Sinopsis C-Drama : The Little Nyonya E01
Hello, kembali dengan sinopsis drama China. Ini
adalah drama yang tayang di tahun 2020, tapi aku baru nonton sekarang. Setelah
menonton beberapa episode awal, menurutku, drama ini menarik. Makanya,
kuputuskan membuat sinopsisnya. Kalau di cari di google, akan keluar drama
dengan judul sama yang tayang di tahun 2008 dan merupakan drama serial
Singapore. Drama ini adalah remake dari drama tersebut (untuk info
jelasnya, silahkan cari di google).
Setting drama ini sendiri mengambil tahun 1930-an.
Kenapa aku bilang drama ini menarik? Karna drama ini mengisahkan kehidupan
peranakan Tionghoa di Malaka. Di drama ini, terlihat bagaimana budaya Tionghoa
berpadu dengan budaya Melayu.
Nggak usah banyak cuap-cuap lagi, silahkan nikmati
sinopsisnya. Check it out! Happy reading!
---===---
Drama ini dimulai dengan
menunjukan piring-piring autentik yang indah. Terlihat seorang wanita sedang
membuat adonan kue berwarna hijau. Di atas piring, terhidang berbagai macam kue
yang indah dan enak. Salah satu kue yang paling mencolok adalah kue berwarna
merah : angku kueh. (salah satu kue kesukaanku!)
Dulu, orang Tionghoa bermigrasi dari
Tiongkok Selatan dan menetap di Semenanjung Malaya. Mereka menikahi wanita
lokal dan memiliki anak. Budaya mereka dipengaruhi oleh Melayu, India dan
Barat. Dengan demikian membentuk budaya peranakan Tionghoa yang unik. Keturunan
mereka dipanggil :
Baba untuk pria, dan Nyonya
untuk wanita.
Kisah yang kuceritakan adalah
tentang seorang Nyonya. Itu juga merupakan sejarah keluargaku. Hal pertama yang
kuingat adalah ucapan yang sering dikatakan nenekku.
“Jika kau tak
mengetahui masa lalumu, maka kau seperti daun yang tak tahu dia bagian dari
pohon.”
Kisahnya dimulai dengan nenek
buyutku. Marga nenek buyutku adalah Huang. Dia lahir di Melaka.
Malaka,
Para pembantu keluarga Huang
sedang sangat sibuk membersihkan rumah karna hari ini, mereka akan kedatangan
tamu yaitu Tua Kor, yang adalah kakak Huang Yuan (kepala keluarga Huang).
Keluarga Huang adalah keluarga peranakan
terkenal di Melaka. Tua Kor adalah kakak dari Tuan Huang Yuan. Dia menikahi
orang Singapura. Dia hanya memiliki dua putri.
Tamu yang di tunggu akhirnya
datang dengan sebuah kereta. Kedatangannya disambut sangat hangat oleh Huang
Yuan (selanjutnya, ku tulis tn. Huang) dan Guihua, istri Huang Yuan yang
artinya adalah adik ipar Tua Kor. Mereka beneran sangat kaya karna saat putri-putri
Tua Kor turun dari kereta, Guihua segera memerintahkan pembantunya untuk
memayungi kedua putri itu. Bukan hanya satu pembantu yang memayungi, tapi tiga
pembantu. Masing-masing pembantu memegang payung dan berdiri di sebelah : kiri,
kanan dan belakang.
Kedua putri tersebut bernama :
Xiufeng dan Xiujuan. Berbeda dengan ibunya yang mengenakan pakaian tradisional,
mereka berdua mengenakan dress modern. Penampilan mereka itu sangat memukau
Meiyu, putri tn. Huang dan Guihua.
Gaya hidup, bahasa Baba dan Nyonya
mungkin terpengaruh oleh budaya Barat dan Melayu. Tapi mereka mengadaptasi
budaya Tiongkok tradisional juga. Terutama dalam pemujaan selulur dan
pernikahan. Keluarga peranakan tradisional memiliki aula leluhur sendiri yang
menyimpan nisan para leluhur. Selama festival, saat para keturunan kembali dari
luar negeri dan wanita yang menikah pulang ke rumah, akan ada upacara doa.
Saat tiba, yang pertama kali
Tua Kor dan putri-putrinya lakukan adalah berdoa di aula leluhur.
Selesai berdoa dan sambil
berjalan ke ruang tamu, Guihua memuji Xiufeng dan Xiujuan yang semakin cantik hingga
dia hampir tidak mengenalinya. Tua Kor tertawa mendengar pujian itu sembari
curhat kalau tidak ada gunanya cantik kalau mereka hanya bermain seharian. Tua
Kor juga mengomel karna suaminya memaksa agar Xiufeng dan Xiujuan sekolah,
padahal menurut Tua Kor hal itu percuma. Kenapa pula anaknya harus bisa
membaca, apalagi buku Barat? tn. Huang memberitahu kalau orang-orang Barat
banyak yang menjadi boss di Malaya. Dan mereka harus bisa berbicara dan menulis
dalam Bahasa Inggris, barulah bisa di panggil Bangsawan Tionghoa.
Tua Kor tetap saja merasa
percuma anaknya bisa baca tulis, karna pada akhirnya, mereka hanya akan menikah
dan punya anak. Guihua setuju dengan Tua Kor karna menurutnya prioritas seorang
wanita adalah mengurus rumah. (Tipikal pemikiran ibu-ibu di masa itu).
--
Selagi ibunya bersama dengan
Guihua dan tn. Huang, Xiufeng dan Xiujuan pergi ke kamar Meiyu. Xiujuan melihat
isi lemari baju Meiyu yang isinya hanyalah pakaian kebaya. Dia mengejek Meiyu
kalau pakaian Meiyu terlalu kuno hingga dia mengira sedang berada di museum.
Meiyu menjawab kalau ibunya tidak mengizinkannya memakai gaun. Xiujuan yang
terlalu blak-blakan, mengatai Guihua yang kuno dan membuat Meiyu sepertinya
juga.
Xiufeng langsung menegur ucapan
Xiujuan tersebut. Xiujuan tidak peduli dan malah menawari Meiyu untuk memakai
gaunnya karna ukuran badan mereka hampir sama. Tapi, Meiyu menolak dengan tegas
karna takut akan dipukuli ibunya jika ketahuan. Eh, Xiujuan malah menunjukkan
majalah Barat yang menunjukkan orang-orang di sana berpakaian terbuka.
--
Pelayan Tua Kor, Ah Tuo,
benar-benar kagum dengan kediaman Huang yang jauh lebih besar daripada rumah
Tua Kor di Singapura. Dia mengatakan hal itu dengan ceria pada Tian Lian. Dia
juga menanyakan sudah berapa lama Tian Lian bekerja di sana? Saat tahu Tian Lian
sudah bekerja selama 25 tahun di sana, dia menyebutnya sebagai pelayan tua dan
ingin tahu berapa gaji yang diterimanya. Tian Lian tersenyum dan menjawab kalau
dia tidak di bayar. Ah Tuo salah paham mengira kalau Tian Lian adalah pelayan
yang dijual seperti gosip yang sering di dengarnya kalau ada orang yang dijual
oleh orangtuanya menjadi pelayan dan bekerja seumur hidup tanpa dibayar.
Sayangnya, dugaannya salah
karna salah seorang pelayan muncul dan memanggil Tian Lian dengan panggilan “Huang Taitai” . Yup, Tian Lian adalah istri kedua tn. Huang.
Ah Tuo sangat ketakutan dan memukuli pipinya sendiri berulang kali sebagai
bentuk permintaan maaf karna sudah menyebut Tian Lian sebagai pelayan tua. Untunglah Tian Lian
adalah nyonya yang baik dan tidak merasa tersinggung apalagi marah dengan Ah
Tuo. Dia bahkan menyuruh Ah Tuo untuk berhenti memukuli dirinya sendiri.
--
Keluarga Huang benar-benar
masih kolot. Buktinya, Meiyu hanya berani mengajak Xiufeng dan Xiujuan untuk
mengintip dari balik pintu keluar rumah. Itu karna Ibunya mengajari kalau
wanita yang belum menikah, tidak boleh keluar rumah. Jadi, dia hanya bisa
mengintip diam-diam seperti itu.
Ketika mengintip, mereka
melihat soerang pria muda tampan yang sedang memotret. Xiujuan sangat kagum dan
memuji pria itu : So handsome. Meiyu
yang tidak sekolah, tidak mengerti apa yang Xiujuan katakan. Xiufeng lah yang
mengartikan ucapannya tersebut.
Lagi asyik mengintip, malah
muncul orang gila di depan pintu, ketiganya berteriak ketakutan dan berlari ke dalam.
Dan tiba-tiba saja Xiujuan jadi merencanakan hal buruk. Dia membisikan
rencananya itu pada Xiufeng dan Meiyu.
--
Di dapur, Tian Lian menghampiri
putrinya yang sedang menumbuk rempah. Dia menatap matanya dan memberitahu kalau
dia akan main kartu bersama Tua Kor dan yang lain, jadi dia meminta Juxiang
untuk menyiapkan makan malam.
Dan lagi-lagi, Ah Tuo salah
paham. Dia memuji pelayan itu sangat cantik. Tian Lian memberitahu kalau itu
putrinya. Ah Tuo ketakutan karna sudah membuat dua kesalahan. Dia memohon agar Tian
Lian tidak mengadukannya pada majikannya. Ah Tuo ini sering sekali dipukuli
jika melakukan kesalahan sehingga tubunya mempunyai banyak sekali bekas luka.
Tian Lian merasa kasihan padanya dan menyuruhnya untuk tidak khawatir.
Baru saja mereka pergi, Xiufeng,
Xiujuan dan Meiyu sudah ke dapur. Mereka ingin mengganggu Juxiang dengan
melumuri wajahnya dengan adonan kue. Xiufeng bukannya melarang adiknya, malah
menyarankan agar mereka membuat wajah Juxiang menjadi lebih jelek lagi. Meiyu
berusaha mencegah mereka. Tapi, Xiujuan tidak mau karna Ibunya bilang kalau Ibu
Juxiang, Tian Lian, sudah merayu tuannya (tn. Huang). Jadi, untuk apa mereka
bersikap sopan pada putri tuannya? Ditambah lagi, Juxiang ini bisu dan tuli.
Akhirnya, ketiganya melumuri
tangan mereka dengan adonan tepung dan menyekakannya ke wajah Juxiang. Juxiang
yang tidak bisa mendengar, tidak tahu kehadiran mereka dan sangat kaget saat
tiba-tiba mereka melumuri wajahnya dengan tepung. Dia jadi kesulitan membuka
mata karna adonan tepung masuk ke matanya. Setelah itu, mereka menarik Juxiang
keluar melalui pintu depan.
Tian Lian yang melihat anaknya
di tarik seperti itu, tentu khawatir. Tapi, Guihua malah memarahinya untuk
tidak berlebihan karna anak-anak hanya sedang bermain. Tua Kor juga tidak
peduli dan tetap asyik bermain kartu.
Mereka bertiga mendorong Juxiang
ke luar rumah hingga Juxiang menabrak orang gila yang sedang berkeliaran di
depan pintu. Orang gila itu sedang sangat kelaparan, jadi ketika, tangannya
mengenai adonan kue yang ada di tubuh Juxiang, dia langsung menggila. Dia
mencekik Juxiang, mengiranya adalah makanan.
Xiufeng, Xiujuan dan Meiyu yang
mengawasi dari depan pintu, ketakutan dan segera kabur dari sana. Ketika
belari, sempat-sempatnya mereka tertawa seolah nyawa seseorang bukanlah hal
besar. Ah Tuo yang kebetulan keluar ruangan, melihat tingkah aneh mereka
tersebut dan jadi khawatir dengan Juxiang yang mereka seret keluar tadi.
Semua warga sekitar hanya
berkumpul tanpa ada yang berani menolong Juxiang. Juxiang juga berusaha
memberontak, tapi kekuatannya kalah dengan kekuatan si orang gila itu.
Untunglah, pria tampan yang dilihat Xiufeng dkk tadi, masih ada di sekitar sana
dan langsung menolong Juxiang. Dia mengambil cakue yang dijual di pinggir jalan
dan memberikannya ke mulut orang gila itu, barulah orang gila itu melepaskan
cekikannya dari leher Juxiang. Hm, sebenarnya, orang itu bukan gila juga, cuma agak terbelakang mental.
Bukan hanya itu, pria itu,
Yosuke Yamamoto, membawa Juxiang ke keran air umum terdekat agar dia bisa
menyeka wajahnya dari adonan kue. Saat wajahnya sudah bersih dari adonan kue,
Yosuke langsung terpesona akan kecantikan Juxiang. Mereka belum sempat
berkenalan karna Ah Tuo muncul dan menarik Juxiang ke sisinya. Dia mengira
Yosuke mengganggu Juxiang.
Yosuke menjelaskan kalau dia
tidak bermaksud jahat. Sayang, Ah Tuo tidak mendengarkannya. Yosuke masih mau
protes, tapi dia melihat Juxian dengan menggunakan bahasa isyarat mengucapkan
terimakasih. Ah Tuo pun segera menarik Juxiang bersamanya, pulang.
Dalam perjalanan kembali ke
rumah, Juxiang berhenti sejenak. Dia merasa terpesona melihat atraksi barongsai
dan long yang sedang di tampilkan. Ah Tuo ingin berkomunikasi dengan Juxiang,
tapi dia bingung harus gimana karena Juxiang bisu dan tuli. Juxiang dengan
bahasa isyarat sederhana, memberitahu Ah Tuo, kalau dia bisa mengerti yang Ah
Tuo katakan dengan membaca gerakan mulutnya. Dia juga meminta Ah Tuo untuk
bicara lebih pelan.
Yosuke masih ada di sekitar
sana. Dia benar-benar sudah jatuh cinta pada pandangan pertama pada Juxiang.
Dengan kameranya, dia pun mengabdikan foto Juxiang. Sayang sekali, karna
kerumunan orang, Yosuke kehilangan jejak Juxiang.
--
Xiufeng, Xiujuan dan Meiyu,
benar-benar tidak peduli dengan apa yang terjadi pada Juxiang setelah apa yang
mereka perbuat. Dengan hati ringan, mereka berkumpul di kamar Meiyu dan
melihat-lihat isi lemari lagi. Xiujuan menemukan sebuah kain merah panjang yang
kedua ujungnya di tahan kayu. Meiyu menjelaskan kalau para Nyonya tidak boleh
keluar rumah, dan jika terpaksa keluar, mereka harus duduk di atas kain itu dan
digendong dengan penutup (mirip seperti menaiki tandu, namun bedanya ini tidak
memiliki penutup, hanya diangkat dengan sebuah kain).
Xiujuan sangat penasaran dan
ingin mencoba menaikinya. Para pembantu wanitalah yang diperintahkan untuk mengangkat
kain itu saat Xiujuan duduk di atasnya. Xiujuan beneran senang dan bahkan
meminta Meiyu dengan Xiufeng menutupinya dengan kain, seperti yang Meiyu
jelaskan tadi.
Suara tawa Xiujuan, menarik
perhatian Jin Cheng, abang Meiyu, yang baru pulang. Dari wajahnya, kelihatan
kalau Xiufeng menyukai Jin Cheng. Jin Cheng penasaran dengan orang yang duduk
di atas kain dan wajahnya ditutupi kain. Dia ingin mengintip, tapi Meiyu
melarang karan di dalamnya duduk seorang gadis yang belum menikah dan jika Ji
Cheong melihatnya, Jin Cheng harus menikahinya.
Jin Cheng langsung nyerah untuk
melihat. Bagaimana kalau didalam itu adalah gadis jelek? Dia yang akan rugi.
Xiujuan tidak terima di sebut jelek dan langsung membuka kain yang menutupi
wajahnya. Jin Cheng terpesona dan memujinya cantik seperti malaikat. Bukan
hanya Jin Cheng yang terpesona tapi juga Xiujuan. Apalagi, saat Jin Cheng
bicara dalam Bahasa Inggris, memujinya dan mencium punggung tangannya.
--
Sekarang, saatnya Meiyu
menunjukkan kemampuan bordirnya. Xiufeng beneran kagum dengan kemampuannya dan
memujinya. Sementara itu, Xiujuan malah heboh saat mendengar suara musik dansa
di putar dari sebuah kamar. Dia segera menarik Meiyu dan kakaknya menuju kamar
itu.
Itu adalah kamar Jin Cheng.
Saat tahu ada yang mengintipnya, dia menggoda mereka berdua dengan Bahasa
Inggris. Meiyu tentu tidak mengerti. Jin Cheng kelihatan sekali suka
menunjukkan kemampuan bahasa asingnya. Dengan sopan, dia mengajak Xiufeng
berdansa. Sayang sekali, Xiufeng terlalu malu dan lupa caranya berdansa.
Jadinya, Xiujuan yang maju dan berdansa dengan Jin Cheng.
Hal itu, membuat Jin Cheng
semakin menyukai Xiujuan yang memiliki sifat berani dan terang-terangan.
Tatapan Jin Cheng yang berbeda pada Xiujuan ternyata di sadari oleh Meiyu.
Tanpa tahu apa yang Xiufeng rasakan, Meiyu berbisik padanya kalau abangnya
kelihatannya menyukai Xiujuan. Senyum di wajah Xiufeng, langsung lenyap.
--
Juxiang anak yang baik. Walau
sudah di ganggu seperti tadi dan hampir saja mati, dia tidak mengadu sama
sekali. Dia malah kembali ke dapur dan lanjut menyelesaikan masakannya.
Hidangan Nyonya terkenal kelezatannya di
Nanyang. Menggabungkan esensi makanan Tionghoa Selatan dan Melayu. Juga
mengandung karakter India, Indonesia, Thailand, Belanda dan Inggris. Rasanya
istimewa dengan menggunakan bumbu dan rempah. Jadi, butuh lebih banyak waktu
dan tenaga untuk menyiapkan hidangan tersebut. Setiap Nyonya punya guru yang
hebat, yaitu ibu mereka.
Menantu yang baik harus pandai memasak.
Jadi, setiap ibu Nyonya akan berusaha semampunya mengajari putri mereka untuk
memastikan pernikahan mereka bahagia.
Dengan kelihaian tangannya,
Juxiang menyelesaikan masakannya. Laksa.
Saat hidangan itu dihidangkan,
Tua Kor memuji aromanya yang sangat lezat dan menggoda. Dengan ramah, Tua Kor
juga mengajak Tian Lian untuk makan bersama. Tian Lian segan dan menolak, tapi
tn. Huang memerintahkannya untuk duduk dan ikut makan bersama. Dari wajahnya,
Guihua tampak tidak menyukai hal itu.
Saat makan, Tua Kor memuji
masakan Juxiang yang sangat enak. tn. Huang sempat menanyakan suami Tua Kor,
kapan akan pulang? Tua Kor nggak tahu, entah kapan kapal suaminya akan tiba
dari London. Ketika orang tua asyik bicara, Ji Cheong malah menggoda Xiujuan
dengan membelai kakinya dengan kakinya di bawah meja.
Xiujuan merasa senang dan malah
menggoda Jin Cheng dengan menggeser kakinya hingga kaki Jin Cheng mengenai kaki
Tua Kor. Tua Kor berteriak terkejut karna ada yang membelai kakinya. Dengan
cepat, Jin Cheng langsung membuat alasan kalau itu mungkin kucing di rumah
mereka.
--
Selesai makan, Tua Kor dan
Guihua berkumpul di ruang santai. Mereka mengobrol sambil makan sirih. Keduanya
membahas mengenai putra putri mereka. Hingga akhirnya, mereka berdua setuju
untuk menjodohkan Xiufeng dengan Jin Cheng.
Tua Kor ini cukup menyeramkan.
Dia menampar Ah Tuo dengan sangat keras hanya karna Ah Tuo mengambil dua
bungkus daun sirih (aku nggak pernah makan sirih, jadi nggak ngerti juga. Jadi,
Ah Tuo ini mengambil dua daun sirih untuk dibungkus dengan rempat untuk Tua
Kor. Tua Kor marah karna Ah Tuo menggunakan dua daun sirih, padahal dia hanya
mau satu daun sirih). Ah Tuo langsung membuat alasan kalau dia hanya gugup dan
senang mendengar Xiufeng akan menikah.
--
Kedua orang tua itu
membicarakan pernikahan putra putri mereka tanpa tahu siapa yang putra putri
mereka cintai. Di tengah malam, Jin Cheng dan Xiujuan bertemu. Bukan pertemuan
biasa. Mereka saling menyatakan cinta dan berciuman dengan penuh gairah. Hal
itu kelihatan oleh Juxiang yang mau ke belakang untuk mencuci baju.
Kehadirannya di sadari oleh Jin
Cheng dan Xiujuan. Tanpa ampun, Jin Cheng malah mendorong tubuh Juxiang ke
dalam sumur, sembari mengancam agar dia tidak mengadukan apa yang dilihatnya
tadi pada siapapun. Dia juga mengatai Juxiang yang bisu dan tuli, harusnya
sekali buta juga.
Juxiang benar-benar ketakutan
hingga menangis.
Xiujuan malah ikut memarahinya.
Dia juga pamer kalau tindakannya dengan Jin Cheng tidak salah karna mereka
sungguh saling mencintai, bukan seperti ibu Xiujuan yang merayu tuannya untuk
melahirkan orang aneh, bisu dan tulis.
Juxiang yang selama ini tenang,
menjadi mengamuk. Dia tidak terima ibunya dikatai seperti itu oleh Xiujuan
karna itu, dia pun mencekiknya. Walau Jin Cheng berusaha melepaskan cekikannya,
Juxiang tidak bergeming. Jin Cheng ketakutan dan memohon Juxiang untuk berhenti
sembari berjanji tidak akan pernah mengatai ibunya lagi. Akhirnya, Juxiang pun
mau melepaskan cekikannya. Xiujuan yang ketakutan ikutan berjanji tidak akan
pernah mengatai ibu Juxiang lagi. Walau berjanji, dia juga berteriak menyebut
Juxiang, gila!
--
Pagi baru saja tiba tapi sudah
terjadi kehebohan. Ah Tuo sedang dipukuli sama Tua Kor menggunakan tongkat
karna memecahkan mangkok. Guihua yang ada di sana, benar-benar tidak peduli
walau Ah Tuo menangis memohon ampun. Dia tidak berniat membantu sama sekali.
Juxiang lah yang membantu. Dia melindungi Ah Tuo sembari memohon (dengan bahasa isyarat) agar Tua Kor mengampuni Ah Tuo kali ini. Tua Kor benar-benar marah tapi karna Juxiang terus menghalangi, dia akhirnya berhenti memukul.
Walau begitu, dia menyuruh Ah Tuo
untuk mengganti mangkok yang dipecahkannya tersebut, seharga 30dollar.
Ah Tuo menahan sakit, menangis
dan berterimakasih atas bantuan Juxiang. Tidak hanya itu, Tian Lian dan Juxiang
bahkan mengobati luka pukulan di badan Ah Tuo. Ah Tuo udah nggak tahan lagi dan
berlutut, memohon pada Tian Lian agar mau menerimanya sebagai pembantunya. Dia
tahu kalau Tua Kor tidak menginginkannya lagi, makanya Tua Kor selalu mencari
kesalahannya. Tapi, dia juga tidak bisa berhenti karna keluarganya bisa mati
kelaparan jika dia tidak bekerja. Juxiang jadi ikut kasihan dan memasang wajah
memelas pada ibunya agar membantu Ah Tuo.
Tian Lian beneran nggak tega
dan akhirnya mau membantu.
Dengan memberanikan diri, Tian
Lian menemui Guihua dan Tua Kor yang sedang berbincang. Dia menyajikan teh dan
juga pulut inti (kue kesukaan ku juga ^^).
Setelah itu, dia baru
menyampaikan maksud kedatangannya. Dia membahas mengenai Tok Panjang yang akan
diadakan beberapa hari lagi dan sekarang dapur kekurangan orang.
Tanpa dia
perlu mengatakan keinginannya, Tua Kor langsung menyuruh Tian Lian untuk
mengambil Ah Tuo karna dia juga tidak memperlukan tambahan orang dirumahnya
lagi. Tian Lian langsung mengucapkan terimakasih. Eit, tidak semudah itu. Tua
Kor tetap ingin Ah Tuo membayar hutang 30 dollar padanya.
--
Uang 30 dollar itu sangat
besar. Tapi, Juxiang mau memberikan uang itu pada Ah Tuo. Itu adalah uang
simpanannya. Ah Tuo tentu tidak bisa menerima uang itu, tapi Juxiang memaksanya
untuk mengambilnya.
“Nona Muda Juxiang. Kau adalah
majikan. Aku hanyalah pelayan. Tapi, kau sangat baik padaku. Langit akan
menjagamu. Dia akan menikahkanmu dengan pria kaya, tampan yang mencintaimu dengan
tulus,” ujar Ah Tuo, mendoakan kebahagiaan Juxiang.
--
Yosuke Yamamoto menginap di
sebuah hotel. Secara kebetulan, dia melihat seorang wanita yang sedang dibawa
ke sebuah kamar di sebelah kamar tempatnya menginap. Dari raut wajahnya, wanita
yang dibawa itu tampak ketakutan. Ya, wanita itu adalah wanita yang sedang
dijual kepada seorang pria.
Di malam hari, dari kamarnya
menginap, Yosuke bisa mendengar suara wanita itu menangis sambil memohon agar
berhenti dipukuli. Yosuke tidak bisa diam saja dan mengetuk pintu kamar itu
dengan keras. Yang membuka pintu adalah seorang pria tua bernama Charlie Zhang.
Charlie tidak suka karna Yosuke mengganggu aktivitasnya. Tanpa malu ataupun
sungkan, dia menjelaskan kalau dia baru saja membeli seorang wanita, tapi
wanita itu tidak di ajari dengan baik, jadi dia mengajarinya. Dia bahkan
menunjukkan tali pinggang yang digunakannya untuk memukul wanita tersebut.
Bukan hanya itu, dia juga berujar akan menyumpal mulut wanita itu agar tidak
berisik dan mengganggu Yosuke.
Yosuke benar-benar tdiak
menyukai sikapnya itu, tapi tidak ada yang bisa dilakukannya juga.
--
Esok harinya,
Saat sedang duduk di balkon
hotel sambil membaca buku dan sarapan, Yosuke tampak masih tidak tenang dengan
kejadian kemarin. Dia semakin terganggu saat mendengar suara Charlie yang duduk
tidak jauh darinya, lagi tertawa dan berbincang dengan sekretarisnya.
Di saat Yosuke mau pergi, dia
tanpa sengaja melihat sekretaris Charlie menunjukkan foto Juxiang pada Charlie.
Charlie sangat menyukai Juxiang yang cantik.
--
Ah Tuo sedang belajar caranya
menumbuk bumbu dengan Juxiang. Dia masih belum mahir menumbuk hingga bumbu yang
ditumbuknya terus jatuh keluar dan membuat matanya pedih. Ah Tuo yang suka
bicara, berujar kalau dia masih tidak mengerti kenapa mereka menyukai makanan
yang berempah dan beraroma kuat.
Juxiang tersenyum mendengar
ucapannya. Dengan sabar, dia mengajari Ah Tuo cara memegang alu dan menumbuk
yang benar, hingga bahan yang ditumbuk tidak berjatuhan atau melompat keluar
dari alat tumbukan dan dapat halus.
--
Yosuke bertemu dengan
kenalannya, tn. Kimura. Sebelum mereka mulai berbincang, tn. Kimura menyuruh
Yosuke agar mereka bicara dengan bahasa Tionghoa bukan Jepang. Itu karena
sentimen anti-Jepang para imigran Tionghoa tinggi. Mereka harus berhati-hati.
tn. Kimura menanyakan alasan
Yosuke bisa berada di Malaka (Yosuke tinggal di Singapore). Yosuke menjawab
kalau dia kemari untuk membeli peralatan fotografi. tn. Kimura menyampaikan
kabar kalau beberapa orang Jepang di luar negeri menerima perintah wamil. Yang
artinya, Yosuke harus bersiap jika di panggil untuk ikut wamil atau berperang.
Pembicaraan yang serius
kemudian beralih menjadi topik yang lebih santai. Yosuke menunjukkan pada tn.
Kimura apa yang dibelinya di Malaka yaitu sebuah guci berwarna hijau dengan
motif bunga merah. Dia merasa tertarik pada budaya Baba dan Nyonya.
Karna itu, tn. Kimura pun
mengajak Yosuke untuk ikut bersamanya menghadiri Tok Panjang yang diadakan
keluarga peranakan kaya di Malaka, keuarga Huang. Yosuke tidak pernah mendengar
‘Tok Panjang,’ jadi tn. Kimura menjelaskan padanya. Tok Panjang adalah
perjamuan meja panjang. Baba dan Nyonya mengadakan perjamuan menja panjang
untuk tamu istimewa.
Yosuke sangat bersemangat bisa
menghadiri Tok Panjang dan melihat budaya Baba dan Nyonya nanti malam.
--
Xiujuan masih tidur dengan
lelap. Walau Xiufeng membangunkannya untuk berdoa kepada leluhur, Xiujuan tidak
peduli. Baginya, itu kan doa untuk leluhur Huang dan tidak ada hubungannya dengan
mereka. Xiufeng memarahinya karna bicara seperti itu. Ibu mereka kan adalah
keluarga Huang, jika tidak ada ibu mereka, tidak mungkin mereka bisa ada di
dunia.
Xiujuan tetap tidak peduli
karna toh dia dengar kalau ibunya hanyalah anak angkat. Mau seperti apapun
Xiufeng memarahinya dan memaksanya bangun, Xiujuan tetap tidak beranjak dari
tempat tidur. Dia malah menyuruh Xiufeng
berbohong pada yang lain kalau dia sakit perut jadi nggak bisa ikut doa kepada
leluhur.
Dengan kesal, Xiufeng menemui
ibunya untuk menyampaikan hal itu. Awalnya, dia tampaknya ingin berbohong
seperti yang Xiujuan minta. Tapi, saat melihat Guihua yang baru datang, dia
langsung mengeraskan suara, menyampaikan pada ibunya kalau Xiujuan masih tidur.
Guihua tentu mendengar
ucapannya tersebut. Saat bergabung dengan mereka, tanpa basa basi, dia bertanya
pada Xiujuan, apakah dia menyukai Jin Cheng?
“Aku…,” jawab Xiujuan, malu.
“Kau tak menyukainya?
“Bibi.”
“Kalau gitu tak ada jalan
lain,” ujar Guihua.
“Aku menyukainya,” nyatakan
Xiufeng dengan tegas. Dia menyatakan perasaannya.
Menarik... Lanjut...
ReplyDelete