Original
Network : Channel 7
Parawee memarahi seluruh anggota tim Nai, karena mereka sudah
menanda tangani kontrak, tapi sekarang anting yang ingin mereka berikan malah
tersebar di Internet. Dan anggota tim ingin memberitahu Parawee bahwa ini
adalah kesalahan dari Net. Tapi sebelum mereka sempat berbicara, Nai langsung
mengakui kalau ini adalah kesalahannya.
Mendengar itu, Net sama sekali tidak peduli. Dia berdiri
dibelakang Parawee sambil bermain ponsel.
“Bagaimana kamu bisa mengacaukan sesuatu yang sepenting ini?!”
bentak Parawee. Dan Nai meminta maaf.
“Tuan, jangan tekan Khun Nai. Dia masih kecil. Mungkin dia masih
belum bisa mengurus proses besar seperti ini sendirian,” kata Singkorn,
menenangkan Parawee sekaligus menjatuhkan Nai sedikit.
Mendengar itu, Parawee pun berhenti marah. Dia berniat untuk
menghubungi Thara, menjelaskan kepada Thara, dan dia berharap kalau Tahra bisa
mengerti.
“Biarkan aku pergi dan berbicara dengannya,” kata Nai, menawarkan
diri.
“Thara adalah pemilik butik besar, dia tidak akan peduli anak
siapa kamu. Jika kamu menghancurkan kontrak, dia hanya akan menuntut,” bentak
Parawee, tidak senang.
“Itu mengapa aku ingin bertanggung jawab. Biarkan aku
mengurusnya,” pinta Nai dengan sungguh- sungguh.
Manajer toko memperhatikan kalau Paul memakai sebuah jam mewah,
dan dia ingin tahu berapa nilainya. Dan Paul menjawab bahwa jam ini diberikan
padanya, bukan dia yang membeli nya.
“Siapa yang begitu baik?” gumam Manajer toko, tidak percaya.
Seorang pelanggan datang ke toko, dia ingin membeli koleksi Crown
Diamond yang lama, yang pernah dipakai Mrs. Dara. Dan melihat koleksi tersebut,
Paul merasa agak tidak nyaman.
Ketika pelanggan telah pergi, Manajer toko menjelaskan kepada Paul
bahwa perhiasan yang dipakai Mrs. Dara di foto, itu adalah koleksi lama, tapi
karena masih banyak peminatnya, maka koleksi itu pun diproduksi lagi.
“Tapi bukankah Khun Dara dan Khun Paramee sudah berpisah sejak
lama? Mengapa masih menggunakan fotonya?” tanya Paul, ingin tahu.
“Karena Khun Dara sudah menjadi image brand ini,” jawab Manajer
Toko, menjelaskan.
Flash back
Paul mengingat, saat dia masih kecil, Ibunya –Mrs. Dara- pernah
menunjukkan salah satu perhiasan kepadanya. Pink Rose Collection. Itu adalah
perhiasan turun temurun dari keluarganya.
Flah back end
“Aku ingat itu sangat populer disaat acara pembukaan, kita harus
berterima kasih kepada Khun Paramee yang menemukan perhiasan itu dan membuat
orang- orang masih mengingatnya sampai hari ini,” jelas Manajer Toko sambil
tersenyum, melihat perhiasan Mrs. Dara.
“Ini adalah peninggalan keluarga Ibuku, tapi malah digunakan untuk
membuat biaya hidup?” gumam Paul dengan suara kecil, penuh kebencian.
Perusahaan Crown Diamond dituntut oleh Thara. Thara tidak senang,
karena perhiasan difashion shownya selalu menjadi rahasia, tapi Crown Diamond
malah mengacaukannya.
“Ini salah paham. Foto anting yang tersebar, itu hanya contoh
saja. Mungkin itu terlihat sama, tapi sebenarnya tidak,” kata Nai, menjelaskan.
“Tapi dari apa yang aku lihat disketsa yang kamu tunjukkan, itu
sama,” balas Thara, tidak mempercayai penjelasan Nai.
“Kualitas diamond nya berbeda. Anting yang asli, kami menggunakan
diamond yang lebih baik. Kami akan mengirimkannya padamu tepat waktu,” kata
Nai, mencoba menyakinkan Thara.
“Jika kamu bisa membuktikkannya, maka aku akan menunggu untuk
melihat nya pada hari pertunjukkan,”
balas Thara, bersedia untuk mempercayai Nai.
Mendengar itu, Nai merasa sangat lega dan berterima kasih banyak
kepada Thara.
Setelah keluar dari tempat Thara, Nai mengomel kepada para
karyawannya, kenapa barusan tidak ada yang menghentikannya ketika dia
berbicara. Karena sekarang dia merasa bingung harus bagaimana menemukan diamond
yang lebih baik dan pembuat perhiasaan pasti tidak akan bisa membuat perhiasan
di waktu yang mepet seperti ini.
“Bagaimana bila begini. Coba chek toko- toko, mungkin disana akan
ada design yang mirip, dan kita bisa
mengirimkan itu,” kata Patcharee, memberikan idenya.
Nai datang ke toko- toko cabang untuk mengecek apakah ada anting
yang designnya agak mirip dengan anting yang sudah tersebar di Internet, supaya
dia bisa mengambil anting tersebut untuk diberikan kepada Thara. Dan disalah
satu toko cabang, tempat Paul bekerja, Nai bertemu dengan Net. Seperti biasa
Net datang ke sana untuk bertemu dengan Paul dan mengajak Paul berkencan.
Melihat itu, Nai merasa tidak senang dengan Paul.
“Lakukan pekerjaanmu, sebelum perusahaan dirugikan,” perintah Net
kepada Nai yang tampak ingin ikut campur dengan urusannya. Dan karena tidak
berani membantah, maka Nai pun bersikap patuh.
“Ada apa?” tanya Paul kepada Net, berpura- pura penasaran.
“Perusahaan kenak tuntut. Aku dengar dia ingin mencari anting baru
untuk menggantikan anting yang hilang. Tapi aku tidak tahu jika dia bisa atau
tidak,” jelas Net, dengan sikap tidak terlalu peduli.
Mee –karyawan berbadan kekar dan berambut mangkuk- dia mengomel
kesal, karena Net yang membuat masalah, tapi malah Nai yang harus menanggung
kesalahan. Dan tepat disaat Nai datang, dia langsung berhenti mengomel.
“Khun Nai, bagaimana?” tanya Toyting –karyawan wanita- dengan
cemas.
“Aku tidak bisa menemukan anting lain untuk menggantikannya. Aku
mungkin harus menyerah,” jawab Nai, sudah merasa pasrah.
Ketika Nai datang ke tempat Thara untuk meminta maaf dan menjelaskan,
dia sudah siap untuk dimarahi, tapi Thara malah memujinya. Dan dia merasa
bingung. Lalu tepat disaat itu, Paul muncul. Dan dia merasa terkejut.
“Jika ini digunakan pada dress mu, ini akan sangat cantik,” kata
Paul sambil menunjukkan anting yang dibawanya kepada Thara. Dan Thara sangat senang
sekali dengan Paul.
“Mengapa kamu disini?” tanya Nai, heran.
“Khun Net menyuruhku datang dan memberikan anting ini kepada Khun
Thara. Karena jika ini diberikan kepada orang lain, mungkin akan ada terjadi
kesalahan lagi seperti terakhir kali,” balas Paul sambil tersenyum ramah.
Tepat disaat itu, Paramee menelpon. Dan Thara pun langsung
menjawabnya. Sedangkan Nai menatap Paul dengan tajam.
Nai mengikuti Paul keluar. Dengan curiga, dia menanyai, darimana
Paul mendapatkan anting pengganti tersebut. Dan Paul menyuruh Nai untuk
bertanya kepada Net saja.
“Aku yakin kamu tahu,” kata Nai, ingin Paul menjawab nya.
“Apa yang kamu kesali? Situasinya sudah selesai. Atau kamu kesal
pada dirimu sendiri karena tidak bisa menyelesaikan masalah?” balas Paul sambil
tersenyum.
“Aku menyelesaikan masalah yang kamu buat. Jika kamu tidak mempost
anting tersebut ke Internet, kekacauan ini tidak akan pernah terjadi,” kata
Nai, marah.
“Aku benar- benar kasihan padamu Khun Nai. Kamu sangat berdedikasi kepada Ayahmu dan perusahaan, tapi pada akhirnya kamu tidak mendapatkan apapun. Mungkin … tidak pernah ada hadiah untuk tindakan baik mu sejak awal,” balas Paul dengan agak sinis. Dan mendengar itu, Nai merasa bingung.
Saat Paul makan malam bersama dengan Net, dia memberitahu tahu Net
darimana dia mendapatkan anting pengganti. Dia membuka katalog toko dan
mengingat segalanya di hati. Dan disaat Net memberitahunya tentang masalah
perusahaan, dia teringat kalau ada koleksi yang mirip dengan anting yang hilang,
jadi dia mengambilnya dan mengubahnya sedikit. Dia menyogok pembuat perhiasan
untuk mendahulukan pesanannya terlebih dahulu.
“Kamu lebih pintar daripada Nai,” puji Net, senang. “Untuk
membayarmu karena telah membantuku kali ini, apapun itu, aku senang
melakukannya untukmu,” kata Net sambil memegang tangan Paul.
“Apapun?” balas Paul sambil tersenyum. Dan Net mengangguk.
Tepat disaat itu, Singkorn datang ke restoran yang sama.
Nai menceritakan kecurigaannya terhadap Paul kepada Patcharee.
Ketika anting hilang, Net tampak tidak peduli, tapi tiba- tiba Paul datang
membawa anting baru dan mengatakan kalau itu dari Net. Juga dia yakin kalau
anting yang hilang itu pasti diambil oleh Paul.
“Jika dia yang mengambilnya, dia tidak akan mengulurukan tangan
untuk membantu. Atau jika dia ingin membantu Khun Net, dia hanya bisa
mengembalikan anting itu langsung,” komentar Patcharee, merasa agak bingung.
“Mengapa dia melakukan ini dan untuk apa?” tanya Nai, berpikir
keras.
Anting yang dipakai oleh Net pada malam itu, memang diambil oleh
Paul. Dan sampai sekarang anting tersebut masih disimpan olehnya.
“Ini hanya permulaan Khun Nai. Selanjutnya, akan lebih sulit.
Bersiaplah,” gumam Paul sambil tersenyum.
Singkorn menunggu sampai Net pulang. Lalu saat Net pulang, dia
langsung mendekatinya dan mengingatkannya untuk berhati- hati. Karena setiap orang
mengenal siapa Net, jadi jika hubungan Net sampai ke telinga Parawee, maka Net
sendiri yang akan menyesal nantinya.
“Apa yang kamu bicarakan?” tanya Net, tidak mengerti.
“Aku tahu kalau kamu sedang dekat dengan seorang karyawan baru.
Jika Khun Paramee tahu, dia tidak akan senang,” jelas Singkorn dengan serius.
“Kamu mengancamku? Sejak Nai dipromosikan, tidak ada seorang pun
yang menghormatiku!” keluh Net, kesal.
“Aku hanya berbicara jujur,” balas Singkorn. “Jangan mempercayai
anak itu. Anak- anak sekarang agak nakal, kamu tidak tahu permainan apa yang
mereka mainkan,” katanya, menasehanti.
“Pria semuanya buruk. Tapi pria yang mempunyai banyak pengalaman
lebih menakutkan!” balas Net, tidak percaya.
Setelah Singkorn pergi, Net pergi ke kamar Nai dan memarahinya,
karena dia mengira kalau Nai lah yang telah memberitahu Singkorn tentang
hubungannya dengan Paul. Dan Nai merasa terkejut.
“Jangan pura- pura terkejut! Jika kamu tidak memberitahunya,
bagaimana dia bisa tahu?!” bentak Net sambil mencekik Nai.
“Khun Net aku tidak ada memberitahu siapapun!” balas Nai,
menjelaskan. Tapi Net sama sekali tidak percaya padanya.
Paramee kemudian datang dan menarik Net untuk ikut dengannya. Tapi
Net menolak untuk ikut dengannya. Dengan marah, dia menanyai, apakah dia tidak
boleh menyentuh Nai, putri angkat mereka. Mendengar itu, Nai merasa sangat
sedih dan terluka.
“Sayang, pergi dan tidurlah,” kata Paramee dengan lembut kepada
Nai. Lalu dia memarahi Net untuk jangan membuat masalah dan pergi ke kamar.
“Aku yang membesarkan dia. Aku bisa memukul dia, memarahi dia, dan
melakukan apapun yang aku inginkan dengan dia!” teriak Net, marah.
Net kemudian ingin memukuli Nai, tapi Paramee menahannya. Dia tahu
kalau Net lah yang membuat anting hilang, tapi Nai yang menanggung kesalahan.
Dan dia tidak akan memperpanjang masalah itu, jadi dia juga ingin agar Net
jangan membuat masalah lagi. Tapi mendengar itu, Net semakin marah. Karena dia
mengira kalau Nai yang memberitahu itu kepada Paramee.
Net kemudian memukuli Nai. Dan dengan kuat, Paramee mendorongnya.
“Berhenti menggila!” bentaknya.
“Kamu akan menamparku lagi? Huh?!” tantang Net.
“Ayah,” panggil Nai, menahan Paramee.
“Pergi!” usir Paramee. Dan dengan kesal, Net menjerit keras. Lalu
dia berlari pergi dari rumah.
Setelah Net pergi, Paramee menarik nafas panjang, karena dada nya
terasa agak sakit. Melihat itu, Nai merasa sangat khawatir padanya.
Ketika Paramee sudah dibawa ke kamar, Nai berlari mengejar Net. Tapi Net mengabaikannya
dan tetap pergi.
Dalam kondisi sedang kacau, Net mengemudi dan menghubungi Paul.
Paul sengaja mengabaikan telpon dari Net. Dan Dr. Kashane yang
duduk disebelah Paul merasa bingung, kenapa Paul tidak menjawab telpon itu.
“Aku sibuk sedang membaca,” jelas Paul dengan singkat.
“Wow. Keren,” balas Dr. Kashane, kagum.
Disaat Net tidak bisa menghubungi Paul, Nai menelponnya. Awalnya
Net mengira itu Paul, jadi dia menjawabnya. Tapi setelah tahu kalau yang
menelpon adalah Nai, dia langsung mematikannya.
Saat Net sedang sibuk memperhatikan ponselnya, tanpa sengaja ponsel
itu kemudian malah terjatuh. Dan ketika Net ingin mengambil ponselnya, tepat
disaat itu, sebuah truk lewat. Dan karena Net ingin menghindari truk tersebut,
diapun melakukan banting stir. Lalu dia menabrak tiang listrik yang berada
didekatnya.
Ketika Paul sudah tidur, Nai menelpon. Ketika Paul mendengar
ponselnya berbunyi dan melihat kalau Nai menelponnya, diapun langsung
mengangkatnya.
Tanpa berbasa- basi, Nai langsung menanyai Paul, apakah Net ada
bersama Paul. Lalu saat Paul membawa bercanda, dengan serius dia menjelaskan
bahwa barusan Net dan Parameee bertengkar, lalu Net pergi dan sampai sekarang
Net belum ada kabar pergi kemana.
“Dia pasti akan segera pulang. Dah,” kata Paul, tidak peduli.
Saat Paul ingin kembali tidur, Net menelponnya. Dan melihat itu,
Pal tersenyum. “Halo, Khun Net,” sapanya.
“Paul. Tolong aku,” pinta Net dengan suara lemah. “Sakit.”
Mendengar itu, Paul merasa terkejut.
Paul membawa Net ke rumah sakit. Tidak lama kemudian, Nai datang.
Dan dia memberitahu dengan singkat bahwa sekarang Net sedang dirawat oleh
Dokter, jadi Nai tidak perlu khawatir.
“Kamu boleh pergi sekarang,” usir Nai.
“Terima kasih. Kamu tidak tahu bagaimana mengatakan itu?” balas
Paul.
“Dengan kamu, aku hanya akan mengatakan satu kalimat. Jangan
berhubungan dengan Khun Net lagi,” tegas Nai. Dan mendengar itu, Paul mendengus
geli.
Keesokan harinya. Paul datang mengunjungi Net yang masih belum
bangun. Dan Nai tidak senang melihatnya. Lalu tepat disaat mereka berdua sedang
berdebat, Net mulai terbangun. Dan sebelum Nai sempat mengatakan apapun, Paul
sudah mendekati Net duluan.
“Bagaimana? Ada sakit dimana?” tanya Paul dengan perhatian.
“Beritahu aku jika kamu butuh apapun. Aku akan mengambilkannya untukmu.”
“Seluruh tubuhku sakit,” keluh Net dengan manja. “Apa kamu disini
bersama ku semalaman?” tanyanya, ingin tahu.
“Uh..” kata Nai ingin menjawab. Tapi Paul tidak memberikannya
kesempatan. “Bagaimana aku bisa meninggalkanmu?” kata Paul. Dan mendengar itu,
Net merasa sangat senang.
Paramee kemudian datang. Dan Paul langsung melepaskan tangan Net
serta berniat untuk pergi. Tapi Paramee memanggilnya, jadi diapun berhenti.
“Kita pernah bertemu, kan?” tanya Paramee dengan yakin. “Kali ini
aku tahu aku tidak membuat kesalahan.”
Mendengar itu, Net mengigit bibir bawahnya karena merasa gugup.
Dan Nai juga merasa sama gugupnya. Sedangkan Paul tetap bersikap tenang.
Paul mengiyakan pertanyaan Paramee. Lalu Net langsung menjelaskan
kepada Paramee bahwa Paul lah yang telah menyelamatkannya semalam. Nai juga
ikut menjelaskan supaya Paramee tidak curiga, dia menjelaskan bahwa rumah Paul
kebetulan berada dekat ditempat kejadian. Mendengar alasan mereka berdua, Paul
tersenyum kecil.
“Terima kasih banyak telah menyelamatkan Net,” kata Paramee dengan
tulus. Dan Paul mengiyakan.
“Lain kali lebih hati- hati. Itu akan buruk jika terjadi sesuatu
padamu,” kata Paramee dengan perhatian kepada Net.
Melihat itu, Paul merasa agak ironis. Karena ketika Ibunya sakit,
Paramee sama sekali tidak seperhatian itu kepada Ibunya.
Ketika Paul ingin pergi, Paramee mengikutinya dan memanggilnya.
Dia mengakui kepada Paul bahwa ntah mengapa, dia merasa dekat serta seperti
sudah lama sekali mengenal Paul. Dan dia ingin tahu, siapa orang tua Paul,
mungkin dia mengenal orang tua Paul. Mendengar itu, Paul menjawab bahwa
Parameee tidak mengenal orang tuanya.
“Ngomong- ngomong, terima kasih sudah menyelamatkan Net. Apa ada
yang bisa kubantu? Anggap saja sebagai balas budi,” kata Paramee.
“Tidak perlu, Tuan,” jawab Paul dengan singkat. Lalu diapun pamit
dan pergi.
Dr. Kashane yang berada disana, ketika dia melihat Paramee, dia
langsung menyapanya dengan sopan.
Dr. Kashane membantu Nai menghubungi Dokter yang merawat Net. Dan
Nai mengucapkan terima kasih banyak kepada Dr. Kashane. Lalu Dr. Kashane
mengajak Nai untuk makan bersama, dan Nai menolak dengan sopan. Tapi Patcharee
mau makan bersama Dr. Kashane.
“Kamu bawa saja Patcharee,” kata Nai. Lalu dia pamit dan pergi.
Melihat itu, Dr. Kashane merasa sangat kecewa. Tapi Patcharee
sangat senang karena bisa makan bersama Dr. Kashane.
“Haruskah kita pergi sekarang?” tanya Patchree.
“Ng… aku lupa masih ada pasien,” balas Dr. Kashane dengan pura-
pura baru ingat dan merasa bersalah.
“Tidak ada, Dokter,” kata Perawat yang berada di dekat sana.
Mendengar itu, Patcharee langsung tertawa dengan keras dan
bertepuk tangan. “Luar biasa. Haruskah kita pergi sekarang?” ajaknya. Dan
dengan terpaksa, Dr. Kashane tersenyum.
Nai menghampiri Paul dan memberikannya uang sebagai hadiah karena
Paul telah menyelamatkan Net. Namun Paul menolak itu.
“Mengapa kamu tiba- tiba menjadi sombong? Alasan kamu mendekati
Khun Net, bukankah untuk uang?” kata Nai dengan ketus.
“Jika kamu ingin membayarku, kamu bisa. Tapi aku ingin memberitahu
mu, aku sangat mahal. Tidak peduli berapa banyak yang kamu miliki, itu tidak
cukup,” balas Paul, merasa kesal, karena Nai memandang renda dirinya.
Tepat disaat itu, seorang pasien gawat darurat lewat bersama para
dokter serta perawat. Dan mereka hampir saja menabrak Nai. Untungnya, Paul
langsung menarik Nai ke pinggir.
“Tapi untukmu, aku bisa memberikannya secara gratis,” goda Paul
sambil tersenyum. Dan Nai langsung melepaskan dirinya dari Paul.