Sinopsis K-Drama : The
Uncanny Counter
Episode 12 part 01
Seseorang mengetuk pintu kaca Jeong
Yeong. Jeong Yeong tersenyum bahagia, mengira yang mengetuk adalah Mo Tak.
Sayangnya bukan. Karna ketika Mo
Tak tiba, dia malah menemukan Jeong Yeong yang terbaring dengan luka tembak di
kepala.
Waktu mulai terasa berputar begitu cepat.
Mo Tak berlari di lorong rumah sakit, sambil menggendong Jeong Yeong dan
berteriak agar dokter menolongnya. Di kepalanya sekarang hanya berputar saat
dia bertemu Jeong Yeong dan tidak mengenalinya, hingga akhirnya dia ingat
semuanya.
Sama seperti yang Jeong Yeong
lakukan saat membawa Mo Tak ke rumah sakit 7 tahun lalu. Dia menangis histeris
dan berharap Mo Tak bisa selamat. Sekarang, Mo Tak pun seperti itu. Dia
menangis dan menunggu di depan ruang operasi dengan berbagai perasaan yang
bercampur aduk.
Flashback
7
tahun yang lalu,
Saat
Mo Tak akan pergi menemui saksi, Jeong Yeong menghalangi dan ingin tahu Mo Tak
akan kemana. Mo Tak hanya berkata kalau dia ingin menemui saksi, tapi dia tidak
mau memberitahu lebih lanjut mengenai kasus apa yang sedang di tanganinya.
Jeong Yeong sampai marah karna dia tahu kalau Mo Tak berurusan dengan hal yang
berbahaya.
Mo
Tak mengalihkan topik dengan membahas harus memotong rambut sebelum menemui
orang tua Jeong Yeong besok. Jeong Yeong tidak terkecoh dan meminta Mo Tak
untuk tidak pergi.
“Siapapun
yang cari masalah denganku akan mendapat pelajaran,” ujar Mo Tak. “Jangan
cemas. Sebentar lagi hujan. Jangan lupa bawa payung,” lanjutnya dan langsung
pergi.
End
Dan setelah itu, dia malah
melupakan Jeong Yeong selama 7 tahun dan tidak bisa menepati janjinya.
Mo Tak menemukan dompet Jeong Yeong
di lantai yang terjatuh saat di bawa ke ruang operasi. Di dalam dompetnya,
Jeong Yeong masih menyimpan fotonya bersama Mo Tak. Dia tidak pernah melupakan
Mo Tak sekalipun. Dia menunggu Mo Tak kembali selama 7 tahun ini, hingga
sekarang.
“Akhirnya aku mampu mengingat
segalanya. Karena itu, jangan lakukan ini padaku,” tangis Mo Tak.
Di dalam ruang operasi, dokter
berusaha yang terbaik menolongnya.
Tapi, di luar ruang operasi, dengan
matanya sendiri, Mo Tak melihat jiwa Jeong Yeong. Jeong Yeong sudah meninggal.
Walau dokter sudah melakukan yang
terbaik, tapi takdir berkata lain.
Jiwa Jeong Yeong berputar di
sekitar Mo Tak, seolah itu adalah ucapan perpisahannya. Mo Tak menjerit
histeris.
-EPISODE 12-
Mae Ok dkk mengenakan pakaian hitam
sebagai tanda berduka atas kematian Jeong Yeong, walaupun, mereka tidak bisa
menghadiri pemakamannya. Jang Mul yang baru kembali dari upacara pemakaman
Jeong Yeong, menyampaikan kalau Jeong Yeong akan di kubur besok. Dia juga tau
kalau mereka semua pasti ingin menghadiri upacara pemakamannya, tapi lakukanlah
nanti.
Mo Tak keluar dari kamarnya dengan
mengenakan jas hitam. Dia tidak bisa menunggu nanti. Dia akan menghadiri
pemakaman Jeong Yeong hari ini.
Jang Mul melarang dan meminta Mo
Tak untuk tenang dan berpikir rasional. Mereka (tn. Shin dkk) sudah menganggap
mereka semua mati (dalam kebakaran di gedung itu), jadi mereka tidak boleh
muncul sekarang. Mo Tak tetap pada keputusannya, dia akan datang ke pemakaman untuk
mengucapkan selamat tinggal terakhir.
Semua cemas. Mun pun memutuskan
untuk mengikuti Mo Tak. Dia menggunakan topi untuk menutupi wajahnya.
--
Han Ul menghadiri upacara pemakaman
Jeong Yeong dengan pakaian polisi lengkap. Dia mengungkapkan bela sungkawanya
pada ibu Jeong Yeong.
Mo Tak sudah hadir, tapi dia tidak
bisa masuk ke dalam dan hanya bersembunyi. Dari jendela kaca, dia mengawasi
semua petugas polisi yang datang ke pemakaman tersebut. Dia teringat ucapan
Jeong Yeong kalau Kep. Choi terlibat dan selalu berusaha menutupi semuanya.
Det. Pyo bergosip dengan rekannya
di depan ruang duka. Dia bilang kalau Jeong Yeong melakukan bunuh diri karna
Jeong Yeong menyerahkan surat izin penggunaan senjata pada pukul 10.00 dan
mengambil pistol berisi peluru. Nomor seri pistol yang dia bawa juga telah
dikonfirmasi.
Mo Tak mendengar jelas semua
pembicaraan mereka.
Saat itu, Kep. Choi menghampiri
mereka dan bertanya kenapa Jeong Yeong bunuh diri? Dan mereka menjawab kalau
Jeong Yeong tidak cocok bekerja dengan orang lain dan emosinya kurang stabil.
Emosi Mo Tak tersulut dan ingin
melabrak mereka. Untungnya, Mun yang mengikuti, segera menahannya. Mo Tak
sangat marah karna tidak terima Jeong Yeong dibilang bunuh diri. Mun berusaha
keras menahannya.
--
Esok hari,
Pagi-pagi sekali, pemakaman Jeong
Yeong dilaksanakan. Petugas kepolisian berkumpul untuk mengantarkannya ke
tempat peristirahatan terkahirnya. Mo Tak dan Mun juga ada di sana, mengawasi
dari mobil. Mun tahu kalau Mo Tak butuh waktu menangis sendiri, sehingga dia
pun keluar dari dalam mobil.
--
Begitu pulang, Mo Tak langsung ke
kamar. Wajahnya penuh duka.
Mun menyusulnya dengan membawa
sebotol soju. Dia memberikan gelas soju di hadapan Mo Tak dan mulai menuangkan
soju.
“Bagaimana caramu menghadapi ini?”
tanya Mo Tak. “Kau kehilangan orang tuamu pada usia 11 tahun. Itu pasti sulit
untukmu. Ditambah dengan cedera dan afasia yang kau derita.”
“Ahjussi. Di antara kau dan ayahku, siapa yang lebih tua?”
“Ayahmu berusia setahun lebih muda
dariku. Tapi dia tak pernah bicara formal padaku.”
“Ketika kita bertemu dengan ayahku
di surga, kau harus memberinya pelajaran,” ujar Mun.
Mo Tak tersenyum. Dia meminum soju
yang Mun tuangkan. Mun hendak menuangkan lagi, tapi Mo Tak menutupi gelasnya.
Dia hanya akan minum satu gelas. Tidak lebih.
“Sebagai seorang Counter, jarak
antara kehidupan dan kematian tampak tidak terlalu jauh, dan itu menghiburku. Itulah
yang setidaknya kurasakan. Walau aku tak yakin jika ini dapat menghiburmu,”
ujar Mun.
“Dasar bocah. Terima kasih.”
Setelah diam sejenak, Mo Tak
memberitahu kalau yang membunuh Jeong Yeong adalah seorang polisi. Dia tahu
karna dia melihat ingatan terakhir Jeong Yeong.
Flashback
Saat
Jeong Yeong dibawa ke rumah sakit, Mo Tak memegang tangannya dan melihat ingatan
terakhirnya. Di ingatan itu, Jeong Yeong sangat terkejut karna seseorang
mengarahkan pistol ke arahnya. Dan di tangan si pemegang pistol, ada sebuah
arloji,
End
Mo Tak menjelaskan kalau arloji
yang ada ditangan pelaku adalah arloji yang hanya diberikan kepada polisi yang
telah mengabdi selama 20 tahun.
--
Di kantor polisi Jungjin,
Det. Pyo memerintahkan kalau kasus
Jeong Yeong sudah di tutup. Dan Han Ul juga akan bergabung di teamnya, jadi dia
menyuruh anggotanya untuk membuat jabatan baru untuk Han Ul. Det. Pyo bersikap
sangat ramah dengan Han Ul sembari menyuruhnya membawa semua kasus yang
ditangani oleh Jeong Yeong. Semuanya, termasuk kasus Noh Hang Gyu dan Noh Chang
Gyu. Han Ul mengiyakan.
Saat melihat barang-barang Jeong
Yeong yang masih ada di meja, Han Ul teringat pesan terakhirnya agar dia
berpura-pura tidak tahu mengenai foto pertemuan tn. Shin, Tae Sin, Hang Gyu
dengan Ji Cheong Sin.
Ketika sedang membereskan barangnya
untuk pindah ke meja lain, telepon di atas meja Jeong Yeong berdering. Han Ul
mengangkatnya dan yang menelpon adalah Mo Tak.
--
Han Ul pergi menemui Mo Tak ke
sebuah tempat sepi, di sebuah taman. Mo Tak masuk ke dalam mobilnya. Ternyata,
Mo Tak meminta bantuannya memeriksa nomor telepon saksi 7 tahun lalu, dan
hasilnya, nomor itu tidak terdaftar.
“Kasus Jeong-yeong… Mereka
menganggapnya bunuh diri, 'kan?”
“Ya.”
“Ada rekaman CCTV?”
“Seluruh kamera di lokasi rusak
atau tak mengarah padanya. Rekaman kamera mobil pun lenyap. Sebenarnya… Aku
tahu dia tak bunuh diri. Dia diduga mengambil pistol pada tanggal 8, pukul
10.00, tapi saat itu, dia bersamaku. Aku tak tahu siapa pelakunya, tapi
seseorang di kantor mengambilnya atas namanya dan memberikannya ke Ji
Cheong-sin,” ujar Han Ul, mengira Ji Cheong Sin adalah pelakunya. “Dia bilang
Ji Cheong-sin masih hidup. Dia memastikan jasad terbakar itu bukanlah dia.”
“Meski begitu, kurasa penembaknya bukanlah
Ji Cheong-sin.”
“Apa?”
“Berapa petugas di Kantor Polisi
Jungjin yang telah mengabdi selama 20 tahun?” tanya Mo Tak.
“Aku tak tahu pasti. Aku bergabung
untuk masa percobaan dua bulan yang lalu,” jawab Han Ul, mulai bingung dengan
maksud pertanyaan Mo Tak.
“Bisakah kau… mencari tahu?”
“Menurutmu, pelakunya seorang
polisi?” tanyanya, takut. “Aku takut. Akan kucari tahu,” ujarnya, jujur dan
berusaha melawan rasa takutnya.
“Berhati-hatilah. Jangan percayai
siapa pun,” peringati Mo Tak.
Mo Tak mulai ingin tahu alasan
Jeong Yeong dibunuh. Mungkinkah karna foto-foto itu? Sebenarnya, sudah sejauh
mana Jeong Yeong tahu? Han Ul menjawab semua pertanyaan itu dengan memberitahu
kalau Jeong Yeong membekukan rekening bank atas nama Noh Hang Gyu. Itulah saat
Kep. Choi mulai menaruh perhatian pada kasus ini.
Mo Tak meminta izin untuk di
perlihatkan dokumen terkait kasus ini.
--
Han Ul membantunya dan memberikan
dokumen kasus yang Jeong Yeong tangani. Dengan dokumen itu, Mo Tak mulai
menyusun semua kepingan puzzle misteri. Dia menjelaskan pada Ha Na, Mae Ok,
Jang Mul dan Mun kalau tn. Shin mendanai kampanye-nya dengan dana ilegal. Dan
uang yang ada di rekening Hang Gyu pastinya adalah uang tn. Shin. Tidak
tanggung-tanggung, nominal semua rekening jika di gabungkan adalah 5 Miliar
Won.
Mae Ok speechless karna alasan mereka membunuh Jeong Yeong hanya karna
Jeong Yeong menemukan fakta mengenai dana ilegal? Sama seperti mereka membunuh
ayah Mun 7 tahun yang lalu?
“Kasus ayahku terjadi tujuh tahun
lalu, sementara ini hanyalah permulaan. Kita bisa gunakan ini untuk melumpuhkan
mereka,” ujar Mun.
Tapi, Ha Na berujar kalau mereka
tidak bisa menggunakan cara yang lama. Yang pertama, ingatan Mo Tak tidak bisa
menjadi bukti. Kedua, jika mereka mendapatkan bukti nyata, bukti itu pasti akan
di hancurkan oleh mereka. Dan juga, mereka sudah membuat masyarakat percaya
kalau jasad terbakar itu adalah Ji Cheong Sin dan tidak ada seorang pun yang
ingat mengenai gunung sampah itu lagi. Polisi yang tahu masalah ini pun,
dibunuh.
Semua jadi frustasi karna seperti tidak ada jalan keluar lagi.
Eh, tidak di sangka, ternyata Ha Na sudah memikirkan sebuah rencana. Dia
menyarankan agar mereka mengikuti cara tn. Shin. tn. Shin dkk kan mengira Ji
Cheong Sin sudah membakar mereka hingga mati, maka mereka bergerak diam-diam
seolah sudah mati. Dan kemudian, kita curi 5 Miliar won itu.
Mae Ok, Mun dan Mo Tak merasa
mustahil. Jang Mul tidak demikian, dia setuju dengan Ha Na. Karna, walau 5
Miliar won itu di curi, mereka tidak akan bisa melaporkannya ke polisi karna
mereka tidak akan bisa membuktikan itu uang mereka (karna dari dana ilegal.
Kalau melapor, sama saja membuka kejahatan sendiri).
Lima miliar won itu adalah dana
kampanye mereka. Jika mereka kehilangan uang itu, siapa yang akan membantu
mereka saat kekurangan uang? Jang Mul! Jang Mul akan berpura-pura menjadi
pendukungnya dan menawarkan dana, dan mereka pasti akan menyebutnya ‘sang
penyelamat.’
“Apa yang akan kita lakukan dengan
uangnya?” tanya Mae Ok.
“Berhubung itu adalah uang
masyarakat, kita kembalikan pada mereka,” jawab Mo Tak.
Semua setuju untuk melakukannya.
“Sebelum itu… Kita hancurkan
mereka. Wali Kota Shin, Cho Tae-sin, Choi Su-ryong. Kita pecah belah mereka. Agar
kesempatan bagi kita terbuka,” ujar Mo Tak.
“Saat uang itu lenyap, mereka akan
saling curiga,” tambahkan Ha Na.
Masalah rencana sudah selesai.
Tapi, Mae Ok teringat masalah lain. Pekerjaan adalah menangkap roh jahat, bukan
memberantas korupsi. Para penghuni Yung tidak akan memberikan izin. Jang Mul
jadi kesal karna kan tidak mungkin mereka membiarkan penjahat menjadi Presiden.
Mo Tak pun memutuskan untuk ke
Yung. Mae Ok mau ikut. Tapi, Mo Tak memutuskan pergi sendiri.
--
Di Yung, Mo Tak menunggu
dengan cemas di luar ruangan. Gi Ran dan yang lainnya sedang melakukan rapat
untuk membahas apa yang hendak dilakukan Mo Tak dan counter lainnya. Mo Tak
awalnya mengira kalau Gi Ran akan menghalangi mereka lagi, karnanya dia
menegaskan kalau orang jahat itu bekerja sama dengan mereka yang di rasuki roh
jahat.
“Ya, aku tahu. Dengan
begitu… kami putuskan untuk bekerja sama dengan para Counter,” ujar Gi Ran. “Mo-tak.
Tapi ini bukan semata-mata untuk membalaskan dendammu, 'kan?” tanyanya
memastikan.
“Terima kasih atas
bantuanmu,” ujarnya tanpa menjawab pertanyaan.
Begitu kembali dari Yung, Mo Tak
memberitahu kabar gembira kalau orang di Yung tidak akan ikut campur dengan
rencana mereka. Semuanya pun bersorak girang. Ha Na mengingatkan kalau mereka
harus menjalani misi mereka dengan sesenyap mungkin karna itu, mereka harus
menutup restoran sementara waktu. Tujuan dari rencana mereka adalah menangkap
Ji Cheong Sin dan menyelamatkan roh orang tua Mun.
Dan begitulah, kedai mie Eonni di
tutup sementara. Bahkan di depan pintu, di pasang tulisan : “Disewakan.”
--
Rencana mulai dilakukan. Mereka
tahu kalau Chang Gyu dan Hang Gyu sudah bebas dan bahkan memesan 5 ponsel
cadangan. Mereka juga memasang pelacak di mobil Chang Gyu yang di parkir di
depan gedung kantornya.
Dengan kekuatannya, Mo Tak membuat
pingsan dan menghapus ingatan orang yang bekerja menyiapkan ponsel cadangan
untuk Chang Gyu dkk. Saat sudah pingsan, Mo Tak membuat salinan program di
ponsel itu ke ponsel lain, jadi apa aktivitas di ponsel tersebut termasuk pesan
yang diterima, akan bisa diketahui di ponsel satu lagi. Tidak lupa, Mo Tak
menempelkan note di ponsel itu untuk tahu mana yang merekam aktivitas ponsel
tn. Shin, Tae Sin, Chang Gyu, Hang Gyu dan Kep. Choi.
--
Hang Gyu sangat sibuk. Baru bebas
saja, dia sudah harus mengurus rekening-rekening yang kemarin sempat di blokir
sama Jeong Yeong. Ketika dia menelpon Tae Sin untuk memberitahu kebebasannya,
Tae Sin memberitahunya kalau Mo Tak sudah mati. Ji Cheong Sin yang membunuh.
Tae Sin sedang berada di kantor tn.
Shin. Dia benar-benar mendambakan bisa duduk di kursi tn. Shin sehingga dia pun
mencobanya. Sialnya, tn. Shin malah tiba-tiba membuka pintu dan melihat apa
yang dilakukannya. Tae Sin dengan cepat segera pergi dari kursi dan duduk di
sofa. Tapi, tn. Shin sudah nggak suka dan bahkan nanya untuk apa Tae Sin datang
ke kantornya?
“Menemui ketua partai hari ini? Kau
sibuk belakangan ini?” tanya Tae Sin, sangat ramah.
“Tentu saja, hari pemilihan segera
tiba.”
“Hang-gyu sudah bebas. Kini proses
pemilihan akan menjadi lebih mudah.”
“Sekretarisku telah menyiapkan markas
kampanye untuk pemilihan, jadi, kau dan Tn. Noh tak perlu mencemaskannya,” ujar
tn. Shin.
Tae Sin tidak suka mendengar
ujarannya. Dia dapat merasakan tn. Shin yang ngin mengeluarkan mereka dari tim
kampanye. tn. Shin beralasan kalau skalanya sudah besar. Tae Sin tetap ngotot
kalau mereka bisa menyesuaikan segalanya.
Tanpa berbicara padanya, tn. Shin
malah menekan interkom dan bicara pada Hye Kyeong kalau dia akan pergi. Dia
memerintahkan Hye Kyeong untuk merapikan meja kerjanya dan memilihkan dasi
untuknya. Uh, pengusiran secara halus.
Hye Kyeong yang mendengar, langsung
masuk ke dalam ruangan tn. Shin. Tae Sin menatapnya tajam dan menunjukkan gelas
kopinya sambil berujar kalau kopinya belum habis. tn. Shin pun memberitanda pada
Hye Kyeong sehingga Hye Kyong pun kembali keluar.
“Mulai sekarang, pakai nomor ini. Aku
telah membentuk tim khusus untuk mendampingimu. Kami bisa mengantarmu ke mana
pun, jadi, nikmati perjalanannya. Kue ini sangat enak,” ujar Tae Sin sambil
memberikan ponsel cadangan.
Ah, ini pertanda kalauTae Sin tidak
akan membiarkan tn. Shin menyingkirkannya semudah itu.
--
Hang Gyu yang mendengar kabar kalau
Mo Tak dkk sudah mati dari Tae Sin, masih sulit mempercayainya. Karna itu, dia
ke kedai itu bersama Chang Gyu dan Jae Cheol untuk memeriksa. Yang mereka dapatkan adalah kedai yang kosong
melompong tanpa tanda kehidupan.
Chang Gyu dengan santai bahkan
bilang kalau Mo Tak pasti sudah mati kali ini karna terbakar. Hang Gyu tetap
saja cemas karna menurutnya, Mo Tak tidak mungkin mati semudah itu. Chang Gyu
malah berkomentar kalau abangnya itu terlalu khawatir.
--
tn. Shin sedang berada di sebuah
restoran tradisional yang menyediakan tempat makan privat. Dia ke sana untuk
menemui perwakilan partai yang pernah ditemuinya waktu itu. Perwakilan itu
tidak datang sendirian, melainkan bersama Choi Jang Mul. Jadi, Jang Mul ini
berakting seolah-olah dia adalah fans tn. Shin dan mendukungnya menjadi
presiden. tn. Shin nggak tahu kalau Jang Mul adalah bagian dari Mo Tak dkk dan
hanya mengenalinya sebagai pengusaha kaya pemilik retail Jang Mul.
Mereka pun berbincang sambil
tertawa-tawa. Jang Mul bahkan bercerita kalau dia pernah dipenjara satu kali
atas kasus penggelapan dana. Dan ketika di penjara, dia terkena serangan
jantung dan hampir mati. Setelah melalui semua itu, dia memutuskan untuk
berubah dan menjual produknya untuk membantu orang yang membutuhkan. Sejak dia
menjalankan moto : “Menyebarkan kekayaan”, bisnisnya maju pesat dan tidak ada
lagi yang ingat bahwa dia pernah di penjara. Itu membuatnya bisa membersihkan
masa lalunya yang kelam.
Selama Jang Mul menceritakan
pengalaman hidupnya tersebut, tn. Shin mendengarkan dengan seksama dan ikutan
tertawa saat Jang Mul tertawa. Kelihatan sekali kalau dia berusaha mengambil
dan menyenangkan hati Jang Mul. Kenapa? karna Jang Mul adalah orang yang
diincanya untuk menjadi orang yang menyediakan dana kampanyenya.
--
Setelah pertemuannya tadi dengan
tn. Shin, Tae Sin kembali ke gedung Taesin grup untuk menemui Hang Gyu.
“Perasaanku tidak enak soal ini,
Hang-gyu,” ujar Tae Sin.
“Ada apa? Konstruksi reservoirnya berjalan
dengan baik.”
“Aku berbicara tentang Shin
Myeong-hwi. Perasaanku tak enak. Setelah pengumuman pencalonannya sebagai
presiden, semua pihak berlomba-lomba menawarkan bantuan. Apakah ini hanya
penghalang kecil di dalam hubungan kita atau pertanda akan terjadinya
perpecahan? Kubantu singkirkan mereka yang menghalangi jalannya. Keparat ini… Kurasa
dia akan maju dan tinggalkan kita.”
“Wali Kota Shin tak bisa main-main.
Kau tahu itu.”
“Tidak begitu. Bagaimanapun kita
butuh jaminan,” ujarnya, memikirkan sesuatu.
--
Pertemuan Jang Mul dengan tn. Shin
berlangsung sangat lama dan tidak terasa hari sudah gelap saja. Sebelum Jang
Mul melangkah keluar pintu, tn. Shin membungkuk hormat padanya sambil tersenyum
dan memanggilnya : “Ketua Klub Kampanyeku.”
“Astaga, aku menjadi ketua klub
kampanye untuk calon presiden Shin Myeong-hwi. Mendengarnya saja sudah
membuatku tersenyum,” balas Jang Mul, tertawa lebar. “Wali Kota Shin. Lima
miliar, ya? Jika kau bisa siapkan lima miliar, maka akan kuberi kau jumlah yang
sama. Jika kau hanya punya 10 juta, maka aku juga hanya mampu sebanyak itu,”
lanjutnya sebelum benar-benar keluar.
“Ya, aku paham.”
Begitu Jang Mul dan perwakilan
sudah pergi, tn. Shin langsung menghubungi Tae Sin dengan ponsel cadangan yang
diberikannya tadi.
“Siapkan amunisinya, tn. Cho,”
perintahnya. “Lima miliar won. Tunai.”
Tae Sin terkejut. Untuk apa tn.
Shin meminta uang tunai sebanyak itu? tn. Shin menjawab kalau dia perlu untuk
menunjukkannya kepada seseorang.
Tanpa mereka ketahui, pembicaraan
keduanya sudah di sadap oleh Geng Eonni. Semua berjalan sesuai rencana mereka.
--
Esok harinya,
Pagi-pagi sekali, mereka sudah
mengintai di depan kantor Chang Gyu. Mereka bahkan membeli model koper yang
sama seperti yang Chang Gyu bawa masuk ke dalam mobil. Masalahnya, ada dua
mobil yang pergi bersamaan tapi dengan tujuan berbeda. Mo Tak bingung mau
mengikuti yang mana. Ha Na menjawab kalau mereka tentu harus mengikuti mobil
yang membawa koper.
Mobil yang membawa koper itu, di
dalamnya ada Jae Cheol. Sementara Chang Gyu masuk ke mobil lain dan entah
menuju kemana.
Lanjut... Semangat 🔛🔥
ReplyDeleteSemangat 🔛🔥
ReplyDelete