Sinopsis Lakorn- Fah Mee Tawan Episode 4/1



Original Network : Channel 7

Singkorn sudah sangat percaya diri kalau Paul pasti tidak akan datang bekerja lagi. Tapi sayangnya, Paul datang. Dan dia merasa sangat tidak senang.

“Khun Nai. Aku bersedia menjadi orang yang berhubungan dengan Hongkong,” kata Paul, menawarkan dirinya.

“Kamu pikir seseorang seperti kamu bisa bertanggung jawab untuk hal sebesar ini?” tanya Singkorn dengan sikap meremehkan Paul.

“Aku seseorang yang tidak mudah menyerah. Lebih aku di injak, lebih aku akan melawan balik,” balas Paul sambil tersenyum tenang.


Ketika Singkorn masih tidak bisa terima, Nai berbicara dan mendukung Paul. Karena Paramee telah menyerahkan tanggung jawab kepadanya, jadi dia yang akan melakukannya. Mendengar itu, dengan gugup Singkorn meminta Nai untuk jangan salah paham. Dia beralasan bahwa dia hanya takut kalau Nai tidak bisa menanganinya, juga dia takut Paul akan mengacaukannya.

“Itu benar. Ini adalah project besar. Tapi itu adalah tanggung jawabku. Jika aku tidak bisa melakukan project ini, aku mungkin tidak bisa mengambil alih perusahaan setelah Ayahku,” tegas Nai. “Aku percaya dengan kemampuan tim kecil ku.”

Mendengar itu, Singkorn tidak bisa berkata apa- apa lagi. Dia berjalan menabrak bahu Paul dengan kesal. Dan pergi.

Ketika Paul sedang sendirian, Singkorn datang mendekatinya. Dia mengancam bahwa dia akan memukul Paul dengan lebih keras lain kali. Dan Paul sama sekali tidak takut dengan ancamannya.


Disaat Singkorn berniat untuk memukul Paul, Net datang. Dengan perhatian, dia memperhatikan Paul dan menanyai apa yang terjadi serta siapa yang melakukannya.

“Tidak apa. Hanya serangan anjing,” kata Paul sambil menatap Singkorn. “Aku tidak ingin merendahkan diriku untuk melawan balik.”

“Karena kamu menciptakan musuh seperti ini, kamu harus bersiap,” kata Singkorn, berpura- pura menasehati Paul dengan sikap baik.

“Kamu juga harus hati- hati. Ketika anjing tersudut, dia akan melawan balik juga,” balas Paul sambil tersenyum.

Mendengar itu, Net bisa menebak apa yang terjadi. Dan dengan kesal, dia menatap Singkorn dengan tatapan tajam. Lalu dia mengajak Paul untuk ikut bersamanya.


Dikantor. Setiap orang sibuk saling dorong mendorong di chat grup. Mereka ingin tahu bagaimana Paul bisa terluka, tapi mereka takut bertanya. Jadi mereka saling dorong mendorong. Dan menyadari sikap aneh mereka semua, Paul pun bertanya, ada apa.


“Itu … Paul. Kami sangat khawatir padamu,” kata Mee sambil tertawa.

“Itu benar. Nong Paul, bisakah kamu memberitahu kami, siapa yang melakukan ini kepadamu?” tanya Ting, ingin tahu. “Mungkin saja, kami bisa membantumu.”


“Tidak apa. Jika kamu ingin membantuku, bantu aku dengan ini,” balas Paul sambil menunjukkan hasil design perhiasannya.

Melihat design perhiasan yang Paul gambar, semuanya merasa kagum kepada Paul serta memuji nya. Dan lalu Paul pun pamit untuk pergi ke kantor Nai, dengan alasan, dia ingin menunjukkan design nya kepada Nai.


“Dia begitu berbakat. Ditambah dia orang yang bekerja kerjas, siapa yang akan membenci dia?” gumam Wit, bertanya- tanya.

“Jika seseorang membenci Nong Paul, aku hanya bisa memikirkan satu orang sekarang. Khun Singkorn,” tebak Ting dengan yakin.

“Benar. Kami kemarin lihat Khun Singkorn mengancam Paul. Itu pasti dia,” kata Mee setuju dengan tebakan Ting.


Nai menunjukkan design perhiasan yang Paul gambar kepada Paramee dan Net. Melihat itu, Paramee serta Net memuji Paul.


Tiba- tiba disaat itu, Nai merasa agak pusing. Dan menyadari itu, dengan perhatian, Paramee menanyai apakah Nai merasa tidak enak badan. Sedangkan Net, dengan kasar, dia menyuruh Nai untuk kembali bekerja. Dan dengan patuh, Nai mengiyakan.

“Tukang cari perhatian!” umpat Net dengan suara pelan.



Ketika Nai kembali ke kantor, dia hampir saja terjatuh. Untung saja tepat disaat itu, Paul lewat dan menangkapnya. Lalu ketika Nai sudah merasa agak baikan, dia melepaskan dirinya dari Paul.





Ketika Paul sampai ditempat parkir, dia melihat Dan sedang menggoda wanita lain. Melihat itu, Paul mendengus dan berjalan pergi, karena dia tidak peduli.


Nai merasa sangat pusing. Dan lalu diapun pingsan. Tepat disaat itu, mobil Paul lewat. Dan Paul pun menggendong Nai ke dalam mobilnya.


“Hey! Apa yang kamu lakukan kepada pacarku?” tanya Dan sambil mendorong Paul. Ketika dia melihat Paul membawa Nai ke dalam mobil.

Ketika Dan memanggil Nai, dan Nai tidak sadar. Dia langsung menuduh Paul sudah melakukan sesuatu kepada Nai.

“Mengapa kamu baru kesini sekarang? Khun Nai sudah menunggumu,” komentar Paul.

“Ada apa denganmu?!” bentak Dan.

“Ini bukan urusanku. Hanya mengkhawatirkan alasan kamu telat karena kamu berbicara dengan anak magang,” sindir Paul.


Mendengar itu, Dan merasa kesal dan ingin memukul Paul. Tapi Paul berhasil menghentikan pukulannya. Lalu disaat itu, Nai terbangun.

“Dan,” panggil Nai.


“Apa kamu baik- baik saja? Apa dia melakukan sesuatu padamu?” tanya Dan sambil menunjuk ke arah Paul.

“Aku tidak ingat apa- apa. Aku hanya ingat kalau aku sedang berjalan menuju ke mobil,” jelas Nai.

“Kamu pingsan. Aku berniat untuk membawamu ke rumah sakit,” kata Paul, menjelaskan.

“Jangan ikut campur!” bentak Dan. Lalu dia mengajak Nai untuk pergi bersamanya.


Didalam mobil. Dan bersikap perhatian kepada Nai. Dia menanyai kondisi Nai dan mengajak Nai untuk ke rumah sakit. Lalu setelah itu, dia bersikap cemburu, karena Nai dekat dengan Paul.

“Kami tidak dekat,” jelas Nai.

“Apa dia ada mengatakan sesuatu padamu?” tanya Dan dengan agak gugup.

“Apa?!” tanya Nai, bingung.


“Tidak ada,” jawab Dan dengan lega. “Kelihatannya dia juga menghkhawatirkan mu. Jadi aku pikir dia mungkin menyukaimu,” jelasnya, beralasan.

“Kamu berpikir berlebihan. Paul lebih tertarik pada Khun Net dan uangnya,” balas Nai.

“Itu benar. Bagaimana dia bisa tidak melakukan apa- apa dan menempeli Khun Net seperti parasit?” komentar Dan dengan ketus. “Kamu jangan dekat- dekat denganya. Aku tidak mempercayainya.”

“Mm.


Saat alarm hp berbunyi, Paul langsung bangun. Dia duduk dan menatap ke arah pantulan dirinya sendiri di depan cermin.


Paul sedang serius membaca dokumen yang ada. Lalu ketika pintu lift terbuka, dia masuk ke dalam dan meminta orang disebelahnya untuk tolong tekankan tombol lantai 16. Tapi tidak disangka, orang yang berdiri disebelahnya adalah Paramee. Dan dengan terkejut, dia langsung menyapa Paramee dengan sopan.


Ketika aku membaca buku atau dokumen penting, aku juga fokus seperti kamu. Kamu mengingatkanku akan masa mudaku. Kamu pintar dan bertanggung jawab. Orang tuamu pasti akan bangga padamu, komentar Paramee, memuji Paul. Dan mendengar itu, Paul menatap ke arah Paramee. Jika aku punya anak seperti ini, aku akan bangga juga, katanya sambil tersenyum.

Mendengar itu, Paul tersenyum tipis dan menatap Paramee dengan tatapan penuh kerinduan kepada Paramee, Ayah kandungnya.


Ketika pintu lift terbuka, dan Paramee sudah keluar, Paul mengepal tangannya dengan erat untuk menahan emosinya. Lalu saat air matanya menetes, dia langsung menlapnya.


Ketika Nai telah selesai memeriksa semua diamond satu persatu, dia menyuruh Patcharee untuk memanggilkan supir dan kirim diamond tersebut, karena dia tidak mempercayai Paul untuk mengantarkannya. Lalu kemudian, Singkorn datang dan memberitahu bahwa dia sudah mempersiapkan bodyguard.



Saat Nai menutup koper yang berisikan diamond, dia menyadari kalau ada sedikit bekas terkelupas disudut koper. Dan Paul juga menyadari hal tersebut. Tapi Singkorn tidak, karena dia berdiri agak jauh dari mereka berdua.

Ada yang salah? tanya Singkorn, ingin tahu.

Tidak. Kita harus segera berangkat, balas Nai.

Ditempat parkir. Nai memberikan koper yang berisikan diamond kepada Mee serta Wit untuk diantarkan ke tempat tujuan. Dan mereka berdua dikawal oleh beberapa bodyguard.

Setelah mereka berdua pergi, Nai, Paul, dan Ting juga berangkat, menaiki mobil berbeda.

Sesampainya ditempat tujuan, Patcharee sudah menunggu semuanya. Tapi Mee dan Wit belum sampai. Malahan Nai, Ting, dan Paul, yang sampai duluan. Jadi Patcharee pun mengajak Nai untuk menyapa para klien terlebih dahulu sekarang. Sedangkan Paul dan Ting akan menunggu diloby sampai Mee dan Wit datang.



Ketika Mee dan Wit datang, mereka berdua langsung menjelaskan bahwa mereka tadi tidak sengaja salah jalan. Lalu dengan terburu- buru, mereka berdua berlari untuk mengantarkan koper. Saking terburu- burunya, Mee tidak sengaja menabrak bell boy hotel serta menjatuhkan koper berisikan diamond yang dipegangnya. Untung saja, kopernya langsung bisa ketemu.


Ketika Ting, Mee, Wit, dan para bodyguard telah berlari agak jauh, Paul tiba- tiba menyadari sesuatu. Dia melihat koper yang berisikan berlian dibawa oleh bell boy tadi. Ternyata ketika koper terjatuh, koper tidak sengaja tertukar. Dan Paul pun langsung berlari mengejar bell boy tersebut. Tapi sialnya, disaat itu sepasang turis lewat, dan dia tidak sengaja menabrak mereka.


Saat akhirnya, Paul berhasil mengejar bell boy tersebut. Bell boy itu ternyata telah berlari menjauh sambil membawa koper yang berisikan berlian. Dan Paul pun lanjut mengejarnya. Disaat itu, dia baru menyadari kalau ada yang aneh. Koper tidak sengaja tertukar, melainkan sengaja ditukar.

“Dengan reputasi yang Crown Diamond miliki, kami mempercayai kualitas mu,” kata Klien Wang, mempercayai Nai dan Crown Diamond.

“Silahkan tunggu sebentar. Diamond nya akan segera diantarkan,” kata Nai dengan ramah.


Tepat disaat itu, Singkorn datang. Dengan ramah, dia menyapa Klien Wang. Lalu dia menjelaskan kepada Nai bahwa dia datang untuk mengecek, karena dia merasa khawatir. Jadi dia berharap Nai tidak merasa tersinggung. Dan Nai mengiyakan.


Ditempat parkir. Paul gagal menangkap si bell boy yang mencuri koper. Karena bell boy tersebut sangat jago berkelahi serta memiliki pistol.



Mee memberikan koper kepada Nai. Dan Nai memberikan koper kepada Klien Wang. Tapi saat dia akan membuka koper, dia menyadari bahwa koper nya agak berbeda. Dan dia merasa sangat terkejut.

Paul berusaha untuk menghubungi dan menginfokan.



“Apa ada masalah?” tanya Klien Wang, ketika dia melihat Nai tampak ragu untuk membuka koper dihadapannya.

“Khun Wang menunggu untuk melihatnya,” kata Singkorn, mendesak Nai untuk segera membuka koper.



Paul sampai ditempat Nai. Dia memanggil Nai dan mengatakan bahwa dia akan menangani nya. Lalu dia maju dan mengambil koper tersebut. Dia membuka koper tersebut dihadapan Klien Wang dan menunjukkan isinya.



“Apa ini?” tanya Klien Wang dengan suara keras. Dan Nai merasa gugup. Yang lain merasa bingung ada apa. Sedangkan Singkorn tersenyum senang.



“Ini lebih cantik daripada yang kupikirkan,” puji Klien Wang. Dan Nai merasa lega. Yang lain merasa senang. Sedangkan Singkorn merasa bingung.


Klien Wang kemudian membawa koper berisikan diamond tersebut. Dan dengan heran, Singkorn menyarankan Klien Wang untuk memeriksanya terlebih dahulu.

“Ada apa? Apa kamu berpikir isi diamond didalam koper ini palsu?” tanya Paul secara langsung. Dan dengan gugup, Singkorn langsung terdiam.



Ketika semuanya sudah selesai. Singkorn mengeluh kepada Nai, kenapa Klien Wang tidak memeriksa diamond  barusan secara langsung ditempat, dengan alasan kalau biasanya Klien seperti itu biasanya agak rumit. Dan mendengar itu, Nai hanya diam saja serta mengganggukkan kepalanya



Ketika rapat, Paramee mengumumkan bahwa kerjasama dengan Klien dari Hongkong kemarin berjalan dengan baik. Bahkan perusahaan mereka juga mendapatkan pujian. Mendengar itu, Nai serta timnya merasa senang. Tapi Singkorn tidak senang.

“Berita yang lain, design yang kita buat untuk pasangan kerajaan sangat cantik. Khun Asama benar- benar menyukai itu. Ini bisa dianggap sebagai loncatan besar bagi Crown Diamond. Aku berterima kasih kepada semuanya. Khususnya kepada seseorang yang sangat berdedikasi pada pekerjaan ini,” kata Paramee.

Mendengar itu, Nai menatap ke arah Paul dan tersenyum padanya. Dan Paul juga tersenyum. Tapi tidak diduga, Paramee malah menyebut nama Nai.



“Ini hasil kerjasama setiap orang, khususnya…” kata Nai ingin menjelaskan.

“Tapi itu tidak akan menjadi cantik tanpa pemimpin sepertimu. Aku sangat bangga padamu Nainapha,” puji Paramee. Lalu dia bertepuk tangan.

Mendengar itu, Paul langsung berwajah masam dan menatap tidak senang pada Nai.



Mengingat kembali pujian Paramee untuk Nai dirapat barusan, Paul sangat benci sekali. Dia membanting semua barang yang dipegangnya dan mengepalkan tangannya dengan kuat.


Nai merasa tidak nyaman dengan pujian Paramee barusan. Karena dia yakin kalau ada banyak orang yang merasa tidak puas. Dan Patcharee menebak, apakah itu Singkorn. Dan Nai mengiyakan, Singkorn termaksud salah satu orang yang pasti kecewa, karena Singkorn telah banyak membantu nya.

“Itu benar. Bahkan ketika itu bukan pekerjaannya, Singkorn tetap muncul untuk bertemu dengan Khun Wang,” komentar Patcharee, merasa agak ada yang aneh.

“Dia bilang, dia ingin bertemu dengan Khun Wang,” balas Nai.

“Tapi dia lebih kelihatan seperti ingin menyaksikkan kesalahan,” kata Patcharee, masih merasa ada yang aneh. Tapi Nai tidak percaya kalau Singkorn itu jahat. “Bukankah kamu bilang ada yang aneh dengan koper kemarin.”

Mendengar itu, Nai teringat akan koper kemarin. “Memang ada yang aneh,” gumamnya.


Nai muncul diTV untuk mengumumkan pertunangan Putri Asama dan Pangeran Raiji. Dan menonton acara tersebut, Singkorn merasa tidak senang. Karena Paramee memberikan semua keuntungan kepada Nai.

“Kamu belum terbiasa? Khun Paramee selalu seperti ini,” komentar Net.

“Aku tidak terima. Suatu hari, aku akan mengambil segalanya dari Paramee dan Putrinya!” kata Singkorn, bertekad kuat. Dan Net mendukungnya.




Singkorn kemudian membahas tentang Paul. Dia merasa cemburu karena Net dekat dengan Paul. Dan Net menyuruh Singkorn untuk jangan tidak masuk akal, karena dia capek.

“Kamu capek padaku? Itu tidak sebanyak Paramee capek padamu,” kata Singkorn dengan ketus. “Sebenarnya, Paramee capek padamu. Apa kamu tidak sadar? Berapa lama kamu disini denganku? Dia tidak pernah menelponmu,” jelas nya sambil menatap kamar tempat mereka berdua menginap sekarang.

“Aku tidak terkejut, mengapa aku ingin bersama dengan Paul daripada bersama mu,” balas Net dengan kesal.

1 Comments

Previous Post Next Post