Sinopsis K-Drama : The Uncanny Counter Episode 12 part 01

 

Sinopsis K-Drama : The Uncanny Counter

Episode 12 part 01


Seseorang mengetuk pintu kaca Jeong Yeong. Jeong Yeong tersenyum bahagia, mengira yang mengetuk adalah Mo Tak.



Sayangnya bukan. Karna ketika Mo Tak tiba, dia malah menemukan Jeong Yeong yang terbaring dengan luka tembak di kepala.



Waktu mulai terasa berputar begitu cepat. Mo Tak berlari di lorong rumah sakit, sambil menggendong Jeong Yeong dan berteriak agar dokter menolongnya. Di kepalanya sekarang hanya berputar saat dia bertemu Jeong Yeong dan tidak mengenalinya, hingga akhirnya dia ingat semuanya.


Sama seperti yang Jeong Yeong lakukan saat membawa Mo Tak ke rumah sakit 7 tahun lalu. Dia menangis histeris dan berharap Mo Tak bisa selamat. Sekarang, Mo Tak pun seperti itu. Dia menangis dan menunggu di depan ruang operasi dengan berbagai perasaan yang bercampur aduk.



Flashback

7 tahun yang lalu,

Saat Mo Tak akan pergi menemui saksi, Jeong Yeong menghalangi dan ingin tahu Mo Tak akan kemana. Mo Tak hanya berkata kalau dia ingin menemui saksi, tapi dia tidak mau memberitahu lebih lanjut mengenai kasus apa yang sedang di tanganinya. Jeong Yeong sampai marah karna dia tahu kalau Mo Tak berurusan dengan hal yang berbahaya.



Mo Tak mengalihkan topik dengan membahas harus memotong rambut sebelum menemui orang tua Jeong Yeong besok. Jeong Yeong tidak terkecoh dan meminta Mo Tak untuk tidak pergi.

“Siapapun yang cari masalah denganku akan mendapat pelajaran,” ujar Mo Tak. “Jangan cemas. Sebentar lagi hujan. Jangan lupa bawa payung,” lanjutnya dan langsung pergi.

End




Dan setelah itu, dia malah melupakan Jeong Yeong selama 7 tahun dan tidak bisa menepati janjinya.

Mo Tak menemukan dompet Jeong Yeong di lantai yang terjatuh saat di bawa ke ruang operasi. Di dalam dompetnya, Jeong Yeong masih menyimpan fotonya bersama Mo Tak. Dia tidak pernah melupakan Mo Tak sekalipun. Dia menunggu Mo Tak kembali selama 7 tahun ini, hingga sekarang.

“Akhirnya aku mampu mengingat segalanya. Karena itu, jangan lakukan ini padaku,” tangis Mo Tak.



Di dalam ruang operasi, dokter berusaha yang terbaik menolongnya.

Tapi, di luar ruang operasi, dengan matanya sendiri, Mo Tak melihat jiwa Jeong Yeong. Jeong Yeong sudah meninggal.

Walau dokter sudah melakukan yang terbaik, tapi takdir berkata lain.


Jiwa Jeong Yeong berputar di sekitar Mo Tak, seolah itu adalah ucapan perpisahannya. Mo Tak menjerit histeris.


-EPISODE 12-



Mae Ok dkk mengenakan pakaian hitam sebagai tanda berduka atas kematian Jeong Yeong, walaupun, mereka tidak bisa menghadiri pemakamannya. Jang Mul yang baru kembali dari upacara pemakaman Jeong Yeong, menyampaikan kalau Jeong Yeong akan di kubur besok. Dia juga tau kalau mereka semua pasti ingin menghadiri upacara pemakamannya, tapi lakukanlah nanti.


Mo Tak keluar dari kamarnya dengan mengenakan jas hitam. Dia tidak bisa menunggu nanti. Dia akan menghadiri pemakaman Jeong Yeong hari ini.


Jang Mul melarang dan meminta Mo Tak untuk tenang dan berpikir rasional. Mereka (tn. Shin dkk) sudah menganggap mereka semua mati (dalam kebakaran di gedung itu), jadi mereka tidak boleh muncul sekarang. Mo Tak tetap pada keputusannya, dia akan datang ke pemakaman untuk mengucapkan selamat tinggal terakhir.

Semua cemas. Mun pun memutuskan untuk mengikuti Mo Tak. Dia menggunakan topi untuk menutupi wajahnya.

--



Han Ul menghadiri upacara pemakaman Jeong Yeong dengan pakaian polisi lengkap. Dia mengungkapkan bela sungkawanya pada ibu Jeong Yeong.




Mo Tak sudah hadir, tapi dia tidak bisa masuk ke dalam dan hanya bersembunyi. Dari jendela kaca, dia mengawasi semua petugas polisi yang datang ke pemakaman tersebut. Dia teringat ucapan Jeong Yeong kalau Kep. Choi terlibat dan selalu berusaha menutupi semuanya.



Det. Pyo bergosip dengan rekannya di depan ruang duka. Dia bilang kalau Jeong Yeong melakukan bunuh diri karna Jeong Yeong menyerahkan surat izin penggunaan senjata pada pukul 10.00 dan mengambil pistol berisi peluru. Nomor seri pistol yang dia bawa juga telah dikonfirmasi.

Mo Tak mendengar jelas semua pembicaraan mereka.

Saat itu, Kep. Choi menghampiri mereka dan bertanya kenapa Jeong Yeong bunuh diri? Dan mereka menjawab kalau Jeong Yeong tidak cocok bekerja dengan orang lain dan emosinya kurang stabil.



Emosi Mo Tak tersulut dan ingin melabrak mereka. Untungnya, Mun yang mengikuti, segera menahannya. Mo Tak sangat marah karna tidak terima Jeong Yeong dibilang bunuh diri. Mun berusaha keras menahannya.

--


Esok hari,

Pagi-pagi sekali, pemakaman Jeong Yeong dilaksanakan. Petugas kepolisian berkumpul untuk mengantarkannya ke tempat peristirahatan terkahirnya. Mo Tak dan Mun juga ada di sana, mengawasi dari mobil. Mun tahu kalau Mo Tak butuh waktu menangis sendiri, sehingga dia pun keluar dari dalam mobil.

--


Begitu pulang, Mo Tak langsung ke kamar. Wajahnya penuh duka.



Mun menyusulnya dengan membawa sebotol soju. Dia memberikan gelas soju di hadapan Mo Tak dan mulai menuangkan soju.

“Bagaimana caramu menghadapi ini?” tanya Mo Tak. “Kau kehilangan orang tuamu pada usia 11 tahun. Itu pasti sulit untukmu. Ditambah dengan cedera dan afasia yang kau derita.”

Ahjussi. Di antara kau dan ayahku, siapa yang lebih tua?”

“Ayahmu berusia setahun lebih muda dariku. Tapi dia tak pernah bicara formal padaku.”

“Ketika kita bertemu dengan ayahku di surga, kau harus memberinya pelajaran,” ujar Mun.

Mo Tak tersenyum. Dia meminum soju yang Mun tuangkan. Mun hendak menuangkan lagi, tapi Mo Tak menutupi gelasnya. Dia hanya akan minum satu gelas. Tidak lebih.


“Sebagai seorang Counter, jarak antara kehidupan dan kematian tampak tidak terlalu jauh, dan itu menghiburku. Itulah yang setidaknya kurasakan. Walau aku tak yakin jika ini dapat menghiburmu,” ujar Mun.

“Dasar bocah. Terima kasih.”


Setelah diam sejenak, Mo Tak memberitahu kalau yang membunuh Jeong Yeong adalah seorang polisi. Dia tahu karna dia melihat ingatan terakhir Jeong Yeong.




Flashback

Saat Jeong Yeong dibawa ke rumah sakit, Mo Tak memegang tangannya dan melihat ingatan terakhirnya. Di ingatan itu, Jeong Yeong sangat terkejut karna seseorang mengarahkan pistol ke arahnya. Dan di tangan si pemegang pistol, ada sebuah arloji,

End


Mo Tak menjelaskan kalau arloji yang ada ditangan pelaku adalah arloji yang hanya diberikan kepada polisi yang telah mengabdi selama 20 tahun.

--



Di kantor polisi Jungjin,

Det. Pyo memerintahkan kalau kasus Jeong Yeong sudah di tutup. Dan Han Ul juga akan bergabung di teamnya, jadi dia menyuruh anggotanya untuk membuat jabatan baru untuk Han Ul. Det. Pyo bersikap sangat ramah dengan Han Ul sembari menyuruhnya membawa semua kasus yang ditangani oleh Jeong Yeong. Semuanya, termasuk kasus Noh Hang Gyu dan Noh Chang Gyu. Han Ul mengiyakan.


Saat melihat barang-barang Jeong Yeong yang masih ada di meja, Han Ul teringat pesan terakhirnya agar dia berpura-pura tidak tahu mengenai foto pertemuan tn. Shin, Tae Sin, Hang Gyu dengan Ji Cheong Sin.


Ketika sedang membereskan barangnya untuk pindah ke meja lain, telepon di atas meja Jeong Yeong berdering. Han Ul mengangkatnya dan yang menelpon adalah Mo Tak.

--


Han Ul pergi menemui Mo Tak ke sebuah tempat sepi, di sebuah taman. Mo Tak masuk ke dalam mobilnya. Ternyata, Mo Tak meminta bantuannya memeriksa nomor telepon saksi 7 tahun lalu, dan hasilnya, nomor itu tidak terdaftar.


“Kasus Jeong-yeong… Mereka menganggapnya bunuh diri, 'kan?”

“Ya.”

“Ada rekaman CCTV?”


“Seluruh kamera di lokasi rusak atau tak mengarah padanya. Rekaman kamera mobil pun lenyap. Sebenarnya… Aku tahu dia tak bunuh diri. Dia diduga mengambil pistol pada tanggal 8, pukul 10.00, tapi saat itu, dia bersamaku. Aku tak tahu siapa pelakunya, tapi seseorang di kantor mengambilnya atas namanya dan memberikannya ke Ji Cheong-sin,” ujar Han Ul, mengira Ji Cheong Sin adalah pelakunya. “Dia bilang Ji Cheong-sin masih hidup. Dia memastikan jasad terbakar itu bukanlah dia.”

“Meski begitu, kurasa penembaknya bukanlah Ji Cheong-sin.”

“Apa?”

“Berapa petugas di Kantor Polisi Jungjin yang telah mengabdi selama 20 tahun?” tanya Mo Tak.

“Aku tak tahu pasti. Aku bergabung untuk masa percobaan dua bulan yang lalu,” jawab Han Ul, mulai bingung dengan maksud pertanyaan Mo Tak.

“Bisakah kau… mencari tahu?”


“Menurutmu, pelakunya seorang polisi?” tanyanya, takut. “Aku takut. Akan kucari tahu,” ujarnya, jujur dan berusaha melawan rasa takutnya.

“Berhati-hatilah. Jangan percayai siapa pun,” peringati Mo Tak.

Mo Tak mulai ingin tahu alasan Jeong Yeong dibunuh. Mungkinkah karna foto-foto itu? Sebenarnya, sudah sejauh mana Jeong Yeong tahu? Han Ul menjawab semua pertanyaan itu dengan memberitahu kalau Jeong Yeong membekukan rekening bank atas nama Noh Hang Gyu. Itulah saat Kep. Choi mulai menaruh perhatian pada kasus ini.

Mo Tak meminta izin untuk di perlihatkan dokumen terkait kasus ini.

--


Han Ul membantunya dan memberikan dokumen kasus yang Jeong Yeong tangani. Dengan dokumen itu, Mo Tak mulai menyusun semua kepingan puzzle misteri. Dia menjelaskan pada Ha Na, Mae Ok, Jang Mul dan Mun kalau tn. Shin mendanai kampanye-nya dengan dana ilegal. Dan uang yang ada di rekening Hang Gyu pastinya adalah uang tn. Shin. Tidak tanggung-tanggung, nominal semua rekening jika di gabungkan adalah 5 Miliar Won.

Mae Ok speechless karna alasan mereka membunuh Jeong Yeong hanya karna Jeong Yeong menemukan fakta mengenai dana ilegal? Sama seperti mereka membunuh ayah Mun 7 tahun yang lalu?

“Kasus ayahku terjadi tujuh tahun lalu, sementara ini hanyalah permulaan. Kita bisa gunakan ini untuk melumpuhkan mereka,” ujar Mun.


Tapi, Ha Na berujar kalau mereka tidak bisa menggunakan cara yang lama. Yang pertama, ingatan Mo Tak tidak bisa menjadi bukti. Kedua, jika mereka mendapatkan bukti nyata, bukti itu pasti akan di hancurkan oleh mereka. Dan juga, mereka sudah membuat masyarakat percaya kalau jasad terbakar itu adalah Ji Cheong Sin dan tidak ada seorang pun yang ingat mengenai gunung sampah itu lagi. Polisi yang tahu masalah ini pun, dibunuh.

Semua jadi frustasi  karna seperti tidak ada jalan keluar lagi. Eh, tidak di sangka, ternyata Ha Na sudah memikirkan sebuah rencana. Dia menyarankan agar mereka mengikuti cara tn. Shin. tn. Shin dkk kan mengira Ji Cheong Sin sudah membakar mereka hingga mati, maka mereka bergerak diam-diam seolah sudah mati. Dan kemudian, kita curi 5 Miliar won itu.


Mae Ok, Mun dan Mo Tak merasa mustahil. Jang Mul tidak demikian, dia setuju dengan Ha Na. Karna, walau 5 Miliar won itu di curi, mereka tidak akan bisa melaporkannya ke polisi karna mereka tidak akan bisa membuktikan itu uang mereka (karna dari dana ilegal. Kalau melapor, sama saja membuka kejahatan sendiri).


Lima miliar won itu adalah dana kampanye mereka. Jika mereka kehilangan uang itu, siapa yang akan membantu mereka saat kekurangan uang? Jang Mul! Jang Mul akan berpura-pura menjadi pendukungnya dan menawarkan dana, dan mereka pasti akan menyebutnya ‘sang penyelamat.’

“Apa yang akan kita lakukan dengan uangnya?” tanya Mae Ok.

“Berhubung itu adalah uang masyarakat, kita kembalikan pada mereka,” jawab Mo Tak.


Semua setuju untuk melakukannya.

“Sebelum itu… Kita hancurkan mereka. Wali Kota Shin, Cho Tae-sin, Choi Su-ryong. Kita pecah belah mereka. Agar kesempatan bagi kita terbuka,” ujar Mo Tak.

“Saat uang itu lenyap, mereka akan saling curiga,” tambahkan Ha Na.

Masalah rencana sudah selesai. Tapi, Mae Ok teringat masalah lain. Pekerjaan adalah menangkap roh jahat, bukan memberantas korupsi. Para penghuni Yung tidak akan memberikan izin. Jang Mul jadi kesal karna kan tidak mungkin mereka membiarkan penjahat menjadi Presiden.


Mo Tak pun memutuskan untuk ke Yung. Mae Ok mau ikut. Tapi, Mo Tak memutuskan pergi sendiri.

--


Di Yung, Mo Tak menunggu dengan cemas di luar ruangan. Gi Ran dan yang lainnya sedang melakukan rapat untuk membahas apa yang hendak dilakukan Mo Tak dan counter lainnya. Mo Tak awalnya mengira kalau Gi Ran akan menghalangi mereka lagi, karnanya dia menegaskan kalau orang jahat itu bekerja sama dengan mereka yang di rasuki roh jahat.


“Ya, aku tahu. Dengan begitu… kami putuskan untuk bekerja sama dengan para Counter,” ujar Gi Ran. “Mo-tak. Tapi ini bukan semata-mata untuk membalaskan dendammu, 'kan?” tanyanya memastikan.

“Terima kasih atas bantuanmu,” ujarnya tanpa menjawab pertanyaan.


Begitu kembali dari Yung, Mo Tak memberitahu kabar gembira kalau orang di Yung tidak akan ikut campur dengan rencana mereka. Semuanya pun bersorak girang. Ha Na mengingatkan kalau mereka harus menjalani misi mereka dengan sesenyap mungkin karna itu, mereka harus menutup restoran sementara waktu. Tujuan dari rencana mereka adalah menangkap Ji Cheong Sin dan menyelamatkan roh orang tua Mun.



Dan begitulah, kedai mie Eonni di tutup sementara. Bahkan di depan pintu, di pasang tulisan : “Disewakan.”

--


Rencana mulai dilakukan. Mereka tahu kalau Chang Gyu dan Hang Gyu sudah bebas dan bahkan memesan 5 ponsel cadangan. Mereka juga memasang pelacak di mobil Chang Gyu yang di parkir di depan gedung kantornya.




Dengan kekuatannya, Mo Tak membuat pingsan dan menghapus ingatan orang yang bekerja menyiapkan ponsel cadangan untuk Chang Gyu dkk. Saat sudah pingsan, Mo Tak membuat salinan program di ponsel itu ke ponsel lain, jadi apa aktivitas di ponsel tersebut termasuk pesan yang diterima, akan bisa diketahui di ponsel satu lagi. Tidak lupa, Mo Tak menempelkan note di ponsel itu untuk tahu mana yang merekam aktivitas ponsel tn. Shin, Tae Sin, Chang Gyu, Hang Gyu dan Kep. Choi.

--



Hang Gyu sangat sibuk. Baru bebas saja, dia sudah harus mengurus rekening-rekening yang kemarin sempat di blokir sama Jeong Yeong. Ketika dia menelpon Tae Sin untuk memberitahu kebebasannya, Tae Sin memberitahunya kalau Mo Tak sudah mati. Ji Cheong Sin yang membunuh.



Tae Sin sedang berada di kantor tn. Shin. Dia benar-benar mendambakan bisa duduk di kursi tn. Shin sehingga dia pun mencobanya. Sialnya, tn. Shin malah tiba-tiba membuka pintu dan melihat apa yang dilakukannya. Tae Sin dengan cepat segera pergi dari kursi dan duduk di sofa. Tapi, tn. Shin sudah nggak suka dan bahkan nanya untuk apa Tae Sin datang ke kantornya?



“Menemui ketua partai hari ini? Kau sibuk belakangan ini?” tanya Tae Sin, sangat ramah.

“Tentu saja, hari pemilihan segera tiba.”

“Hang-gyu sudah bebas. Kini proses pemilihan akan menjadi lebih mudah.”


“Sekretarisku telah menyiapkan markas kampanye untuk pemilihan, jadi, kau dan Tn. Noh tak perlu mencemaskannya,” ujar tn. Shin.

Tae Sin tidak suka mendengar ujarannya. Dia dapat merasakan tn. Shin yang ngin mengeluarkan mereka dari tim kampanye. tn. Shin beralasan kalau skalanya sudah besar. Tae Sin tetap ngotot kalau mereka bisa menyesuaikan segalanya.


Tanpa berbicara padanya, tn. Shin malah menekan interkom dan bicara pada Hye Kyeong kalau dia akan pergi. Dia memerintahkan Hye Kyeong untuk merapikan meja kerjanya dan memilihkan dasi untuknya. Uh, pengusiran secara halus.

Hye Kyeong yang mendengar, langsung masuk ke dalam ruangan tn. Shin. Tae Sin menatapnya tajam dan menunjukkan gelas kopinya sambil berujar kalau kopinya belum habis. tn. Shin pun memberitanda pada Hye Kyeong sehingga Hye Kyong pun kembali keluar.



“Mulai sekarang, pakai nomor ini. Aku telah membentuk tim khusus untuk mendampingimu. Kami bisa mengantarmu ke mana pun, jadi, nikmati perjalanannya. Kue ini sangat enak,” ujar Tae Sin sambil memberikan ponsel cadangan.


Ah, ini pertanda kalauTae Sin tidak akan membiarkan tn. Shin menyingkirkannya semudah itu.

--



Hang Gyu yang mendengar kabar kalau Mo Tak dkk sudah mati dari Tae Sin, masih sulit mempercayainya. Karna itu, dia ke kedai itu bersama Chang Gyu dan Jae Cheol untuk memeriksa.  Yang mereka dapatkan adalah kedai yang kosong melompong tanpa tanda kehidupan.


Chang Gyu dengan santai bahkan bilang kalau Mo Tak pasti sudah mati kali ini karna terbakar. Hang Gyu tetap saja cemas karna menurutnya, Mo Tak tidak mungkin mati semudah itu. Chang Gyu malah berkomentar kalau abangnya itu terlalu khawatir.

--



tn. Shin sedang berada di sebuah restoran tradisional yang menyediakan tempat makan privat. Dia ke sana untuk menemui perwakilan partai yang pernah ditemuinya waktu itu. Perwakilan itu tidak datang sendirian, melainkan bersama Choi Jang Mul. Jadi, Jang Mul ini berakting seolah-olah dia adalah fans tn. Shin dan mendukungnya menjadi presiden. tn. Shin nggak tahu kalau Jang Mul adalah bagian dari Mo Tak dkk dan hanya mengenalinya sebagai pengusaha kaya pemilik retail Jang Mul.



Mereka pun berbincang sambil tertawa-tawa. Jang Mul bahkan bercerita kalau dia pernah dipenjara satu kali atas kasus penggelapan dana. Dan ketika di penjara, dia terkena serangan jantung dan hampir mati. Setelah melalui semua itu, dia memutuskan untuk berubah dan menjual produknya untuk membantu orang yang membutuhkan. Sejak dia menjalankan moto : “Menyebarkan kekayaan”, bisnisnya maju pesat dan tidak ada lagi yang ingat bahwa dia pernah di penjara. Itu membuatnya bisa membersihkan masa lalunya yang kelam.

Selama Jang Mul menceritakan pengalaman hidupnya tersebut, tn. Shin mendengarkan dengan seksama dan ikutan tertawa saat Jang Mul tertawa. Kelihatan sekali kalau dia berusaha mengambil dan menyenangkan hati Jang Mul. Kenapa? karna Jang Mul adalah orang yang diincanya untuk menjadi orang yang menyediakan dana kampanyenya.

--



Setelah pertemuannya tadi dengan tn. Shin, Tae Sin kembali ke gedung Taesin grup untuk menemui Hang Gyu.

“Perasaanku tidak enak soal ini, Hang-gyu,” ujar Tae Sin.

“Ada apa? Konstruksi reservoirnya berjalan dengan baik.”


“Aku berbicara tentang Shin Myeong-hwi. Perasaanku tak enak. Setelah pengumuman pencalonannya sebagai presiden, semua pihak berlomba-lomba menawarkan bantuan. Apakah ini hanya penghalang kecil di dalam hubungan kita atau pertanda akan terjadinya perpecahan? Kubantu singkirkan mereka yang menghalangi jalannya. Keparat ini… Kurasa dia akan maju dan tinggalkan kita.”

“Wali Kota Shin tak bisa main-main. Kau tahu itu.”


“Tidak begitu. Bagaimanapun kita butuh jaminan,” ujarnya, memikirkan sesuatu.

--


Pertemuan Jang Mul dengan tn. Shin berlangsung sangat lama dan tidak terasa hari sudah gelap saja. Sebelum Jang Mul melangkah keluar pintu, tn. Shin membungkuk hormat padanya sambil tersenyum dan memanggilnya : “Ketua Klub Kampanyeku.”


“Astaga, aku menjadi ketua klub kampanye untuk calon presiden Shin Myeong-hwi. Mendengarnya saja sudah membuatku tersenyum,” balas Jang Mul, tertawa lebar. “Wali Kota Shin. Lima miliar, ya? Jika kau bisa siapkan lima miliar, maka akan kuberi kau jumlah yang sama. Jika kau hanya punya 10 juta, maka aku juga hanya mampu sebanyak itu,” lanjutnya sebelum benar-benar keluar.

“Ya, aku paham.”


Begitu Jang Mul dan perwakilan sudah pergi, tn. Shin langsung menghubungi Tae Sin dengan ponsel cadangan yang diberikannya tadi.

“Siapkan amunisinya, tn. Cho,” perintahnya. “Lima miliar won. Tunai.”


Tae Sin terkejut. Untuk apa tn. Shin meminta uang tunai sebanyak itu? tn. Shin menjawab kalau dia perlu untuk menunjukkannya kepada seseorang.

Tanpa mereka ketahui, pembicaraan keduanya sudah di sadap oleh Geng Eonni. Semua berjalan sesuai rencana mereka.

--





Esok harinya,

Pagi-pagi sekali, mereka sudah mengintai di depan kantor Chang Gyu. Mereka bahkan membeli model koper yang sama seperti yang Chang Gyu bawa masuk ke dalam mobil. Masalahnya, ada dua mobil yang pergi bersamaan tapi dengan tujuan berbeda. Mo Tak bingung mau mengikuti yang mana. Ha Na menjawab kalau mereka tentu harus mengikuti mobil yang membawa koper.


Mobil yang membawa koper itu, di dalamnya ada Jae Cheol. Sementara Chang Gyu masuk ke mobil lain dan entah menuju kemana.

 

2 Comments

Previous Post Next Post