Sinopsis K-Drama
: The Uncanny Counter
Episode
03 part 02
Ketika
sampai di lingkungan sekolah, So Mun akan berpura-pura pincang kembali. Dan
lagi-lagi, dia melihat dua orang siswa sedang membully seorang anak. Mereka
menyuruhnya membawa tas mereka, kemudian memukuli punggung dan kepalanya. So
Mun tidak bisa diam saja melihat hal itu dan langsung menghampiri dan
memberikan mereka peringatan. Keduanya merasa takut karna sudah mendengar rumor
So Mun yang menghajar Hyeok U and the
gang.
Saking
takutnya, mereka berdua bahkan berakting seolah si anak sukarela membawa tas
mereka karna kalah suit dengan mereka. Mereka mau mengambil tas mereka kembali,
tapi So Mun merebut tas itu dan melemparkannya. Lemparannya sangat jauh hingga
mencapai ujung jalan. Semua siswa yang ada di sana, sangat terkejut.
“Jika
kau tindas temanmu lagi, akan kubalas nanti. Mengerti?,” peringati So Mun.
Kedua
preman itu sangat ketakutan dan hanya menundukkan kepala dengan sopan.
Setelah
kedua preman sekolah itu pergi, So Mun menanyakan pada si korban, apakah dia
ada melaporkan ke guru kalau uangnya di palak atau kalau dia di bully? Anak itu takut melaporkannya.
Saat itu, Ju Yeon datang dan menyuruh si anak itu untuk terus melaporkannya
pada guru walaupun para pelaku tidak di hukum. Terus lakukan. Laporkan juga ke
polisi. Tunjukkan ke orang-orang bahwa dia di tindas. Ju Yeon menyuruh Ung Min
untuk melakukannya juga.
Setelah
memberikan nasehat pada anak itu, Ju Yeon dan Ung Min membawa paksa So Mun ke
atap sekolah. Mereka mau tahu apa yang
terjadi pada So Mun hingga dia menjadi sangat kuat. Padahal, waktu SMP, So Mun
bahkan tidak bisa memukuli Ju Yeon, tapi kenapa sekarang bisa menghajar para
preman sekolah?
“Jangan
bohong. Kita seperti saudara sejak usia lima tahun, kita tumbuh bersama, kudengar
suaramu berubah, dan kita rayakan menstruasi pertamaku, kita berbagi
segalanya,” ujar Ju Yeon
“Kami
lihat kau berlari,” tambahkan Ung Min.
“Apa
yang terjadi padamu?” desak keduanya.
“Astaga.
Sebenarnya, kakiku kuperbaiki dengan vibranium…”
“Hei!
Ayolah!” teriak keduanya, kompak. Itu tidak masuk akal.
“Bisakah
kalian memercayaiku? Cerita komik yang kita gambar waktu kecil menjadi nyata
bagiku. Bisakah kalian lupakan saja? Karena aku tak bisa mengatakannya. Sesuatu
yang besar terjadi padaku, tapi aku tak bisa bilang. Aku tahu kita tak punya
rahasia, tapi aku tetap tak bisa bilang.”
“Kau
bisa jalan sekarang? Kami tak salah lihat?” tanya Ung Min, memastikan.
So
Mun mengiyakan. Kedua sahabatnya langsung memintanya menunjukkan. So Mun pun
menunjukkannya kalau dia bisa berjalan. Tidak di sangka, keduanya langsung
menangis bahagia. Mereka sangat senang dan bahagia karna So Mun bisa berjalan.
Selama ini, mereka selalu ingin berlari, bersepeda dan bermain sepak bola
dengan So Mun, tapi tidak bisa mereka kataka selama 7 tahun terakhir ini.
So
Mun sangat terharu melihat reaksi mereka. Tapi, dia tetap meminta keduanya
tidak memberitahu siapapun kalau dia bisa berjalan. Keduanya mengiyakan dan janji
tidak akan memberitahu siapapun.
--
So
Mun mulai terkenal di sekolah sekarang ini karna berhasil memukuli para preman
sekolah. Semua siswa merasa heran dan takjub karena So Mun itu bukan
siapa-siapa di sekolah dan tidak terkenal, tapi dalam semalam, bisa berubah
dratis menghajar para preman.
--
Jun
Gyu mengumpulkan semua preman sekolah dan siswa di samping sekolah untuk
memungut uang dari mereka semua. Dan yang tidak memberikan uang akan di hajar
oleh anak buahnya. Salah satu yang kena hajar adalah dua preman sekolah yang
tadi pagi di lihat So Mun. Karna So Mun, mereka jadi tidak berani memalak uang
siswa.
Jun
Gyu marah saat mendengar mereka bilang orang yang menghajar Hyeok U ikut
campur. Dia mulai mengancam kedua siswa itu untuk tidak berhenti memalak hanya
karna ada yang ikut campur. Untuk menakuti keduanya, dia menunjukkan cutter miliknya.
--
Karna
penasaran mengenai sosok So Mun, Jun Gyu dan para anak buahnya pergi ke kelas
So Mun. So Mun pas lagi ada di lorong kelas. Jun Gyu tertawa mengejak saat tahu
So Mun yang menghajar preman hanyalah seorang anak pincang. Anak buah Jun Gyu
menyuruh So Mun untuk ke gudang kantin sepulang sekolah.
“Kenapa?”
tanya So Mun.
“Kenapa? Lihat anak ini. Dia bertanya
kenapa?”
“Katakan
kenapa aku harus ke sana,” ujar So Mun.
Anak
buah Jun Gyu menjadi marah dan meraih kerah baju So Mun. Dengan mudahnya, dia
mengangkat tubuh So Mun dan kemudian mendorong punggung So Mun ke kaca kelas
hingga pecah. Semuanya terkejut. Belum puas, dia meraih kerah baju So Mun dan
hendak memukulnya lagi.
Tapi,
So Mun nggak tinggal diam. Dengan kekuatannya sekarang, dia meraih tangan
preman itu dan memitingnya. Preman itu berteriak kesakitan. Dia hendak
menendang So Mun, tapi So Mun yang sudah belajar sedikit bela diri, bisa
melawannya dengan mudah. Dia menendang preman itu dan dengan sekali pukulan,
mereka tumbang.
Keramaian
itu membuat Hyeok U dan antek-anteknya berkumpul untuk melihat apa yang
terjadi.
“Siapa
yang terkuat? Bisa kuakhiri semuanya setelah kuhajar kalian? Apa kita bisa pergi
ke sekolah tanpa merasa takut?” tanya So Mun, serius.
“Dasar
gila!” maki Jun Gyu dan mau meninju So Mun.
Tapi,
dia bukan tandingan So Mun. Bukannya dia yang menghajar So Mun, tapi malah dia
yang habis di pukuli So Mun. Dan memalukannya, dia pingsan di depan para anak
buahnya.
“Bawa
teman kalian dan pergilah. Jangan biarkan mereka memeras para murid. Jangan
pernah memukul siapa pun. Serta jangan pernah mengancam siapa pun di sekolah,”
peringati So Mun.
Semua
anak buah Jun Gyu sangat ketakutan dan segera membawa bos mereka pergi dari
sana. Semua siswa yang menyaksikan aksi heroik So Mun, bersorak bahagia.
--
Jun
Gyu sudah sadar. Dia sangat malu karna di pukul hingga pingsan tadi. Dia
mengakui kemampuan berkelahi So Mun, tapi, dia tidak bisa di permalukan seperti
tadi.
Di
tengah emosinya, Hyeok U datang dan menyarankan agar mereka menyerang So Mun
secara ramai-ramai. Untuk memancingnya, gunakan teman So Mun.
“Beri
aku informasi tentangnya!” ujar Jun Gyu.
--
Karna
So Mun sudah bisa berjalan, saat pulang sekolah, Ju Yeon dan Ung Min
mengedarainya cara naik sepeda. Ketiganya tampak bahagia.
Saking
semangatnya, So Mun melewati zebra cross. Saat itu, sebuah truk kebetulan
melaju. Trauma So Mun langsung bangkit. Dia ingat saat truk menabrak mobil
keluarganya. Hal itu membuat nafasnya sesak. Ung Min dan Ju Yeon yang adalah
sahabat So Mun, sudah tahu cara mengatasinya. Mereka menyuruh So Mun untuk
menarik nafas dan menghembuskannya. Ju Yeon bahkan selalu menyiapkan kantong
hitam untuk So Mun gunakan di saat seperti ini.
Uwu,
persahabatan yang erat.
--
di
Kedai Mie Eonni,
Mo
Tak menanyakan pada Mae Ok dan Ha Na, apakah So Mun bilang keluarganya
meninggal karna kecelakaan? Mae Ok membenarkan dan karna kecelakaan itu, kaki
So Mun menjadi seperti itu. Mo Tak bertanya lagi, untuk memastikan, kejadian
itu 7 tahun yang lalu kan? Mae Ok jadi bingung, emangnya kenapa? Ha Na yang
sedari tadi diam, memberitahu mereka kalau mungkin itu bukan kecelakaan biasa.
Ha
Na memberitahu kalau dia membaca ingatan So Mun. Dan di ingatan yang di
lihatnya, itu bukanlah kecelakaan biasa tapi kecelakaan terencana. Pembunuhan. Ha
Na menjelaskan lebih lanjut, di ingatan yang di lihatnya, So Mun mendengar kata
seperti ini : “Mereka sudah mati. Sudah
di urus.”
“Pria
yang menabrak mereka sengaja membunuh orang tua Mun,” ujar Ha Na.
“Bukan
"pria itu" tapi "para pria itu". Satu pria berkata,
"Sudah diurus." Yang satunya mendengarnya.”
Ha
Na mencoba mengingat, dan benar ada dua pria. Tapi, dia tidak melihat wajah
pelaku karna So Mun saat itu sudah pingsan. Mo Tak ingin tahu kapan itu
terjadi. Mae Ok tahu ada sesuatu yang Mo Tak sembunyikan. Mo Tak hanya berkata
kalau dia ingin memeriksa sesuatu.
Ha
Na mencoba mencari petunjuk. Dia ingat saat itu, radio mobil menyala dan
mengumumkan Shin Myeong Hwi terpilih menjadi walikota Jungjin. Mo Tak segera
mencari di internet, dan tangga pemilihan walikota tahun 2013 adalah 24
Oktober. Itu sama seperti saat dia mengalami kecelakaan.
“Nn.
Chu, aku dan anak itu koma di hari yang sama,” beritahu Mo Tak. “Orang tua Mun
dan aku kecelakaan di hari yang sama. Tanggal 24 Oktober 2013.”
“Apa
maksudmu?”
“Agak
aneh untuk menyebutnya… Sebuah kebetulan. Aku harus pergi. Jangan katakan hal
ini kepada Mun. Kalian berdua.”
Baru
juga mau pergi, mereka malah kedatangan tamu. tn. Choi Jang Mul datang
berkunjung dengan mobil barunya. So Mun yang baru tiba, seperti orang kampung,
malah terus melihat isi dalam mobil. Setelah itu, dia masuk dengan semangat,
menanyakan siapa pemilik mobil itu. Dia memuji mobil itu sangat bagus dan
seperti mobil yang ada di film 007. Keren!!!
Jang
Mul sangat senang mendengarnya. Tujuan Jang Mul datang adalah untuk memberikan
So Mun kartu Counter. Black card.
“Ya,
kau tak akan sering menggunakannya saat kau sedang bersama tim. Tapi bisa kau
gunakan dalam keadaan darurat. Saat sebuah kasus ditutup, kau harus ganti pakaian
dan barangmu yang bisa menjadi barang bukti. Pakailah untuk makanan, tempat
tinggal, dan kendaraan. Bebas kau pakai untuk kepentingan sebagai Counter. Lalu…
ini adalah perangkat yang bisa mematikan kamera pengawas (Jang Mul memberikan
alat yang seperti remote control). Pakai hanya dalam kondisi darurat. Itu
melanggar aturan dunia ini. Itu dianggap curang.”
So
Mun langsung mencobanya. Dia menekan tombol di alat itu dan CCTV kedai mie
Eonni langsung mati. Sangat hebat!! So Mun sampai menjerit kagum.
Bukan
hanya itu, Jang Mul memberitahu kalau kartu yang di berikannya itu tidak punya
batas penggunaan. Mae Ok memberitahu So Mun kalau Jang Mul adalah Ketua Retail
Jangmul, satu dari 50 orang terkaya di Korea. Counter yang menanggung
pengeluaran mereka.
So
Mun makin kagum. Tidak menyangka orang terkaya adalah bagian dari mereka.
Setelah
selesai dengan tujuannya, Jang Mul pamit pergi. Mo Tak mengikutinya tapi sebelum
itu, dia meminjam kartu identitas So Mun dengan alasan untuk membukakan
rekening bank untuk So Mun. Tanpa curiga, So Mun memberikannya.
Tanpa
sungkan, Mo Tak maksud ke mobil Jang Mul dan memintanya mengantarkan ke Kantor
Polisi Jungjin. Jang Mul nggak mau karna aroma pria Mo Tak akan tertinggal di
mobilnya. Mo Tak nggak peduli dengan protesnya dan tetap masuk ke mobilnya.
Karna
Mo Tak pergi, hari ini, So Mun di bebaskan latihan. Dan lagi-lagi, dia bicara
dengan Ha Na, membahas pasangan pendaki itu muncul di berita. Dia yakin kalau
putri mereka sudah mendengar berita tersebut. So Mun ingin membujuk Ha Na agar
membantunya. Ha Na tidak mau.
--
Jang
Mul menanyakan tujuan Mo Tak pergi ke Kantor Polisi Jungjin, tempat Mo Tak bekerja
7 tahun lalu. Dia mengira kalau Mo Tak sudah melupakan masa lalu. Mo Tak belum
melupakannya karna ternyata hal 7 tahun lalu belum selesai. Dia ingin mencari
tahu siapa orang yang berani mencoba membunuhnya dan apa alasannya.
--
di
Kantor Polisi Jungjin,
Mo
Tak mengisi : Formulir Inspeksi Berkas Kasus. Untuk kasusnya, dia mengisi nama
pemohon dengan namanya. Dan untuk kasus So Gwon dan Mun Yeong (orang tua So
Mun), dia mengisinya dengan identitas So Mun.
Setelah
mengisi formulir dan di periksa, petugas memprintkannya
laporan investigasi dengan nama detektif yang bertanggung jawab adalah Kim
Jeong Yeong.
Untuk
laporan kasus Ga Mo Tak, di simpulkan kalau dia melakukan bunuh diri. Dan untuk
kasus So Gwon dan Mun Yeong di tulis kecelakaan.
Mo
Tak tentu merasa aneh karna itu dia mengajukan petisi untuk bertemu dengan
petugas yang menangani kasus. Petugas segera menelpon Jeong Yeong dan
memberitahu kalau seorang warga sipill mengajukan petisi untuk bertemu terkait
kasus 7 tahun lalu yang Jeong Yeong tangani. Orang yang mengajukan adalah Ga Mo
Tak.
Jeong
Yeong tampak sangat terkejut saat mendengar nama Ga Mo Tak.
--
Sembari
menunggu Jeong Yeong menemuinya, Mo Tak pergi membeli minuman di mesin
otomatis. Di samping mesin, ada tertempel wajah DPO bernama Noh Chang Gyu.
Anehnya, si DPO ini lagi ada di kantor polisi dan bicara santai dengan detektif
Pyo.
Noh
Chang Gyu berjalan melewati Mo Tak. Dan dia adalah salah satu orang 7 tahun
lalun, yang mengejar Mo Tak hingga ke atap. Dia sempat meliht Mo Tak tapi ketika
dia berbalik, Mo Tak sudah dalam posisi jongkok untuk mengambil koinnya yang
jatuh ke bawah mesin. Di tambah lagi, Jeong Yeong muncul dan menghalangi
pandangannya hingga dia tidak melihat jelas sosok Mo Tak.
Jeong
Yeong menegur keras sikap det. Pyo yang malah bersama DPO berjalan santai. Det.
Pyo tampak malas menanggapi dan mencabut kertas DPO Chang Gyu. Dengan santai,
Chang Gyu berujar kalau mulai hari ini, dia bukan lagi buronan. Mereka berdua,
kelihatan sekali meremehkan Jeong Yeong.
Jeong
Yeong dan Mo Tak akhirnya bertemu. Mo Tak sedikit kaget karna dia mengira Kim
Jeong Yeong adalah seorang pria. Mo Tak kemudian menanyakan mengenai Chang Gyu.
Kenapa orang yang menjadi buronan bisa datang dengan senyum lebar? Apa dia
salah lihat?
“Kau
melihat dengan benar. Matamu masih tajam,” gumam Jeong Yeong.
Mo
Tak mendengar gumamannya dan menanyakan apakah Jeong Yeong mengenalnya? Jeong
Yeong tidak menjawab dan mengajak Mo Tak untuk bicara di luar saja.
Ketika
sudah diluar, di taman, Mo Tak menanyakan apakah Jeong Yeong dulu ada
koleganya? Jeong Yeong tidak mau menjawab pertanyaan itu dan mengalihkan topik
dengan menanyakan apa yang ingin Mo Tak tanyakan. Mo Tak memberikan berkas
kasus investigasinya dan milik So Gwon dan Mun Yeong.
Menurutnya,
berkasnya tidak masuk akal. Dia menunjukkan banyak bekas luka tusukan di
tubuhnya. Apa mungkin orang yang bunuh diri akan mempunyai banyak bekas seperti
ini?
“Situasinya
seperti itu.”
“Situasi
macam apa?”
“Seperti
yang ada di laporan.”
“Setelah
melihat ini?” tanya Mo Tak, lagi.
“Aku
sudah lihat. Jika kau ingin lakukan gugatan, isi formulir dan proses secara
formal.”
“Jika
kuajukan, akan kau buka kembali?”
“Jika
perlu dibuka kembali, para petinggi akan menyetujuinya. Mungkin aku atau
detektif yang bergaul dengan buronan itu yang akan melakukannya.”
“Kau
tidak malu? Kau memimpin investigasi payah dan digaji oleh pajak masyarakat. Jika
kau ingin palsukan afidavit, buatlah yang tampak bisa dipercaya. Hidup
seseorang terancam. Jika kau tak bisa jelaskan, setidaknya siapkan alibi. Siapa
yang suruh kau tutup mulut? Apa alasannya?” marah Mo Tak.
“Jika
tak ada lagi yang ingin kau katakan, ku permisi dulu.”
“Hei.
Kau sebut dirimu detektif? Lupakan kasusku. Ini. Kasus So Gwon dan Ha
Mun-yeong. Apa ditangani dengan baik? Kau yakin itu kecelakaan? Si pelaku
benar-benar bunuh diri? Kau melihatnya?”
“Pengendara
mobil yang lain bunuh diri. Aku pergi dan melihat jasadnya.”
“Untuk
keduanya?”
“Keduanya?”
“Ya,
ada dua orang di dalam truk itu. Seorang anak berusia 11 tahun kehilangan orang
tuanya karena kasus ini ditutup. Apa kau benar bisa… bertanggung jawab atas
laporan ini?”
Jeong
Yeong terdiam, tidak bisa menjawab pertanyaan tersebut.
--
Ha
Na akhirnya mau membantu So Mun. Dia ikut dengan So Mun pergi ke kedai kopi Hui
Yeong. Hui Yeong memberitahu kalau kedainya sudah mau tutup, jadi hanya bisa di
pesan untuk di bawa pulang. Ha Na mengerti dan memesan dua americano.
Hui
Yeong segera menyiapkan pesanan. So Mun mulai bingung bagaimana cara harus
menyampaikan pesan orang tua Hui Yeong tanpa Hui Yeong sadari, sesuai kata Ha
Na. Ha Na akhirnya menyuruh So Mun untuk menggenggam tangannya.
Saat
Hui Yeong mengantarkan pesanan mereka, Ha Na segera menggenggam tangannya. Hui
Yeong tentu bingung. Dan tiba-tiba saja, Ha Na mulai bicara seperti ibu Hui Yeong.
Flashback
Ibu Hui Yeong
memohon pada Wi Gen untuk memberikannya sedikit waktu untuk menyampaikan pesan
pada So Mun.
“Ada banyak hal
membingungkan bagi kami, apalagi bagi putri kami. Aku ingin meyakinkannya. Katamu
kau adalah Malaikat Maut. Artinya kau bisa masuk ke dalam mimpi. Maksudku, dia
lihai dan cerdas, dia akan hidup dengan baik. Tapi dia suka memendam
perasaannya,” ujar ibu.
“Hui-yeong, resep
sup keluarga kita ada di balik foto keluarga kita,” ujar ayah.
“Pada hari kami
meninggal, dia belikan kami pakaian mendaki agar kami bisa berolahraga, jadi,
aku yakin dia menyalahkan dirinya. Pastikan dia tahu apa yang terjadi bukanlah
salahnya. Jika tidak, dia akan merasa bersalah seumur hidupnya.”
“Tapi aku tak
memintamu untuk melanjutkan bisnis sup nasi kami. Kau tahu itu, 'kan? Lakukan
apa saja yang kau mau.”
“Beri tahu dia
bahwa kami bahagia memiliki Hui-yeong sebagai putri kami, kami sangat
menyayanginya.”
“ Ayah dan Ibu
sangatlah bahagia. Kuharap kau hidup bahagia seperti kami. Ayah menyayangimu,
Hui-yeong.”
End
Hui
Yeong menangis mendengar pesan kedua orangtuanya. Dia sangat mencintai mereka.
Dia menangis terisak-isak.
Dan
ketika dia kembali dari dunia yang seperti mimpi itu, So Mun dengan Ha Na sudah
tidak ada.
Ha
Na berujar kalau dia mengira orang tua Hui Yeong akan menyampaikan pesan yang
hebat tapi ternyata hanya : “Berbahagialah.
Aku menyanyangimu.” Menurut Ha Na, pesan itu bukanlah apa-apa. So Mun tidak
setuju karna menurutnya tidak ada pesan yang lebih berarti daripada itu.
“So
Mun, jangan berlagak akrab,” tegur Ha Na.
--
Ju
Yeon dan Ung Min dalam perjalanan pulang. Dan hal berbahaya mengintai mereka.
Semua preman sekolah, menyerang mereka. Mereka udah coba lari untuk melapor ke
pos polisi terdekat, tapi preman itu sangat banyak dan sudah menjaga di setiap
sudut.
--
So
Mun sedang dalam perjalanan pulang dan video call dari Ung Min. Di video itu,
Ung Min di hajar babak belur dan Ju Yeon tidak sadarkan diri dengan hidung
berdarah. Dan yang memuakkan adalah Hyeok U yang menelpon dengan ponsel Ung Min
: “Datanglah kemari sebelum kubunuh
mereka.”
“ADA
DIMANA KALIAN?!” teriak So Mun.
“Pabrik
kosong di belakang sekolah,” jawab Hyeok U sambil tertawa.
--
Epilog,
Mo Tak menemukan kartu nama So Gwon di sakunya. Dia meminjam ponsel
wali pasien yang ada di sana untuk menelpon So Gwon. Tapi, dia malah tidak tahu
cara menggunakan dan meminta si wali membantunya menelpon ke nomor di kartu
nama itu. Wali pasien sampai kaget karna Mo Tak amnesia hingga tidak tahu
caranya menelpon. Jangan-jangan, Mo Tak pun lupa dengan pacarnya.
Dengan telepati, Gi Ran memperingati Mo Tak untuk tidak
melakukannya. Dia menghidupkan Mo Tak kembali bukan untuk membuatnya balas
dendam.
“Ini urusanku. Tutup mulutmu!” teriak Mo Tak.
Dan tiba-tiba saja, sesuatu seperti keluar dari tubuh Mo Tak dan Mo
Tak kembali koma.
Gi Ran keluar dari tubuhnya.
“Jika kau bertingkah
seperti itu, kau akan didiskualifikasi sebagai Counter. Maukah kau lupakan masa
lalumu dan menjadi Counter? Atau… apa kau mau kembali koma?” tanya Gi Ran.