Sinopsis C-Drama : The Little Nyonya E13

 

Sinopsis C-Drama : The Little Nyonya E13




Karna rasa penasaran, Yueniang pergi ke lantai atas. Dia masuk ke kamar Jin Cheng dan memutar piringan hitam yang ada di sana. Suara musik yang berkumandang, membuat Ah Tao segera datang. Dia tampak takut dan menyuruh Yueniang untuk tidak memasuki kamar Tuan Muda. Yueniang yang tidak pernah bertemu siapapun, tentu heran, ternyata di rumah ini ada Tuan Muda. Ah Tao pun menjelaskan kalau di rumah ini, selain ada Tuan Besar, ada juga Tuan Besar, Nyonya Besar, Nona Muda dan Tuan Muda. Semuanya akan pulang setelah perang usai.


Yueniang makin penasaran dan berlarian di seluruh lorong dan memasuki semua kamar. Dia penasaran dan ingin memainkan semua yang ada di kamar-kamar itu. Ah Tao terus mengikutinya sambil memohon agar dia berhenti berkeliaran. Lama-lama, Yueniang jadi kesal karna dilarang ini itu, padahal Ah Tao terus memanggilnya Nona Muda. Karna dia adalah Nona Muda, kenapa dia tidak boleh masuk kamar dan tidur di ranjang Nona Muda? Ah Tao terus berusaha membujuknya untuk keluar kamar, tapi Yueniang terus menolak.


“Juxiang!!” suara teriakan Tian Lan, menggema.



Sebagai hukuman sudah nakal, Tian Lan memukul Yueniang di depan altar penghormatan leluhur. Walau tangannya di pukul dengan tongkat, Yueniang tidak menangis sama sekali. Ah Tao tidak tega dan memohon agar Tian Lan berhenti memukul, tapi Yueniang malah bilang kalau neneknya masih kurang memukulnya 5 kali lagi. Yueniang malah protes pada Ah Tao karna neneknya kan sudah bilang dia harus dipukul 20 kali di hadapan para leluhur, jadi harus ditepati.



Tian Lan sebenarnya tidak tega memukul Yueniang, tapi demi agar Yueniang tumbuh menjadi anak yang baik, dia harus mengajarinya dengan benar.



Akibat dari pukulan itu, Yueniang menjadi kesulitan menumbuk bumbu. Dia tidak bisa menahan tangisnya. Dia sangat merindukan ibunya, Juxiang. Suara tangisannya itu terdengar oleh Tian Lan.



“Juxiang. Kau harus patuh. Kau seorang Nyonya dari keluarga terhormat. Kau harus jaga sikap dan jangan merengek. Jika tidak, kau tidak akan bisa menjadi istri di keluarga yang baik. Ibu tidak ingin kau menderita kelak. Paham?” nasehati Tian Lan (dia masih sering menganggap Yueniang sebagai Juxiang).

Yueniang mengangguk dan mulai lanjut menumbuk.



Perlahan, di bawah pengajaran Tian Lan, Yueniang tumbuh menjadi gadis pemberani dan mandiri.

Waktu terus berputar dan tidak terasa 10 tahun berlalu.




Yueniang tumbuh menjadi gadis yang cantik dan mempunyai rupa mirip seperti Juxiang, ibunya. Demi bisa menyambung hidup, dia berjualan sambal dan kue di depan rumah. Ah Tao yang membantu menjajakannya. Para tetangga yang melihat Yueniang, pasti teringat dengan Juxiang dan kebaikannya.




Walau mereka kekurarangan uang, Yueniang tetap saja baik hati. Dia tidak segan-segan memberikan bonus pada para pelanggannya. Hal itu di protes sama Ah Tao, karna mereka butuh uang untuk hidup dan juga untuk pengobatan Tian Lan yang sedang sakit. Yueniang tidak khawatir sama sekali karna dia sudah memikirkan rencana jangka panjang. Besok, dia akan mulai berjualan berbagai bumbu dan juga membuka kios di pasar. Rencananya itu dilarang tegas sama Ah Tao. Karna menurut tradisi, Yueniang yang adalah Nona Muda tidak boleh memperlihatkan wajahnya di depan umum. Yueniang ikutan protes karna dia kan juga manusia sama seperti Ah Tao yang butuh makan dan buang air.


Ah Tao menyuruh Yueniang untuk masuk ke rumah sementara dia yang berjualan. Sambil berdagang, Ah Tao menggerutu mengenai Tuan Besar yang tidak pernah mengirimkan uang pada Tian Lan selama berada di Inggris. Yueniang tidak peduli karna tanpa mereka pun mereka masih bisa hidup. Daripada bersedih, Yueniang lebih memilih berteriak untuk menarik perhatian orang-orang.




Da Sha (si bodoh) lagi-lagi di ganggu sama preman di sekitar sana saat sedang memohon di beri makan. Yueniang yang kasihan padanya, memberikannya kue bika ambon gratis. Eh, dua orang preman yang mengganggunya jadi ingin ikut dapat kue gratis. Tapi, sikap keduanya sangat kurang ajar dan akhirnya mendapatkan hadiah dari Juxiang : sambal yang di sekanya ke mulut mereka.


Selesai berjualan, Ah Tao menghitung hasil yang mereka dapatkan. Dia sangat senang karna keuntungan yang di dapatkannya bisa digunakan untuk membeli hati babi untuk Tian Lan. Beberapa hari ini, Ah Tao merasa cemas karna uang sudah tidak ada dan Tian Lan sakit. Dia ingin menjual beberapa bahan yang ada di rumah ini, tapi Tian Lan melarang. Jika bukan karna ide Yueniang untuk berjualan seperti ini, mereka sudah pasti mati kelaparan.

Yueniang bercerita kalau dia mempunyai ide seperti ini karna Ibunya. Dulu, saat ayahnya menghilang tanpa kabar, mereka benar-benar kehabisa beras. Ibunya tidak bisa mendengar dan bicara, tapi ibunya mampu bertahan hidup dan membesarkannya. Karna itu, mereka harus setangguh ibunya.



Ah Tao merasa kasihan karna hidup Juxiang sangat berat. Dia malah menggerutu menyebut Dewa itu buta. Tapi, dia langsung berdoa dan meralat kalau dia bukannya menyalahkan-Nya. Dia tahu kalau semua perbuatan-Nya pasti ada alasannya. Hanya saja, dia bodoh sehingga dia masih belum memahaminya. Dia tidak mengerti kenapa orang sebaik Juxiang harus menjalani hidup yang berat dan sengsara?

“Ibu sangat mencintai Ayah. Saat tahu ayah pergi, ibu kehilangan semangat hidup,” ujar Yueniang.

“Sekarang  aku paham. Nona Muda Juxiang membesarkanmu walau sangat sulit karna dia masih punya harapan. Dia berharap tn. Yosuke dan kau akan berkumpul kembali kelak. Saat tahun Tn. Yosuke sudah tiada, dia tak tahan lagi.”


Yueniang mengangguk. Ah Tao malah jadi cemas karna terpikirkan sesuatu. Dia takut kalau Tian Lan sudah kehilangan harapan dan tidak pernah pulih. Dia merasa sakit Tian Lan karna dirinya menyadarkan Tian Lan kalau Yueniang bukanlah Juxiang. Dan juga, karna dia keceplosan mengatakan kematian Juxiang hingga Tian Lan merasa terpukul. 

Yueniang berusaha menenangkan Ah Tao. Kematian ibunya mustahil untuk dirahasiakan dari neneknya selamanya. Dan juga, dia yakin kalau Neneknya pasti akan membaik.


Dengan keyakinan tersebut, Yueniang membawa obat yang sudah diseduhnya ke kamar Tian Lan. Tian lan benar-benar sakit dan dalam kondisi lemah. Untuk minum obat saja dia kesulitan. Udah gitu, dia merasa tidak pantas minum obat karna dia hanyalah pelayan. Yueniang tidak setuju dan mengingatkan kalau Ah Tao memanggil neneknya dengan panggilan “Nyonya.”

“Aku tak seberuntung itu. Aku dijual ke keluarga Huang saat berusia 11 tahun. Aku hanya seorang pelayan rendahan.”

“Kenapa nenek berpikir begitu? Orang lain boleh meremehkan kita tapi kita tak boleh meremehkan diri sendiri. Jika tidak, kita akan diinjak-injak selamanya.”

“Yue Niang. Kau mirip sekali... dengan ibumu,” tangis Tian Lan.

“Aku putri ibu. Tentu mirip ibuku. Walau Ibu sudah tiada, nenek masih memilikiku. Nenek... Aku akan mengurusmu selamanya menggantikan ibu.”


Yueniang juga membujuk neneknya agar ke rumah sakit. Tapi, Tian Lan menolak karna memikirkan biaya yang dikeluarkan akan sangat besar. Walau begitu, Yueniang tetap bertekad di dalam hatinya untuk mencari cara agar neneknya mau di bawa ke rumah sakit.

--




Malam hari,

Kedua preman tadi pagi, mau balas dendam sama Yueniang. Jadi, mereka diam-diam menyelinap masuk ke rumah kediaman Huang melalui pintu belakang. Sayangnya, Yueniang jauh lebih pintar dari mereka. dia sudah tahu kalau akan ada orang yang pasti mau mengganggu, jadi dia sudah memasang jebakan di pintu. Seutas tali di rentangkan, sehingga yang tidak tahu dan tidak memperhatikan, akan tersandung jatuh. Dan di depan tali sudah ada pecahan kaca. Jadi saat jatuh, mereka akan terkena pecahan.


Kedua preman itu jadi ketakutan apalagi Yueniang dan Ah Tao mau menyiram mereka dengan air panas. Keduanya langsung lari tunggang langgang.

Begitu keduanya sudah kabur, Ah Tao memuji Yueniang yang sangat pintar dan tahu kalau mereka akan datang. Dengan santai, Yueniang menjawab kalau mereka harus selalu bersiap untuk yang terburuk. Inilah yang namanya, jaga-jaga.

--


Sambil membersihkan seisi rumah, Ah Tao menceritakan kisah hidup Tian Lan pada Yueniang. Saat masih muda, Tian Lan sangat cantik sehingga Tuan Besar (tn. Huang) jatuh cinta dan mendekatinya secara paksa (harusnya ngerti lah yah dekatin seperti apa). Dan setelah nenek buyut tahu, dia menjadikan Tian Lan menjadi Nyonya (istri tn. Huang). Nenek buyut memperlakukan Tian Lan dengan sangat baik. Dan setelah dia meninggal, hidup Tian Lan menjadi lebih sulit. Dan Tian Lan mulai diperlakukan seperti pelayan.


Yueniang tahu cerita itu. Bukan hanya Tian Lan yang di perlakukan seperti pelayan, tapi ibunya juga. Dan alasan itulah yang membuat ibunya tidak pernah tidur di kamar Nona Muda dan Tuan Muda.

“Sebenarnya, Nona Muda Ju Xiang sama sekali tak peduli dengan itu. Dia suka makan bersama para pelayan. Dia merasa senang makan bersama kami. Ibumu tak pernah memperlakukan kami seperti pelayan rendahan,” ujar Ah Tao.


Lagi asyik bercerita, terdengar suara telepon berdering. Ah Tao sampai bingung harus gimana karna sudah sangat lama tidak pernah ada dering telepon. Ketika di angkat, yang menelpon adalah Jin Cheng yang mengabari kalau mereka akan pulang ke Malaka.

Jdeeeerrrr! Berita buruk.

--



di Singapore,

Keluarga Huang sudah tiba di pelabuhan. Ketiga cucu tn. Huang dan Guihua, yaitu anak dari Jin Cheng dan Xiufeng pun sudah dewasa : Huang Tian Bao (lelaki, anak pertama), Huang Zhen Zhu (perempuan, anak kedua) dan Huang Yu Zhu (perempuan, anak terakhir). Kelakuan Tian Bao dan Zhen Zhu tidak jauh berbeda dari nenek mereka, Guihua, dan ayah mereka, Jin Cheng. Keduanya sama-sama sombong dan malas. Hanya Yu Zhu yang tumbuh menjadi anak yang baik.



Ketika sedang menunggu jemputan mobil yang mereka pesan, Tian Bao dan Zhen Zhu tidak henti-hentinya mengeluhkan cuacaa yang panas. Zhen Zhu terus saja mengomel karna mereka pulang ke kampung halaman padahal dia sudah ada janji pesta hari sabtu ini.


Tidak hanya mereka saja yang pulang tapi juga Robert Zhang, anak dari Charlie Zhang. Kebetulan sekali, dia pulang di hari yang sama seperti keluarga Huang. Tian Bao dan Zhen Zhu ternyata mengenalinya. Saat melihat Robert, mereka pun menyapa dengan riang, padahal Robert tampak tidak terlalu mempedulikan mereka. Zhen Zhu tanpa malu, menyodorkan secarik kertas yang berisi nomor telepon rumahnya di Melaka. Dia berharap Robert akan tertarik dan menghubunginya, tapi Robert tidak tertarik sama sekali padanya dan hanay menerima kertasnya sebagai formalitas.


Bukan hanya Tian Bao dan Zhen Zhu yang sibuk menjilat Robert Zhang, tapi juga ayahnya. Dia menyapa Charlie Zhang dengan riang, seolah sudah melupakan masalah masa lalu. Saat Charlie tidak mengenalinya, tanpa malu, dia menyebutkan namanya dan juga nama ayahnya. Dia juga pamer kalau mereka satu kapal dengan Robert. Dan Robert juga kuliah di universitas yang sama seperti anaknya, Tian Bao. Walau dia bicara panjang lebar, Charlie tidak mendengarkan dan bahkan memotong ucapannya dengan bilang kalau dia ada janji. Dia pun menyuruh supirnya untuk pergi.


Setelah mobilnya melaju pergi, Xiufeng baru ngedumel mengenai sikap Charlie yang sangat angkuh. Jin Cheng membela kalau Charlie layak bersikap sombong seperti itu karna menurut kabar, Charlie adalah pria paling berkuasa di Singapura saat ini. Karna itu, mereka harus membangun hubungan yang baik dengannya.



Mobil pesanan mereka akhirnya datang. Jin Cheng dan Xiufeng menyuruh putra-putrinya untuk segera mengangkat koper mereka ke mobil. Eh, Tian Bao dan Zhen Zhu masih juga mengeluh mengenai cuaca yang panas. Xiufeng langsung memarahi mereka, apa baru tinggal beberapa tahun di Inggris, mereka sudah merasa seperti orang Inggris? Jangan lupa, kalian lahir di Malaya.


Zhen Zhu malah membalas ucapan Xiufeng kalau hal itu sudah sangat lama dan dia sudah tidak ingat. Dia malah ribut hal lain lagi, mengenai koper. Dia mempunyai dua koper dan menyuruh Tian Bao untuk mengangkat satu. Tian Bao nggak mau karna dia juga malas mengangkat kopernya. Xiufeng pun membantu mengangkat koper Tian Bao dan menyuruh Zhen Zhu mengangkat koper sendiri.

Eh, Zhen Zhu malah bersikap jahat dengan menyuruh Yu Zhu untuk mengangkat kedua kopernya. Dia beralasan kalau tangannya sakit. Padahal, Yu Zhu juga harus mengangkat kopernya sendiri.

--


di Malaka,

Ah Tao sangat sibuk karna keluarga Huang akan kembali. Dia bolak balik meletakkan barang-barang di kamar masing-masing. Yueniang yang lagi mengepel, lama-lama kesal. Dia protes, kenapa mereka harus sibuk bersiap untuk menyambut mereka? Emangnya mereka itu kaisar, permaisuri, pangeran dan putri?

Ah Tao menjawab kalau di rumah ini, mereka memang kaisar, permaisuri, pangeran dan putri. Dia juga merasa tidak enak karna Yueniang pun adalah putri tapi malah membantunya membersihkan rumah. Yueniang tidak mempermasalahkan itu, tapi dia tidak suka melhiat Ah Tao yang sibuk bolak-balik. Dia semakin kesal saat Ah Tao menyebut diri sendiri sebagai pelayan. Bagi Yueniang, Ah Tao bukan hanya pelayan. Di saat perang terjadi, semuanya kabur dan meninggalkan neneknya dan Ah Tao. Tidak peduli pada mereka dan tidak mengirimkan uang sama sekali. Semua pelayan pun kabur dan hanya tersisa Ah Tao. Dan setelah perang berakhir dan keadaan membaik, mereka malah pulang untuk menjadi kaisar, permaisuri, pangeran dan putri.


“Astaga. Nona Muda Yue Niang, tak apa-apa jika bicara begitu di depanku. Tapi jangan di depan mereka nanti. Jika tidak... Jika tidak, Nyonya Besar... Nyonya Besar akan... Dia akan... Nyonya Besar...”

“Kakak Tao... kau takut apa?”

“Nona Muda Yue Niang... kakiku... pernah dipukul... pernah dipukul sampai patah oleh Nyonya Besar. Nona Muda  Yue Niang... Kau harus menahan diri. Kau harus menahan diri. Jika kau bersikap seperti Nona Muda Ju Xiang... nenekmu akan mendapat masalah. Kau paham?” nasehati Ah Tao dan kembali bekerja.



Yueniang tampak terkejut. Sepertinya, dia baru tahu alasan kaki Ah Tao menjadi pincang adalah karna Nyonya Besar, Guihua.

--


Yueniang membantu merias neneknya. Dia memuji neneknya yang cantik. Nenek berterimakasih dan memuji kemampuan Yueniang. Nenek pun memberitahu Yueniang kalau kemampuan Yueniang akan membuat mertuanya senang, kelak. Yueniang membalas pertanyaan itu dengan pertanyaan, neneknya pandai menyulam, membordir dan memasak, tapi apa dia di perlakukan baik?



“Mereka adalah keluargamu.”

“Kakak Tao sudah cerita tentang penderitaan yang Nenek dan ibu alami di rumah ini. Lihat diri nenek. Nenek masih tinggal di kamar pelayan. Nenek kurasa pandai memasak dan menyulam saja tak cukup. Harus punya keterampilan lain. Dengan begitu mereka tak akan berani menindas kita.”



“Tapi kita adalah kaum wanita. Kita seharian tinggal di rumah. Keterampilan lain apa yang bisa kita pelajari?”

“Kita bisa pelajari keterampilan yang dipelajari kaum pria. Kita kuasai setelah belajar. Mungkin bisa lebih pandai daripada kaum pria,” jawab Yueniang dengan riang.



Sayangnya, pembicaraan mereka harus terhenti karna keluarga Huang sudah sampai. tn. Huang tampak sangat senang karna akhirnya bisa pulang kembali ke rumah yang sudah di tinggalkannya bertahun-tahun. Berbanding terbalik dengan kesenangannya, Zhen Zhu malah mencemooh rumahnya semasa kecil yang sangat khas Tionghoa. Tian Bao pun mengejeknya bodoh karna mereka kan memang Tionghoa. Zhen Zhu dengan sombongnya malah bilang dia bukan Tionghoa.



Xiufeng pun memarahinya. Emangnya, hanya tinggal beberapa tahun di Inggris sudah membuat Zhen Zhu mengira dirinya orang Inggris?! tn. Huang pun mengingatkan kalau mereka ke Inggris dulu hanya untuk menghindari perang. Tapi, asal mereka dari sini. Jangan lupakan itu.


Guihua pun berteriak memanggil Ah Tao. Dia menanyakan, kenapa pelayan di rumah hanya tersisa Ah Tao? Ah Tao menjawab kalau semuanya sudah kabur. Yang ada di sini hanya dia, Ny. Tian Lan dan Nona Muda Yueniang.

Semua penasaran, siapa yang di sebut Nona Muda Yueniang?




Umur panjang, yang di sebut namanya datang sembari menuntun Tian Lan. Semua sangat terkejut melihat wajah Yueniang yang sangat mirip Juxiang. Guihua yang paling terkejut sampai melonjak, mengira sudah melihat hantu. Yueniang dengan sopan memperkenalkan dirinya yang adalah anak Juxiang.




Guihua benar-benar terkejut karna seingatnya, Yueniang sudah di campakkannya ke laut dulu. Yueniang pun sama terkejutnbya karna dia masih mengingat Guihua yang melemparnya ke laut. Tapi, dia berpura-pura tidak ingat kejadian waktu itu demi melindungi dirinya dan neneknya.



tn. Huang tampak lega melihat Tian Lan. Ada banyak yang ingin dikatakannya, tapi Guihua malah berdeham, sebagai tanda agar tidak bicara banyak. Diantara semua cucu yang ada, hanya Yu Zhu yang menyapanya dengan sopan.


Waktu Yueniang memberikan salamnya, Guihua malah menolak dengan alasan kalau identitas Yueniang masih belum jelas dan takutnya hanya mengaku-ngaku sebagai anggota keluarga. Jin Cheng pun mendukung hal itu. Ah Tao protes karna wajah Yueniang mirip seperti Juxiang, jadi, tidak mungkin salah lagi. Dia jelas adalah putrinya Juxiang. Guihua tidak suka mendengar ucapannya.


Tian Lan berusaha memohon agar mereka menerima Yueniang. Dia menjelaskan kalau ayah dan ibu Yueniang sudah meninggal karna perang. Dan saat Yueniang tiba di sini, dia masih sangat kecil dan sudah kelaparan selama 2 hari. tn. Huang bukannya membela atau apa gitu, malah mengalihkan topik dengan membahas pelayan yang kabur. Ah Tao menjawab kalau alasannya karna tidak ada gaji dan hanya dia yang setia.

Tian Lan pun memberitahu kesulitan yang mereka alami dulu. Setiap harinya, pasukan Jepang dan preman lokal selalu memeras mereka. Udah gitu, pelayan Wang mencuri banyak barang dari rumah ini. tn. Huang tampak marah karna dulu dia sangat mempercayai Wang. Ah Tao menambahkan kalau bukan karna ide Yueniang agar mereka menjual kue dan sambal, mereka pasti sudah mati kelaparan.


Eh, Xiufeng malah protes karna takutnya ucapan Ah Tao bisa membuat nama baik keluarga Huang rusak. Soalnya, kan dari ucapan Ah Tao, kelihatannya keluarga Huang menelentarkan mereka. tn. Huang juga sama marahnya karna saat di Inggris, dia selalu mengirimkan uang setiap bulannya! Tian Lan lebih terkejut karna dia tidak pernah menerima uang itu.


Ishhh! Pelakunya adalah Jin Cheng. Wajahnya langsung gugup. Dia yang ditugaskan mengirim uang ke Tian Lan melalui pos, dan dia berbohong kalau dia selalu mengirimkannya tiap bulan. Melihat raut wajah Jin Cheng, Guihua sudah bisa menebak kalau putranya tidak mengirimkan uang itu dan mengambilnya. Agar kebusukan putranya tidak keluar, dia malah memfitnah Tian Lan yang mungkin sudah menerima uang dan menggunakannya untuk hal lain.

Yueniang kelihatan sangat marah. Tian Lan sangat panik dan membela diri kalau dia tidak begitu. Ah Tao dan Yueniang pun membela Tian Lan. Ah Tao juga memberitahu kalau Tian Lan sedang sakit dan jangan membuatnya gelisah. tn. Huang pun mengakhiri perdebatan dengan mengajak keluarganya untuk berdoa ke altar leluhur. Dan masalah lain, tidak usah dibicarakan lagi.


Selama berdoa di depan altar, Tin Bao dan Zhen Zhu memegang dupanya dengan malas dan memberi hormat dengan setengah hati dan ogah-ogahan. Hanya Yu Zhu yang melakukannya penuh rasa hormat.



Keduanya pun tidak punya rasa hormat pada Ah Tao. Mereka memperlakukan Ah Tao dengan buruk. Walaupun kaki Ah Tao pincang, mereka menyuruhnya mengangkat koper mereka ke lantai atas, kamar mereka. Dan malah melemparinya dengan baju-baju lama yang ada di lemari.


Zhen Zhu lebih parah menyuruh Ah Tao untuk ini itu. Ah Tao menjelaskan kalau dia satu-satunya pelayan di rumah ini dan masih ada banyak hal yang harus dilakukannya. Eh, Zhen Zhu malah bilang kalau masih ada dua orang pelayan lagi (maksudnya Tian Lan dan Yueniang). Ah Tao dengan tegas menjawab kalau keduanya adalah Nyonya dan Nona Muda.


Zhen Zhu tidak peduli dan terus menyuruh Ah Tao untuk merapikan bajunya terlebih dahulu. Yu Zhu yang baru naik, menawarkan diri kalau dia yang akan membantu membereskan. Dia pun menyuruh Ah Tao untuk pergi melakukan pekerjaannya yang lain.

Ah Tao beneran lega dan berterimakasih. Setidaknya, ada satu orang baik yaitu Yu Zhu.

--


Walau kondisinya tidak baik, Tian Lan memaksakan diri untuk memasak. Yueniang beneran khawatir, tapi Tian Lan menyakinkan kalau dia baik-baik saja.

--


Berbeda dengan Tian Lan yang sibuk bekerja, Guihua malah sibuk menaburkan benih jahat. Dia memanas-manasi tn. Huang dengan bilang kalau selama mereka di Inggris, Tian Lan bertingkah seperti pemaisuri dan memperbolehkan orang lain tinggal sesukanya tanpa mengabari mereka. Dia menyebut Tian Lan tidak menghormati tn. Huang.

“Kita terpisah jauh. Dan juga ada perang. Tak bisa berkomunikasi. Dia tak bisa mengabari kita,” ujar tn. Huang, yang masih bisa berpikir.


“Kau pandai mencari alasan untuknya. Sudah berapa tahun berlalu sejak perang berakhir? Jika kita tak perlu menunggu Tian Bao selesai sekolah dan langsung pulang kemari, dia tak akan bisa berbuat sesukanya.”

“Kita di kapal selama beberapa hari. Kepalaku masih sedikit pusing,” ujar tn. Huang, mengalihkan topik.

“Kau akan membiarkan gadis itu tinggal di sini?”

“Ju Xiang sudah meninggal. Lupakanlah yang sudah berlalu.”


“Lupakanlah yang sudah berlalu? Kau benar-benar pelupa. Jika bukan karena Jepang, apa kita akan meninggalkan segalanya di sini lalu pergi ke Inggris dan apa persalinan Xiu Feng akan bermasalah hingga kehilangan putranya? Membiarkan putri orang Jepang tinggal di rumah kita? Kita keluarga terhormat. Jika hal ini tersebar, itu akan sangat memalukan.”


“Dia sudah cukup lama tinggal di sini. Para tetangga sudah tahu. Sebelum pergi, aku janji kepada Tian Lan untuk mengizinkan Ju Xiang pulang. Lagi pula, dia mengurus rumah dengan baik selama ini. Rumah keluarga Wang dan Lin terbakar dan dirampok. Tak ada yang tersisa. Sebagai seorang wanita, dia bisa menjaga rumah warisan leluhur ini dengan baik. Itu tak mudah,” bela tn. Huang.


 

 

1 Comments

Previous Post Next Post