Sinopsis K-Drama : The
Uncanny Counter
Episode 13 part 01
di Panti Asuhan Jahye,
Cheong Sin membawa Jang Su dan
Hyang Hee ke sebuah panti asuhan. Begitu tiba, Hyang Hee protes karna mereka
mau bersembunyi di sini padahal uang yang mereka miliki cukup untuk menginap di
tempat yang bagus. Sementara Jang Su, dia tidak protes sama sekali dan
mengeluarkan barang-barang mereka dari bagasi. Ketika dia membuka bagasi,
kelihatan kalau di dalam bagasi juga ada mayat gelandangan yang dibunuhnya.
Mayat itu nggak di buang, tapi di bawa bersama mereka.
Cheong Sin menyuruh Hyang Hee dan
Jang Su untuk menunggu di luar selagi dia ke dalam. Jang Su benar-benar nggak
peduli mereka ngapain ke sana dan untuk apa. Dia hanya mau tahu, apakah di
panti itu ada air panas? Hyang Hee langsung memukuli perutnya dan menyuruhnya
diam karna nafasnya bau.
Cheong Sin memasuki panti asuhan.
Dia sudah sangat mengenal tempat itu, karna di sanalah dia di besarkan sebelum
Sang Pil mengadopsinya.
Flashback
Pemilik
panti asuhan bukanlah orang yang baik. Dia membuka panti asuhan, menampung
anak-anak dan memperkerjakan mereka untuk membungkus boneka ke dalam plastik. Dan
Cheong Sin adalah salah satu anak panti asuhan tersebut.
Hingga
suatu hari, Sang Pil datang ke sana dan memilih dirinya untuk di adopsi.
End
Kini, Cheong Sin kembali untuk
menemui pemilik panti yang sekarang sudah tua. Di ruangannya, terlihat ada
banyak sekali foto dan piagam sebagai tanda dia mengurus panti dengan baik,
padahal kenyataannya tidak demikian. Pemilik panti walaupun sudah tua, tapi
masih memiliki insting yang cukup tajam. Dia bisa merasakan ada aura seseorang
di kamarnya dan segera meraih senapan laras panjangnya.
Cheong Sin tidak takut dan malah
menyapanya dengan panggilan : “Ayah.” Bagi Cheong Sin ada dua pria yang di
anggapnya sebagai ayah, yaitu orang yang membesarkannya dan satu lagi adalah
pemilik panti. Saat mendengar suara Cheon Sin, pemilik panti bersikap sangat ramah
dan penuh perhatian. Dia bahkan membelai kepala Cheong Sin. Tapi, saat
tangannya menyentuh bekas luka yang ada di kepala Cheong Sin, tatapannya
berubah.
Flashback
Saat
Cheong Sin masih kecil dan tidak berdaya, dia menyiksanya dan dia jugalah yang
membuat bekas luka di kepala Cheong Sin tersebut
End
“Kau ingat luka ini, bukan? Aku
hanya melakukan yang kau perintahkan. Kukira itu hal yang wajar. Meski bibirku
berdarah… tubuhku penuh memar… dan keningku terluka… kuanggap itu semua wajar. Kenapa
aku berpikir begitu? Tapi kemudian, kau tersenyum padaku seolah tak terjadi apa
pun. Akhirnya aku sadar bahwa aku keliru,” ujar Cheong Sin dengan tatapan
menyeramkan.
Sikap pria itu berubah dratis dan
berteriak menyuruh Cheong Sin untuk diam. Dia juga memaki Cheong Sin yang masih
sama seperti dulu, tidak waras.
“Baiklah. Sebagai orang tua aku
harus mendidik darah dagingku,” ujar pemilik panti, yang adalah ayah kandung
Cheong Sin. “Berdiri, Bajingan. Kubilang berdiri!” teriaknya sambil mengarahkan
senapan ke arah Cheong Sin.
Dia sama sekali tidak tahu kalau
Cheong Sin bukan lagi anak kecil yang dulu bisa disiksanya. Dengan kekuatannya,
Cheong Sin membuat tangan pria itu, mengarahkan senapan ke araha mulutnya
sendiri. Pria itu sangat ketakutan dan menangis meminta maaf. Percuma! Dengan caranya yang sama seperti dia
membunuh Sang Pil, dia juga membunuh ayahnya.
Dorrr!
Suara tembakan
yang begitu keras, terdengar hingga ke halaman dan mengejutkan Jang Su serta
Hyang Hee. Hyang Hee langsung tahu apa yang Cheong Sin katakan. Dia pun masuk
ke dalam panti, melanggar perintah Cheong Sin tadi.
Usai membunuh ayahnya, Cheong Sin
menghisap jiwanya. Dia langsung tampak kesakitan dan urat-urat di wajahnya
menghitam. Ketika Hyang Hee dan Jang Su tiba, tatapan matanya berubah menjadi
hitam total. Membuat Jang Su dan Hyang Hee bergidik ketakutan.
--
Geng Eonni melihat berita di TV
terkait terekamnya Ji Cheong Sin di rekaman CCTV di gedung komersial di
Jungjin. Di rekaman tersebut, mereka melakukan pembunuhan. Hal yang sangat
mengejutkan masyarakat. Dari rekaman yang tersebar, terlihat jelas sosok Ji
Cheong Sin, Hyang Hee dan Jang Su.
Ha Na merasa cemas dengan langkah
apa yang harus mereka lakukan. Karna, setiapo kali Cheong Sin dkk merasa lapar,
mereka pasti akan membunuh. Ini menjadi diluar kendali. Mae Ok juga merasa ini
sudah gawat dan mengajak semuanya ke Yung untuk menanyakan solusi menangkap
Cheong Sin dkk.
Saat mereka tiba di
Yung, Wi Gen dkk juga sedang mengadakan rapat darurat. Wi Gen menyampaikan pada
mereka kalau Ji Cheong Sin telah disempurnakan. Antara roh jahat dan inangnya
sudah menyatu. Sekarang, dia adalah roh jahat level 4. Roh jahat level abadi.
Dan artinya, Ji Cheong Sin akan hidup abadi. Tidak hanya itu, roh jahat yang
sudah disempurnakan akan memperoleh kekuatan baru, yaitu : mampu menyembuhkan diri sendiri
seperti kekuatan Mae Ok.
Itu tentu merupakan berita buruk. Kalau Ji Cheong Sin menjadi abadi dan bisa menyembuhkan diri
sendiri, bagaimana caranya mereka bisa menangkapnya? Mereka pasti mempunyai
data mengenai hal seperti ini. Soo Ho mejawab kalau hal seperti ini pernah
terjadi 100 tahun yang lalu dan ini pertama kalinya bagi Wi Gen, Gi Ran, Soo Ho
dan U Sik.
Ha Na tidak mau
membuang waktu dan hanya ingin tahu, bagaimana caranya? Mereka saja sudah
kesulitan melawan roh jahat level 3. Dibandingkan semua itu, Mun lebih khawatir
mengenai jiwa ayah dan ibunya. Jika Ji Cheong Sin tidak bisa mati dan hidup
selamanya, gimana nasib jiwa ayah dan ibunya yang ada di dalam Cheong Sin?!
“Satu bulan setelah
roh jahat menyatu dengan inangnya, seluruh jiwa yang dia mangsa akan lenyap,”
jawab Wi Gen.
“Kau sudah berjanji… untuk
mempertemukanku dengan ayah dan ibuku. Kau sudah berjanji! Aku harus sampaikan
sesuatu kepada mereka untuk terakhir kalinya,” teriak Mun, penuh kesedihan.
Wi Gen mendekatinya
dan memberitahu kalau ada satu cara, yaitu : Batasan.
--
Berita mengenai penangkapan tn.
Shin, tidak membuat Tae Sin merasa cemas sama sekali, melainkan merasa senang.
Dia menertertawakan nasib tn. Shin yang dari calon presiden, kini menjadi
tersangka pembunuhan. Nah, tapi gimana dengan nasib Hang Gyu yang juga di
tangkap?
Karna itulah, Chang Gyu menemui Tae
Sin untuk meminta tolong.
“Chang-gyu. Apa kau tahu bagaimana
caraku melampaui orang-orang sok pintar itu dan membawa diriku ke tempat ini?”
“Bagaimana?”
“Dengan membuat pilihan yang bijak.
Pilihan. Ketika hidup memberimu jalan penuh rintangan, kau harus memilih satu
orang dan menyingkirkan yang lain. Pilihan itu. Chang-gyu. Kepada siapakah kau
akan berpihak sekarang? Shin Myeong-hwi? Cho Tae-sin? Atau Noh Hang-gyu?” tanya Tae Sin.
Pertanyaan yang membingungkan dan
mampu merubah nasib Chang Gyu ke depannya.
--
tn. Shin menjalani proses
interogasi dengan ditemani pengacaranya. Selama proses tersebut, tn. Shin
memilih menutup mulutnya rapat-rapat dan hanya pengacaranya yang bicara.
Pengacaranya menegaskan kalau tn. Shin menolak menjawab pertanyaan dan tidak
akan bekerja sama untuk investigasi bias yang disenggarakan oleh pihak
kepolisian di bawah kekuasaan Oh Yeong Deok.
“Pak Pengacara. Jangan libatkan
politik dengan kasus pembunuhan.”
“Kalian yang lebih dulu melibatkan
politik ke dalam kasus ini. Kalian mendapatkan bukti secara ilegal dan
mengumumkan ada DNA-nya di sana. Semua yang kalian lakukan dianggap fitnah dan
menyudutkan salah satu kandidat pencalonan presiden, Wali Kota Shin
Myeong-hwi,” balas si pengacara.
Walau tampak tenang, sebenanrya,
tn. Shin merasa takut juga. Hal itu terlihat dari jemarinya yang terus memainkan
pinggiran gelas kertasnya hingga rusak.
--
Begitu interogasi selesai, tn. Shin
langsung menemui sekretarisnya, Hye Kyeong, yang sudah menunggu di ruang
tunggu. Saat itu, dia melihat ada panggilan masuk reporter ke ponsel
sekretarisnya tersebut dan langsung dimatikan.
Hye Kyeong mungkin merasa kalau
sebaiknya dia tidak menjawab pertayaan reporter, tapi keputusannya itu mendapat
amukan dari tn. Shin. Dia berteriak kalau Hye Kyeong harusnya mengangkat
panggilan dan sebarkan berita kecurangan admisi terkait putra Oh Yeong Deok!!
Serang balik mereka!
“Fitnah politik. Persaingan kotor. Haruskah
kudikte satu per satu?!” teriak tn. Shin dan membuat Hye Kyeong ketakutan.
--
di Kedai Eonni,
Mun berlatih seorang diri untuk
memanggil wilayah Yung. Tubuhnya sampai berkeringat sangat banyak. Dia berhasil
memanggil wilayah Yung, tapi sebelum wilayah benar-benar terbuka, dia sudah
kehilangan tenaga dan wilayah pun menghilang. Tampaknya, Mun sangat memaksakan
diri karna hidungnya sampai mimisan.
Kenapa Mun berlatih begitu keras
untuk dapat memanggil wilayah Yung?
Flashback
Wi Gen menjelaskan pada mereka kalau ada satu cara untuk
mengalahkan roh jahat level 4, yaitu : Batasan. Dan untuk membuat Batasan,
mereka membutuhkan sebuah dari pohon berwarna putih. Su Ho menunjukkan tongkat
itu dan menjelaskan kalau ini adalah hal yang mereka baca dari buku leluhur.
Semua masih bingung dan meminta penjelasan lebih jelas, tongkat
apa itu? Untuk apa?
“Benda ini terbuat dari pohon betula, ditanam oleh para
pendahulu Yung. Kalian bisa menyebutnya tongkat sihir,” jawab Gi Ran.
Ha Na dengan polos menanyakan, seperti Harry Potter?
Wi Gen menyuruh semuanya bersiap dan memperhatikan karna jika
tidak berhati-hati, mereka bisa terluka. Mo Tak masih saja terus protes karna
mereka menyuruh melakukan hal yang belum teruji. Mae Ok yang bijak, menyuruh
semua tenang dan melihat terlebih dahulu.
Jadi, Gi Ran, U Sik, WI Gen dan Su Ho, berdiri di keempat sudut.
Kemudian, satu persatu mulai memukulkan tongkat ke lantai. Ketika semua sudah
memukulkan tongkat, tiba-tiba daerah mulai tertutupi hal kasat mata. Itulah
yang dinamakan Batasan. Ketika hal itu dilakukan, keempatnya tidak bisa bicara
dan hanya menggunakan telepati untuk menjelaskan pada semuanya. Mata keempatnya
juga memutih.
“Seseorang dari Yung atau seseorang yang bersama dengan Yung
dapat memakai tongkat ini untuk menciptakan batasan. Mereka yang menjerat jiwa di
dalam tubuhnya akan menjadi lemah saat terperangkap dalam batasan. Mereka tak
bisa menggunakan kekuatan psikokinesis. Sebaliknya, kekuatan spiritual milik
para Counter akan hilang dan digantikan kekuatan wilayah,” jelas Wi Gen.
“Artinya jika kita membawa Ji Cheong-sin ke dalam batasan, kita
bisa memanggil rohnya, bukan?” tanya Mun.
“Tapi ingatlah. Untuk menggunakan kekuatan di dalam batasan,
kalian butuh wilayah Yung. Itu artinya, Mun, kau harus memegang kendali penuh
terhadap wilayah.”
Begitu penjelasan selesai, Wi Gen dan semua anggotanya mengangkat
kembali tongkat dan akhirnya batasan pun menghilang. Mo Tak dkk menghela nafas
lega karna selama berada di dalam batasan tadi, mereka menjadi lemah dan sesak,
seolah akan mati.
Mo Tak merasa ragu mampu melakukan batasan karna tadi rasanya
seperti hampir mati. Gi Ran menjelaskan kalau pencipta batasan (yang memegang
tongkat) akan berjaga di sisi luar, jadi tidak akan terkena efek batasan. Tapi,
selama mereka membuat batasa, mereka tidak boleh bergerak. Walau sakitnya tidak
seburuk seperti di dalam batasan, tapi tetap saja akan menguras banyak tenaga.
Dan ada kemungkinan, mereka akan kehilangan kendali.
Soo Ho menambahkan kalau mereka harus memanggil rohnya secepat
mungkin demi menjaga keselamatan para counter yang berada di luar maupun di
dalam batasan.
“Semuanya, ingatlah. Ketika wilayah lenyap, batasan pun akan
lenyap. Lalu begitu batasan lenyap, nyawa para Counter dapat terancam,” ingati
Wi Gen. “Lalu, Mun… hal yang terpenting saat memanggil roh jahat di dalam
batasan tersebut adalah mempertahankan wilayah. Kau paham?”
“Akan kulakukan. Aku akan pastikan memegang kendali penuh
wilayah Yung.”
End
Dan karna itulah, Mun berlatih
keras untuk memanggil wilayah walaupun tubuhnya sudah sangat kelelahan. Dia
tidak boleh menyerah karna hanya ada sekali kesempatan.
Melihat Mun yang berlatih begitu
keras, Ha Na merasa kasihan. Mae Ok pun merasa demikian, tapi mereka juga tidak
bisa melakukan apapun. Tidak ada yang bisa membantu Mun sekarang. Ah, dia jadi
merindukan masa-masa saat Mun bersikap konyol di hadapan mereka.
Sebenarnya, ada satu hal yang
sangat membuat Ha Na penasaran. Apa yang sebenarnya ingin Mun sampaikan kepada
kedua orangtuanya?
“Orang tua dan anak akan saling
merindukan meski duduk berhadapan. Perpisahan mereka terjadi dengan begitu
cepat. Pasti ada banyak hal yang ingin dia sampaikan,” jawab Mae Ok. “Kenapa
kau tertarik? Tak biasanya kau begini,” godanya.
“Tertarik? Aku tak tertarik. Dia
anak SMA,” sangkal Ha Na.
Mereka kemudian kembali bicara
serius. Hal yang harus mereka utamakan sekarang adalah memastikan Cheong Sin
masuk dalam batasan. Mereka harus bisa menangkapnya kali ini! Ha Na kemudian
terpikirkan sesuatu. Tongkat itu ada 4 dan harus di pegang masing-masing 1 orang
di setiap sudut. Dan jika mereka berempat : Ha Na, Mo Tak, Mae Ok dan Mun,
memegang tongkat itu, siapa yang akan memanggil roh jahat di dalam Ji Cheong
Sin saat dalam batasan?
Umur panjang. Belum juga di jawab
sama Mae Ok, Jang Mul udah muncul. Wkwkw. Dialah yang akan memegang salah satu
tongkat. Walaupun sudah sangat lama dia tidak terjun ke lapangan menangkap roh
jahat, tapi Jang Mul masih merasa sangat antusias. Dia bahkan membahas
kenangannya saat bekerja sama dengan Mae Ok di lapangan untuk menangkap roh
jahat.
“Ketua Choi. Bukannya aku tidak
memercayaimu, tapi sudah lama sejak terakhir kali kau turun ke lapangan. Kondisi
fisikmu mungkin sudah berubah. Kau akan baik saja?”
“Ini bukan saatnya untuk
mencemaskan usia maupun kondisiku. Wi-gen sudah memberitahuku segalanya. Kita
hanya punya waktu satu bulan untuk membebaskan orang tua Mun. Dalam sepak bola,
kita menyebutnya waktu tambahan. Itu saat kiper pun harus turun tangan untuk
mencetak gol,” jawab Jang Mul.
“Ha-na. Kau juga harus tetap fokus.
Ji Cheong-sin mengira kita sudah mati, jadi, dia akan menapaki wilayah setidaknya
satu kali,” ujar Mae Ok.
“Akan kuawasi.”
Jang Mul baru sadar kalau Mo Tak
tidak ada. Kemana dia?
“Jangan memancingku. Hatiku sakit
sekali melihat anak itu belakangan ini. Jika dia sedih, seharusnya dia terus
terang. Tapi dia hanya melamun sepanjang hari. Terkadang dia pergi keluar, entah
melakukan apa di luar sana. Jika Mo-tak melakukan kesalahan lagi, mereka akan
menyingkirkannya. Aku khawatir sekali,” ujar Mae Ok.
--
Mo Tak ada di TKP di tembaknya
Jeong Yeong. Berada di sana, dia bisa membayangkan, ekspresi bahagia Jeong
Yeong saat seseorang mengetuk kaca mobilnya, tapi ternyata yang menyambutnya
adalah pistol yang mengarah ke kepalanya.
Mo Tak di sana karna dia sangat bertekad
untuk menangkap pelakunya. Tujuannya ke sana, untuk menunggu sebuah mobil yang
sering parkir di sana untuk mendapatkan rekaman kamera dasbornya. Walaupun
pelaku sudah menyingkirkan rekaman CCTV yang merekamnya, tapi pelaku pasti
tidak sangka kalau ada mobil yang rutin parkir di sana.
Pemilik mobil yang baru datang,
awalnya marah karna Mo Tak tiba-tiba menghentikan mobilnya. Tapi, pas udah tahu
kalau Mo Tak sudah menunggu selama 5 hari di sana demi mendapatkan rekaman
kamera dasbornya, dia jadi kasihan. Selama 5 hari ini, secara kebetulan, dia
lagi liburan.
“Omong-omong, untuk apa rekamannya?”
tanya pemilik mobil.
“Saat itu, wanita yang kucintai berada
di sini, kemudian…”
Belum selesai Mo Tak bercerita,
pemilik mobil langsung memotong ucapannya, “Astaga. Aku mengerti. Astaga. Aku
paham perasaanmu. Itu bisa saja terjadi. Kau tak boleh patah semangat. Lupakan
dia dan mulailah hidup baru. Aku juga memergoki istriku berselingkuh di area
parkir! Astaga, wanita sialan itu. Kenapa
orang-orang ini selalu berselingkuh di area parkir?”
“Pak, bukan begitu…”
“Aku paham. Aku mengerti
perasaanmu. Aku mengerti. Astaga, itu mengingatkanku akan masa laluku,”
potongnya lagi dan mulai menepuk pundak Mo Tak, “Astaga, aku mengerti. Sial,
aku hampir menangis.”
--
Setelah mendapatkan rekaman
dasbornya, sepanjang malam, Mo Tak menghabiskan waktu untuk mencari sosok
pelaku. Dan memang, di rekaman tersebut, terekam saat-saat pelaku menembak
Jeong Yeong. Dan saat pelaku pergi, sosoknya juga terekam. Tapi, pelaku
mengenakan jaket panjang berwarna hitam dan wajahnya tidak tersorot sama
sekali.
--
Esok harinya, Mo Tak mengajak Han
Ul bertemu dan memberikan rekaman dasbor tersebut. Han Ul tampak terkejut dan
tidak menyangka kalau Mo Tak sampai mencari ke kamera dasbor mobil di sekitar
lokasi. Mo Tak menjawab alasannya karna dia tidak percaya Jeong Yeong bunuh
diri.
“Siluet pelaku tertangkap oleh
kamera. Tapi terlalu gelap untuk dilihat. Bisakah kau ajukan ke Tim Analisis
Digital di Layanan Forensik Nasional?”
“Akan kucoba.”
“Bisakah aku memercayaimu?” tanya
Mo Tak, serius. “Jeong-yeong memintaku untuk tak memercayai siapa pun di kantor
polisi. Mereka adalah oknum penghancur barang bukti yang diserahkan ke tim
forensik. Kau mengenal Jeong-yeong lebih baik daripada petugas lain. Jadi,
bisakah aku benar-benar mengandalkanmu dan percaya kau tidak berada di pihak
mereka?”
“Kau… menuduh orang yang salah. Aku
sama sekali… tidak memihak mereka,” jawab Han Ul dengan terbata-bata.
--
Kantor Polisi Jungjin,
Kep. Choi memanggil det. Pyo ke
ruangannya dan memarahinya habis-habisan terkait kasus tn. Shin. Kenapa kasus
tn. Shin bisa terlapor di Seoul?! Det. Pyo membela diri kalau dia sudah meminta
kerja sama dari detektif di Seoul, tapi mereka mengabaikannya. Ini karna kasus
ini kasus kelas kakap dan mereka tidak berani ambil resiko.
Ketika mereka masih ribut, Han Ul
tiba-tiba menerobos masuk dan melaporkan kalau dia menemukan barang bukti dari
lokasi kematian Jeong Yeong. Kep. Choi dan Det. Pyo bingung, bukti apa? Dari
siapa?
“Dari Ga Mo-tak. Dia temukan
rekaman dasbor dari mobil di area parkir dan pergi ke Layanan Forensik
Nasional,” jawab Han Ul. (Uwowow, apakah dia berkhianat?)
“Baiklah. Kerja bagus. Kau boleh
pergi,” puji Kep. Choi.
Dan begitu Han Ul keluar, Kep. Choi
dan det. Pyo kembali bertengkar.
“Dasar bodoh. Kau tak hapus rekaman
CCTV dan kamera dasbor?” marah Kep. Choi.
“Aku sudah menghapusnya. Sial, ini
belum pernah terjadi.”
“Kenapa diam saja? Pergi ke gedung
forensik dan hentikan dia! Ingat. Jika kekacauan meluas, kau dan aku akan hancur.
Kita berdua akan tamat, Bodoh!” teriak Kep. Choi.
Lanjut.... Semangat🔛🔥
ReplyDelete