersikap dingin.



Kau pernah kendalikan Zhongkui di King of Glory? tanya Jian Jian. Dan dengan bingung, Du Juan menjawab tidak bisa.  Di dalamnya ada kalimat yang sangat bagus, jelas Jian Jian.

Yang mana? tanya Du Juan, tidak tahu.

Sampah memang harus ada di tong sampah, sindir Jian Jian sambil menatap ke arah Zhou Miao.

Keterlaluan, kata Du Juan, membela Zhou Miao.

Kenapa keterlaluan? Aku hanya katakan kalimat di permainan saja. Kenapa? Kau anggap siapa yang jadi sampah? tanya Jian Jian, tanpa rasa bersalah sama sekali.

Tak bicara denganmu, balas Du Juan sambil cemberut.

Mendengar pembicaraan mereka, Zhou Miao merasa tersindir dan juga tidak senang. Tapi dia tidak bisa berkomentar dan hanya diam saja.


Meiyang datang ke café Ziqiu untuk mengambil kue ulang tahun yang dipesan oleh Ling Xiao. Dan Ziqiu pun memberikan nya.

Mau minum kopi? tanya Ziqiu sambil memberikan segelas kepada Meiyang.

Berapa? tanya Meiyang, menerima kopi dari Ziqiu.

Tak perlu, aku traktir, balas Ziqiu.


Yang kutanya harga kuenya, kata Meiyang, menekan kan.

Kue juga tak perlu, balas Ziqiu, bersikap dermawan.

Ibuku bilang, harus bayar. Karena kau berbisnis. Berapa? balas Meiyang.

Kau pulang dan beri tahu ibumu, tak perlu uang untuk kue Ling Xiao, balas Ziqiu, tetap menolak dengan sikap ramah.

Ibuku bilang, jika kau tak mau, maka aku berikan sesukaku, balas Meiyang sambil memberikan beberapa lembar uang kepada Ziqiu. Lalu dia langsung pergi darisana. Dan dengan kesal, Ziqiu menatap ke pergiaan Meiyang.


Chen Ting mengundang Ling Heping, Li Haichao, dan Jian Jian untuk makan bersama- sama direstoran dalam rangka merayakan ulang tahun Ling Xiao. Dan Ling Heping mengomentari bahwa Chen Ting hanya menghamburkan uang, karena mereka bisa saja makan di tempat Li Haichao dan masakan Li Haichao juga sangat enak.

Tetapi di luar juga bagus, lingkungan bagus. Lihat balon dan lampu ini, bagus, puji Li Haichao, membela Chen Ting supaya suasana jangan terlalu canggung.


Jian Jian kemudian mendapatkan pesan dari Ziqiu bahwa dia tidak bisa datang. Dan Jian Jian memberitahukan itu kepada semuanya. Lalu Meiyang menjelaskan bahwa barusan dia sudah menjemput kue ulang tahun Ling Xiao serta membayar Ziqiu. Mengetahui itu, setiap orang merasa kurang senang, tapi mereka tidak mengatakan apapun dan hanya diam.

Aku yang minta. Ziqiu buka kafe. Berbisnis tidak mudah. Harus bayar, kata Chen Ting, menjelaskan kepada semuanya.


Chen Ting kemudian meminta Ling Xiao untuk membantunya berdiri. Setelah itu, dia mengambil gelas minuman dan mengucapkan terima kasih banyak kepada Li Haichao karena telah membesarkan Ling Xiao dulu. Dan Li Haichao meminta Chen Ting untuk tidak perlu sungkan, karena dia sudah menganggap Ling Xiao sebagai anak sendiri.

Anggap anak sendiri, tetap bukan anak sendiri. Jadi aku merasa kau berjasa besar. Aku sungguh harus berterima kasih padamu, kata Chen Ting sambil tersenyum ramah. Lalu dia mengajak Li Haichao untuk bersulang.

Dengan canggung, Li Haichao pun bersulang dengan Chen Ting. Lalu dia duduk kembali di tempatnya dengan lemas.


Chen Ting kemudian mengajak Ling Heping untuk bersulang. Dia berharap agar mereka tidak saling mengejek lagi, karena Ling Heping adalah Ayah yang tidak peduli banyak dan dia adalah Ibu yang membebankan, jadi intinya mereka sama. Juga dia berharap agar  kelak Ling Heping bisa lebih memperhatikan anak mereka, dan dia juga akan berusaha untuk tidak merepotkan anak mereka.

Aku suka kata ini, memikirkan anak. Jangan merepotkan anak, kata Ling Heping dengan ketus. Lalu diapun bersulang dengan Chen Ting.


Meiyang lalu pergi keluar untuk mengambil kue yang disiapkan untu Ling Xiao. Dan dengan sikap perhatian, Chen Ting mengucapkan selamat ulang tahun kepada Ling Xiao. Tapi Ling Xiao sama sekali tidak merasa senang sedikit pun. Dan suasana didalam ruangan pun jadi terasa agak tidak nyaman.

Dikamar mandi. Meiyang dan Jian Jian bertemu. Meiyang menanyai Jian Jian untuk memastikan, apakah Jian Jian dan Ling Xiao beneran berpacaran. Dan Jian Jian membenarkan.


Percuma saja pacaran, lagi pula ibuku tak menyukaimu, komentar Meiyang dengan sikap acuh. Aku yang menyadarinya. Karena aku juga tak ingin kau jadi kakak iparku.

Tak ingin, ya sudah. Yang penting kau senang. Aku juga tak terlalu menyukaimu, balas Jian Jian, tidak terlalu peduli.


Setelah selesai makan- makan, Ling Xiao mengantarkan Chen Ting dan Meiyang untuk pulang ke hotel.

Apa maksud perkataannya tadi? Seolah anak itu hanya miliknya seorang. Selama ini kita membesarkan anak untuknya, keluh Ling Heping dengan emosi, setelah Chen Ting dan Meiyang pergi.

Kue buatan Kak Ziqiu, dia bahkan minta Xiao Chengzi bayar, keluh Jian Jian, merasa kurang senang juga.


Cepat bawa mobil kemari. Kita antar Xiao Jian pulang, kata Li Haichao, menghentikan mereka berdua. Dan Ling Heping mengerti serta pergi untuk mengambil mobilnya.

Setelah Ling Heping pergi, Li Haichao bertanya dengan ragu, apakah Chen Ting beneran sudah berubah. Dan Jian Jian mengiyakan dengan perasaan tidak terlalu yakin juga. Lalu diapun pamit dan langsung pergi.

Biar kuantar, panggil Li Haichao. Tapi Jian Jian tidak mendengarkan, karena dia sudah berlari agak jauh.

Didalam mobil. Ling Xiao menyarankan Chen Ting dan Meiyang untuk pulang ke Singapura dan dia akan memesan kan tiket untuk mereka. Tapi Meiyang menolak dengan alasan masih ada banyak kerabat dan teman yang mau dikunjunginya, jadi dia akan tinggal disini lebih lama.

Aku pesankan tiket minggu depan, kata Ling Xiao, memutuskan dengan tegas.


Baik. Lagi pula kami di sini cukup merepotkanmu, balas Chen Ting dengan suara pelan dan perasaan agak kecewa.

Kau begitu buru-buru pesan tiket untuk mengusir kami? keluh Meiyang.

Aku membalas pesan Ziqiu, dia tanya jam berapa pulang, balas Ling Xiao sambil sibuk mengetik di ponselnya. Kau tak pantas minta Chengzi bayar Ziqiu.

Aku merasa dia berbisnis tidak mudah, kata Chen Ting, membela diri.



Ketika Ling Xiao pulang, rumah sangat gelap sekali. Lalu Ziqiu dan Jian Jian muncul serta memberikan kejutan ulang tahun untuk nya. Dan dengan senang, Ling Xiao mengucapkan harapan nya sebelum meniup lilin.

Pertama, semoga Ziqiu sukses. Kedua, semuanya sehat. Ketiga, semuanya selamat sentosa, pinta Ling Xiao.

Lihatlah, permohonannya begitu sederhana, komentar Jian Jian.

Sekarang, bisnisku hampir gagal, balas Ziqiu. Ayo, tiup lilin, katanya. Dan dengan senang, Ling Xiao meniup lilin ulang tahun nya.


Mereka bertiga kemudian duduk bersama- sama diatas meja makan. Ling Xiao meminta Ziqiu mengembalikan uang yang barusan diberikan oleh Meiyang. Dan Ziqiu menolak. Dan Jian Jian tertawa serta mengomentari bahwa Meiyang ternyata cukup kaya juga.

Coba buatanku. Pasti puas, kata Ziqiu dengan bangga. Lalu Ling Xiao pun mulai memotong kue ulang tahun nya.


Jian Jian : Dalam sekejap, aku merasakan aku masuk ke kondisi orang dewasa seperti Ayah  dunia mereka. Kunci untuk masuk ke dunia mereka disebut sabar. Sabar. Sabar.

Sim Rock berkata, sabar adalah daun yang pahit. Tetapi pada akhirnya, mengeluarkan buah yang manis dan lembut.

Mingyue menceritakan masalah keluarganya kepada Tang Can. Dan dia menjelaskan bahwa kali ini dia akan melawan Ibunya. Dia tidak akan memberikan buku akta nya.

Kau ini termasuk melawan? komentar Tang Can dengan agak ketus. Dari awal, kau tetap sedang menghindar.


Karena semalam tak berani bicara lagi, gumam Mingyue dengan pelan. Lihat dirimu sendiri. Setiap hari melawan, pada akhirnya kau menyerah juga, balas nya dengan ketus.

Hei. Aku bukan menyerah pada orang tua, aku menyerah pada nasib, balas Tang Can, membela dirinya.


Jian Jian yang sedang tidur di sofa, dengan pelan dia mengatakan kepada Mingyue dan Tang Can bahwa makanan traktiran dari Chen Ting memang tidak mudah dicerna. Dan Mingyue menyarankan Jian Jian agar pergi ke rumah sakit saja. Tapi Jian Jian menolak, karena dia masih bisa bertahan.

Mie pedas asam yang kupesan, kau masih bisa makan? tanya Tang Can, perhatian. Dan Jian Jian menolak. Lalu dia berlari masuk ke dalam kamar mandi.


Tepat disaat itu, bel rumah berbunyi. Dan Mingyue serta Tang Can bersuit untuk menentukan siapa yang membuka pintu.

Yang menang buka pintu, kata Tang Can, saat dia kalah. Lalu dia tertawa dengan senang. Sementara dengan cemberut, Mingyue pergi membuka kan pintu.





Li Haichao memasak kan berbagai macam makanan untuk diberikan kepada Dongdong. Dia memasak bakso ikan, bakpau kelinci, dan telur goreng.



Mau katakan apa, katakan saja. Pasti bukan hanya mengantar makanan untuk Dongdong saja, 'kan? tanya He Mei dengan ramah.

Aku memang antar makanan untuk Dongdong, jawab Li Haichao dengan agak gugup. Sebenarnya, dua hari ini karena kamu aku tak bisa makan dan tidur dengan baik, katanya, tanpa sadar.

Karena aku?

Aku, bukan itu maksudku, sangkal Li Haichao dengan sangat gugup.



Dengan sabar, He Mei memberikan waktu untuk Li Haichao berpikir serta berbicara. Dan dengan gugup, Li Haichao mengungkit hubungan mereka dulu. Dia merasa bahwa dia tidak bisa terlalu memahami He Mei, walaupun dulunya mereka sempat berpacaran. Sebab dulu He Mei tampak sangat menyayangi Ziqiu, tapi kenapa He Mei kemudian meninggalkan Ziqiu, hanya dengan alasan hidup susah. Dan kemudian sekarang, He Mei malah menjaga anak orang lain, yaitu Dongdong. Dia ingin He Mei untuk jujur kepadanya.

Mendengar itu, He Mei diam sambil menundukkan kepalanya. Lalu dia menyuruh karyawannya agar membawa Dongdong untuk bermain diluar.


Saat Ziqiu datang menjenguk di rumah sakit, He Lan memberitahu Ziqiu bahwa dua hari lalu He Mei ada datang serta bertemu dengan nya. Dan dia ingin tahu, apakah Ziqiu juga sudah ada bertemu dengan He Mei. Dan Ziqiu menjawab sudah, tapi dia tidak mau membahas itu, karena sekarang He Mei sudah mempunyai keluarga baru dan anak juga.

Dia sudah menikah? Dia tak beri tahu aku, kata He Lan, terkejut.


Apa yang perlu diberi tahu? Masing-masing hidup dengan baik. Bukankah bagus? balas Ziqiu dengan sikap tidak peduli lagi.

Kemudian He Lan dengan agak canggung mengungkit kembali perkataan yang pernah dia katakan. Dulu dia menyuruh Ziqiu untuk berbakti kepada Li Haichao, dan melupakan He Mei. Itu adalah demi kebaikan Ziqiu. Namun sekarang, dia meminta Ziqiu untuk jangan membenci He Mei, karena He Mei sungguh menyedihkan dan He Mei beneran menyayangi Ziqiu.



Dulu kau yang bilang ingin aku lupakan ibuku, kata Ziqiu, mengingatkan.

Kau ini, bibi minta kau lupa, kau sungguh lupakan? keluh He Lan dengan sedih untuk He Mei. Ibumu meninggalkanmu, tetapi  dia juga tak ada pilihan lain. Sifatnya keras, tak pernah menangis di depan orang. Saat dia memutuskan memberikanmu pada ayahmu. Aku mengunjunginya di penjara, dia menangis sampai bengkak seperti buah persik. Merindukanmu dan setiap hari menulis surat padamu. Tetapi tak berani mengirimnya, katanya, bercerita.

Bibi, apa maksud Bibi mengunjunginya di penjara? tanya Ziqiu, terkejut.



Flash back

Seorang pelanggan mengeluh kulitnya rusak, karena melakukan perawatan wajah disalon tempat He Mei bekerja. Dan dia menarik pekerja yang melakukan perawatan pada wajahnya.

Anda hanya alergi. Anda ke rumah sakit dulu, kami akan ganti biaya pengobatan, kata He Mei, menenangkan si pelanggan sambil mencoba menyelamatkan rekannya yang rambut nya dicambak oleh si pelanggan.

Namun disaat itu, tanpa sengaja si pelanggan terdorong dan terbentur kepala nya. Lalu si pelanggan pun meninggal. Dan He Mei dihukum penjara selama 4 tahun.

Flash back end


He Mei menceritakan semua itu kepada Li Haichao. Dan Li Haichao merasa terkejut serta dia heran kenapa He Mei tidak memberitahu nya dulu.

Jika katakan sejujurnya, kamu masih akan menerima Ziqiu? tanya He Mei, ragu.

Tentu saja, jawab Li Haichao tanpa ragu.


Mendengar jawaban itu, He Mei tersenyum senang. Aku tahu. Karena itu aku melakukan itu demi Ziqiu. Lahir tanpa Ayah. Lalu Ibu masuk ke penjara karena membunuh orang. Sudahlah aku sial. Kenapa anak harus dibawa sial juga? Lebih baik putus hubungan agar kamu bisa besarkan dia dengan tenang. Dia juga bisa hidup tenang di keluarga kalian, jelas He Mei.


Dengan tulus, Li Haichao menasehati He Mei. Menurutnya tindakan He Mei dan He Lan yang menutup- nutupi semuanya dulu itu sungguh tindakan gegabah. Setiap orang mengatakan bahwa dirinya membesarkan Ziqiu dengan baik. Namun dia tahu ada yang kurang didalam hati Ziqiu. Dan bagian itu hanya bisa diberikan oleh He Mei. Juga sekarang akhirnya dia sadar, darimana sifat Ziqiu diturunkan, ternyata itu semua dari He Mei. Karena mereka berdua sama- sama suka mengambil keputusan sendiri dan menanggung semua sendiri. Lalu dia menyarankan He Mei, bila He Mei memang merasa berhutang kepada Ziqiu, maka He Mei harus menebusnya. Sedikit juga tidak masalah.

“Kau sungguh orang baik. Jika orang lain…” kata He Mei, merasa sangat tersentuh dan berterima kasih.

“Orang lain itu orang lain. Kami adalah kami,” tegas Li Haichao. “Ziqiu berhak tahu masalah ini. Sekarang aku telepon dia,” katanya, memutuskan.


Tepat sebelum Li Haichao sempat menelpon Ziqiu, He Lan menelponnya. Dan Li Haichao pun mengangkat nya. “Mm… Huh?!”

Ziqiu berjalan sambil mengingat kenangan masa kecilnya bersama He Mei dulu.



“Saat aku besar, aku beli makanan enak untuk Ibu. Beli bakpao, beli lobster besar, dan beli televisi berwarna,” kata Ziqiu, berjanji.

“Semua ini yang kau mau, 'kan?” balas He Mei sambil tertawa.

“Ibu, jadi Ibu mau apa?” tanya Ziqiu, ingin tahu. “Apa pun boleh.”

“Kamu jangan sakit, lebih patuh. Jangan jadi anak yang jahat,” jawab He Mei.

“Baik, aku akan patuh. Tetapi lobster besar, televisi tetap aku belikan,” balas Ziqiu.

Mendengar itu, He Mei tersenyum dan mencium dahi Ziqiu. Lalu mereka lanjut berjalan lagi sambil bergandengan tangan.



Mengingat kenangan tersebut, Ziqiu merasa rindu dan sedih.

Post a Comment

Previous Post Next Post