Sinopsis Lakorn- Fah Mee Tawan Episode 2/2

 


Original Network : Channel 7

Patcharee memesan dan memakan kue sangat banyak sekali, sampai Dr. Kashane merasa ngeri. Lalu saat Patcharee ingin memesan lagi, Dr. Kashane langsung menghentikannya, karena sebentar lagi jadwal shift nya. Mendengar itu, Patcharee diam dan berpikir, lalu dia beralasan bahwa dia mau memesan untuk Nai, karena Nai sangat menyukai kue coklat.


Benarkah? tanya Dr. Kashane dengan bersemangat. Dan Patcharee mengiyakan. Kemudian, sebelum kamu memesan, bolehkah aku bertanya sesuatu? katanya dengan serius. Itu tempat dimana Khun Net kecelakaan, bagaimana seseorang bisa menemukan dia?

Oh. Hari itu seorang karyawan kebetulan lewat didekat sana. Khun Net termaksud sangat beruntung, jawab Patcharee, memberitahu. Dan mendengar itu, Dr. Kashane mengerut kan wajahnya, seperti berpikir keras, karena dia merasa ada yang aneh.




Pada hari Net diizinkan keluar dari rumah sakit, dia membelikan Paul sebuah mobil baru. Dan Paul sangat tidak menyangka.

Ini, kata Net, memberikan kunci mobil kepada Paul. Dan Paul berpura- pura agak menolak. Ambil saja. Aku membelinya untukmu. Jika kamu tidak menerimanya, aku akan sedih. Kamu bisa membawaku untuk makan sesuatu yang enak. Aku sudah bosan dengan makanan rumah sakit. Yah? bujuk Net dengan manja sambil menaruh kunci mobil di tangan Paul langsung.

Baiklah, Khun Net, balas Paul sambil tersenyum manis.


Dikantor. Para karyawan memuji bahwa Paul adalah sales yang bagus, karena sejak Paul bekerja, penjualan ditoko jadi meningkat. Lalu mereka juga menggosipi Paul sebagai pria mainan Khun Net.

Oh ya, Khun Pat, aku sudah pergi menyelidiki ditoko cabang. Dia mengenakan jam tangan mewah. Pakaian nya juga mahal. Jika dia tidak mengenakan seragamnya, aku tidak akan tahu bahwa dia cuma karyawan biasa, kata Mee, bergosip dengan bersemangat.


Patcharee melaporkan gosip tersebut kepada Nai. Dan Nai pun merasa agak curiga, lalu dia menyuruh Patcharee untuk mengecek pengeluaran kartu kredit Net dari bulan lalu.

Patcharee sudah menduga kalau Nai pasti akan meminta itu, jadi dia sudah menyiapkan semuanya untuk Nai. Khun Net membeli mobil, pakaian, dan barang lainnya. Lebih penting barang- barang untuk pria, katanya, menjelaskan.

Mendengar itu, Nai menghela nafas berat, karena dia merasa agak stress harus bagaimana.


Saat makan malam, Dan terus berbicara, tapi Nai tidak fokus dan tidak mendengar. Setelah Dan memanggilnya berkali- kali, Nai pun baru tersadar. Melihat itu, Dan merasa agak curiga, lalu dia menebak, kalau Nai pasti sedang memikirkan tentang Paul.

Aku tidak bisa tidak memikirkannya. Aku pikir pria ini agak aneh, kata Nai, menjelaskan masalahnya.

Jika dia membuatmu terus memikirkannya seperti ini, aku akan memberinya pelajaran, balas Dan, cemburu.


Tidak perlu, balas Nai sambil tertawa pelan. Aku minta maaf ya, aku jarang bisa berbicara denganmu akhir- akhir ini, katanya, tulus.

“Tidak apa. Aku memaafkanmu. Tapi malam ini, bisakah kamu pulang telat dan tinggal bersamaku? Yah, kumohon!” pinta Dan dengan sikap manja serta sambil memegang tangan Nai.

“Lain kali ya. Aku ada rapat besok. Okay?” balas Nai sambil tersenyum manis.


Ketika Nai pulang, Net langsung mengomelinya dengan sinis. Dia menyebut kalau Nai ternyata pandai juga menggoda pria, sehingga Dan masih mau bersama Nai. Lalu dia menanyai, kapan Nai akan menikah dengan Dan serta pindah keluar. Mendengar itu, Nai hanya diam saja.


Paramee kemudian datang mendekati mereka berdua. “Apa yang kalian berdua bicarakan?” tanyanya, ingin tahu.

“Aku hanya mengingatkan Nai tentang pernikahannya, sebelum pria baik menghilang,” jawab Net dengan agak gugup.

“Jangan khawatirkan tentang itu, dia bisa membuat keputusan sendiri,” balas Paramee, tidak terlalu peduli.



Paramee kemudian menanyai tentang Paul, dan Net serta Nai langsung merasa gugup. Ketika mereka mengetahui, kalau ternyata Paramee hanya ingin mengundang Paul untuk makan bersama sebagai ucapan terima kasih, Net merasa agak lega. Sedangkan Nai tidak setuju bila Paramee mengundang Paul.

“Dia mungkin akan merasa minder untuk makan bersama dengan pemilik perusahaan seperti ini,” kata Net, beralasan.



“Tidak apa. Aku hanya ingin berbincang sedikit dengannya. Jadi cobalah undang Nai,” balas Paramee.

“Baik,”jawab Nai sambil menatap ke arah Net.


Keesokan harinya. Nai datang ke toko dan memberitahu Paul bahwa Paramee mengundang Paul untuk makan bersama. Tapi dia ingin Paul untuk membuat alasan dan menolak undangan tersebut nantinya.


Setelah mengatakan itu, Nai langsung pergi ke belakang toko. Kemudian disaat itu, Dan datang berkunjung ke toko. “Oh, itu kamu. Paul,” kata Dan sambil menatap tag nama dibaju Paul. “Kamu tidak kenal aku, kan? Aku bukan pelanggan. Tapi aku pacarnya Khun Nai. Aku datang untuk menjemput pacarku,” katanya, pamer.

“Iya,” balas Paul dengan sikap acuh.



“Kamu terlihat tampan. Apa kepribadianmu bagus? Atau pergerakanmu yang bagus?” tanya Dan sambil memandang rendah Paul. “Itu mengapa para wanita membayarmu mahal. Aku mengerti, seseorang sepertimu ingin berada diposisiku. Tapi aku beritahu, tidak peduli seberapa bagus pakaianmu atau seberapa mahal, itu tidak bisa menutupi kamu. Itu benar,” katanya, merendahkan Paul.

Mendengar ejekan tersebut, Paul hanya diam saja dan mengabaikan perkataan Dan.


Setelah selesai mengecek barang dibelakang, Nai kembali dan mengajak Dan untuk berangkat bersama.

“Oh iya, jangan lupa apa yang aku katakan barusan,” kata Nai, memperingatkan Paul.

Melihat kepergiaan Nai serta Dan dari toko, Paul tersenyum penuh ketertarikan.


Keesokan harinya. Paul datang ke rumah Nai. Dan Nai merasa sangat terkejut serta tidak senang, dia berusaha mengusir Paul. Tapi disaat itu, Net muncul, dia sangat senang sekali melihat kedatangan Paul dan dia menyambut kedatangan Paul dengan hangat.




Melihat tangan Net memegang tangan Paul dengan mesra, Nai merasa agak tidak nyaman. Namun Net sama sekali tidak peduli dengan itu.

Net membawa Paul ke ruang makan, lalu dia menyuruh Paul untuk menunggunya, karena dia akan pergi memanggil Paramee. Dan Paul mengiyakan.


Paul kemudian melihat ke sekitar rumah, dan dia melihat foto keluarga baru Paramee (Paramee, Net, dan Nai) dipajang di dinding rumah, tempat dulu foto keluarganya (Paramee, Paul, dan Dara) pernah di pajang.

“Hey,” panggil Nai. “Ini belum telat untuk pergi sekarang,” usirnya dengan halus.


Mendengar itu, Paul tersadar dari kesedihannya. Dia berbalik dan menatap Nai sambil tersenyum. “Senang- senang belum dimulai. Mengapa aku harus pergi?”

Tepat disaat itu, Paramee muncul. Dengan ramah, dia mengajak Paul untuk mulai makan bersama.


Saat makan, Paul mengucapkan terima kasih karena Paramee telah mengundangnya. Lalu dia memuji betapa bagusnya rumah Paramee, dan betapa hangatnya. Mendengar itu, Paramee menjawab bahwa ini hanya rumah biasa saja. Kemudian dia menanyai, bagaimana dengan rumah Paul.

“Rumahku?” tanya Paul sambil tersenyum ironis. Tapi Paramee tidak menyadari senyum itu.



Kemudian disaat itu, Dr. Kashane datang. Saat dia melihat Paul, dia merasa sangat terkejut. Tapi Paul bersikap tidak mengenalnya.

“Kamu kenal Khun Paul, Dr. Kashane?” tanya Nai, melihat seperti ada yang mencurigakan.

“Ya,” jawab Dr. Kashane. “Tidak,” jawab Paul, secara bersamaan. Dan setiap orang merasa heran.


“Aku tidak kenal dia,” kata Dr. Kashane, mengubah kata- katanya. “Aku barusan terkejut karena makanan nya terlihat … terlihat begitu enak sampai aku terkejut,” jelasnya, beralasan.



Dr. Kashane dan Paul berbicara berdua diluar. Dr. Kashane ingin tahu, kenapa Paul bisa datang ke rumah Paramee, dan kenapa Paul bersikap tidak mengenalnya barusan. Mendengar itu, Paul tertawa.

“Kita akan bicarakan nanti ya. Ini cerita yang panjang,” kata Paul. Tapi Dr. Kashane memaksa Paul untuk menjawabnya sekarang. “Aku tidak ingin orang- orang tahu siapa aku dan darimana aku berasal. Jadi kamu jangan lakukan apapun. Bersikap saja seperti kita tidak saling mengenal, kita tidak pernah bertemu. Itu sudah cukup,” pinta Paul, menjelaskan.

“Mengapa?” tanya Dr. Kashane, masih tidak mengerti.


Tepat disaat itu, Patcharee muncul. Dan dengan gugup, Dr. Kashane menanyakan dimana toilet. Dan setelah Patcharee menunjukkan padanya, dia langsung ke toilet. Sementara Paul masuk kembali ke dalam rumah.


Dengan agak curiga, Patcharee memperhatikan sikap aneh Dr. Kashane dan berpikir.


Apa kamu menyukai makanannya, Paul? tanya Paramee, ramah.

Iya, ini sangat enak. Terutama sup bayam dengan ginkgo, Ayahku suka membuatkannya untukku, ketika aku kecil, jawab Paul.



Kebetulan. Aku suka membuat sup bayam dengan ginkgo untuk anakku juga, balas Paramee. Dan mendengar itu, Paul tersenyum senang. Tapi rasa senang itu tidak bertahan lama. Nai sangat menyukai hidangan itu, lanjut Paramee.

Sup bayam dengan ginkgo memang yang paling enak! puji Nai.

Mendengar itu, Paul tidak merasa bernafsu lagi untuk makan. Jadi diapun berhenti makan.



Singkorn lalu datang serta bergabung untuk makan bersama. Melihat kedatangannya, Net merasa sangat gugup, apalagi saat Singkorn menyinggung masalah Paul menyelamatkannya ketika dia mengalami kecelakaan mobil.

Itu jalan singkat ke rumahku. Aku pulang lembur. Jadi aku menggunakan jalan itu untuk menghindari kemacetan, jelas Paul dengan sikap tenang.





Paul juga membayar biaya pendidikannya sendiri, kata Net.

Hidupmu pasti sulit, kata Paramee, bersimpati.

Iya. Sangat sulit.”

Ketika Dr. Kashane sedang minum kopi sendirian, Patcharee tiba- tiba datang dan mengejutkannya dari belakang.


Dr. Kashane, bisakah aku menanyai pertanyaan serius? tanya Patcharee secara langsung. Kamu kenal Paul, kan?

“Aku tidak,” jawab Dr. Kashane dengan agak gugup. Namun Patcharee percaya padanya, karena menurutnya Dr. Kashane tidak mungkin memiliki teman seperti Paul.



Patcharee kemudian menceritakan tentang hubungan antara Paul serta Net. Namun mendengar itu, Dr. Kashane sama sekali tidak percaya serta tertawa. Tapi saat dia melihat raut serius diwajah Patcharee, dia merasa terkejut.

Kamu serius?!” tanya Dr. Kashane.


Paul pergi ke dekat kolam renang. Dia mengingat kenangan, ketika kecil dulu, saat keluarganya masih utuh. “Segalanya berubah sekarang,” gumamnya dengan sedih.



“Kamu bisa pergi sekarang. Kamu sudah selesai makan,” usir Nai. Tapi Paul menolak, karena dia belum selesai melihat ke sekitar rumah. “Ini rumahku, bukan museum. Selain itu, untuk aku, kamu bukan tamu. Kamu sudah selesai disini. Pergilah!”

“Aku mulai berpikir, alasan kamu terus mengikutiku adalah karena kamu menyukaiku,” balas Paul sambil tersenyum. Dan mendengar itu, Nai mendengus kesal. “Jika kamu benar- benar tertarik padaku, kamu bisa jujur denganku. Aku selalu siap,” bisik Paul.



Dengan kesal, Nai ingin menampar Paul. Dan Paul pun langsung menghindar. Lalu tanpa sengaja Nai jadi kehilangan keseimbangan dan jatuh ke dalam kolam. Melihat itu, Paul menertawainya dan berniat untuk pergi.

“Tolong! Kakiku kram!” teriak Nai, meminta tolong.

“Jangan bermain- main!” balas Paul, tidak percaya. Tapi ketika dia melihat, Nai beneran tenggelam. Dia pun langsung melompat dan menyelamatkannya.



Setelah Paul menyelamatkan Nai dan membawanya ke tepi kolam, mereka berdua saling diam dan menatap satu sama lain.



Kemudian disaat itu, Paramee dan Net datang. Nai serta Paul pun langsung menjelaskan apa yang terjadi. Lalu Patcharee membantu Nai untuk pergi berganti pakaian ke kamar. Sedangkan Paul menolak untuk berganti pakaian serta dia pamit untuk pulang langsung saja.

“Net, pergi cek Nai,” perintah Paramee. Dan Net mengiyakan.



Dikamar. Net menyuruh Patcharee untuk keluar terlebih dahulu. Kemudian dia memukul Nai. “Kamu pikir aku tidak tahu apa yang kamu pikirkan?! Menggoda dia seperti ini, jika aku tidak ada dirumah, kamu akan membawanya ke kamar mu,” tuduhnya.

“Tidak. Tolong lepaskan aku Khun Net,” pinta Nai sambil menangis. “Aku tidak pernah berpikir seperti itu. Aku benar- benar mengkhawatirkan kamu.”


“Aku benci ketika kamu berakting seperti heroine,” bentak Net sambil memukuli Nai. Dan ketika Nai menjerit, dia membentaknya untuk diam. “Ingat, jangan lakukan ini kepadaku lagi. Jika tidak, aku tidak akan melepaskanmu!” ancamnya.




Setelah puas melampiaskan rasa kesalnya, Net merapikan penampilannya. Lalu diapun pergi dari kamar. Sedangkan Nai menangis dengan sedih.

Post a Comment

Previous Post Next Post