Original
Network : Channel 7
Paul pulang dalam keadaan tubuh
basah kuyup. Dan melihat itu, Dr. Kashane merasa heran ada apa. Lalu dia
menanyai Paul untuk menjelaskan apa yang terjadi sebenarnya hari ini. Kenapa
Paul ingin mereka berpura- pura tidak saling mengenal.
“Aku hanya tidak ingin orang lain
tahu darimana aku berasal dan siapa aku,” jelas Paul dengan singkat. “Ini
urusanku. Kamu tidak perlu tahu banyak,” tekannya.
Dengan perhatian, Dr. Kashane
meminta Paul untuk memberitahunya, jika Paul memang membutuhkan bantuan. Lalu
dia menanyai, apa hubungan antara Paul serta Net. Tapi Paul tidak mau menjawab
itu.
“Apa itu benar? Kenapa?” tanya
Dr. Kashane.
“Aku punya alasanku sendiri.
Berhentilah bertanya, demi persahabatan kita. Tidak apa jika kam tidak tahu.
Tapi jaga rahasia ini, itu sudah cukup,” pinta Paul.
“Baiklah,” kata Dr. Kashane, menghormati Paul.
Keesokan harinya. Dan datang ke
rumah untuk menjemput Nai, karena dia ingin merayakan hari jadi mereka hari ini
dan mengajak Nai makan bersama. Dia ingin membawa Nai ke tempat yang romantis,
karena sejak mereka berpacaran, mereka belum pernah bersikap intim, sebab Nai
ingin melakukan hubungan intim hanya setelah mereka nikah. Mengetahui itu, Net
mendengus.
“Jadi kapan kalian menikah?”
tanya Net.
“Belum ada rencana. Karena Nai
belum siap dan masih ingin bekerja terlebih dahulu,” jawab Dan dengan jujur.
“Bagaimana denganmu? Apa kam
serius dengan Nai?” tanya Net.
“Aku serius,” jawab Dan.
Tepat disaat itu, Nai datang.
Melihat itu, Net memberikan nasihat kepada Dan. “Wanita suka bermain ‘sulit
didapatkan’. Tapi jika ada sesuatu yang mendorong pernikahan di percepat, Khun
Paramee dan aku tidak akan masalah,” katanya pernuh arti. Lalu diapun pergi.
Saat Nai sudah mendekat, Dan
terkejut, karena mata Nai sangat bengkak. Dan Nai beralasan bahwa dia hanya
alergi sedikit saja. Lalu dia mengajak Dan untuk berangkat.
Ketika makan bersama, Nai sama
sekali tidak tampak fokus. Melihat itu, Dan mengingatkan Nai bahwa hari ini
adalah hari jadi mereka, jadi dia ingin Nai fokus serta tersenyum. Dan Nai pun
langsung menunjukkan senyumnya.
“Kamu pesan makanannya dulu. Aku
akan mengambil minum,” kata Dan sambil menyodor kan buku menu kepada Nai.
Ketika Dan agak menjauh, Nai
mendapatkan telpon mengenai pekerjaan. Melihat itu, Dan langsung memanggil
bartender untuk membuatkannya minuman special.
“Aku sudah menyiapkannya. Efeknya
memang lambat. Tapi pasti bekerja,” kata Bartender penuh arti. Mendengar itu,
Dan merasa puas serta memberikannya tip.
Dan memberikan sebuket bunga
kepada Nai. “Selamat hari jadi!” ucapnya. Tepat disaaat itu, Nai mendapatkan
pesan mengenai pekerjaan. “Nai, ini hari jadi kita, bisa tidak kamu menjauhkan
ponselmu. Apa bungaku tidak berarti apapun?” keluh Dan, tidak senang.
“Bunganya cantik. Aku hanya
mengkhawatirkan pekerjaan saja,” balas Nai, menjelaskan.
Dengan kesal, Dan mengeluh
sedikit. Lalu dia mulai membicarakan mengenai pernikahan serta masa depan
mereka. Tapi Nai tidak mau membahas itu, karena dia masih belum siap untuk
menikah, lalu dia meminta Dan untuk mengerti. Dengan sikap pura- pura
pengertian, Dan pun berhenti membahas mengenai pernikahan.
“Pat, beritahu klien bahwa aku
tidak bisa membuka file nya sekarang,” kata Nai, meninggalkan pesan suara
kepada Patcharee. Lalu setelah itu, dia menfokuskan perhatiannya kepada Dan.
Bartender memberikan segelas
minuman akohol kepada Nai. Tapi Nai menolak, karena dia tidak mau meminum itu.
Namun Dan membujuknya untuk minum segelas saja. Jadi Nai pun setuju serta
meminum itu. Melihat itu, Dan merasa puas.
Paul pulang agak lambat, karena
dia masih ada pekerjaan yang mau diselesaikan.
Dan mengajak Nai untuk pergi ke
tempat lain. Tapi Nai menolak, karena dia masih ada pekerjaan yang harus
diselesaikan. Walapun Dan terus membujuknya sampai Dan ngambek, Nai tetap
menolak.
Lalu disaat itu, Dan bertemu
dengan temannya, jadi dia meninggalkan Nai sebentar. Tepat disaat itu, Nai
mendapatkan telpon dari Patcharee. Lalu Nai ingin pamit kepada Dan, tapi
baterai ponselnya malah habis. Karena itu, Nai pun pergi tanpa berpamitan
kepada Dan.
Ketika Dan kembali ke meja dan
melihat Nai menghilang, dia merasa kesal.
Melihat Nai berjalan agak
sempoyongan, Paul pun memanggilnya dengan khawatir. Tapi Nai mengabaikannya dan
pergi ke dalam kantor.
Sebelum Nai selesai mengirimkan
email kepada klien, dia sudah jatuh tertidur duluan diatas meja.
Paul ingin pamit, karena dia
sudah mau pulang. Dan saat dia melihat Nai tertidur diatas meja, dia mencoba
untuk membangunkannya. Tapi Nai sama sekali tidak terbangun.
Dengan perhatian, Paul pun
mengendong dan memindahkan Nai ke sofa. Lalu dia tersenyum menatap Nai yang
tertidur lelap.
Senyum diwajah Paul tidak
bertahan lama. Ketika dia mengingat kejadian dulu, senyumnya langsung
menghilang. Kejadian saat Paramee lebih memilih untuk membawa Nai ke rumah
sakit, daripada menemui Ibunya yang sakit.
Paul melepaskan jasnya dan
menyelimuti Nai menggunakan itu. Lalu dia menyentuh dan menggunakan komputer
Nai.
Keesokan harinya. Ketika Nai
terbangun, dia merasa panik, karena dia ingat bahwa dia belum ada mengirimkan
email kepada klien. Dan disaat itu, Paul muncul serta menjelaskan bahwa dia
sudah membantu Nai untuk mengirimkan email kepada klien.
Setelah menjelaskan, Paul menatap
Nai dan tersenyum dengan manis. “Bisakah aku mengambil kembali jasku tanyanya?”
Mendengar itu, Nai pun baru
tersadar bahwa dia menggunakan jas Paul. Dan diapun langsung melepaskan jas
tersebut serta mengambalikannya kepada Paul.
“Sikat dan pasta gigi sudah aku
letakkan di kamar mandi,” kata Paul sambil memberikan segelas minuman kepada
Nai. “Jika kamu bukan peminum yang bagus, jangan minum. Akan berbahaya jika
kamu pergi dan pingsan di tempat lain,” kata Paul menasehati Nai.
“Aku pergi dengan pacarku, Dan.
Itu mengapa aku minum,” balas Nai. Lalu dia merasa heran sendiri. “Tapi aku
seharusnya tidak semabuk ini,” gumamnya.
“Satu gelas saja, kamu sudah
seperti ini, mungkin minumanmu diberikan obat,” balas Paul. Dan mendengar itu,
Nai merasa terkejut.
Kemudian Manajer datang untuk
memberitahu Nai bahwa Paramee akan segera datang. Mendengar itu, Nai langsung
mengambil tasnya dan berlari keluar.
“Nai, mengapa kamu disini?” tanya
Paramee, heran.
“Itu pakaian yang kamu kenakan
kemarin. Kamu tidak pulang semalam ya?” tanya Net.
“Aku menunggu email dari klien
sepanjang malam. Jadi aku tidak pulang,” jawab Nai.
Lalu disaat itu, Paul muncul.
“Khun Nai, kamu melupakan sesuatu. Kamu terlihat capek seperti kamu sakit
kemarin malam,” katanya sambil memberikan buket bunga yang Nai tinggalkan
didalam kantor. Melihat itu, Net merasa sangat cemburu.
“Pria dan wanita berduaan
sepanjang malam, apa yang kamu pikirkan?” bisik Singkorn, bertanya. Dan
mendengar itu, Net semakin tambah cemburu serta kesal.
Patcharee berlari terburu- buru
untuk memberitahu sesuatu kepada Nai. Tapi sebelum dia sempat berbicara, disaat
itu, pintu lift berbunyi. Dan Paul keluar dari dalam lift.
“Aku Paul. Karyawan marketing
yang baru,” kata Paul, memperkenalkan dirinya dengan sopan. Melihat itu,
Singkorn serta Nai sama- sama merasa terkejut.
“Itu yang ingin aku beritahu padamu,” gumam Patcharee.