Sinopsis Lakorn- Fah Mee Tawan Episode 2/3

 



Original Network : Channel 7

Paul pulang dalam keadaan tubuh basah kuyup. Dan melihat itu, Dr. Kashane merasa heran ada apa. Lalu dia menanyai Paul untuk menjelaskan apa yang terjadi sebenarnya hari ini. Kenapa Paul ingin mereka berpura- pura tidak saling mengenal.

“Aku hanya tidak ingin orang lain tahu darimana aku berasal dan siapa aku,” jelas Paul dengan singkat. “Ini urusanku. Kamu tidak perlu tahu banyak,” tekannya.



Dengan perhatian, Dr. Kashane meminta Paul untuk memberitahunya, jika Paul memang membutuhkan bantuan. Lalu dia menanyai, apa hubungan antara Paul serta Net. Tapi Paul tidak mau menjawab itu.

“Apa itu benar? Kenapa?” tanya Dr. Kashane.

“Aku punya alasanku sendiri. Berhentilah bertanya, demi persahabatan kita. Tidak apa jika kam tidak tahu. Tapi jaga rahasia ini, itu sudah cukup,” pinta Paul.

“Baiklah,” kata Dr. Kashane, menghormati Paul.


Keesokan harinya. Dan datang ke rumah untuk menjemput Nai, karena dia ingin merayakan hari jadi mereka hari ini dan mengajak Nai makan bersama. Dia ingin membawa Nai ke tempat yang romantis, karena sejak mereka berpacaran, mereka belum pernah bersikap intim, sebab Nai ingin melakukan hubungan intim hanya setelah mereka nikah. Mengetahui itu, Net mendengus.


“Jadi kapan kalian menikah?” tanya Net.

“Belum ada rencana. Karena Nai belum siap dan masih ingin bekerja terlebih dahulu,” jawab Dan dengan jujur.

“Bagaimana denganmu? Apa kam serius dengan Nai?” tanya Net.

“Aku serius,” jawab Dan.


Tepat disaat itu, Nai datang. Melihat itu, Net memberikan nasihat kepada Dan. “Wanita suka bermain ‘sulit didapatkan’. Tapi jika ada sesuatu yang mendorong pernikahan di percepat, Khun Paramee dan aku tidak akan masalah,” katanya pernuh arti. Lalu diapun pergi.


Saat Nai sudah mendekat, Dan terkejut, karena mata Nai sangat bengkak. Dan Nai beralasan bahwa dia hanya alergi sedikit saja. Lalu dia mengajak Dan untuk berangkat.



Ketika makan bersama, Nai sama sekali tidak tampak fokus. Melihat itu, Dan mengingatkan Nai bahwa hari ini adalah hari jadi mereka, jadi dia ingin Nai fokus serta tersenyum. Dan Nai pun langsung menunjukkan senyumnya.

“Kamu pesan makanannya dulu. Aku akan mengambil minum,” kata Dan sambil menyodor kan buku menu kepada Nai.

Ketika Dan agak menjauh, Nai mendapatkan telpon mengenai pekerjaan. Melihat itu, Dan langsung memanggil bartender untuk membuatkannya minuman special.



“Aku sudah menyiapkannya. Efeknya memang lambat. Tapi pasti bekerja,” kata Bartender penuh arti. Mendengar itu, Dan merasa puas serta memberikannya tip.



Dan memberikan sebuket bunga kepada Nai. “Selamat hari jadi!” ucapnya. Tepat disaaat itu, Nai mendapatkan pesan mengenai pekerjaan. “Nai, ini hari jadi kita, bisa tidak kamu menjauhkan ponselmu. Apa bungaku tidak berarti apapun?” keluh Dan, tidak senang.

“Bunganya cantik. Aku hanya mengkhawatirkan pekerjaan saja,” balas Nai, menjelaskan.



Dengan kesal, Dan mengeluh sedikit. Lalu dia mulai membicarakan mengenai pernikahan serta masa depan mereka. Tapi Nai tidak mau membahas itu, karena dia masih belum siap untuk menikah, lalu dia meminta Dan untuk mengerti. Dengan sikap pura- pura pengertian, Dan pun berhenti membahas mengenai pernikahan.

“Pat, beritahu klien bahwa aku tidak bisa membuka file nya sekarang,” kata Nai, meninggalkan pesan suara kepada Patcharee. Lalu setelah itu, dia menfokuskan perhatiannya kepada Dan.


Bartender memberikan segelas minuman akohol kepada Nai. Tapi Nai menolak, karena dia tidak mau meminum itu. Namun Dan membujuknya untuk minum segelas saja. Jadi Nai pun setuju serta meminum itu. Melihat itu, Dan merasa puas.

Paul pulang agak lambat, karena dia masih ada pekerjaan yang mau diselesaikan.



Dan mengajak Nai untuk pergi ke tempat lain. Tapi Nai menolak, karena dia masih ada pekerjaan yang harus diselesaikan. Walapun Dan terus membujuknya sampai Dan ngambek, Nai tetap menolak.

Lalu disaat itu, Dan bertemu dengan temannya, jadi dia meninggalkan Nai sebentar. Tepat disaat itu, Nai mendapatkan telpon dari Patcharee. Lalu Nai ingin pamit kepada Dan, tapi baterai ponselnya malah habis. Karena itu, Nai pun pergi tanpa berpamitan kepada Dan.


Ketika Dan kembali ke meja dan melihat Nai menghilang, dia merasa kesal.

Melihat Nai berjalan agak sempoyongan, Paul pun memanggilnya dengan khawatir. Tapi Nai mengabaikannya dan pergi ke dalam kantor.


Sebelum Nai selesai mengirimkan email kepada klien, dia sudah jatuh tertidur duluan diatas meja.


Paul ingin pamit, karena dia sudah mau pulang. Dan saat dia melihat Nai tertidur diatas meja, dia mencoba untuk membangunkannya. Tapi Nai sama sekali tidak terbangun.




Dengan perhatian, Paul pun mengendong dan memindahkan Nai ke sofa. Lalu dia tersenyum menatap Nai yang tertidur lelap.


Senyum diwajah Paul tidak bertahan lama. Ketika dia mengingat kejadian dulu, senyumnya langsung menghilang. Kejadian saat Paramee lebih memilih untuk membawa Nai ke rumah sakit, daripada menemui Ibunya yang sakit.

Paul melepaskan jasnya dan menyelimuti Nai menggunakan itu. Lalu dia menyentuh dan menggunakan komputer Nai.



Keesokan harinya. Ketika Nai terbangun, dia merasa panik, karena dia ingat bahwa dia belum ada mengirimkan email kepada klien. Dan disaat itu, Paul muncul serta menjelaskan bahwa dia sudah membantu Nai untuk mengirimkan email kepada klien.

Setelah menjelaskan, Paul menatap Nai dan tersenyum dengan manis. “Bisakah aku mengambil kembali jasku tanyanya?”

Mendengar itu, Nai pun baru tersadar bahwa dia menggunakan jas Paul. Dan diapun langsung melepaskan jas tersebut serta mengambalikannya kepada Paul.

“Sikat dan pasta gigi sudah aku letakkan di kamar mandi,” kata Paul sambil memberikan segelas minuman kepada Nai. “Jika kamu bukan peminum yang bagus, jangan minum. Akan berbahaya jika kamu pergi dan pingsan di tempat lain,” kata Paul menasehati Nai.

“Aku pergi dengan pacarku, Dan. Itu mengapa aku minum,” balas Nai. Lalu dia merasa heran sendiri. “Tapi aku seharusnya tidak semabuk ini,” gumamnya.

“Satu gelas saja, kamu sudah seperti ini, mungkin minumanmu diberikan obat,” balas Paul. Dan mendengar itu, Nai merasa terkejut.


Kemudian Manajer datang untuk memberitahu Nai bahwa Paramee akan segera datang. Mendengar itu, Nai langsung mengambil tasnya dan berlari keluar.


“Nai, mengapa kamu disini?” tanya Paramee, heran.

“Itu pakaian yang kamu kenakan kemarin. Kamu tidak pulang semalam ya?” tanya Net.

“Aku menunggu email dari klien sepanjang malam. Jadi aku tidak pulang,” jawab Nai.



Lalu disaat itu, Paul muncul. “Khun Nai, kamu melupakan sesuatu. Kamu terlihat capek seperti kamu sakit kemarin malam,” katanya sambil memberikan buket bunga yang Nai tinggalkan didalam kantor. Melihat itu, Net merasa sangat cemburu.



“Pria dan wanita berduaan sepanjang malam, apa yang kamu pikirkan?” bisik Singkorn, bertanya. Dan mendengar itu, Net semakin tambah cemburu serta kesal.


Patcharee berlari terburu- buru untuk memberitahu sesuatu kepada Nai. Tapi sebelum dia sempat berbicara, disaat itu, pintu lift berbunyi. Dan Paul keluar dari dalam lift.



“Aku Paul. Karyawan marketing yang baru,” kata Paul, memperkenalkan dirinya dengan sopan. Melihat itu, Singkorn serta Nai sama- sama merasa terkejut.

“Itu yang ingin aku beritahu padamu,” gumam Patcharee.

Post a Comment

Previous Post Next Post