Sinopsis C- Drama : Go Ahead Episode 35


Original Network : Hunan Tv, iQiyi, Mango TV

Chen Ting tidak mau pulang ke Singapura. Dia masih ingin tinggal di China, lebih tepatnya dia mau pindah ke China. Karena itulah, Meiyang merasa marah padanya. Tapi Chen Ting malah lebih keras daripada nya. Jadi diapun merasa tidak tahan lagi dan ingin pulang sendirian ke Singapura. Jika tidak bisa, dia akan ke Malaysia untuk cari kakek dan nenek nya.




“Dia kesal pada kita, Ibu tak melihatnya?” tanya Meiyang, berusaha menyadarkan Chen Ting.

“Aku tak melihatnya,” balas Chen Ting, menolak untuk menyadari kenyataan. “Kau berteriak lagi padaku. Kenapa aku salah? Aku ingin bersama keluargaku, kenapa aku salah? Kau juga, sering tidak senang, sering marah-marah padaku,” keluhnya, emosional.

Tepat disaat itu, Ling Xiao datang.


Ling Xiao menjelaskan kepada Chen Ting bahwa mereka berdua boleh saja pindah dari Singapura dan tinggal menetap di China. Tapi harus menunggu Meiyang tamat sekolah terlebih dahulu, yaitu tahun depan, karena pelajaran di Singapura dan disini berbeda. Dan Meiyang setuju.


“Aku sudah memikirkannya. Setelah mulai sekolah, kami pulang ke Singapura. Setelah liburan lagi kami kembali, dan pulang setelah liburan. Sekarang pesawat begitu praktis, dan waktu penerbangan singkat,” kata Chen Ting, merencana kan. “Setelah akan kuliah, Xiao Chengzi akan kuliah di sini. Nanti, aku jual rumah di Singapura, kami akan kembali sepenuhnya,” jelas nya.

“Hanya satu tahun. Setelah Xiao Chengzi ujian akhir, baru pulang juga sempat,” balas Ling Xiao, menegaskan.



Namun Chen Ting tetap saja bersikap keras kepala. Dan Meiyang serta Ling Xiao pun merasa capek padanya. Lalu Meiyang dan Chen Ting mulai bertengkar, karena Meiyang berkomentar bahwa Chen Ting selalu saja berpura- pura menderita.




Tepat disaat itu, Jian Jian datang untuk mengantarkan snack. Saat dia melihat suasana agak kurang nyaman, diapun pamit dan berniat untuk langsung pergi saja. Tapi Ling Xiao menahannya, dan mencium nya dihadapan Chen Ting.

Melihat itu, Chen Ting merasa tidak senang dan berniat untuk pulang ke hotel saja, dan dia meninggalkan Meiyang di tempat Ling Xiao.



Ling Xiao datang ke rumah Jian Jian dan memeluk Jian Jian dengan erat. “Ibuku melihat rumah di perumahan ini. Dia akan pindah kembali,” katanya, bercerita.

“Begitu tiba-tiba?” komentar Jian Jian, tidak menyangka.

“Mungkin sudah direncanakan,” kata Ling Xiao, capek.

“Pindah saja. Dia ingin hidup di mana itu kebebasannya. Lagipula ini memang adalah rumahnya. Sekarang kau juga pulang,” kata Jian Jian, menenangkan.

Mendengar itu, Ling Xiao diam dan tidak mengatakan apapun lagi. Dia menutup matanya dan meresapi pelukannya. Dan dengan perhatian, Jian Jian menepuk- nepuk pelan punggung nya.

Meiyang pergi dari rumah Ling Xiao. Tapi dia merasa bingung dan tidak tahu harus kemana.


Mingyue pulang dengan lemas, karena Ibu Ming memblokir nomornya, dan Ayah Ming tidak menjawab telponnya. Jadi karena itu, diapun jadi tidak nafsu makan.


Jian Jian menyuruh Ling Xiao untuk menelpon Meiyang, memastikan apakah Meiyang sudah sampai dihotel. Dan Ling Xiao menjawab bahwa dia sudah menelpon, tapi ponsel Meiyang mati, jadi menurutnya lebih baik dia membiarkan Meiyang sendirian dulu saja.

“Umur dia ini, adalah masa paling memberontak, melawan seluruh dunia,” kata Jian Jian, mengerti. Lalu dia mengenang masanya dulu. “Kita sudah pernah lalui. Kau masih ingat saat itu setiap hari aku ingin main ke warnet. Tak boleh bawa cemilan, aku sengaja bawa. Aku sengaja melawan Guru,” ceritanya sambil tertawa.

“Benar. Saat itu begitu pulang aku langsung ganti pakaian. Aku merasa seragam jelek sekali, tidak sepadan dengan kecantikanku,” balas Tang Can, setuju.


Meiyang duduk sendirian ditaman. Lalu disaat itu, seorang pria mabuk datang dan mendekatinya. Dan Meiyang merasa sangat takut sekali. Untungnya disaat itu, Ziqiu pulang dan menyelamatkan nya.


“Sudah pukul sepuluh malam. Kenapa tidak pulang?” tanya Ziqiu, perhatian.

“Aku bertengkar dengan ibu. Dokumenku di tempatnya, tak bisa pesan kamar,” jawab Meiyang dengan putus asa.

“Lihatlah, jika bukan aku pulang, dan lewat sini. Kau akan duduk semalaman?” tanya Ziqiu, menasehati. “Kakakmu tahu?” tanyanya. Dan Meiyang diam sambil menundukkan kepalanya.


Meiyang datang ke rumah Jian Jian. Dan Tang Can serta Mingyue memperhatikan nya dari dalam kamar.

Meiyang mengambil snack Tang Can, dan Tang Can merasa marah, tapi Mingyue menghentikannya untuk tetap tenang. Lalu Meiyang memberi makan ikan milik Mingyue, dan Mingyue merasa panik, karena Meiyang memberi terlalu banyak makanan kepada ikannya. Dan Tang Can pun menarik Mingyue untuk masuk ke dalam kamar. Lalu dia menanyai Jian Jian, apa Meiyang beneran akan tinggal ditempat mereka.


“Dia tidur kamarku. Malam ini, kita mandi di kamar Tang Can,” kata Jian Jian, menenangkan Tang Can serta Mingyue. Karena dia tidak mungkin mengusir Meiyang untuk pergi.


Ling Xiao dan Ziqiu kemudian datang untuk mengantarkan sprei baru. Dan Ling Xiao lalu mengajak Jian Jian untuk tidur di kamarnya malam ini. Mendengar itu, Ziqiu dan Meiyang sama- sama merasa terkejut.

“Jika malam ini kalian tidur bersama, aku telepon Ayah melapor padanya,” ancam Ziqiu. Dan Jian Jian langsung merasa panik.


Ziqiu kemudian memberikan ipad lamanya kepada Meiyang. Jadi jika Meiyang merasa bosan, Meiyang bisa menonton di ipad.

“Yang tak terpakai lagi? Pelit,” keluh Meiyang.

“Menumpang di sini jangan beri muka masam. Baru belasan tahun, tidak manis sama sekali,” kata Ziqiu, menasehati.

“Benar, Li Jia Jian paling manis,” keluh Meiyang dengan ketus. “Tapi aku merasa dia menyebalkan. Dan dia dan kakakku pasti pernah tidur bersama.”

“Masih muda, apa yang kau pikirkan?” balas Ziqiu sambil menekan pelan kepala Meiyang. “Berkata begitu lagi, kupukul kamu.”


Tepat disaat itu, Mingyue lewat. “Adik, silakan. Anggap rumah sendiri,” katanya dengan canggung dan sopan.

“Dasar bocah, balas,” perintah Ziqiu sambil mengetuk kepala Meiyang.

“Terima kasih, Kak,” kata Meiyang, terpaksa.



Didalam kamar. Ling Xiao membantu Jian Jian mengganti sprei tempat tidur. Sambil terkadang bermesra- mesraan sedikit.

Meiyang mengintip itu dari luar dan merasa agak tidak nyaman.


Pagi hari. Ling Xiao memberitahu Meiyang bahwa dia sudah membatalkan tiket pulang ke Singapura, karena dia tidak merasa aman bila Meiyang harus pulang sendirian ke sana, lagian Meiyang juga masih dalam masa liburan sekolah. Lalu Jian Jian mengajak Meiyang untuk ikut bersamanya ke Studio hari ini. Tapi Meiyang menolak, dia lebih memilih pergi ke café Ziqiu.


“Aku sungguh tak pandai jaga anak,” keluh Ziqiu.

“Merepotkanmu,” pinta Ling Xiao.

“Jarang-jarang tuan putri menyukaimu. Kak Ziqiu, semangat,” kata Jian Jian, menyemangati Ziqiu sambil tertawa. Lalu dia langsung menarik Ling Xiao untuk berangkat bersama- sama.


Ling Heping memanggil Chen Ting untuk bertemu dicafe. Dia ingin membicarakan tentang masalah Chen Ting yang berniat untuk sewa rumah disini. Dia ingin tahu, kenapa Chen Ting tiba- tiba mau pindah ke China lagi. Dan Chen Ting tidak mau membahas itu dengan Ling Heping, karena mereka sudah bercerai.

“Anak kita menjagamu begitu lama, dia sangat menderita, dan tak mudah. Aku pikir, kau lebih tahu dariku. Sekarang kamu begini butuh dijaga, mengandalkan anak. Aku juga tak keberatan. Tetapi satu hal, sekarang penyakit psikologinya… sangat parah. Sering tidak bisa tidur, kurang tidur, banyak makan obat, harus melawan kepanikan dan depresi,” kata Ling Heping, memberitahu dengan halus. “Untung ada Li Jian Jian,” jelasnya, bersyukur.


Mendengar itu, Chen Ting menjawab bahwa dia tahu kalau Ling Xiao ada sakit. Tapi Ling Xiao adalah anak yang pendiam dan selalu memendam semuanya sendirian. Juga dia bisa melihat kalau Ling Xiao lebih bahagia disini.

“Ling Xiao sangat mencintai Li Jian Jian. Demi anak kita, kusarankan kau… belajar menyukai Li Jian Jian,” pinta Ling Heping.

“Aku bukan tak menyukainya. Aku hanya… hanya terlalu lama tak bertemu, jadi merasa asing,” balas Chen Ting sambil mengocok- ngocok kopinya.

Ling Heping datang berobat ke tempat Ling Xiao. Sebenarnya dia datang untuk memeriksa kondisi Ling Xiao, bukannya beneran untuk berobat. Dan Ling Xiao mengetahui niat baiknya tersebut.


“Ayah, siang ini ada waktu? Temani aku makan,” ajak Ling Xiao.

“Baik, nanti aku telepon izin telat masuk,” kata Ling Heping langsung mengiyakan ajakan nya dengan senang.



Sambil makan, Ling Heping banyak berbicara untuk menenangkan kegelisahan Ling Xiao. Dia menjelaskan bahwa lebih baik Chen Ting memang pindah ke sini lagi, karena disini ada banyak saudara yang bisa menjaga Chen Ting, jadi beban Ling Xiao pun bisa agak berkurang. Lalu untuk masalah Jian Jian, Ling Heping menasehati Ling Xiao untuk jangan pedulikan pendapat Chen Ting, karena hubungan antara mertua dan menantu memang paling sulit. Juga barusan dia telah berbicara dengan Chen Ting, dan Chen Ting mengatakan bahwa dirinya tidak memiliki maksud lain.

“Ayah. Ayah mencarinya?” tanya Ling Xiao.

“Tidak, untuk apa mencarinya? Aku meneleponnya, bertanya apakah butuh bantuan untuk pindah. Sekalian, tanya tentang kau dan Jian Jian. Jadi dia berkata begitu,” balas Ling Heping, beralasan.

“Ayah, terima kasih,” kata Ling Xiao, merasa tersentuh. Dan mendengar itu, Ling Heping tertawa senang.


Selama dicafe, Ziqiu menjaga dan mengajarkan Meiyang dengan baik. Bila Meiyang bersikap tidak sopan, maka dia akan menegurnya dan menasehatinya. Saat Meiyang ingin membayar minuman yang diminumnya, dia tidak akan menerima. Dan Meiyang merasa senang dengan sikap tulus Ziqiu yang tidak berpura- pura baik kepadanya, tapi memang beneran baik.



He Mei datang ke café menemui Ziqiu. Dia menceritakan tentang masalah Dongdong dan juga tentang Ibu Dongdong yang sebentar lagi akan keluar dari penjara. Dan Ziqiu mendengarkan dengan perasaan agak canggung. Lalu dia mengalihkan pembicaraan. Dia membahas tentang video He Mei dan Li Haichao yang sedang makan mie bersama kemarin dengan agak sedikit bercanda.

Didalam café. Meiyang memperhatikan interaksi antara Ziqiu dan He Mei dengan perasaan tertarik.


Sebelum He Mei pergi, Ziqiu memberikan bungkusan kue untuk Dongdong. Dan He Mei menerima itu dengan senang serta berterima kasih. Lalu dia memberikan sesuatu sebagai hadiah untuk Ziqiu.


Setelah He Mei pergi, Ziqiu membuka hadiah yang He Mei berikan. Itu adalah cermin dengan foto He Mei dan Ziqiu semasa kecil, tertempel didalam nya. Melihat itu, Ziqiu tersenyum senang.

Dari jauh, Meiyang memperhatikan itu. Dan saat Ziqiu tersenyum, dia ikut tersenyum bahagia untuknya.



Malam hari, Jian Jian pulang ke restoran Li Haichao. Dan saat dia melihat Li Haichao sedang main ponsel sambil tersenyum, dia menasehati nya dengan sikap dewasa. “Ayah cari pasangan aku sangat mendukung. Tetapi ayah harus sadar, jangan jatuh karena batu yang sama. Ayah suka yang cantik, tak masalah. Tetapi untuk hidup bersama, cantik saja tidak cukup.”

“Lihatlah kau ini. Aku cari He Mei karena Ziqiu,” balas Li Haichao, menjelaskan.


Tepat disaat itu, Ling Heping pulang. Dan Li Haichao menghentikan Jian Jian untuk jangan sampai berbicara sembarangan dan makan saja. D an Ling Heping merasa penasaran serta ingin ikut bergosip dengan Jian Jian.

“Kalian ini kenapa begitu suka bergosip?” keluh Li Haichao. “Aku hanya kirim pesan wechat,” jelasnya, membela diri. Lalu diapun pergi ke dapur.



Saat Li Haichao pergi, Ling Heping mulai berbicara serius dengan Jian Jian. Dia menceritakan pertemuannya dengan Chen Ting hari ini. Dia menyadari kalau Chen Ting dan Meiyang tampak tidak menyukai Jian Jian. Dan juga dia tahu kalau Chen Ting akan pindah untuk tinggal disini. Jadi dia mengingatkan Jian Jian, bila mereka berdua membully Jian Jian nantinya, maka kasih tahu dia.

Mendengar itu, dengan patuh Jian Jian menggangguk kan kepalanya.


Ling Xiao datang menjemput Jian Jian di halte bus. Dan dengan senang, Jian Jian memeluk Ling Xiao. Lalu dia bersikap manja dan meminta Ling Xiao untuk membelikannya es krim. Tapi Ling Xiao menolak, dan menawarkan bahwa besok pagi, baru dia akan belikan untuk Jian Jian.

Jika ada Kak Ziqiu, pasti belikan untukku, keluh Jian Jian, mengambek. Dan Ling Xiao tertawa sambil mengelus rambutnya.

Saat sudah hampir sampai didekat apatermen, Jian Jian dan Ling Xiao bertemu dengan Ziqiu yang sudah menunggu mereka sedari tadi di dekat taman.


Hei. Kamu cepat usir adikmu. Dia besok masih datang ke café ku. Seharian ini aku bantu Ibumu jaga anak, keluh Ziqiu, memberitahu Ling Xiao.

Apakah dia mengganggumu? tanya Ling Xiao, khawatir.

Tidak, jawab Ziqiu dengan jujur. Dia sendirian, tidak ada teman disini. Setidaknya kamu carikan aktivitas atau kelas pelatihan untuknya.

Tahun depan dia akan ujian akhir, bisa mendaftarkan kelas menggambar. Aku lihat dia tipe yang tidak belajar dengan baik, kata Jian Jian, menyarankan.

Nilainya cukup bagus, balas Ling Xiao sambil tertawa.


Dirumah. Tang Can merasa kesal sekali, ketika Meiyang merebut remote TV nya. Dan saat Jian Jian pulang, dia langsung mengadu.




Ling Xiao pun membawa Tang Can ke tempatnya. Dan Tang Can mengikuti dengan patuh sambil membawa remote TV. Jadi pada akhirnya, Tang Can masih tidak bisa menonton acara TV kesukaan nya. Hahaha.

Post a Comment

Previous Post Next Post