Sinopsis K-Drama
: The Uncanny Counter
Episode
01
Adegan
di mulai dengan memperlihatkan sebuah keluarga kecil yang sedang berada di
dalam mobil. Mereka sedang dalam perjalanan pulang. Saat itu, hari sedang hujan
lumayan deras. Sang ayah, bernama So Gwon, berprofesi sebagai detektif. Sang
Ibu, bernama Ha Mun Yeong, berprofesi sebagai seorang polisi. Anaknya, bernama
So Mun yang mempunyai hobi menggambar. Hari itu, melalui radio di mobil, kita
mengetahui bahwa hasil pemilihan wali kota Jungjin sudah keluar dan pemenangnya
adalah Shin Myeong Hwi.
Dalam
perjalanan, So Mun bercerita kalau dia sedang membuat buku cerita mengenai
keluarga mereka yang sedang pergi liburan. Sayangnya, di gambarnya, dia pergi
liburan bersama kakek dan neneknya karna ayah dan ibunya selalu sibuk dan tidak
akan bisa ikut berlibur. So Gwon dan Mun Yeong tentu sedih mendengarnya dan
berjanji akan bisa ikut liburan bersama So Mun. So Mun tidak percaya karna ayah
dan ibunya selalu melanggar janji.
So
Gwon nggak menyerah. Dengan nada lembut dan manis, dia membujuk So Mun agar
memasukannya dan Mun Yeong ke dalam buku cerita So Mun juga. Kali ini, dia
janji kalau mereka akan bisa liburan bersama. So Mun tersenyum senang. Dia
setuju untuk menggambar ayah dan ibunya juga di buku cerita miliknya.
Dengan
wajah tersenyum bahagia, So Mun mulai menambahkan sosok ayah dan ibu di
gambarnya.
--
Di
saat yang sama, seorang pria bernama Ga Mo Tak, sedang berada di pinggiran atap
gedung. Kondisinya sedang dalam luka parah bahkan ada tusukan di perutnya.
Dalam keadaan menahan sakit, Mo Tak menelpon rekannya, So Gwon.
Saat
itu, So Gwon sedang berhenti di lampu merah dan bernyanyi bahagia bersama Mun
Yeong dengan So Mun. Mo Tak menelpon untuk memperingati agar So Gwon
berhati-hati. So Gwon bingung dengan apa yang di katakan Mo Tak dan juga dengan
suara Mo Tak yang tampak menahan sakit.
“Pastikan
kau bertahan! Kau harus bertahan!” teriak Mo Tak.
“Dimana
kau sekarang, detektif Ga?” tanya So Gwon, khawatir.
Mo
Tak tidak bisa menjawab pertanyaan tersebut, karna sekelompok orang mengenakan
mantel hujan berwarna gelap, muncul di depannya. Dengan sisa kekuatannya, Mo
Tak berusaha melawan mereka.
So
Gwon semakin khawatir karna tidak ada jawaban dari Mo Tak. Dan tiba-tiba saja,
sebuah truk melaju kencang, menabrak mobil So Gwon yang sedang berhenti di
lampu merah. Tabrakan itu, membuat mobil keluarga So Gwon, berputar hebat di
jalanan.
Mo
Tak yang sedang bertarung, pada akhirnya, terjatuh dari atap gedung. Tubuhnya
mendarat di atas sebuah mobil hitam.
Ketika
tabrakan itu terjadi, Mun Yeong berusaha keras menggunakan tubuhnya untuk
melindungi So Mun. So Mun masih sadarkan diri di detik-detik terakhir karna dia
merasakan rasa sakit luar biasa di kakinya. Itu karna sebelah kakinya terjepit.
Dengan suara lemah, So Mun berusaha memanggil ayah dan ibunya, tapi tidak ada
jawaban.
Seorang
pria turun dari truk yang menabrak mobil So Gwon. So Mun mendengar langkah
kakinya dan dengan suara kecil meminta tolong pada orang itu. Sebelum
kesadarannya benar-benar hilang, samar-samar dia melihat seorang pria
mengenakan topi hitam, melihat ke arahnya.
The Uncanny Counter
7 tahun kemudian,
So
Mun selamat dari kecelakaan maut itu. Dia tinggal bersama kakek dan neneknya.
Kondisi neneknya tidak begitu baik. Neneknya sudah pikun. Walau begitu, So Mun
tetap merawat neneknya dengan kasih sayang.
Akibat
kecelakaan 7 tahun lalu, kaki So Mun menjadi pincang dan kedua orang tuanya
meninggal. Tapi, walau menjadi pincang, So Mun tetap ahli menggambar. Dia suka
membuat cerita mengenai superhero.
So
Mun mempunyai dua orang sahabat yaitu : Im Ju Yeon dan Kim Ung Min. Mereka
berdua sangat peduli pada So Mun. Mereka juga ingat kalau ini hari ulang tahun
So Mun dan mengajaknya makan di sebuah restoran mie terkenal. Mereka pergi
dengan menggunakan sepeda. Ung Min yang membonceng So Mun.
Sepanjang
perjalanan, mereka membahas mengenai tokoh utama di komik So Mun. Ju Yeon
menyarankan agar tokoh utamanya dibuat tumbuh di keluarga miskin, penghuni
kontrakan bawah tanah, dengan air keran yang berwarna keruh serta bekerja part-time di warnet. Saking miskinnya,
si tokoh utama sampai harus berutang demi membuat kostum pahlawannya. So Mun
setuju saja dan ingin membuat karakter tokoh utamanya menjadi semakin kuat
setiap kali mengalahkan musuh, seperti dalam permainan game. Jadi, setiap kali menang melawan musuh, si pahlawan akan
menyerap kekuatan dari para musuh dan menjadikan kekuatan itu menjadi miliknya.
Ung Min menyarankan agar si tokoh utama di buat mempunyai sifat yang pemarah.
Bergolongan darah B. Dan tentu saja, dia harus mempunyai cinta sepihak.
Mereka
melewati sebuah gedung yang di depannya terpampang spanduk bertuliskan :
“Pembatalan Pembangunan.” So Mun berkomentar kalau gedung itu sangat tinggi
hngga bisa terlihat dari Korea Utara. So Mun memotret gedung itu, karna dia
akan menjadikan gedung itu menjadi referensi komiknya, sebagai markas musuh
terakhir. Dari spanduk yang ada di sana, kita mengetahui bahwa walikota di
Jungjin masihlah, Shin Myeong-hwi.
Saat
melewati sebuah persimpangan, So Mun meminta Ung Min untuk berhenti sebentar.
Itu karna So Mun melihat seorang wanita, Hui Yeong, yang sedang membagikan selebaran orang
hilang. So Mung menghampirinya dan mengambil selebaran tersebut. Ung Min dan Ju
Yeon mengikutinya.
Setelah
cukup jauh, Ung Min menanyakan alasan So Mun mengambil selebaran tersebut. So
Mun menjawab bahwa tidak banyak yang mau menerima selebaran itu, jadi, dia
mengambilnya. So Mun berpikir kalau Hui Yeong akan merasa senang jika ada yang
peduli. Ju Yeon pesimis kalau orang yang hilang, yang di cari Hui Yeong masih
hidup, karena sudah hilang selama setahun. Mungkin saja, orang itu sudah mati.
So Mun dan Ung Min kompak memarahinya karna sudah bicara sembarangan.
Mereka
akhirnya tiba di tujuan mereka : Kedai Mi Eonni. Kedai itu sangat ramai dan
banyak orang yang mengantri hanya untuk bisa makan di sana. Rumornya, grup
Taesin ingin membangun gedung di bekas tempat ini, tapi si pemilik menolak
menjual kedainya. Ju Yeon merasa heran kenapa tempat ini bisa begitu ramai
padahal hanya terlihat seperti kedai mie biasa. Ung Min berujar kalau kedai ini
pasti punya resep rahasia. Dan juga, mungkin ada yang belum mencoba mie di
kedai itu, tapi tidak ada orang yang hanya pernah makan sekali saja begitu
sudah mencobanya.
Kedai
Mie Eonni sangat terkenal melalui mulut ke mulut. Mereka tidak ada beriklan
atau berpromosi melalui blog, medsos atau apapun. Kedai ini hanya di ketahui
sebagian orang, tapi sangat ramai. Yang lebih aneh adalah pemiliknya. Sekilas,
mereka seperti keluarga biasa, tapi terlalu aneh untuk keluarga biasa.
Salah
satu pekerja di kedai itu adalah seorang wanita bernama Do Ha Na. Dia yang
bertugas melayani pelanggan. Sementara yang bekerja di dapur adalah Ga Mo Tak
yang bertanggung jawab memotong sayuran dan Chu Mae Ok yang bertanggung jawab
membuat dan menyajikan mie.
Mo
Tak adalah pria yang kekar dan kuat. Hanya dengan tangan kosong, dia bisa
mematahkan pisaunya. Bukan hanya Mo Tak yang kuat, Mae Ok yang seorang ahjumma pun mempunyai kekuatan yang luar
biasa.
Ha
Na yang kelihatan seperti wanita biasa pun begitu kuat. Dia sanggup mengangkat
4 galon air sendirian. Ketika dia sedang mengangkat galon, dia tiba-tiba saja
mendapatkan penglihatan seorang pria yang sedang membunuh dan berujar kepada
korbannya : “Sayonara.” Di penglihatan Ha Na, si korban memakai jaket
biru yang di bagian dadanya bertuliskan : “Cinta Jungjin Cinta Alam.”
“Dia
datang,” lapor Ha Na pada Mo Tak dan Mae Ok.
“Level
berapa?” tanya Mo Tak.
“Sepertinya
level dua.”
“Sepertinya?”
“Mungkin
level tiga. Ku dengar level tiga memiliki dua suara. Aku tak yakin, tapi dia
bicara dalam dua suara,” jelas Ha Na.
Mereka
mendengarkan informasi dari Ha Na sambil bersiap-siap menukar baju mereka.
Setelah itu, mereka langsung pergi keluar toko. Mae Ok menyuruh semua pelanggan
yang lagi makan untuk pergi setelah selesai.
Diluar,
Ung Min masih menjelaskan pada So Mun dan Ju Yeon kalau Kedai Mie Eonni hanya
buka selama 3 jam saat makan siang. Saat itu, Ha Na keluar dan mengumumkan
kalau toko sudah di tutup. Ung Min protes
karna mereka sudah menunggu selama 1 jam dan tinggal selangkah lagi akan
mendapat giliran. Mau apapun yang Ung Min katakan, Ha Na tidak merespon. Dia
dan Mae Ok bergegas masuk ke dalam mobil Mo Tak.
Dan
yang paling menarik perhatian So Mun adalah Ha Na. Dia terpesona dengan
kecantikan Ha Na.
--
Seorang
pria, Jang Cheol Jung, ada di dalam bus. Mo Tak menelponnya dan melaporkan
kalau mereka sudah menemukan satu. Ha Na memberitahu ciri-ciri si pembunuh yang
di lihatnya, mengenakan jaket hitam bergambar harimau. Di dekat warnet Jungjin.
Jungjin
mengerti dan berujar akan segera ke sana.
--
Begitu
tiba di wilayah yang Ha Na sebutkan, mereka mulai berpencar. Cheol Jung masih
belum tiba dan berkomentar kenapa roh jahat malah muncul sekarang padahal dia berniat
makan mie Ny. Chu.
Cheol
Jung ini, baru saja pulang dari acara pernikahan keponakannya. Moodnya lagi jelek karna di hujat selama
3 hari di acara pernikahan itu. Mae Ok malah mengejeknya dengan bilang kalau
keponakan Cheol Jung pasti sudah di hujat juga karna punya paman perjaka
berumur 50 tahun. Cheol Jung masih ingin bicara, tapi Mae Ok menghentikannya
dengan menyuruhnya untuk bergegas. (Mereka berkomunikasi dengan earphone yang
terpasang di telinga mereka).
Ketika
itu, Mae Ok melihat sebuah cahaya berwarna – warni di kejauhan yang mengarah ke
langit.
“Lahan
kita meluas ke utara,” lapor Mae Ok.
Semua
semakin bergegas untuk menangkap pria pembunuh yang sudah di rasuki roh jahat
tersebut. (Nama pembunuh itu adalah Ji Cheong Sin.)
Ha
Na adalah orang pertama yang menemukannya. Dia segera melaporkan hal itu pada
yang lain. Sialnya, Cheong Sin menyadari kalau Ha Na mengikutinya, jadi dia
langsung kabur. Ha Na berusaha mengejar, tapi Cheong Sin sangat kuat. Dia lari
ke atap gedung dan dari atap, dia melompat ke atap gedung lain di seberangnya.
Melihat kehebatannya itu, Ha Na semakin yakin kalau dia adalah roh jahat level
3.
Ha
Na sangat hebat. Walaupun wanita, dia mampu melompat ke gedung sebelah tanpa
terluka sedikitpun. Tidak hanya Ha Na, Mo Tak dan Mae Ok juga mempunyai
kekuatan fisik di atas manusia rata-rata. Hanya dengan sedikit tenaga dorongan,
mereka mampu melompat tinggi.
Kejar-kejaran
berlangsung sangat sengit dan intens. Mae Ok yang terlalu fokus berlari, sampai
tidak menyadari sebuah mobil melaju ke arahnya. Walau tubuhnya terpental, Mae
Ok masih mampu berdiri dan lanjut berlari. Supir mobil yang menabraknya sampai
terkejut.
Cheol
Jung melapor pada yang lainnya kalau dia sudah hampir tiba di perbatasan
(tempat yang ada cahaya warna warni hingga ke langit). Mo Tak menyuruhnya untuk
tetap menjaga jalan di sana karna dia akan memancing si pembunuh hingga ke
tempat Cheol Jung.
Cheong
Sin terpojok ke jalan buntu. Dan mau tidak mau, dia harus melawan Ha Na. Dia
sempat menanyakan siapa Ha Na, tapi tidak mendapat jawaban. Walaupun Ha Na
kuat, tapi Cheong Sin jauh lebih kuat daripadanya. Untungnya, di saat yang
genting, Mo Tak muncul dan membantunya mengajar pembunuh itu. Cheong Sin
berteriak penuh amarah dan juga menahan rasa sakit, menanyakan siapa mereka?
Dengan tenang, Mo Tak menjawab kalau mereka adalah Malaikat Maut.
Mo
Tak berhasil melepas tudung Cheong Sin. Dan terlihat ada bekas luka yang cukup
mengerikan di sisi kepala, di atas daun telinga. Mo Tak tampak tertegun melihat
bekas luka tersebut. Dan hal itu, di manfaatkan oleh Cheong Sin untuk menghajar
Mo Tak. Mo Tak dan Ha Na pun bekerja sama untuk mengalahkannya.
Walau
sudah bekerja sama, Cheong Sin masih cukup kuat untuk menjatuhkan mereka
berdua. Mae Ok yang baru tiba, segera mengambil palang dan melemparkannya ke
arah Cheong Sin. Meleset! Cheong Sin mungkin sadar kalau dia akan kalah jika
melawan tiga orang, jadi, dia memutuskan kabur dengan memanjat dinding,
melewati rumah kosong.
Mo
Tak yang masih terluka, melaporkan pada Cheol Jung kalau Cheong Sin mempunyai
kekuatan psikokinesis. Cheol Jung menjadi khawatir dan menyuruh Mae Ok untuk
menyingkir dari sana, karna Mae Ok bisa mati. Mae Ok tidak mau dan berkata
tidak akan mati sebelum membuatkan mie untuk Cheol Jung.
Cheol
Jung sudah menunggu di tempat cahaya warna-warni itu muncul. Dan Cheong Sin
yang tersudut pun melewati tempatnya, di dalam sebuah terowongan. Cheol Jung
memberitahu kalau pembunuh itu sudah masuk ke dalam terowongan. Mo Tak meminta
Cheol Jung menunggu mereka hingga tiba dan jangan melawan sendiri.
Tapi,
Cheol Jung terlalu bersemangat. Begitu Cheong Sin melewatinya, dia segera
menghajarnya dan membantingnya ke tanah. Cheol Jung melapor pada Mo Tak kalaua
dia bisa melawan Cheong Sin di wilayah mereka dan akan menahannya sampai Mo Tak
tiba.
Cheong
Sin tidak menyerah dan terus melawan Cheol Jung. Kekuatan mereka imbang.
Sama-sama kuat. Tidak, kekuatan Cheol Jung mungkin sedikit di atas Cheong Sin.
Cheol Jung yakin kalau dia bisa mengalahkannya seorang diri. Tapi, karna
kesombongannya, dia lengah hingga Cheong Sin bisa mengambil tongkat besi yang
ada di tanah dan memukulkannya kepada Cheol Jung. Untungnya, Cheol Jung
berhasil merebut tongkat itu dan memuli Cheong Sin.
Sialnya,
sinar warna warni yang ada di sana, perlahan menghilang. Mo Tak dang yang lain
masih dalam perjalanan ke sana. Mereka meminta Cheol Jung untuk menahan
pembunuh itu sebentar lagi karna mereka sudah hampir tiba.
Sinar
warna-warni itu sudah lenyap. Kekuatan Cheol Jung juga menjadi lebih lemah di
bandingkan sebelumnya. Sekarang, dia bahkan tidak bisa memukuli Cheong Sin.
Cheong Sin sudah sangat marah karna mereka mengikutinya. Saking marahnya, dia
memukuli Cheol Jung terus-menerus dengan tongkat besi yang berhasil di rebutnya
kembali. Dan seolah tidak puas, dia menusuk, Cheol Jung dengan tongkat itu dari
arah belakang hingga menembus tubuhnya.
Mo
Tak dan yang lain sudah memasuki terowongan dan berteriak memanggil Cheol Jung.
Mereka memintanya untuk bertahan sebentar lagi dan jangan mati. Semuanya bisa
merasakan ada hal buruk terjadi pada Cheol Jung.
Cheong
Sin tersenyum melihat tubuh Cheol Jung yang bersimbah darah. Dia mulai
mendekatkan wajahnya dan menghisap roh Cheol Jung. Mata Cheong Sin berubah
menjadi berwarna merah. Dia tertawa senang. Terdengar seperti ada dua suara
yang keluar dari mulutnya yang berujar : “Ini
adalah yang terenak sejauh ini.”
Tapi,
tiba-tiba saja, tubuh Cheol Jung bercahaya dan seorang wanita tua keluar dari
tubuh Cheol Jung dan mulai terbang ke langit. Cheong Sin terkejut melihat itu
dan tampak ketakutan, mulai kabur dari sana.
Roh
wanita tua itu, Wi Gen, berterbangan di langit.
Mo
Tak dan yang lainnya tiba terlambat. Saat mereka tiba di sana, Cheol Jung sudah
meninggal. Mau upaya apapun yang mereka lakukan untuk menyelamatkannya,
semuanya sia-sia. Mo Tak berteriak frustasi. Mereka bertiga, menangis histeris.
Wi
Gen masih terbang ke seluruh penjuru kota. Dia harus mencari seseorang yang
sedang dalam keadaan koma.
Sementara
itu, Ung Min, Ju Yeon dan So Mun, jadinya pergi ke restoran tteokbokki untuk
merayakan ulang tahun So Mun. Saat mengambil sayuran, Ju Yeon diam-diam bicara
dengan Ung Min. Dia membahas luka di wajah Ung Min yang sebenarnya adalah
pukulan dari preman sekolah yang meminta uang. Ju Yeon menyuruh Ung Min untuk
melaporkan penindasan itu ke polisi, tapi Ung Min tidak mau. Mereka berdua,
menyembunyikan hal itu dari So Mun.
Mereka
makan dengan begitu lahap. Apalagi, So Mun yang mentraktir.
Ketika
dalam perjalanan pulang, tiba-tiba saja, roh Wi Gen melewati tempat mereka. Dan
roh itu, masuk ke tubuh So Mun. Tubuh So Mun mendadak terangkat ke langit,
matanya berbinar kebiruan dan kemudian, terjatuh kembali ke tanah dengan keras.
Ung Min dan Ju Yeon sangat kaget dan berteriak memanggil So Mun yang pingsan.
Wi
Gen yang masuk ke dalam tubuh So Mun, juga sangat terkejut karna merasuki tubuh
orang yang tidak dalam keadaan koma. So Mun terbangun tanpa merasa sakit. Dia
hanya merasa seperti ada yang merasukinya. Ung Min malah mengejek So Mun yang
mungkin tersambar petir.
Masih
belum cukup terkejut dengan So Mun yang tiba-tiba melayang dan terjatuh tadi,
mereka malah melihat rambut So Mun yang berubah. Jadi, rambut So Mun yang
awalnya lurus, tiba-tiba melompat-lompat dan menjadi keriting. Macam popcorn. So Mun berteriak kaget dan
ketakutan karna rambutnya tiba-tiba jadi keriting.
--
So
Mun tiba di rumah waktu sudah malam. Dan saat tiba, kakeknya sudah menunggunya
dengan sebuah kue ulang tahun. Nenek juga ada tapi ketiduran. Dengan bahagia,
Kakek menyanyikan lagu ulang tahun untuk So Mun. So Mun sangat bahagia dan
meniup lilin, tapi nenek juga terbangun dan ikutan meniup lilin. Penyakit pikun
nenek kambuh dan dia malah mengira So Mun hendak mengambil kue ulang tahun
cucunya, So Mun.
So
Mun memberitahu neneknya kalau dia adalah So Mun, cucu yang neneknya bicarakan.
Tapi, Nenek tidak percaya dan malah memukulkan kue itu ke wajah So Mun. So Mun
kesal bukan karna wajahnya di pukul dengan kue, tapi karna walkman milik ibunya jadi kotor kena kue. Walau begitu, mereka
tetap tertawa bahagia.
--
So
Mun mencuci rambut dan wajahnya. Tapi, tetap saja, rambutnya keriting. So Mun
jadi stress karna rambutnya tiba-tiba berubah seperti itu. Dan yang lebih
anehnya lagi, di telapak tangan sebelah kanan, ada sebuah titik di
masing-masing jari dan di tengah telapak tangan.
So
Mun mengira kalau itu kotoran, jadi, dia berusaha mencucinya dengan sabun.
Tapi, sabunnya malah hancur saat dia memegangnya. Bukan hanya sabun, tapi juga
gagang sikat gigi. So Mun tentu heran, tapi dia tidak ambil pusing.
Pada
akhirnya, mau sekeras apapun dia berusaha menghapur tanda di jarinya, tanda itu
tidak bisa hilang. Dia mulai bertanya-tanya, apakah tanda itu muncul karna dia
tersambar petir? Tidak, rasanya seperti bukan petir. Rasanya seperti air es dan
dia bisa merasakannya melalui pembuluh darah, ujung tangan dan kakinya. Setajam
itu. Terasa begitu jelas. Kepalanya terasa segar seperti berada di dalam air
es.
Ketika
So Mun sedang memikirkan apa yang di rasakannya saat sesuatu masuk ke tubuhnya,
dia tiba-tiba saja terbangun di tengah lautan. Sangat aneh.
Dan
tiba-tiba, sebuah tangan meraih pundaknya. Ketika dia berbalik, dia melihat
seorang nenek berambut perak yang cantik, tersenyum padanya dan memberitahu
kalau namanya adalah Wi Gen.
Saking
terkejutnya, So Mun terbangun dari mimpinya.
--
Esok
harinya,
So
Mun berada di perpustakaan dengan Ju Yeon. Dia menceritakan mengenai mimpinya
kemarin malam. Tapi, rasanya seperti bukan mimpi. Sentuhan wanita itu (Wi Gen)
terasa begitu nyata dan dia masih ingat rasanya.
Mendengar
cerita So Mun, Ju Yeon malah mengira So Mun bermimpi kotor. So Mun menjelaskan
bukan mimpi aneh dan juga wanita di mimpinya sepertinya berusia sekitar 50-an.
Ju Yeon malah mengejeknya mesum.
Saat
So Mun hendak mengembalikan buku di tangannya ke rak, dia malah melihat, di
balik raknya berdiri sekarang, Ung Min sedang di peras oleh Jeong Geun Yeong
dan Lee Cheon Jung. Ung Min meminta mereka memberikannya waktu sehari lagi dan
dia akan membawakan uangnya besok. Cheon Jung malah kelewatan. Dia tahu kalau
orang tua Ung Min menjalankan penginapan, jadi dia menyuruh Ung Min untuk menyewakan
kamar untuk 15 orang selama tiga malam. Dia dia akan melepaskan Ung Min.
Ung
Min tidak bisa mengabulkan permintaannya itu. Cheon Jung jadi emosi dan hendak
memukul Ung Min. Geun Yeong segera menghentikannya dan menyuruhnya tidak
memakai kekerasan. Di saat mereka menindas Ung Min, siswa-siswa lain yang ada
di sana, tidak berani membantu sedikitpun. Mereka tidak berani karna Cheon Jung
dan Geun Yeong adalah anak buah dari Shin Hyeok-U, putra walikota.
So
Mun tidak bisa diam saja melihat temannya di tindas. Dia menghampiri Ung Min
dan mengajaknya pergi. Cheon Jung dan Geun Yeong menjadi lebih marah dan
melampiaskannya dengan memukuli wajah Ung Min. So Mun marah dan meminta mereka
untuk berhenti.
“Jangan
kemarin, Mun,” pinta Ung Min. “Pergilah.”
Tapi,
Geun Yeong malah semakin kuat menampar pipinya. So Mun menjadi semakin marah
dan akhirnya berteriak menyuruh mereka berhenti!! Cheon Jung marah dan
mencengkeram kerah baju So Mun. Hyeok U yang melihat itu, tertawa seolah
menonton sebuah pertunjukan menarik.
Geun
Yeong terus dan terus menampar pipi Ung Min. Dia mengejek So Mun untuk mendekat
kalau mau menolong Ung Min. So Mun sangat-sangat-sangat marah. Dia menampik
tangan Cheon Jung dan berteriak keras menyuruh mereka untuk berhenti.
Teriakannya terdengar hingga ke penjaga perpus. Dia menghampiri mereka dan
menanyakan apa yang terjadi. Ju Yeon menangis dan menunjuk ke balik rak. Geun
Yeong dan Cheon Jun akhirnya berhenti dan pergi seolah tidak melakukan apapun.
“Kau
cukup menarik,” ujar Hyeok U, penuh arti. Tatapannya tampak jahat.
Penjaga
perpus harusnya tahu kalau ada hal yang nggak beres, tapi alih-alih menanyakan
apa yang terjadi, dia malah menyapa Hyeok U dengan ramah. Dia juga menyuruh
semua siswa untuk kembali belajar.
Ung
Min malu karna So Mun melihatnya di tindas. Karna itu, dia membalikkan badan
dan pergi tanpa menatap So Mun.
--
Seorang
pria tua, Choi Jang Mul, tiba di sebuah gedung duka. Penampilannya yang mewah
dan berwibawa menunjukkan betapa kayanya dia. Dia bahkan memesan begitu banyak
papan bunga untuk di letak di depan ruang duka. Jang Mul adalah CEO dari Retail
Jangmul.
Dan
rumah duka yang di kunjuginya adalah untuk pemakaman Cheol Jung. Para
penyambut, berbisik-bisik kalau Cheol Jung bekerja di retail Jangmul. Yang
lebih mengejutkan mereka, Jang Mul memberikan uang duka sebesar 1.000.000.000
won!
--
Mae
Ok, Mo Tak dan Ha Na juga sangat berduka dengan kematian Cheol Jung. Mereka
meletakkan foto Cheol Jung di meja dan di depan foto itu adalah semangkok mie
tanpa jamur, seperti yang di minta Cheol Mung terakhir kali. Di ujung meja,
duduklah Jang Mul.
“Ini
hari terakhir untuk kita mengenangnya. Kita tak pantas menangisinya sebelum
kita tangkap bedebah itu, agar Cheol-jung tenang di sana. Kalian mengerti?”
ujar Jang Mul.
“Dia
level tiga. Dia memakai psikokinesis,” beritahu Mo Tak.
“Artinya
dia sudah cukup lama naik ke level tiga,” respon Jang Mul.
“Kenapa
kita tak tahu apa-apa sampai dia menjadi level tiga?” tanya Mo Tak.
“Terkadang,
kita bertemu dengan yang tak terduga. Bisa temukan lokasinya? Kuyakin kau
membaca pikirannya,” tanya Jang Mul pada Ha Na.
Ha
Na menggelengkan kepala. Dia tidak bisa membaca pikiran Cheong Sin. Yang paling
Mo Tak khawatirkan adalah Cheong Sin yang menahan roh Cheol Jung. Semua jadi
kepikiran hal itu.
Mae
Ok kemudian menanyakan mengenai Wi Gen. Jang Mul teringat dan memberitahu kalau
dia mendengar kabar Wi Gen berhasil menemukan pria hebat dan berhasil bertahan
secara dramatis. Pria itu sangat luar biasa karena tidak dalam keadaan koma
tapi Wi Gen bisa merasukinya.
“Apa
orang yang tak koma juga bisa menjadi counter?” tanya Ha Na, penasaran.
Pertanyaan itu membuat kita tahu kalau mereka semua dalam keadaan koma sebelum
menjadi counter.
Jang
Mul membenarkan. Wi Gen bilang kalau bocah itu begitu berenergi. Saat masuk ke
dalam tubuhnya, Wi Gen bahkan tidak bisa menyerap semua energinya. Pria itu (So
Mun) di liputi amarah dan gairah. Tidak ada yang bisa menahannya saat emosinya
meledak.
“Mo
Tak, cobalah untuk memanfaatkannya. Kita tangkap pemangsa Cheol Jung itu. Kita
butuh bocah itu. Mari kita lakukan,” saran Jang Mul.
--
Kasus
pembunuhan yang korbannya di bunuh oleh Cheong Sin, menjadi tanggung jawab
detektif Pyo. Masalahnya, bukan hanya detektif Pyo yang ingin menangani kasus
tersebut, tapi juga detektif Kim Jeong Yeong. Hubungan keduanya tidak baik.
Jeong Yeong protes karna kasus di tutup tanpa penyelidikan lebih lanjut. Dia
tidak percaya kalau pria itu bunuh diri. Kalau bunuh diri, kenapa begitu banyak
bukti yang tersisa? (yang di angkut anggota detektif Pyo).
“Kau
ingin mengumpulkan semua bukti itu? Atau mau menghancurkannya?” tanya Jeong
Yeong, sarkastik.
Detektif
Pyo beneran kesal dan ingn menghajarnya jika anggotanya tidak menahannya. Semua
anggota det. Pyo tidak ada yang menyukai Jeong Yeong. Mereka memperingati Jeong
Yeong untuk tidak ikut campur dalam kasus mereka. Mereka juga menyebutnya
pencuri perhatian.
Mau
apapun yang mereka katakan, Jeong Yeong tetap masuk ke gedung TKP walaupun
semua barang bukti sudah di ambil det. Pyo. Ketika melihat sekeliling, dia melihat
ada sebuah foto tertinggal di lantai. Di foto itu, si korban berfoto dengan
seorang pasien anak perempuan.
--
Walikota
Shin Myeong Hwi melewati sebuah kain yang di bentangkan di pinggir jalan, di
depan gedung balai kota. Di kain itu bertuliskan : “KOTA JUNGJIN MEMBUNUH
PUTRIKU.” Tapi, tidak ada orang yang berdiri di belakang kain itu.
tn.
Shin menghela nafas panjang. Dia menanyakan pada asistennya, Jang Hye Kyeong,
mengenai orang yang sering protes dengan kain yang di bentangkan tadi. Nn. Jang
memberitahu kalau orang itu adalah CEO Kwon Jin Seung dari Cinta Jungjin. CEO
Kwon bunuh diri karna kondisi mentalnya tidak stabil.
(CEO
Kwon Jin Seung adalah korban yang di bunuh Cheong Sin).
Nn.
Jang menyuruh tn. Shin untuk tidak usah mempedulikan masalah itu karna dia
sudah memastikan masalah bunuh dirinya terbungkus rapi dan tidak akan
mempengaruhi bisnis mereka. tn. Shin masih cemas.
Dan
begitu turun dari mobil, Nn. Jang memberikan perintah pada para security untuk
membersihkan semua atribut yang CEO Kwon pakai untuk berdemo biasanya yang
masih ada di pinggir jalan.
Bukan
hanya itu, Nn. Jang juga menghancurkan dokumen yang berisi laporan “Tingkat
Radioaktif di Kota Junjin” yang di keluarkan oleh Cinta Jungjin.
--
So
Mun melaporkan mengenai Ung Min yang di tindas kepada guru. Begitu selesai
menemui guru, Ung Min menemui So Mun dengan marah. Dia marah karna So Mun ikut
campur dan tidak pergi ketika dia menyuruhnya. Kenapa So Mun membuat semuanya
menjadi rumit?
Bukan
hanya Ung Min yang marah, tapi juga So Mun. Dia marah karna mereka
menyembunyikan masalah ini darinya. Mereka mulai saling berdebat.
Ung
Min tidak mau So Mun ikut campur karna menurutnya, di pukul berdua atau satu,
rasanya sama saja.
“Sakit
karena dipukul adalah hal kecil. Aku takut. Aku takut dipukul. Aku ketakutan saat
dipukul dan tidak… bahkan setelah dipukul. Tapi yang lebih menakutkan adalah
saat mereka memukulimu juga. Itu yang paling kutakuti!” jujur Ung Min. Dia
tidak ingin So Mun juga di pukuli.
“Sejak
kapan? Sejak kapan mereka lakukan ini padamu?” tanya So Mun, sedih melihat luka
di wajah Ung Min.
“Beberapa
waktu lalu.”
So
Mun sangat marah pada dirinya sendiri karna tidak tahu apapun dan selalu
dilindungi sama Ung Min dengan Ju Yeon. Dia merasa malu. Dia butuh waktu
sendiri karna itu dia ingin pulang sendiri. Ju Yeon tidak mengizinkan dan
khawatir kalau Hyeok U dan gangnya
akan mencegat So Mun di jalan. Tapi, So Mun tidak mengindahkannya.
Saat
So Mun sudah pergi, Ju Yeon menanyakan apa yang guru katakan mengenai
penindasan yang Ung Min terima. Ung Min menjawab kalau guru akan membantunya
berdamai dengan mereka. Ju Yeon emosi mendengarnya karna harusnya para penindas
itu di hukum. Ung Min berujar kalau hal itu mustahil karna salah satu
penindasnya adalah Hyeok U, putranya walikota. Yang ada, dia yang di pindahkan
sekolah.
Ju
Yeon sangat marah. Hyeok U sudah punya segalanya, tapi kenapa malah menindas
anak lainnya!
--
Apa
yang Ju Yeon takutkan terjadi. So Mun di cegat saat pulang sama gang Hyeok U. Mereka merebut tongkat So
Mun dan mempermainkannya. Hyeok U bahkan bersikap keterlaluan dengan menginjak
kaki So Mun yang pincang dan mengejeknya karna ikut campur tadi. Geun Yeong
yang merebut tas So Mun, menemukan sebuah walkman
jadul di dalam tas So Mun.
So
Mun menjadi marah dan berteriak menyuruh mereka untuk tidak memegang
walkman-nya. Dengan terpincang-pincang, So Mun berusaha merebutnya. Tapi, Hyeok
U malah memperingatinya untuk tidak melihatnya dengan tatapan mata seperti itu
atau dia akan membunuh So Mun. Karna dia sadar kalau walkman itu sangat
berharga bagi So Mun, dia pun mau membanting walkman itu ke tanah.
Beruntungnya,
Ha Na tiba dan menolongnya. Dia meminting tangan Hyeok U, merebut walkman dan
mendorong Hyeok U. Dia menanyakan nama So Mun dan saat melihat tag name di baju So Mun, dia nggak jadi
nanya. So Mun ternyata masih mengingat Ha Na sebagai wanita cantik yang
dilihatnya di kedai mie Eonni.
Ha
Na mengambilkan tas So Mun dan menyuruhnya ikut dengannya. Dia juga mau
mengambil tongkat So Mun, tapi Cheon Jung malah menginjak tongkat itu. Mau
tidak mau, Ha Na pun menghajar mereka semua. Ha Na juga sempat memegang leher
Hyeok U.
“Lagakmu
seperti raja di sekolah, padahal tak ada yang menganggapmu manusia di rumah,”
ujar Ha Na setelah memegang leher Hyeok U.
Ketiga
pria itu menjerit kesakitan. Memalukan! Padahal mereka berlagak kuat dan
menindas anak-anak lemah, tapi malah kalah oleh seorang wanita.
--
Ha
Na membawa So Mun ke kedai mie Eonni dengan naik taksi. Di dalam taksi, So Mun
bertanya untuk memastikan. Dia menanyakan kalau Ha Na adalah wanita pekerja di
kedai mi, bukan? Ha Na membenarkan. So Mun nanya lagi, Ha Na mau membawanya
kemana sekarang?
“Ke
dunia lain,” jawab Ha Na.
“Hah?!”
kaget So Mun.
“Mimpimu
aneh, bukan? Terasa seperti mimpi, tapi bukan, tapi tetap terasa seperti mimpi.
Kau bertemu wanita berambut perak. Dia Wi-gen.”
“Bagaimana
kau tahu?”
Ha
Na menunjukkan telapak tangannya. Di telapak tangannya juga ada titik-titik di
setiap ujung jari dan sebuah titik di tengah telapak tangan, sama seperti yang
So Mun milik. “Itu dunia lain,” beritahunya.
Supir
taxi yang mendengarkan daritadi perkataan Ha Na, tentu bingung dan takut. Ha Na
yang tahu kalau supir taxi mendengarkan, bersikap ramah dan berujar kalau semua
ucapannya tadi hanyalah bercanda dan dia bukanah orang aneh.
--
Mereka
akhirnya tiba di kedai mie Eonni. Saat masuk, di dalam sudah ada Mae Ok dan
Cheol Jung yang sedang membersihkan ikan asin. Mo Tak beneran kaget saat tahu
Wi Gen ternyata merasuki seorang siswa SMA dan siswa itu pincang.
So
Mun beneran bingung karna tidak ada yang menjelaskan apapun padanya. Ha Na juga
hanya membawanya ke sana. Dengan ramah, Mae Ok menyuruh So Mun untuk duduk
dulu. Suasana beneran canggung karna Mae Ok bingung harus menjelaskan darimana
mengenai diri mereka.
Setelah
diam beberapa saat, Mae Ok akhirnya berujar kalau mereka adalah kelompok
pengurus alam baka. So Mun diam dan memperhatikan sekeliling dengan bingung
karna yang dilihatnya, semua hanyalah manusia biasa. Mae Ok menjelaskan lebih
lanjut kalau mereka bisa disebut sebagai malaikat maut. Dan So Mun akan menjadi
anggota baru mereka.
“Hah?!”
seru So Mun, kaget + bingung.
Mae
Ok berusaha menjelaskan tapi dia hanya bilang mengenai arwah yang kabur dan
harus di tangkap. Tentu saja, So Mun bingung dengan apa yang Mae Ok bicarakan.
Apalagi, Mo Tak meragukan kemampuan So Mun karna So Mun terlihat sangat lemah.
Eh,
tapi entah kenapa, dia merasa wajah So Mun terlihat familier. Dia menatap So
Mun dan bertanya, apakah So Mun mengenalnya? So Mun sedikit takut dan menjawab
tidak. Mae Ok menegur Mo Tak agar tidak menakui So Mun. So Mun meminta mereka
untuk tidak bertengkar. Tujuannya datang karna tanda di telapak tangannya dan
Ha Na bilang kalau mereka akan memberitahunya arti tanda itu.
“Tanda
ini adalah pintu menuju alam baka,” ujar Mae Ok.
So
Mun kaget. Mae Ok dan Mo Tak menunjukkan telapak tangan mereka dan mereka juga
mempunyai tanda yang sama. Mae Ok menyuruh So Mun untuk pergi ke alam baka
sekarang. So Mun makin kaget dan bingung. Mae Ok tidak menjelaskan lebih lanjut
dan hanya meraih tangan So Mun dan meletakkan telapak tangan So Mun di dada So
Mun sebelah kanan. Dia menyuruh So Mun memenjamkan mata dan bertahan lebih dari
tiga detik.
“Tidak.
Bukan begitu. Aku datang…,” ujar So Mun, panik. Pasti dia merasa kalau mereka
adalah sekumpulan orang aneh.
“Ssttt.
Ayolah,” pinta Mae Ok.
“Ini
mungkin terdengar gila, tapi cobalah. Tidak ada ruginya,” ujar Ha Na.
So
Mun akhirnya mau melakukannya. Sebelum So Mun memenjamkan mata, Mae Ok berjanji
akan menyembuhkan kaki So Mun jika So Mun mau bergabung dengan mereka.
So
Mun sangat-sangat bingung. Walau begitu, dia melakukan seperti apa yang mereka
katakan. Dia meletakkan telapak tangannya yang memiliki tanda di dada kanannya,
kemudian memenjamkan mata dan menghitung sampai 3.
Pada detik ketiga, So Mun sudah memasuki alam lain. Dia masuk ke
alam baka. Dan kali ini, dia melihat Wi Gen dengan jelas.
“Ini adalah alam baka?”
“Ini adalah batas antara alam baka dan hidupmu, yang disebut
Yung. Tempat di mana yang hidup dan mati dapat bertemu,” jelas Wi Gen.
“Tidak terlalu berbeda dari duniaku.”
“Saat seseorang dari dunia mengunjungi Yung, orang tersebut akan
melihat tempat ini sebagai tempat tersembunyi di alam bawah sadar mereka. Seperti
mimpi.”
“Kalau begitu, kau orang yang sudah meninggal?”
“Apa terdengar aneh?”
“Ya, terlebih lagi karena kau tak tampak seperti orang mati. Kehidupan
di sini tak banyak berbeda. Ada orang baik, ada pula orang jahat. Satu-satunya
perbedaan di sini adalah yang baik dihargai, dan yang jahat mendapat ganjaran
untuk kejahatannya.”
“Perbedaan yang signifikan.”
Wi Gen kemudian mengajak So Mun untuk ikut dengannya ke tempat
lain. Sebelum mengikutinya, So Mun menanyakan, apakah di tempat ini dia bisa
bertemu dengan ayah dan ibunya? Kedua orangtuanya sudah meninggal. Wi Gen
meminta maaf karna hal itu tidak bisa dilakukan.
So Mun tidak bertanya lagi dan mengikuti Wi Gen. Dengan kekuatan
Wi Gen, sebauh pintu putih muncul di hadapan mereka. Begitu pintunya di buka,
mereka sudah berpindah ke sebuah gang yang gelap dan sepi. So Mun merasa takjub
apalagi setelah mereka keluar dari pintu tersebut, pintu langsung tertutup dan
lenyap begitu saja.
Wi Gen menjelaskan kalau tugas So Mun adalah menangkap roh
jahat. Hanya ada satu cara bagi roh jahat untuk datang ke dunia dan hidup
bersama manusia. Mereka harus merasuki manusia dan tinggal di dalamnya. So Mun
menyimpulkan kalau roh jahat dapat hidup jika menemukan inang mereka, yaitu
manusia.
“Roh jahat dapat hidup asalkan mereka diberi makan oleh inang
mereka.”
“Diberi makan oleh inang mereka?”
“Pembunuhan. Saat si inang membunuh seseorang, mereka memangsa
jiwa si korban. Itu berarti mereka harus pandai memilih inang. Yaitu seseorang
yang pernah membunuh atau yang memiliki hasrat kuat untuk membunuh,” jelas Wi
Gen. “Roh jahat mengawasi orang-orang yang menyukai kekerasan seperti mereka.”
Saat itu, di hadapan mereka, terlihat pasangan yang sedang
bertengkar. Si pria memperlakukan si wanita dengan kasar dan memaksa ingin
melihat ponselnya. Si wanita tidak mau memberikannya dan meminta si pria
berhenti. Si pria sangat marah dan meraih batu yang ada di pinggir jalan dan
hendak memukulkannya kepada si wanita.
Melihat hal itu, So Mun refleks berlari (di dalam alam baka,
kaki So Mun tidak pincang) dan berusaha menghentikan pria tersebut. Tapi, waktu
tiba-tiba berhenti seperti membeku. So Mun juga tidak bisa memegang tubuh pria
itu. Tangannya menembus.
Wi Gen menjelaskan padanya, kalau yang sekarang So Mun lihat
adalah kejadian masa lalu yang direkam oleh daerah ini. Ini adalah sejarah.
Dengan sentuhan jari dari Wi Gen, waktu kembali berjalan. Di
depan matanya, So Mun menyaksikan pembunuhan. Dan si pembunuh bukannya merasa ketakutan
atas perbuatannya, tapi malah tertawa.
“Roh jahat merasuki manusia yang dipenuhi oleh hasrat akan
kekerasan dan memicu mereka untuk membunuh. Makin sering si inang membunuh,
makin kuat roh itu. Pada akhirnya, dia akan mengambil alih tubuh si inang.
Setelah itu, dia mulai membunuh sesuka hatinya,” jelas Wi Gen.
Setelah si wanita tewas, si pria yang sudah di rasuki oleh roh
jahat, menghisap roh si wanita. Matanya memerah dan tertawa bahagia karna
mendapatkan kekuatan.
So Mun sangat terkejut melihat hal yang terjadi di depan
matanya. Dia merasa ragu akan bisa melakukan tugas menangkap roh jahat.
“Kau harus berusaha. Kami memberikanmu kekuatan luar biasa yang
tak dimiliki orang lain, tapi kau dapat terbunuh di tengah misi, dan kesakitan
sepanjang waktu. Pada hari Minggu, di tempat yang tak jauh dari posisimu saat
itu, partnerku tewas.”
“Jadi, aku bisa mati saat bertugas?” tanya So Mun, serius.
“Aku tak memaksamu untuk bergabung.”
“Jadi, aku punya pilihan untuk menolak?”
Saat
kembali ke dunia nyata, So Mun memberitahu pada Mae Ok dan yang lain kala dia
tidak mau bergabung. Mae Ok protes karna So Mun nggak mau gabung. Tapi Ha Na
bisa mengerti kalau So Mun menolak.
“Aku
mengerti. Maksudku, kita bisa tetap hidup karna dia datangi kita dalam kondisi
koma. Tapi, dia tidak dapat apapun,” ujar Ha Na.
Mae
Ok dan Mo Tak baru teringat hal itu. Saat Wi Gen merasuki So Mun, So Mun tidak
dalam keadaan koma. Mo Tak menanyakan
pada So Mun, apa yang Wi Gen katakan saat So Mun menolak menjadi counter? So Mun menjawab kalau Wi Gen
menyuruhnya mempertimbangkannya lagi dan dia akan menemuinya 1 bulan lagi.
Tapi,
So Mun sudah memutuskan. Dia tidak bisa menjadi counter. Semua jadi penasaran
dengan alasannya menolak.
“Kudengar,
aku bisa mati saat bertugas,” jawab So Mun.
Mo
Tak menggerutu kenapa pula Wi Gen harus memasuki tubuh So Mun. Ha Na lebih
penasaran kenapa So Mun tidak mau mencobanya.
“Aku
tak boleh mati sebelum kakek dan nenekku. Sama sekali. Aku tak akan
melakukannya. Aku tak ingin melukai hati mereka lagi.”
Setelah
mendengar jawaban itu, semua terdiam. Mereka tidak bisa memaksanya lagi.
Sebelum pergi, So Mun bertanya, kalau dia mau mencoba mie mereka, dia harus
datang jam berapa? Dia akan datang lagi.
Ha
Na malah membahas kalau mereka harus menghapus ingatan So Mun karna So Mun tahu
soal markas dan identitas mereka. Mae Ok langsung mencegah dan meminta Ha Na
dengan Mo Tak memberikan waktu bagi So Mun. Wi Gen kan memberikan waktu 1
minggu bagi So Mun untuk memikirkan jawabannya.
“Baik.
Aku tidak akan menceritakan ini pada siapapun. Jangan khawatir. Sampai jumpa,”
pamit So Mun.
Setelah
So Mun keluar pintu, Mo Tak mulai mengemukakan pendapatnya, apa mungkin So Mun
sedang jual mahal? Semua jadi curiga.
So
Mun baru pergi beberapa langkah, tapi dia sudah mendapat telepon dari Ung Min.
Ung Min sedang di bully sama Hyeok U,
Geun Yeong dan Cheon Jung. Dan mereka memaksa Ung Min untuk menelpon So Mun.
Ung Min tidak mau melakukannya. Jadi, Cheon Jung merebut ponselnya dan
memerintahkan So Mun untuk datang ke ruang olahraga sekolah sekarang juga! Jika
So Mun melapor ke polisi, mereka akan menghabisi Ung Min. Hyeok U juga
memberitahu agar So Mun membawa wanita yang bersamanya tadi.
So
Mun tanpa berpikir dua kali, segera bergegas kembali ke sekolah. Mae Ok dan Mo
Tak kaget karna So Mun mendadak berputar arah dan berjalan terburu-buru. Ha Na
yang mempunyai pendengaran tajam dan mendengar apa yang dibicarakan So Mun di
telepon, memberitahu Mae Ok dan Mo Tak kalau So Mun pergi untuk di pukuli lagi.
--
Ung
Min benar-benar babak belur di hajar Hyeok U and the gang. So Mun yang baru tiba, berteriak marah. Tapi, mereka
bertiga lebih galak lagi karna So Mun datang sendirian. Walau sudah babak
belur, Ung Min menyuruh So Mun untuk tidak mendekat. So Mun tidak bisa dan
tetap mendekat untuk menolong Ung Min.
Dia
meminta maaf karna sudah salah. Jadi, tolong lepaskan Ung Min. Dia juga minta
maaf untuk pukulan wanita tadi. Jika mereka terluka, dia akan membiayai
pengobatannya. Dia benar-benar minta maaf.
Hyeok
U tidak suka mendengarnya. Dia mulai menghajar So Mun dan memaksanya untuk
memberitahu siapa wanita tadi. So Mun tetap mengunci rapat mulutnya, tidak mau
memberitahu. Ung Min sangat panik dan menahan kaki Hyeok U untuk tidak memukuli
So Mun lagi. Dia juga berteriak menyuruh So Mun memberitahu siapa wanita yang
Hyeok U tanyakan, jika tidak So Mun bisa mati di pukuli Hyeok U.
Cheon
Jung dan Geun Yeong memukuli Ung Min lagi. Hyeok U mendekat dan melayangkan
tinjunya ke wajah So Mun.
Jlab!!! So
Mun berhasil menahan tinju Hyeok U. Hyeok U juga tampak kesakitan karna
tangannya di cengkeram sangat kuat sama So Mun. Antek-anteknya dan Ung Min
tampak terkejut.
“Sudah
kubayar kau dengan harga penuh! Brengsek!!’ ujar So Mun, penuh kemarahan.