Original Network : Channel 7
Malam hari. Ketika hujan sedang
turun sangat deras, Paul duduk diluar sebuah rumah sambil mengigil. Dan disaat
sebuah mobil keluar dari rumah tersebut, dia langsung berlari mendekati mobil
tersebut, dan memanggil ‘Ayah’.
Mobil pun berhenti, dan Paramee
membuka jendela mobil. “Poramee (Paul), apa yang kamu lakukan disini?”
tanyanya.
“Ibu sakit. Dia tidak bangun,
tidak peduli betapa banyak aku mencoba membangunkannya. Aku tidak tahu apa yang
harus dilakukan. Bisakah kamu pergi dan mengeceknya, ayah?” balas Paul dengan
sikap panik.
Mendengar itu, Net -istri baru
Paramee- yang duduk disebelah menolak. Karena -anaknya- Nai, sangat panas, jadi
mereka harus segera pergi ke rumah sakit. Dan Paramee lebih memilih Nai
daripada Paul, dia hanya memberikan selembar cek kepada Paul dan menyuruhnya
untuk pergi mengurus Ibu nya sendirian. Setelah itu, dia menyuruh supir menutup
jendela mobil dan pergi.
Dengan panik dan putus asa, Paul
memanggil- manggil ‘Ayah’ sambil mengedor- ngedor pintu mobil. Tapi Paramee
tetap pergi. Dan ketika Paul akan mengejarnya, dia terjatuh serta terluka.
Nai yang berada didalam mobil menatap ke arah Paul dengan tatapan bingung. Dan melihat itu, Paul menatapnya dengan tatapan benci.
Beberapa tahun berlalu. Paul yang
sudah dewasa berdiri dihadapan makam Ibunya, Mrs. Dara. “Ini waktunya bagi aku
mengambil semua milikmu kembali, Ibu,” katanya dengan tatapan penuh tekad untuk
membalas dendam.
Nai mengecek Ruby siam yang
dijual kepadanya. Tapi sayangnya, Ruby siam tersebut palsu. Ruby siam yang asli
akan menjadi lebih cantik saat dibakar, tapi Ruby siam yang dibakarnya malah
meleleh, yang menandakan itu hanya Ruby siam plastik. Karena itu, diapun tidak
jadi membeli Ruby siam tersebut.
“Ketika kamu sudah punya yang
asli, telpon aku,” kata Nai sambil tersenyum. Lalu diapun berjalan pergi dengan
langkah tegap.
Paramee dan Net berjalan menuruni
tangga bersama sambil tersenyum kepada para reporter yang datang dan memotret
mereka.
Dari jauh, beberapa Istri kaya
berbisik- bisik, membicarakan bahwa Net hanyalah Istri sirih, dan tidak
sebanding dengan kecantikan Mrs. Dara.
Nai datang. Dan melihatnya,
Paramee memujinya. Lalu dia ingin berfoto dengan Nai. Tapi Net menghentikannya.
“Kursi VIP ada dibarisan depan,
tuan, silahkan,” kata Singkorn, mengundang Paramee untuk masuk dan
menghilangkan kecanggungan.
Patcharee yang menemani Nai
menghela nafas berat. Karena baru bertemu saja, tapi suasananya sudah tegang.
Acara pameran perhiasan berjalan
dengan baik. Tapi pada akhir acara, ketika host memperlihatkan foto koleksi
perhiasan tahun 1994 yang diperagakan oleh Mrs. Dara, Net merasa tidak senang.
Dengan marah, dia menatap ke arah Nai. Lalu diapun pergi meninggalkan ruangan.
Dan Nai pun langsung mengikutinya.
Diruan ganti. Net melampiaskan
emosinya dengan mengacaukan ruangan, lalu ketika Nai datang, dia langsung
memarahi Nai, karena telah memasang foto Mrs. Dara di pameran tanpa
mempertimbangkan dirinya.
Paramee kemudian datang dan
melindungi Nai. “Aku yang memilih foto itu. Karena foto debut Crown Diamon 20
tahun lalu, masih banyak dimiknati,” jelasnya.
“Kamu tidak mempertimbangkan
wajahku? Kamu menggunakan foto mantan istrimu, bagaimana orang- orang disana
akan melihatku?!” protes Net. Tapi Paramee tidak mau peduli.
Singkorn mencoba menenangkan Net.
“Aku pikir orang- orang disana hanya tertarik kepada koleksi perhiasannya
daripada model di foto.”
“Aku tidak peduli,” teriak Net.
“Lepaskan foto itu dari panggung. Aku tidak bisa mentoleransi pertunjukkan ini,”
ancamnya.
“Kemudian pergilah,” usir
Paramee. Lalu dia mengajak Nai untuk kembali ke dalam ruang pertunjukkan
dengannya.
Dengan kesal, Net menjerit keras.
Dibar. Singkorn mendekati Net
yang sedang duduk dan minum sendirian. Dia menawarkan diri untuk mengantarkan
Net untuk pulang. Tapi Net tidak mau, karena tidak ada yang akan
memperhatikannya. Singkorn kemudian menawarkan diri untuk menemani Net minum.
Tapi Net menolak, karena menurutnya Singkorn sama saja seperti yang lain.
“Khu Paramee yang ingin melakukan
itu, bagaimana aku bisa menghentikan nya?” kata Singkorn, membela diri.
“Jika kamu tidak bisa melakukan
apapun, kemudian pergi,” usir Net dengan penuh emosi.
Akhirnya, Singkorn pun pergi
meninggalkan Net.
Paul menyodorkan segelas minuman
racikannya kepada Net sambil tersenyum penuh pesona. “Segelas minuman gratis
untuk wanita paling cantik di bar ini,” godanya. “Mereka bilang ketika malaikat
meminum ini, air mata akan jatuh. Cobalah minum ini. Lihat jika air mata mu
akan jatuh atau tidak,” rayunya.
Mendengar itu, Net pun mencoba
minum tersebut. Dan Paul menatapnya dengan serius. “Tidak ada air mata,”
candanya. Dan Net tertawa.
“Siapa namamu?” tanya Net, ingin
tahu.
“Paul.”
“Paul. Kupikir malam ini aku akan
minum sendirian. Tapi mauhkah kamu menemaniku minum?” tanya Net sambil
tersenyum.
“Dengan senang hati.”
Pertunjukkan sudah akan selesai,
namun Paramee tiba- tiba merasa pusing. Dan ketika dia akan berdiri, tiba- tiba
saja dia terjatuh.
Dr. Kashane datang ke rumah dan
memeriksa kesehatan Paramee. Hasilnya, semua normal. Tapi untuk lebih
detailnya, dia menyarankan agar Nai membawa Paramee ke rumah sakit dan
melakukan pemeriksaan secara menyeluruh. Dan Nai mengiyakan.
“Baiklah. Kita bicarakan ini
besok. Biarkan Dokter pulang sekarang,” kata Paramee, mengerti.
Nai mengantarkan Dr. Kashane
sampai ke depan pintu dan mengucapkan terima kasih padanya. Dan Dr. Kashane
mengiyakan, serta dia menyuruh Nai untuk menelponnya kapanpun jika ada masalah.
Lalu dengan perhatian, dia menanyai, apakah Nai sudah makan.
Tepat disaat itu, Patcharee
datang dan merusak suasana. Dengan kesal, Dr. Kashane mengalihkan wajah nya.
“Kamu sudah mau pulang? Apa kamu
butuh tumpangan?” tanya Nai,
perhatian kepada Patcharee.
“Ng…” kata
Patcharee sambil menatap Dokter Kashane. “Tidak usah. Aku bisa naik taksi atau ojek.
Tapi… aku
bertanya- tanya, adakah orang baik yang bisa memberiku tumpangan dengannya atau tidakkkkk… ?” katanya
dengan penuh harap.
Mendengar itu, Nai ikut menatap
ke arah Dr. Kashane. Dan dengan canggung, Dr. Kashane tertawa. “Hmm… naik mobil
ku aja,” katanya
dengan terpaksa. Tapi Patcharee sangat senang sekali.
Nai kemudian dengan khawatir
menunggu Net yang belum pulang.
Net menghabiskan waktu yang
sangat menyenangkan bersama dengan Paul. Dia merasa sangat senang dan menyukai
Paul, yang pandai berbicara manis.
“Kamu bisa
memanggil ku, Net,” kata Net
sambil menyentuh tangan Paul dengan lembut.
“Baik, Khun
Net,” balas Paul
dengan sikap patuh.
Paul kemudian mengantarkan Net
pulang. Dan setibanya disana, Paul mengungkapkan keinginannya, dia sebenarnya
ingin membawa Net ke dalam kamar. Dan mendengar itu, Net memberikan kartu
bisnis nya kepada Paul, kemudian dia memasukkan tangannya ke dalam celana Paul
dengan sikap genit.
“Besok
panggil aku,” bisik Net,
menggoda. Lalu dia mendekatkan wajah nya dan berniat mencium Paul.
Sayangnya, tepat disaat itu,
supir dirumah Paramee keluar. Karena itu, mereka berdua pun gagal untuk
berciuman. Lalu Paul pamit. Dan dengan kecewa, Net cemberut serta membiarkan
Paul pergi.
Saat masuk ke dalam rumah, Net
langsung berteriak memanggil para pelayan sambil berjalan dengan agak
sempoyongan. Lalu Nai datang dan mendekatinya.
“Bu, aku
mencoba menelponmu terus, tapi tidak bisa terhubung. Aku sangat khawatir,” kata Nai
dengan perhatian.
“Khawatir?!
Jika kamu khawatir padaku, kamu tidak akan menggunakan foto Dara hari ini,” omel Net
sambil memukul kepala Nai.
“Aku minta
maaf,” pinta Nai,
merasa bersalah.
“Apa ada
siapapun yang memikirkan tentang perasaanku?!” teriak Net, menyindir Paramee yang berada
dikamar atas. “Bahkan
ketika Dara membawa barang dan pindah, dia… dia masih tidak bisa melupakannya!” keluh Net sambil memukul dadanya dengan sedih.
“Khun Net.
Kamu sangat mabuk sekarang. Pergilah ke atas dan beristirahat,” bujuk Nai
dengan perhatian. Tapi Net tidak peduli.
Net kemudian mulai merasa mual serta
muntah- muntah. Dan Nai merasa sangat khawatir. Dia memanggil Krapom –pelayan- dan
meminta handuk serta air. Lalu dia bertanya- tanya,
bagaimana Net bisa pulang barusan. Dan Krapom menjawab bahwa barusan ada yang
mengantarkan Net pulang.
Mendengar itu, Net keluar untuk
melihat siapa yang barusan mengantarkan Net pulang.
Ketika Paul barusaja berjalan
beberapa langkah, dia merasakan tatapan Nai dari belakang. Jadi diapun berhenti
dan berbalik menatap ke arah Nai. Lalu dia tersenyum kepada Nai.
Paul datang ke rumah Dr. Kashane –temannya-.
Dan ketika melihatnya, Dr. Kashane merasa
terkejut, karena dia tidak tahu kalau Paul sudah pulang ke Thailand.
“Baru pagi
ini,” kata Nai,
menjelaskan. “Sudah 10
tahun kita tidak bertemu. Jika kita tidak terus berhubungan, mungkin kita tidak
akan saling bertemu lagi.”
“Tentu saja.
Kamu tiba- tiba keluar dan meninggalkanku untuk melayani makanan sendirian,” omel Dr.
Kashane, mengingat dulu.
Paul kemudian memberitahukan
masalahnya kepada Dr. Kashane. Malam ini dia tidak tahu harus tinggal dimana,
dan dia juga tidak kenal siapapun. Karena itu, diapun ingin menginap sementara
di tempat Dr. Kashane. Dan Dr. Kashane mengizinkannya.
“Oh ya, mengapa kamu kembali?” tanya Dr.
Kashane, ingin tahu.
“Mengurus
urusan yang belum selesai,” jawab Paul, dengan singkat, merahasiakan
dendamnya.
Dengan perhatian, Nai merawat Net
yang sudah tertidur. Lalu dia teringat akan masa dulu.
Flash back
Ketika pertama kali Nai dibawa ke
rumah Paramee dan Net, dia merasa agak takut- takut dan malu. Namun Paramee dan
Net tidak mempersalahkan itu, malah Net memperlakukan Nai dengan sangat lembut
serta baik sekali.
“Jangan takut.
Aku akan menjagamu dengan baik. Lebih baik daripada orang tua kandungmu,” kata Net
sambil tersenyum dan mengelus kepala Nai dengan lembut.
Flash back end
Nai merasa rindu dengan kenangan
itu. Dia memegang tangan Net dan meletakkannya di pipinya.
Pagi hari. Ketika Net sudah
bangun dan datang ke ruang makan, Nai langsung mempersiapkan bubur favoritnya.
Sedangkan Paramee langsung menanyai, jam berapa Net pulang semalam. Lalu dia
mengingatkan Net untuk mengembalikan perhiasan berlian yang Net pinjam dari
perusahaan. Mendengar itu, Net sangat marah sekali.
“Hanya itu
saja yang kamu pedulikan?! Kamu bahkan tidak menanyai, kemana aku semalam!” protes Net.
“Sudah untung
aku tidak memarahimu untuk apa yang kamu lakukan
kemarin,” balas
Paramee, dengan suara keras.
Paramee kemudian mengajak Nai untuk berangkat ke kantor. Dan dengan kesal, Net langsung menjerit serta membanting bubur yang Nai buat.