Original
Network : Channel 7
Seorang pelanggan VIP datang ke toko serta
mengeluh, karena pemarta yang dia pesan tidak secantik seperti yang dikatakan.
Dan Manajer toko agak kesulitan menangani keluhan tersebut. Disaat itu, Paul
muncul dan berbicara kepada si pelanggan VIP itu.
Dilantai atas. Nai serta Singkorn sama- sama
merasa ragu untuk membiarkan Paul menangani pelanggan VIP. Tapi Paramee mau
melihat kemampuan Paul, karena ntah kenapa dia merasa bisa mempercayai Paul.
Jadi dia membiarkannya.
Seperti yang Paramee harapkan, Paul bisa
menangani pelanggan VIP dengan baik, dan dia merasa sangat puas. Namun Singkorn
sama sekali tidak senang.
Jam Istirahat. Paramee menemui Paul dan
memujinya, karena Paul bisa menangani pelanggan dengan baik. Lalu, dia merasa
kalau Paul seperti mengingatkannya kepada seseorang. Orang itu awalnya tidak
tahu apapun tentang diamond, tapi pada akhirnya dia berhasil mengatur toko
istrinya dengan baik dan menjadi sukses. Dan menurutnya, Paul bisa menjadi
seperti orang tersebut juga.
“Orang yang kamu maksud adalah kamu?” tanya
Paul.
“Kamu benar- benar bisa belajar cepat,” puji
Paramee, membenarkan. “Paul, selanjutnya, jangan menggunakan komisi mu untuk
memberikan diskon kepada pelanggan. Karena gaji sales itu tidak banyak. Kamu
harus menyimpan untuk dirimu sendiri juga,” katanya, menasehati. Lalu diapun
pergi.
Ketika Paul kembali ke dalam toko, dia menemui Manajer dan memberitahu bahwa dia mau berhenti bekerja. Dan Manajer sangat terkejut.
Net datang menemui Nai dikantor. Dengan
curiga, dia menanyai, kenapa Nai bersama Paul kemarin malam, apakah Nai
menggoda Paul. Mendengar itu, Nai menjelaskan bahwa dia tidak seperti itu. Tapi
Net tidak percaya padanya.
Net mencengkram tangan Nai dengan kasar. “Semoga
yang mulutmu katakan memang benar. Jika kamu berbohong, kamu tahu apa yang akan
terjadi kan?” ancamnya. Lalu setelah itu, diapun pergi.
Seluruh karyawan dibagian Nai, merasa sangat
senang, karena mereka berhasil mencapai target, yang berarti mereka akan
mendapatkan bonus. Tapi Nai sama sekali tidak fokus dan tidak mendengarkan
mereka. Namun saat dia mendengar, kabar mengenai Paul berhenti bekerja, dia
langsung tersadar.
“Apa?!” tanya Nai, terkejut.
Awalnya Nai merasa khawatir, kenapa Paul
tiba- tiba berhenti bekerja, tapi kemudian dia merasa bahwa mungkin itu juga
bagus. Lalu disaat itu, Singkorn datang menemuinya untuk membahas tentang
project baru yang akan datang. Setelah membahas tentang project baru. Singkorn
membahas tentang Paul yang akhirnya berhenti bekerja juga, dan dia merasa
sangat senang sekali.
“Khun Nai! Ada yang ingin kuberitahu!” teriak
Patcharee, berlari dengan terburu- buru mendekati Nai. Tapi sebelum dia sempat
berbicara, pintu lift di dekat mereka berbunyi.
Paul keluar dari dalam lift. “Halo. Aku Paul.
Karyawan marketing yang baru,” katanya, memperkenalkan diri dengan sopan.
“Itu yang ingin aku beritahu,” gumam
Patcharee.
Melihat kemunculannya, Singkorn dan Nai
merasa terkejut.
Dengan sinis, Singkorn menyindir Paul. Dia
menjelaskan bahwa bekerja disini, Paul membutuhkan keterampilan dan
pengatahuan, bukan hanya penampilan saja. Mendengar itu, Paul sama sekali tidak
marah, melainkan dia hanya tersenyum, dan dia menjelaskan bahwa dia tidak
peduli tentang bagaimana orang melihatnya, karena banyak hal yang orang- orang
tidak tahu tentang dirinya.
“Kamu ingin mengatakan kamu memiliki lebih
banyak skill daripada apa yang orang- orang lihat?” sindir Nai.
“Manusia punya banyak sisi. Jika kamu tidak
melihat dengan baik, kamu akan menilai segalanya berdasarkan pikiran mu
sendiri,” balas Paul sambil tersenyum manis.
“Aku akan menunggu untuk melihat sisi mu yang
lain,” ejek Singkorn dengan tatapan kesal. Lalu diapun pergi.
Didalam ruangan. Nai menanyai, apa motif Paul. Dan Paul menjawab bahwa dia hanya ingin mempelajari hal baru. Tapi Nai tidak percaya, dia yakin Paul hanya ingin lebih mendekati Net saja. Dan Paul tidak menyangkal.
“Ini bukan tempatmu,” kata Nai dengan ketus.
“Ini hari pertamaku bekerja. Kamu tidak akan
memberiku kesempatan untuk mulai bekerja?” balas Paul dengan sikap tenang.
“Berdasarkan peraturan perusahaan, jika kamu ingin memecatku, kamu harus
memiliki alasan yang layak. Kamu tidak bisa memecatku hanya karena kamu tidak
menyukaiku,” jelas Paul, mengingatkan. “Aku benar?” tanyanya sambil tersenyum.
Lalu dia pamit dan keluar dari ruangan.
Dengan perhatian, Ting mengurut bahu Paul dan
memberitahunya, jika ada yang Paul tidak tahu, maka Paul bisa bertanya padanya.
Dan Paul menerima niat baiknya.
Nai kemudian datang membawa sekardus dokumen
dan menaruhnya diatas meja Paul. “Aku ingin ini semua selesai jam 4 hari ini,”
perintahnya. Dan semua karyawan menatap terkejut.
“Tapi ini pekerjaanku. Tidak apa, aku akan …”
kata Ting. Tapi sebelum Ting selesai berbicara, Nai menyuruhnya untuk jangan
ikut campur, karena dia ingin melihat kemampuan Paul.
“Jam 4 siang ini?” tanya Paul.
“Aku mengubah pikiranku,” balas Nai. “Aku
ingin ini selesai jam 1. Aku berharap kamu bisa menyelesaikannya. Karena jika
tidak, kamu tahu apa yang akan kamu hadapi,” tegas Nai. Lalu diapun pergi.
Tepat jam 1. Paul mengantarkan hasil
pekerjaannya kepada Nai. Dia mengerjakan semuanya dengan sangat baik. Dan Nai
sama sekali tidak menyangka itu.
“Bagaimana dia menyelesaikannya?” tanya Nai,
curiga. “Bukankah aku sudah bilang jangan ada yang membantunya?”
“Tidak ada yang membantu dia. Dia yang
mengerjakan semuanya sendiri. P’Toyting bilang pekerjaannya cepat dan mahir,
seperti jika dia berpengalaman dibidang ini sebelumnya,” jawab Patcharee dengan
jujur.
“Berpengalaman? Bukankah dia pria yang menipu
wanita untuk uang?” gumam Nai, tidak percaya. Dan Patcharee juga tidak tahu.
Para karyawan ingin mengajak Paul untuk minum
kopi bersama. Tapi sebelum mereka sempat pergi, Net tiba- tiba datang. Dia
beralasan bahwa dia membutuhkan infomasi mengenai sesuatu, jadi dia ingin Paul
ikut ke kantornya. Dan Paul mengiyakan serta mengikutinya ke ruangan nya.
Didalam ruangan. Net memeluk Paul dari
belakang, dan dengan manja, dia menanyai, kenapa Paul tidak datang menemuinya
serta menolak untuk makan siang bersama dengannya. Mendengar itu, Paul
tersenyum.
Paramee datang ke perusahaan. Dia tampak
ingin pergi ke ruangan Net, dan melihat itu, Patcharee langsung memberitahu Nai
bahwa barusan Paul pergi ke ruangan Net. Mendengar itu, Nai langsung menghentikan
Paramee.
“Ayah! Aku juga ikut! Aku lupa sesuatu!” kata
Nai, ikut masuk ke dalam lift bersama dengan Paramee. Dan Patcharee merasa
panik.
“Khun Net. Aku tidak ingin orang-
orang melihat kita berduaan. Itu tidak akan bagus,” kata Paul,
menjelaskan.
“Kemudian… datang temui aku… katakan
bahwa kita sedang mendiskusikan pekerjaan,” balas Net sambil melingkarkan tangannya
dengan mesra di leher Paul.
“Khun Net, aku tidak bisa melakukan itu
sepanjang waktu. Aku baik- baik saja, tapi kamu…” kata Paul sambil mengelus tangan Net
di pipinya. “Jika orang
melihat kamu, mereka akan bergosip.”
Didalam lift. Nai merasa sangat gugup. “Aku pikir
kamu bilang kamu tidak akan datang ke kantor hari ini?” tanyanya.
“Iya. Tapi dia menginginkan sesuatu dari
brangkas. Jadi aku datang untuk memberikan kunci padanya,” jawab
Paramee.
Net mengaku bahwa dia agak menyesal
mempekerjakan Paul diperusahaan, karena awalnya dia mengira mereka bisa saling
bertemu, tapi ternyata tidak. Mendengar itu, Paul mendorong Net ke sofa, dan
Net tersenyum senang.
“Aku akan mengantarkan kuncinya ke Khun Net.
Jadi kamu tidak perlu repot- repot,” kata Nai, menawarkan diri, sambil terus
berjalan mengikuti Paramee.
“Tidak perlu. Aku bisa memberikannya sendiri
ke dia,” balas
Paramee.
Net meminta Paul memberikan hadiah padanya,
sebagai imbalan karena dia telah membantu Paul untuk bekerja diperusahaan. Dan
dengan sikap merayu, Paul menanyai, apa yang Net inginkan. Dan Net menjawab
bahwa Paul pasti tahu apa yang di inginkannya. Mendengar itu, Paul mendekatkan
wajahnya untuk mencium Net.
Nai berusaha mengulur waktu. Tapi Paramee
tidak mau berhenti dan terus berjalan. Lalu mereka pun masuk ke dalam ruangan
Net.
“Khun! Apa yang kalian lakukan?!” kata Paramee. Dan Nai merasa sangat gugup.