Original Network : Channel 7
Paul membawa Dr. Kashane ke
sebuah rumah. Rumah sewaan, tempatnya tinggal sewaktu dia kecil dulu. Dan
sekarang, dia berencana untuk menyewa rumah itu lagi. Juga tampaknya rumah
tersebut sudah direnovasi oleh pemiliknya, karena rumah itu agak tampak berbeda
dari sebelumnya.
“Bukankah
lebih baik kamu tinggal di Condo?” tanya Dr. Kashane.
“Aku tidak suka tempat ramai. Disini lebih tenang,” balas Paul.
“Oh, ini kartu
sim mu,” kata Dr.
Kashane, mengerti. Dan Paul mengucap kan terima kasih padanya.
Paul menghubungi nomor Net. Dia
menggoda dan merayu Net dengan sikap lembut serta kata- kata manis. Lalu dia
mengajak Net untuk bertemu. Dan dengan senang hati, Net mengiyakan.
Selesai memeriksa seluruh rumah,
Dr. Kashane mengajak Paul untuk makan siang bersama. Tapi Paul menolak, karena
dia sudah punya janji.
“Pasti
bertemu dengan cewek,” gumam Dr.
Kashane dengan yakin, karena barusan dia melihat
Paul yang baru selesai bertelponan.
Diruang rapat. Paramee memuji
kesuksesan pembukaan koleksi baru mereka tahun ini. Karena banyak pemesanan
yang masuk, bahkan sebelum pertunjukkan selesai. Mendengar itu, semua orang
diruangan rapat memberikan tepuk tangan meriah.
“Sekarang, beberapa
investor yang sudah menghubungi kita. Dari mendiskusikan dasar sampai detail,
ada kemungkinan besar bahwa mereka akan berinvestasi di perusahaan kita,” kata
Singkorn, memberitahu.
“Semua investasi international, aku akan
menyerahkan nya ke …” kata
Paramee. Dan Singkorn merasa berharap. “Kepada Nainapha,” katanya.
Dan Singkorn merasa terkejut serta kecewa.
“Tapi Ayah,
negosiasis bisnis di luar negeri biasanya diurus oleh Paman Singkorn,” kata Nai,
menolak dengan halus.
“Mengenai
cabang di negara lain, untuk jangka panjang, aku ingin kamu yang mengurusnya
dari awal. Karena ini akan bagus, ketika kamu mengambil alih perusahaan,” kata
Paramee, sudah menuntukan keputusannya. “Singkorn,
tidak akan memikirkannya. Dia akan menjadi
asistenmu. Benarkan, Singkorn?”
“Ya,” jawab
Singkorn sambil tersenyum terpaksa.
Singkorn sebenarnya merasa sangat
kesal dan tidak puas dengan keputusan Paramee. Tapi ketika Nai datang
menemuinya, dia mencoba untuk tetap bersikap biasa saja.
“Aku ingin
membicarakan tentang rapat barusan,” kata Nai, memberitahu kan maksud
kedatangannya. “Kamu sudah
mengurus project ini sejak awal. Jadi aku pikir kamu harus yang melanjutkan
melakukannya. Aku akan berbicara kepada Ayah, dan
jadikan aku sebagai asisten mu saja,” jelas Nai dengan niat baik.
“Oh Khun Nai.
Jangan berpikir berlebihan, aku pikir dia ingin putrinya yang mengurus ini,” balas
Singkorn dengan sikap canggung.
“Tapi…”
“Anggap saja
aku setuju dengan dia. Dan aku pastikan bahwa
kamu akan menjadi yang terbaik,” jelas
Singkorn sambil tersenyum..
“Jika kamu
mempercayaiku, terima kasih. Aku akan merepotkanmu untuk terus memberikan
saran,” kata Nai,
merasa tersentuh. Lalu diapun pamit dan pergi.
Setelah Nai pergi dari
ruangannya, Singkorn langsung membuang barang- barang yang ada diatas mejanya untuk
melampiaskan rasa kesalnya.
Net sangat senang makan siang
bersama Paul. Karena Paul sangat perhatian padanya, bermulut manis, dan tampan.
“Oh ya, aku
lihat kartu bisnis mu, kamu adalah direktur dari perusahaan
perhiasan,” kata Paul,
sengaja mengungkit.
“Iya. Mengapa
kamu bertanya?” balas Net.
“Sebenarnya,
aku ingin meminta sesuatu. Tapi aku tidak tahu… apakah kamu bisa membantu atau tidak,” pinta Paul.
“Apa itu?”
Net membawa Paul ke perusahaan
dan mendaftarkannya sebagai karyawan sales penjualan ditoko. Walaupun data
dirinya tidak lengkap, tapi karena ada Net yang membantunya, maka Paul pun bisa
mendapatkan pekerjaan tersebut.
Net kemudian dengan bangga
membawa Paul ke dalam kantornya. Dan disana, ketika Paul melihat foto Paramee
serta Net, dia merasa sangat tidak senang. Tapi dimulut dia memuji betapa
bagusnya kantor Net.
“Bila bagus,
sering- seringlah datang menemuiku,” goda Net.
“Terima kasih
telah memberiku pekerjaan,” balas Paul.
“Itu cuma hal
kecil. Jika kamu mau mengganti pekerjaan dan tidak mau bekerja saat malam,
mengapa aku tidak mau membantu mu?” goda Net sambil menaruh tangannya ke leher
Paul dengan sikap genit. Dan Paul balas memeluk pinggang Net.
Sebelum bibir mereka berdua
sempat bersentuhan, tepat disaat itu, Nai datang. Dengan kesal, Net mengomeli
Nai, kenapa tidak mengabarinya terlebih dahulu sebelum datang ke kantornya.
“Oh hey,
Khun,” sapa Paul.
Dan Net menatapnya dengan sikap bingung.
“Kamu…” kata Nai, teringat siapa Paul.
Flash back
Saat Nai tidak jadi membeli Ruby
siam dari para preman. Para preman itu malah mengikutinya. Dan menyadari hal
tersebut, Nai pun langsung berlari. Lalu kemudian, disaat itu, Paul datang dan
menyelamatkannya. Paul menarik Nai untuk bersembunyi. Tapi pada akhirnya,
mereka tetap ketahuan, karena Paul tidak sengaja menginjak piring anjing yang
ada dijalan dan membuat suara.
Paul dan Nai kemudian berlari
bersama, menghindari kejaran para preman tersebut. Dan disaat mereka tersudut,
Paul melindungi Nai dan membiarkan Nai untuk kabur duluan darisana.
Nai berpura- pura kabur, lalu dia
kembali dan berteriak dengan keras. “Pak polisi, disebelah sini! Pak polisi!” teriaknya.
Sehingga para preman itupun pergi.
Ketika para preman tersebut telah
pergi, Nai langsung mendekati Paul dan memeriksa apakah dia baik- baik saja.
Dan Paul tersenyum untuk menenangkan Nai.
Paul membelikan Nai segelas
minuman, dan memujinya, karena ternyata Nai sangat pintar. Dan dengan ramah,
Nai menanyai, siapa nama Paul. Dan Paul pun menjawab.
“Apa kamu
campuran?” tanya Nai,
memperhatikan wajah Paul.
“Ayahku dari
Hongkong,” jawab Paul,
singkat.
“Namaku
Nainapha. Aku beruntung bisa bertemu kamu hari ini. Terima kasih ya,” kata Nai,
dengan tulus.
“Mungkin ini
keberuntungan ku juga, Khun Nai,” balas Paul.
Nai kemudian mendapatkan telpon
dari Dan yang datang menjemputnya, dan disaat, Nai ingin memperkenalkan Dan
kepada Paul, ternyata Paul yang barusan berada dibelakangnya telah menghilang
ntah kemana.
“Panasnya.
Nai, ayo pulang,” ajak Dan sambil menarik tangan Nai. Dengan masih
bingung, Nai pun mengikuti Dan.
Setelah Nai serta Dan pergi
darisana, Paul keluar dari persembunyiannya dan menatap Nai dengan tajam serta
tersenyum penuh kebencian.
Flash back end
“Aku tidak
menyangka kalau dunia itu kecil,” sapa Paul.
Dengan tidak senang, Net
menanyai, kenapa Nai datang ke kantornya. Dan Nai menjelaskan bahwa dia datang,
karena dia mendengar dari bagian HRD bahwa Net datang membawa seseorang dan
memberikan pekerjaan kepada seseorang itu. Dan Net mengiyakan. Lalu dia memperkenalkan
Paul yang akan dia pekerjakan sebagai sales penjualan di cabang Sukhumvit.
“Tapi kita
tidak ada membuka lowongan,” protes Nai
sambil menatap curiga ke arah Paul yang kemarin menyelamatkannya.
“Nai!” bentak Net.
Lalu dengan lembut, “Paul, tunggu
aku diluar.”
“Baik,” jawab Paul
dengan patuh.
Paul menatap ke arah Nai dan
tersenyum. Lalu diapun keluar. Dan dengan curiga, Nai menatap ke arahnya.
Ketika Paul keluar dari kantor
Net, dia langsung bertemu dengan para karyawan Nai yang berkumpul diluar. Dan
dengan canggung, dia menyapa mereka semua.
Nai tidak setuju bila Net
memperkejakan Paul, karena Paul tidak memiliki dokumen data diri yang lengkap,
seperti kartu identitas dan ijazah. Namun Net tidak peduli, karena menurutnya
sales penjualan itu hanyalah posisi kecil, jadi tidak perlu begitu ketat, juga
Paul berjanji akan membawakan data dirinya lain kali.
“Siapa dia?
Bagaimana kamu mengenal dia?” tanya Nai,
ingin tahu.
“Itu bukan
urusanmu! Aku hanya melihat dia sebagai orang baik, dan dia berada dalam masalah, jadi aku
memberikannya kesempatan kerja. Jika dia bekerja dengan buruk, maka kita tidak
perlu membiarkannya lewat. Orang harus di berikan kesempatan. Aku pikir kamu
harusnya mengerti lebih baik, karena kamu juga diberi kesempatan itu oleh ku,” balas Net, tidak mau dibantah keputusannya.
Flash back
“Jangan
takut. Aku akan menjaga mu dengan baik, lebih baik daripada orang tua
kandungmu,” kata Net
dengan lembut sambil mengelus kepala Nai.
“Ingat. Kamu
harus mendengarkan mereka. Khususnya Khun Net. Karena dia
meresikokan dirinya demi menyelamatkanmu dari mobil yang terbakar,” kata
pengasuh yang mengantarkan Nai.
Dengan patuh, Nai berlutut kepada
Net sebagai bentuk terima kasihnya.
Diluar rumah. Net memberikan
amplop uang kepada si pengasuh, dan memperingat kan nya untuk jangan datang
lagi. Lalu dia tidak bisa berjanji bahwa dia akan memperlakukan Nai dengan
baik, karena menurut nya Nai bisa tinggal dirumahnya, itu sudahlah sebuah
keberuntungan bagi Nai yang tidak memiliki latar belakang apapun. Kemudian
mengenai kecelakaan mobil yang terjadi, dia ingin si pengasuh untuk tutup
mulut.
Mendengar itu, si pengasuh agak
tidak senang. Tapi dia tidak berani mengatakan apapun untuk membalas Net.
Flash back end
Nai akhirnya menerima keputusan
Net. Dan tidak protes lagi.
Ketika Nai keluar dan bertemu
dengan Paul, dia merasa kesal serta mengabaikan nya. Tapi Paul tidak peduli
serta tersenyum padanya.
Net mengajak Paul untuk memberi
beberapa baju baru. Dan dengan senang hati, Paul mengikutinya.
Nai mendengarkan laporan dari
para karyawannya mengenai Paul. Paul adalah anak yatim piatu, kedua orang
tuanya sudah meninggal. Paul berasal dari Hongkong, dia diadopsi sejak dia
kecil. Tapi sekali keluarga angkat nya meninggal, para kerabat mengambil semua
properti dan asset nya. Karena alasan itulah, Paul kembali ke Thailand. Paul dan
Net bertemu di bar hotel.
“Apa yang
kamu pikirkan, Khun Nai?” tanya Patcharee, memperhatikan raut wajah Nai.
“Aku punya perasaan aneh tentang pria ini,” jawab Nai.