Original
Network : Hunan Tv, iQiyi, Mango TV
Chen Ting tidak mau pulang ke Singapura. Dia
masih ingin tinggal di China, lebih tepatnya dia mau pindah ke China. Karena
itulah, Meiyang merasa marah padanya. Tapi Chen Ting malah lebih keras daripada
nya. Jadi diapun merasa tidak tahan lagi dan ingin pulang sendirian ke
Singapura. Jika tidak bisa, dia akan ke Malaysia untuk cari kakek dan nenek
nya.
“Dia kesal
pada kita, Ibu tak melihatnya?” tanya Meiyang, berusaha menyadarkan Chen Ting.
“Aku tak
melihatnya,” balas Chen Ting, menolak untuk menyadari kenyataan. “Kau berteriak
lagi padaku. Kenapa aku salah? Aku ingin bersama keluargaku, kenapa aku salah?
Kau juga, sering tidak senang, sering marah-marah padaku,” keluhnya, emosional.
Tepat disaat
itu, Ling Xiao datang.
Ling Xiao
menjelaskan kepada Chen Ting bahwa mereka berdua boleh saja pindah dari
Singapura dan tinggal menetap di China. Tapi harus menunggu Meiyang tamat
sekolah terlebih dahulu, yaitu tahun depan, karena pelajaran di Singapura dan
disini berbeda. Dan Meiyang setuju.
“Aku sudah
memikirkannya. Setelah mulai sekolah, kami pulang ke Singapura. Setelah liburan
lagi kami kembali, dan pulang setelah liburan. Sekarang pesawat begitu praktis,
dan waktu penerbangan singkat,” kata Chen Ting, merencana kan. “Setelah akan
kuliah, Xiao Chengzi akan kuliah di sini. Nanti, aku jual rumah di Singapura,
kami akan kembali sepenuhnya,” jelas nya.
“Hanya satu tahun. Setelah Xiao Chengzi ujian akhir, baru pulang juga sempat,” balas Ling Xiao, menegaskan.
Namun Chen
Ting tetap saja bersikap keras kepala. Dan Meiyang serta Ling Xiao pun merasa
capek padanya. Lalu Meiyang dan Chen Ting mulai bertengkar, karena Meiyang
berkomentar bahwa Chen Ting selalu saja berpura- pura menderita.
Tepat disaat
itu, Jian Jian datang untuk mengantarkan snack. Saat dia melihat suasana agak
kurang nyaman, diapun pamit dan berniat untuk langsung pergi saja. Tapi Ling
Xiao menahannya, dan mencium nya dihadapan Chen Ting.
Melihat itu,
Chen Ting merasa tidak senang dan berniat untuk pulang ke hotel saja, dan dia
meninggalkan Meiyang di tempat Ling Xiao.
Ling Xiao
datang ke rumah Jian Jian dan memeluk Jian Jian dengan erat. “Ibuku melihat
rumah di perumahan ini. Dia akan pindah kembali,” katanya, bercerita.
“Begitu
tiba-tiba?” komentar Jian Jian, tidak menyangka.
“Mungkin
sudah direncanakan,” kata Ling Xiao, capek.
“Pindah
saja. Dia ingin hidup di mana itu kebebasannya. Lagipula ini memang adalah
rumahnya. Sekarang kau juga pulang,” kata Jian Jian, menenangkan.
Mendengar
itu, Ling Xiao diam dan tidak mengatakan apapun lagi. Dia menutup matanya dan
meresapi pelukannya. Dan dengan perhatian, Jian Jian menepuk- nepuk pelan
punggung nya.
Meiyang
pergi dari rumah Ling Xiao. Tapi dia merasa bingung dan tidak tahu harus kemana.
Mingyue
pulang dengan lemas, karena Ibu Ming memblokir nomornya, dan Ayah Ming tidak
menjawab telponnya. Jadi karena itu, diapun jadi tidak nafsu makan.
Jian Jian
menyuruh Ling Xiao untuk menelpon Meiyang, memastikan apakah Meiyang sudah
sampai dihotel. Dan Ling Xiao menjawab bahwa dia sudah menelpon, tapi ponsel
Meiyang mati, jadi menurutnya lebih baik dia membiarkan Meiyang sendirian dulu
saja.
“Umur dia
ini, adalah masa paling memberontak, melawan seluruh dunia,” kata Jian Jian,
mengerti. Lalu dia mengenang masanya dulu. “Kita sudah pernah lalui. Kau masih
ingat saat itu setiap hari aku ingin main ke warnet. Tak boleh bawa cemilan,
aku sengaja bawa. Aku sengaja melawan Guru,” ceritanya sambil tertawa.
“Benar. Saat
itu begitu pulang aku langsung ganti pakaian. Aku merasa seragam jelek sekali,
tidak sepadan dengan kecantikanku,” balas Tang
Can, setuju.
Meiyang
duduk sendirian ditaman. Lalu disaat itu, seorang pria mabuk datang dan
mendekatinya. Dan Meiyang merasa sangat takut sekali. Untungnya disaat itu,
Ziqiu pulang dan menyelamatkan nya.
“Sudah pukul
sepuluh malam. Kenapa tidak pulang?” tanya Ziqiu, perhatian.
“Aku
bertengkar dengan ibu. Dokumenku di tempatnya, tak bisa pesan kamar,” jawab Meiyang dengan putus asa.
“Lihatlah,
jika bukan aku pulang, dan lewat sini. Kau akan duduk semalaman?” tanya Ziqiu, menasehati. “Kakakmu tahu?”
tanyanya. Dan Meiyang diam sambil menundukkan kepalanya.
Meiyang
datang ke rumah Jian Jian. Dan Tang Can serta Mingyue memperhatikan nya dari
dalam kamar.
Meiyang
mengambil snack Tang Can, dan Tang Can merasa marah, tapi Mingyue
menghentikannya untuk tetap tenang. Lalu Meiyang memberi makan ikan milik
Mingyue, dan Mingyue merasa panik, karena Meiyang memberi terlalu banyak
makanan kepada ikannya. Dan Tang Can pun menarik Mingyue untuk masuk ke dalam
kamar. Lalu dia menanyai Jian Jian, apa Meiyang beneran akan tinggal ditempat
mereka.
“Dia tidur
kamarku. Malam ini, kita mandi di kamar Tang Can,” kata Jian Jian, menenangkan
Tang Can serta Mingyue. Karena dia tidak mungkin mengusir Meiyang untuk pergi.
Ling Xiao
dan Ziqiu kemudian datang untuk mengantarkan sprei baru. Dan Ling Xiao lalu
mengajak Jian Jian untuk tidur di kamarnya malam ini. Mendengar itu, Ziqiu dan
Meiyang sama- sama merasa terkejut.
“Jika malam
ini kalian tidur bersama, aku telepon Ayah melapor padanya,” ancam Ziqiu. Dan
Jian Jian langsung merasa panik.
Ziqiu
kemudian memberikan ipad lamanya kepada Meiyang. Jadi jika Meiyang merasa
bosan, Meiyang bisa menonton di ipad.
“Yang tak
terpakai lagi? Pelit,” keluh Meiyang.
“Menumpang
di sini jangan beri muka masam. Baru belasan tahun, tidak manis sama sekali,”
kata Ziqiu, menasehati.
“Benar, Li
Jia Jian paling manis,” keluh Meiyang dengan ketus. “Tapi aku merasa dia
menyebalkan. Dan dia dan kakakku pasti pernah tidur bersama.”
“Masih muda,
apa yang kau pikirkan?” balas Ziqiu sambil menekan pelan kepala Meiyang.
“Berkata begitu lagi, kupukul kamu.”
Tepat disaat
itu, Mingyue lewat. “Adik, silakan. Anggap rumah sendiri,” katanya dengan
canggung dan sopan.
“Dasar
bocah, balas,” perintah Ziqiu sambil mengetuk kepala Meiyang.
“Terima
kasih, Kak,” kata Meiyang, terpaksa.
Didalam
kamar. Ling Xiao membantu Jian Jian mengganti sprei tempat tidur. Sambil
terkadang bermesra- mesraan sedikit.
Meiyang
mengintip itu dari luar dan merasa agak tidak nyaman.
Pagi hari.
Ling Xiao memberitahu Meiyang bahwa dia sudah membatalkan tiket pulang ke
Singapura, karena dia tidak merasa aman bila Meiyang harus pulang sendirian ke
sana, lagian Meiyang juga masih dalam masa liburan sekolah. Lalu Jian Jian
mengajak Meiyang untuk ikut bersamanya ke Studio hari ini. Tapi Meiyang
menolak, dia lebih memilih pergi ke café Ziqiu.
“Aku sungguh
tak pandai jaga anak,” keluh Ziqiu.
“Merepotkanmu,”
pinta Ling Xiao.
“Jarang-jarang
tuan putri menyukaimu. Kak Ziqiu, semangat,” kata Jian Jian, menyemangati Ziqiu
sambil tertawa. Lalu dia langsung menarik Ling Xiao untuk berangkat bersama-
sama.
Ling Heping
memanggil Chen Ting untuk bertemu dicafe. Dia ingin membicarakan tentang
masalah Chen Ting yang berniat untuk sewa rumah disini. Dia ingin tahu, kenapa
Chen Ting tiba- tiba mau pindah ke China lagi. Dan Chen Ting tidak mau membahas
itu dengan Ling Heping, karena mereka sudah bercerai.
“Anak kita
menjagamu begitu lama, dia sangat menderita, dan tak mudah. Aku pikir, kau
lebih tahu dariku. Sekarang kamu begini butuh dijaga, mengandalkan anak. Aku
juga tak keberatan. Tetapi satu hal, sekarang penyakit psikologinya… sangat
parah. Sering tidak bisa tidur, kurang tidur, banyak makan obat, harus melawan
kepanikan dan depresi,” kata Ling Heping, memberitahu dengan halus. “Untung ada
Li Jian Jian,” jelasnya, bersyukur.
Mendengar
itu, Chen Ting menjawab bahwa dia tahu kalau Ling Xiao ada sakit. Tapi Ling
Xiao adalah anak yang pendiam dan selalu memendam semuanya sendirian. Juga dia
bisa melihat kalau Ling Xiao lebih bahagia disini.
“Ling Xiao
sangat mencintai Li Jian Jian. Demi anak kita, kusarankan kau… belajar menyukai
Li Jian Jian,” pinta Ling Heping.
“Aku bukan
tak menyukainya. Aku hanya… hanya terlalu lama tak bertemu, jadi merasa asing,”
balas Chen Ting sambil mengocok- ngocok kopinya.
Ling Heping
datang berobat ke tempat Ling Xiao. Sebenarnya dia datang untuk memeriksa
kondisi Ling Xiao, bukannya beneran untuk berobat. Dan Ling Xiao mengetahui
niat baiknya tersebut.
“Ayah, siang ini ada waktu? Temani aku makan,” ajak
Ling Xiao.
“Baik, nanti
aku telepon izin telat masuk,” kata Ling Heping langsung mengiyakan ajakan nya
dengan senang.
Sambil
makan, Ling Heping banyak berbicara untuk menenangkan kegelisahan Ling Xiao.
Dia menjelaskan bahwa lebih baik Chen Ting memang pindah ke sini lagi, karena
disini ada banyak saudara yang bisa menjaga Chen Ting, jadi beban Ling Xiao pun
bisa agak berkurang. Lalu untuk masalah Jian Jian, Ling Heping menasehati Ling
Xiao untuk jangan pedulikan pendapat Chen Ting, karena hubungan antara mertua
dan menantu memang paling sulit. Juga barusan dia telah berbicara dengan Chen
Ting, dan Chen Ting mengatakan bahwa dirinya tidak memiliki maksud lain.
“Ayah. Ayah
mencarinya?” tanya Ling Xiao.
“Tidak,
untuk apa mencarinya? Aku meneleponnya, bertanya apakah butuh bantuan untuk
pindah. Sekalian, tanya tentang kau dan Jian Jian. Jadi dia berkata begitu,”
balas Ling Heping, beralasan.
“Ayah,
terima kasih,” kata Ling Xiao, merasa tersentuh. Dan mendengar itu, Ling Heping
tertawa senang.
Selama
dicafe, Ziqiu menjaga dan mengajarkan Meiyang dengan baik. Bila Meiyang
bersikap tidak sopan, maka dia akan menegurnya dan menasehatinya. Saat Meiyang
ingin membayar minuman yang diminumnya, dia tidak akan menerima. Dan Meiyang
merasa senang dengan sikap tulus Ziqiu yang tidak berpura- pura baik kepadanya,
tapi memang beneran baik.
He Mei
datang ke café menemui Ziqiu. Dia menceritakan tentang masalah Dongdong dan
juga tentang Ibu Dongdong yang sebentar lagi akan keluar dari penjara. Dan
Ziqiu mendengarkan dengan perasaan agak canggung. Lalu dia mengalihkan
pembicaraan. Dia membahas tentang video He Mei dan Li Haichao yang sedang makan
mie bersama kemarin dengan agak sedikit bercanda.
Didalam café. Meiyang memperhatikan interaksi antara Ziqiu dan He Mei dengan perasaan tertarik.
Sebelum He
Mei pergi, Ziqiu memberikan bungkusan kue untuk Dongdong. Dan He Mei menerima
itu dengan senang serta berterima kasih. Lalu dia memberikan sesuatu sebagai
hadiah untuk Ziqiu.
Setelah He
Mei pergi, Ziqiu membuka hadiah yang He Mei berikan. Itu adalah cermin dengan
foto He Mei dan Ziqiu semasa kecil, tertempel didalam nya. Melihat itu, Ziqiu
tersenyum senang.
Dari jauh,
Meiyang memperhatikan itu. Dan saat Ziqiu tersenyum, dia ikut tersenyum bahagia
untuknya.
Malam hari,
Jian Jian pulang ke restoran Li Haichao. Dan saat dia melihat Li Haichao sedang
main ponsel sambil tersenyum, dia menasehati nya dengan sikap dewasa. “Ayah
cari pasangan aku sangat mendukung. Tetapi ayah
harus sadar, jangan jatuh karena batu yang sama. Ayah suka yang cantik, tak masalah. Tetapi untuk hidup bersama,
cantik saja tidak cukup.”
“Lihatlah
kau ini. Aku cari He Mei karena Ziqiu,” balas Li Haichao, menjelaskan.
Tepat disaat
itu, Ling Heping pulang. Dan Li Haichao menghentikan Jian Jian untuk jangan
sampai berbicara sembarangan dan makan saja. D an Ling Heping merasa penasaran
serta ingin ikut bergosip dengan Jian Jian.
“Kalian ini
kenapa begitu suka bergosip?” keluh Li Haichao. “Aku hanya kirim pesan wechat,”
jelasnya, membela diri. Lalu diapun pergi ke dapur.
Saat Li
Haichao pergi, Ling Heping mulai berbicara serius dengan Jian Jian. Dia
menceritakan pertemuannya dengan Chen Ting hari ini. Dia menyadari kalau Chen
Ting dan Meiyang tampak tidak menyukai Jian Jian. Dan juga dia tahu kalau Chen
Ting akan pindah untuk tinggal disini. Jadi dia mengingatkan Jian Jian, bila
mereka berdua membully Jian Jian nantinya, maka kasih tahu dia.
Mendengar
itu, dengan patuh Jian Jian menggangguk kan kepalanya.
Ling Xiao
datang menjemput Jian Jian di halte bus. Dan dengan senang, Jian Jian memeluk
Ling Xiao. Lalu dia bersikap manja dan meminta Ling Xiao untuk membelikannya es
krim. Tapi Ling Xiao menolak, dan menawarkan bahwa besok pagi, baru dia akan
belikan untuk Jian Jian.
“Jika ada Kak Ziqiu, pasti belikan untukku,” keluh Jian
Jian, mengambek. Dan Ling Xiao tertawa sambil mengelus rambutnya.
Saat sudah
hampir sampai didekat apatermen, Jian Jian dan Ling Xiao bertemu dengan Ziqiu
yang sudah menunggu mereka sedari tadi di dekat taman.
“Hei. Kamu cepat usir adikmu. Dia besok masih
datang ke café ku.
Seharian ini aku bantu Ibumu jaga anak,” keluh Ziqiu, memberitahu Ling Xiao.
“Apakah dia mengganggumu?” tanya Ling
Xiao, khawatir.
“Tidak,” jawab Ziqiu dengan jujur. “Dia
sendirian, tidak ada teman disini. Setidaknya kamu carikan aktivitas atau kelas
pelatihan untuknya.”
“Tahun depan dia akan ujian akhir, bisa
mendaftarkan kelas menggambar. Aku lihat dia tipe yang tidak belajar dengan
baik,” kata Jian
Jian, menyarankan.
“Nilainya cukup bagus,” balas Ling
Xiao sambil tertawa.
Dirumah.
Tang Can merasa kesal sekali, ketika Meiyang merebut remote TV nya. Dan saat
Jian Jian pulang, dia langsung mengadu.
Ling Xiao pun membawa Tang Can ke tempatnya. Dan Tang Can mengikuti dengan patuh sambil membawa remote TV. Jadi pada akhirnya, Tang Can masih tidak bisa menonton acara TV kesukaan nya. Hahaha….