Original
Network : Channel 7
Patcharee memesan dan memakan kue sangat banyak sekali, sampai Dr.
Kashane merasa ngeri. Lalu saat Patcharee ingin memesan lagi, Dr. Kashane
langsung menghentikannya, karena sebentar lagi jadwal shift nya. Mendengar itu,
Patcharee diam dan berpikir, lalu dia beralasan bahwa dia mau memesan untuk
Nai, karena Nai sangat menyukai kue coklat.
“Benarkah?” tanya Dr. Kashane dengan bersemangat. Dan Patcharee
mengiyakan. “Kemudian, sebelum kamu memesan,
bolehkah aku bertanya sesuatu?”
katanya dengan serius. “Itu…
tempat dimana Khun Net kecelakaan, bagaimana seseorang bisa menemukan dia?”
“Oh. Hari itu
seorang karyawan kebetulan lewat didekat sana. Khun Net termaksud sangat
beruntung,” jawab Patcharee,
memberitahu. Dan mendengar itu, Dr. Kashane mengerut kan wajahnya, seperti
berpikir keras, karena dia merasa ada yang aneh.
Pada hari Net diizinkan keluar dari rumah sakit, dia membelikan
Paul sebuah mobil baru. Dan Paul sangat tidak menyangka.
“Ini,”
kata Net, memberikan kunci mobil kepada Paul. Dan Paul berpura- pura agak
menolak. “Ambil saja. Aku membelinya untukmu. Jika kamu tidak menerimanya,
aku akan sedih. Kamu bisa membawaku untuk makan sesuatu yang enak. Aku sudah
bosan dengan makanan rumah sakit. Yah?” bujuk Net dengan manja sambil menaruh
kunci mobil di tangan Paul langsung.
“Baiklah,
Khun Net,” balas Paul sambil tersenyum manis.
Dikantor. Para karyawan memuji bahwa Paul adalah sales yang bagus,
karena sejak Paul bekerja, penjualan ditoko jadi meningkat. Lalu mereka juga
menggosipi Paul sebagai pria mainan Khun Net.
“Oh ya, Khun Pat, aku sudah pergi
menyelidiki ditoko cabang. Dia mengenakan jam tangan mewah. Pakaian nya juga
mahal. Jika dia tidak mengenakan seragamnya, aku tidak akan tahu bahwa dia cuma
karyawan biasa,” kata Mee, bergosip dengan bersemangat.
Patcharee melaporkan gosip tersebut kepada Nai. Dan Nai pun merasa
agak curiga, lalu dia menyuruh Patcharee untuk mengecek pengeluaran kartu
kredit Net dari bulan lalu.
Patcharee sudah menduga kalau Nai pasti akan meminta itu, jadi dia
sudah menyiapkan semuanya untuk Nai. “Khun Net membeli mobil, pakaian, dan
barang lainnya. Lebih penting barang- barang untuk pria,”
katanya, menjelaskan.
Mendengar itu, Nai menghela nafas berat, karena dia merasa agak
stress harus bagaimana.
Saat makan malam, Dan terus berbicara, tapi Nai tidak fokus dan
tidak mendengar. Setelah Dan memanggilnya berkali- kali, Nai pun baru tersadar.
Melihat itu, Dan merasa agak curiga, lalu dia menebak, kalau Nai pasti sedang
memikirkan tentang Paul.
“Aku tidak bisa tidak memikirkannya. Aku
pikir pria ini agak aneh,” kata Nai, menjelaskan masalahnya.
“Jika dia membuatmu terus memikirkannya
seperti ini, aku akan memberinya pelajaran,” balas Dan,
cemburu.
“Tidak perlu,”
balas Nai sambil tertawa pelan. “Aku minta maaf ya, aku jarang bisa
berbicara denganmu akhir- akhir ini,” katanya, tulus.
“Tidak apa. Aku memaafkanmu. Tapi
malam ini, bisakah kamu pulang telat dan tinggal bersamaku? Yah, kumohon!” pinta Dan dengan sikap manja serta sambil memegang tangan
Nai.
“Lain kali ya. Aku ada rapat
besok. Okay?” balas Nai sambil tersenyum manis.
Ketika Nai pulang, Net langsung
mengomelinya dengan sinis. Dia menyebut kalau Nai ternyata pandai juga menggoda
pria, sehingga Dan masih mau bersama Nai. Lalu dia menanyai, kapan Nai akan
menikah dengan Dan serta pindah keluar. Mendengar itu, Nai hanya diam saja.
Paramee kemudian datang mendekati
mereka berdua. “Apa yang kalian berdua bicarakan?” tanyanya, ingin tahu.
“Aku hanya mengingatkan Nai
tentang pernikahannya, sebelum pria baik menghilang,” jawab Net dengan agak
gugup.
“Jangan khawatirkan tentang itu,
dia bisa membuat keputusan sendiri,” balas Paramee, tidak terlalu peduli.
Paramee kemudian menanyai tentang
Paul, dan Net serta Nai langsung merasa gugup. Ketika mereka mengetahui, kalau
ternyata Paramee hanya ingin mengundang Paul untuk makan bersama sebagai ucapan
terima kasih, Net merasa agak lega. Sedangkan Nai tidak setuju bila Paramee
mengundang Paul.
“Dia mungkin akan merasa minder
untuk makan bersama dengan pemilik perusahaan seperti ini,” kata Net, beralasan.
“Tidak apa. Aku hanya ingin
berbincang sedikit dengannya. Jadi cobalah undang Nai,” balas Paramee.
“Baik,”jawab Nai sambil menatap
ke arah Net.
Keesokan harinya. Nai datang ke
toko dan memberitahu Paul bahwa Paramee mengundang Paul untuk makan bersama.
Tapi dia ingin Paul untuk membuat alasan dan menolak undangan tersebut
nantinya.
Setelah mengatakan itu, Nai
langsung pergi ke belakang toko. Kemudian disaat itu, Dan datang berkunjung ke
toko. “Oh, itu kamu. Paul,” kata Dan sambil menatap tag nama dibaju Paul. “Kamu
tidak kenal aku, kan? Aku bukan pelanggan. Tapi aku pacarnya Khun Nai. Aku
datang untuk menjemput pacarku,” katanya, pamer.
“Iya,” balas Paul dengan sikap
acuh.
“Kamu terlihat tampan. Apa
kepribadianmu bagus? Atau pergerakanmu yang bagus?” tanya Dan sambil memandang
rendah Paul. “Itu mengapa para wanita membayarmu mahal. Aku mengerti, seseorang
sepertimu ingin berada diposisiku. Tapi aku beritahu, tidak peduli seberapa
bagus pakaianmu atau seberapa mahal, itu tidak bisa menutupi kamu. Itu benar,”
katanya, merendahkan Paul.
Mendengar ejekan tersebut, Paul
hanya diam saja dan mengabaikan perkataan Dan.
Setelah selesai mengecek barang
dibelakang, Nai kembali dan mengajak Dan untuk berangkat bersama.
“Oh iya, jangan lupa apa yang aku
katakan barusan,” kata Nai, memperingatkan Paul.
Melihat kepergiaan Nai serta Dan
dari toko, Paul tersenyum penuh ketertarikan.
Keesokan harinya. Paul datang ke
rumah Nai. Dan Nai merasa sangat terkejut serta tidak senang, dia berusaha
mengusir Paul. Tapi disaat itu, Net muncul, dia sangat senang sekali melihat
kedatangan Paul dan dia menyambut kedatangan Paul dengan hangat.
Melihat tangan Net memegang
tangan Paul dengan mesra, Nai merasa agak tidak nyaman. Namun Net sama sekali
tidak peduli dengan itu.
Net membawa Paul ke ruang makan,
lalu dia menyuruh Paul untuk menunggunya, karena dia akan pergi memanggil
Paramee. Dan Paul mengiyakan.
Paul kemudian melihat ke sekitar
rumah, dan dia melihat foto keluarga baru Paramee (Paramee, Net, dan Nai)
dipajang di dinding rumah, tempat dulu foto keluarganya (Paramee, Paul, dan
Dara) pernah di pajang.
“Hey,” panggil Nai. “Ini belum
telat untuk pergi sekarang,” usirnya dengan halus.
Mendengar itu, Paul tersadar dari
kesedihannya. Dia berbalik dan menatap Nai sambil tersenyum. “Senang- senang
belum dimulai. Mengapa aku harus pergi?”
Tepat disaat itu, Paramee muncul.
Dengan ramah, dia mengajak Paul untuk mulai makan bersama.
Saat makan, Paul mengucapkan
terima kasih karena Paramee telah mengundangnya. Lalu dia memuji betapa
bagusnya rumah Paramee, dan betapa hangatnya. Mendengar itu, Paramee menjawab
bahwa ini hanya rumah biasa saja. Kemudian dia menanyai, bagaimana dengan rumah
Paul.
“Rumahku?” tanya Paul sambil
tersenyum ironis. Tapi Paramee tidak menyadari senyum itu.
Kemudian disaat itu, Dr. Kashane
datang. Saat dia melihat Paul, dia merasa sangat terkejut. Tapi Paul bersikap
tidak mengenalnya.
“Kamu kenal Khun Paul, Dr.
Kashane?” tanya Nai, melihat seperti ada yang mencurigakan.
“Ya,” jawab Dr. Kashane. “Tidak,”
jawab Paul, secara bersamaan. Dan setiap orang merasa heran.
“Aku tidak kenal dia,” kata Dr.
Kashane, mengubah kata- katanya. “Aku barusan terkejut karena makanan nya
terlihat … terlihat begitu enak sampai aku terkejut,” jelasnya, beralasan.
Dr. Kashane dan Paul berbicara berdua
diluar. Dr. Kashane ingin tahu, kenapa Paul bisa datang ke rumah Paramee, dan
kenapa Paul bersikap tidak mengenalnya barusan. Mendengar itu, Paul tertawa.
“Kita akan bicarakan nanti ya.
Ini cerita yang panjang,” kata Paul. Tapi Dr. Kashane memaksa Paul untuk
menjawabnya sekarang. “Aku tidak ingin orang- orang tahu siapa aku dan darimana
aku berasal. Jadi kamu jangan lakukan apapun. Bersikap saja seperti kita tidak
saling mengenal, kita tidak pernah bertemu. Itu sudah cukup,” pinta Paul,
menjelaskan.
“Mengapa?” tanya Dr. Kashane,
masih tidak mengerti.
Tepat disaat itu, Patcharee
muncul. Dan dengan gugup, Dr. Kashane menanyakan dimana toilet. Dan setelah
Patcharee menunjukkan padanya, dia langsung ke toilet. Sementara Paul masuk
kembali ke dalam rumah.
Dengan agak curiga, Patcharee memperhatikan sikap aneh Dr. Kashane
dan berpikir.
“Apa kamu menyukai makanannya, Paul?”
tanya Paramee, ramah.
“Iya, ini sangat enak. Terutama sup
bayam dengan ginkgo, Ayahku suka membuatkannya untukku, ketika aku kecil,”
jawab Paul.
“Kebetulan. Aku suka membuat sup bayam
dengan ginkgo untuk anakku juga,” balas Paramee. Dan mendengar itu, Paul
tersenyum senang. Tapi rasa senang itu tidak bertahan lama. “Nai
sangat menyukai hidangan itu,” lanjut Paramee.
“Sup bayam dengan ginkgo memang yang
paling enak!” puji Nai.
Mendengar itu, Paul tidak merasa bernafsu lagi untuk makan. Jadi diapun
berhenti makan.
Singkorn lalu datang serta bergabung untuk makan bersama. Melihat
kedatangannya, Net merasa sangat gugup, apalagi saat Singkorn menyinggung
masalah Paul menyelamatkannya ketika dia mengalami kecelakaan mobil.
“Itu jalan singkat ke rumahku. Aku
pulang lembur. Jadi aku menggunakan jalan itu untuk menghindari kemacetan,”
jelas Paul dengan sikap tenang.
“Paul
juga membayar biaya pendidikannya sendiri,” kata
Net.
“Hidupmu
pasti sulit,” kata Paramee, bersimpati.
“Iya. Sangat sulit.”
Ketika Dr. Kashane sedang minum kopi sendirian, Patcharee tiba-
tiba datang dan mengejutkannya dari belakang.
“Dr. Kashane, bisakah aku menanyai
pertanyaan serius?” tanya Patcharee secara langsung. “Kamu kenal Paul,
kan?”
“Aku tidak,” jawab Dr. Kashane
dengan agak gugup. Namun Patcharee percaya padanya, karena menurutnya Dr. Kashane tidak
mungkin memiliki teman seperti Paul.
Patcharee kemudian menceritakan tentang hubungan antara Paul serta
Net. Namun mendengar itu, Dr. Kashane sama sekali tidak percaya serta tertawa.
Tapi saat dia melihat raut serius diwajah Patcharee, dia merasa terkejut.
“Kamu serius?!” tanya Dr. Kashane.
Paul pergi ke dekat kolam renang.
Dia mengingat kenangan, ketika kecil dulu, saat keluarganya masih utuh.
“Segalanya berubah sekarang,” gumamnya dengan sedih.
“Kamu bisa pergi sekarang. Kamu
sudah selesai makan,” usir Nai. Tapi Paul menolak, karena dia belum selesai
melihat ke sekitar rumah. “Ini rumahku, bukan museum. Selain itu, untuk aku,
kamu bukan tamu. Kamu sudah selesai disini. Pergilah!”
“Aku mulai berpikir, alasan kamu
terus mengikutiku adalah karena kamu menyukaiku,” balas Paul sambil tersenyum.
Dan mendengar itu, Nai mendengus kesal. “Jika kamu benar- benar tertarik
padaku, kamu bisa jujur denganku. Aku selalu siap,” bisik Paul.
Dengan kesal, Nai ingin menampar
Paul. Dan Paul pun langsung menghindar. Lalu tanpa sengaja Nai jadi kehilangan
keseimbangan dan jatuh ke dalam kolam. Melihat itu, Paul menertawainya dan
berniat untuk pergi.
“Tolong! Kakiku kram!” teriak
Nai, meminta tolong.
“Jangan bermain- main!” balas
Paul, tidak percaya. Tapi ketika dia melihat, Nai beneran tenggelam. Dia pun
langsung melompat dan menyelamatkannya.
Setelah Paul menyelamatkan Nai
dan membawanya ke tepi kolam, mereka berdua saling diam dan menatap satu sama
lain.
Kemudian disaat itu, Paramee dan
Net datang. Nai serta Paul pun langsung menjelaskan apa yang terjadi. Lalu
Patcharee membantu Nai untuk pergi berganti pakaian ke kamar. Sedangkan Paul
menolak untuk berganti pakaian serta dia pamit untuk pulang langsung saja.
“Net, pergi cek Nai,” perintah Paramee. Dan Net mengiyakan.
Dikamar. Net menyuruh Patcharee
untuk keluar terlebih dahulu. Kemudian dia memukul Nai. “Kamu pikir aku tidak
tahu apa yang kamu pikirkan?! Menggoda dia seperti ini, jika aku tidak ada
dirumah, kamu akan membawanya ke kamar mu,” tuduhnya.
“Tidak. Tolong lepaskan aku Khun
Net,” pinta Nai sambil menangis. “Aku tidak pernah berpikir seperti itu. Aku
benar- benar mengkhawatirkan kamu.”
“Aku benci ketika kamu berakting seperti heroine,” bentak Net sambil memukuli Nai. Dan ketika Nai menjerit, dia membentaknya untuk diam. “Ingat, jangan lakukan ini kepadaku lagi. Jika tidak, aku tidak akan melepaskanmu!” ancamnya.
Setelah puas melampiaskan rasa kesalnya, Net merapikan penampilannya. Lalu diapun pergi dari kamar. Sedangkan Nai menangis dengan sedih.