Original
Network : Channel 7
Singkorn sudah sangat percaya diri kalau Paul
pasti tidak akan datang bekerja lagi. Tapi sayangnya, Paul datang. Dan dia
merasa sangat tidak senang.
“Khun Nai. Aku bersedia menjadi orang yang
berhubungan dengan Hongkong,” kata Paul, menawarkan dirinya.
“Kamu pikir seseorang seperti kamu bisa
bertanggung jawab untuk hal sebesar ini?” tanya Singkorn dengan sikap
meremehkan Paul.
“Aku seseorang yang tidak mudah menyerah.
Lebih aku di injak, lebih aku akan melawan balik,” balas Paul sambil tersenyum
tenang.
Ketika Singkorn masih tidak bisa terima, Nai
berbicara dan mendukung Paul. Karena Paramee telah menyerahkan tanggung jawab
kepadanya, jadi dia yang akan melakukannya. Mendengar itu, dengan gugup
Singkorn meminta Nai untuk jangan salah paham. Dia beralasan bahwa dia hanya
takut kalau Nai tidak bisa menanganinya, juga dia takut Paul akan
mengacaukannya.
“Itu benar. Ini adalah project besar. Tapi
itu adalah tanggung jawabku. Jika aku tidak bisa melakukan project ini, aku
mungkin tidak bisa mengambil alih perusahaan setelah Ayahku,” tegas Nai. “Aku
percaya dengan kemampuan tim kecil ku.”
Mendengar itu, Singkorn tidak bisa berkata
apa- apa lagi. Dia berjalan menabrak bahu Paul dengan kesal. Dan pergi.
Ketika Paul sedang sendirian, Singkorn datang
mendekatinya. Dia mengancam bahwa dia akan memukul Paul dengan lebih keras lain
kali. Dan Paul sama sekali tidak takut dengan ancamannya.
Disaat Singkorn berniat untuk memukul Paul,
Net datang. Dengan perhatian, dia memperhatikan Paul dan menanyai apa yang
terjadi serta siapa yang melakukannya.
“Tidak apa. Hanya serangan anjing,” kata Paul
sambil menatap Singkorn. “Aku tidak ingin merendahkan diriku untuk melawan
balik.”
“Karena kamu menciptakan musuh seperti ini,
kamu harus bersiap,” kata Singkorn, berpura- pura menasehati Paul dengan sikap
baik.
“Kamu juga harus hati- hati. Ketika anjing
tersudut, dia akan melawan balik juga,” balas Paul sambil tersenyum.
Mendengar itu, Net bisa menebak apa yang
terjadi. Dan dengan kesal, dia menatap Singkorn dengan tatapan tajam. Lalu dia
mengajak Paul untuk ikut bersamanya.
Dikantor. Setiap orang sibuk saling dorong
mendorong di chat grup. Mereka ingin tahu bagaimana Paul bisa terluka, tapi
mereka takut bertanya. Jadi mereka saling dorong mendorong. Dan menyadari sikap
aneh mereka semua, Paul pun bertanya, ada apa.
“Itu … Paul. Kami sangat khawatir padamu,”
kata Mee sambil tertawa.
“Itu benar. Nong Paul, bisakah kamu
memberitahu kami, siapa yang melakukan ini kepadamu?” tanya Ting, ingin tahu.
“Mungkin saja, kami bisa membantumu.”
“Tidak apa. Jika kamu ingin membantuku, bantu
aku dengan ini,” balas Paul sambil menunjukkan hasil design perhiasannya.
Melihat design perhiasan yang Paul gambar,
semuanya merasa kagum kepada Paul serta memuji nya. Dan lalu Paul pun pamit
untuk pergi ke kantor Nai, dengan alasan, dia ingin menunjukkan design nya
kepada Nai.
“Dia begitu berbakat. Ditambah dia orang yang
bekerja kerjas, siapa yang akan membenci dia?” gumam Wit, bertanya- tanya.
“Jika seseorang membenci Nong Paul, aku hanya
bisa memikirkan satu orang sekarang. Khun Singkorn,” tebak Ting dengan yakin.
“Benar. Kami kemarin lihat Khun Singkorn
mengancam Paul. Itu pasti dia,” kata Mee setuju dengan tebakan Ting.
Nai menunjukkan design perhiasan yang Paul
gambar kepada Paramee dan Net. Melihat itu, Paramee serta Net memuji Paul.
Tiba- tiba disaat itu, Nai merasa agak
pusing. Dan menyadari itu, dengan perhatian, Paramee menanyai apakah Nai merasa
tidak enak badan. Sedangkan Net, dengan kasar, dia menyuruh Nai untuk kembali
bekerja. Dan dengan patuh, Nai mengiyakan.
“Tukang cari perhatian!” umpat Net dengan
suara pelan.
Ketika Nai kembali ke kantor, dia hampir saja
terjatuh. Untung saja tepat disaat itu, Paul lewat dan menangkapnya. Lalu ketika
Nai sudah merasa agak baikan, dia melepaskan dirinya dari Paul.
Ketika Paul sampai ditempat parkir, dia
melihat Dan sedang menggoda wanita lain. Melihat itu, Paul mendengus dan
berjalan pergi, karena dia tidak peduli.
Nai merasa sangat pusing. Dan lalu diapun
pingsan. Tepat disaat itu, mobil Paul lewat. Dan Paul pun menggendong Nai ke
dalam mobilnya.
“Hey! Apa yang kamu lakukan kepada pacarku?”
tanya Dan sambil mendorong Paul. Ketika dia melihat Paul membawa Nai ke dalam
mobil.
Ketika Dan memanggil Nai, dan Nai tidak
sadar. Dia langsung menuduh Paul sudah melakukan sesuatu kepada Nai.
“Mengapa kamu baru kesini sekarang? Khun Nai
sudah menunggumu,” komentar Paul.
“Ada apa denganmu?!” bentak Dan.
“Ini bukan urusanku. Hanya mengkhawatirkan
alasan kamu telat karena kamu berbicara dengan anak magang,” sindir Paul.
Mendengar itu, Dan merasa kesal dan ingin
memukul Paul. Tapi Paul berhasil menghentikan pukulannya. Lalu disaat itu, Nai
terbangun.
“Dan,” panggil Nai.
“Apa kamu baik- baik saja? Apa dia melakukan
sesuatu padamu?” tanya Dan sambil menunjuk ke arah Paul.
“Aku tidak ingat apa- apa. Aku hanya ingat kalau aku sedang berjalan menuju ke mobil,” jelas Nai.
“Kamu pingsan. Aku berniat untuk membawamu ke
rumah sakit,” kata Paul, menjelaskan.
“Jangan ikut campur!” bentak Dan. Lalu dia
mengajak Nai untuk pergi bersamanya.
Didalam mobil. Dan bersikap perhatian kepada
Nai. Dia menanyai kondisi Nai dan mengajak Nai untuk ke rumah sakit. Lalu
setelah itu, dia bersikap cemburu, karena Nai dekat dengan Paul.
“Kami tidak dekat,” jelas Nai.
“Apa dia ada mengatakan sesuatu padamu?”
tanya Dan dengan agak gugup.
“Apa?!” tanya Nai, bingung.
“Tidak ada,” jawab Dan dengan lega.
“Kelihatannya dia juga menghkhawatirkan mu. Jadi aku pikir dia mungkin
menyukaimu,” jelasnya, beralasan.
“Kamu berpikir berlebihan. Paul lebih
tertarik pada Khun Net dan uangnya,” balas Nai.
“Itu benar. Bagaimana dia bisa tidak
melakukan apa- apa dan menempeli Khun Net seperti parasit?” komentar Dan dengan
ketus. “Kamu jangan dekat- dekat denganya. Aku tidak mempercayainya.”
“Mm.”
Saat alarm hp berbunyi, Paul langsung bangun.
Dia duduk dan menatap ke arah pantulan dirinya sendiri di depan cermin.
Paul sedang serius membaca dokumen yang ada.
Lalu ketika pintu lift terbuka, dia masuk ke dalam dan meminta orang
disebelahnya untuk tolong tekankan tombol lantai 16. Tapi tidak disangka, orang
yang berdiri disebelahnya adalah Paramee. Dan dengan terkejut, dia langsung
menyapa Paramee dengan sopan.
“Ketika
aku membaca buku atau dokumen penting, aku juga fokus seperti kamu. Kamu
mengingatkanku akan masa mudaku. Kamu pintar dan bertanggung jawab. Orang tuamu
pasti akan bangga padamu,” komentar
Paramee, memuji Paul. Dan mendengar itu, Paul menatap ke arah Paramee. “Jika aku punya anak seperti ini, aku akan
bangga juga,” katanya sambil tersenyum.
Mendengar itu, Paul tersenyum tipis dan
menatap Paramee dengan tatapan penuh kerinduan kepada Paramee, Ayah kandungnya.
Ketika pintu lift terbuka, dan Paramee sudah
keluar, Paul mengepal tangannya dengan erat untuk menahan emosinya. Lalu saat
air matanya menetes, dia langsung menlapnya.
Ketika Nai telah selesai memeriksa semua
diamond satu persatu, dia menyuruh Patcharee untuk memanggilkan supir dan kirim
diamond tersebut, karena dia tidak mempercayai Paul untuk mengantarkannya. Lalu
kemudian, Singkorn datang dan memberitahu bahwa dia sudah mempersiapkan
bodyguard.
Saat Nai menutup koper yang berisikan
diamond, dia menyadari kalau ada sedikit bekas terkelupas disudut koper. Dan
Paul juga menyadari hal tersebut. Tapi Singkorn tidak, karena dia berdiri agak
jauh dari mereka berdua.
“Ada yang
salah?” tanya Singkorn, ingin tahu.
“Tidak.
Kita harus segera berangkat,” balas
Nai.
Ditempat parkir. Nai memberikan koper yang
berisikan diamond kepada Mee serta Wit untuk diantarkan ke tempat tujuan. Dan
mereka berdua dikawal oleh beberapa bodyguard.
Setelah mereka berdua pergi, Nai, Paul, dan
Ting juga berangkat, menaiki mobil berbeda.
Sesampainya ditempat tujuan, Patcharee sudah menunggu semuanya. Tapi Mee dan Wit belum sampai. Malahan Nai, Ting, dan Paul, yang sampai duluan. Jadi Patcharee pun mengajak Nai untuk menyapa para klien terlebih dahulu sekarang. Sedangkan Paul dan Ting akan menunggu diloby sampai Mee dan Wit datang.
Ketika Mee dan Wit datang, mereka berdua
langsung menjelaskan bahwa mereka tadi tidak sengaja salah jalan. Lalu dengan terburu-
buru, mereka berdua berlari untuk mengantarkan koper. Saking terburu- burunya,
Mee tidak sengaja menabrak bell boy hotel serta menjatuhkan koper berisikan
diamond yang dipegangnya. Untung saja, kopernya langsung bisa ketemu.
Ketika Ting, Mee, Wit, dan para bodyguard
telah berlari agak jauh, Paul tiba- tiba menyadari sesuatu. Dia melihat koper
yang berisikan berlian dibawa oleh bell boy tadi. Ternyata ketika koper
terjatuh, koper tidak sengaja tertukar. Dan Paul pun langsung berlari mengejar
bell boy tersebut. Tapi sialnya, disaat itu sepasang turis lewat, dan dia tidak
sengaja menabrak mereka.
Saat akhirnya, Paul berhasil mengejar bell
boy tersebut. Bell boy itu ternyata telah berlari menjauh sambil membawa koper
yang berisikan berlian. Dan Paul pun lanjut mengejarnya. Disaat itu, dia baru
menyadari kalau ada yang aneh. Koper tidak sengaja tertukar, melainkan sengaja
ditukar.
“Dengan reputasi yang Crown Diamond miliki,
kami mempercayai kualitas mu,” kata Klien Wang, mempercayai Nai dan Crown
Diamond.
“Silahkan tunggu sebentar. Diamond nya akan
segera diantarkan,” kata Nai dengan ramah.
Tepat disaat itu, Singkorn datang. Dengan
ramah, dia menyapa Klien Wang. Lalu dia menjelaskan kepada Nai bahwa dia datang
untuk mengecek, karena dia merasa khawatir. Jadi dia berharap Nai tidak merasa
tersinggung. Dan Nai mengiyakan.
Ditempat parkir. Paul gagal menangkap si bell
boy yang mencuri koper. Karena bell boy tersebut sangat jago berkelahi serta
memiliki pistol.
Mee memberikan koper kepada Nai. Dan Nai memberikan
koper kepada Klien Wang. Tapi saat dia akan membuka koper, dia menyadari bahwa
koper nya agak berbeda. Dan dia merasa sangat terkejut.
Paul berusaha untuk menghubungi dan
menginfokan.
“Apa ada masalah?” tanya Klien Wang, ketika
dia melihat Nai tampak ragu untuk membuka koper dihadapannya.
“Khun Wang menunggu untuk melihatnya,” kata
Singkorn, mendesak Nai untuk segera membuka koper.
Paul sampai ditempat Nai. Dia memanggil Nai
dan mengatakan bahwa dia akan menangani nya. Lalu dia maju dan mengambil koper
tersebut. Dia membuka koper tersebut dihadapan Klien Wang dan menunjukkan
isinya.
“Apa ini?” tanya Klien Wang dengan suara
keras. Dan Nai merasa gugup. Yang lain merasa bingung ada apa. Sedangkan
Singkorn tersenyum senang.
“Ini lebih cantik daripada yang kupikirkan,”
puji Klien Wang. Dan Nai merasa lega. Yang lain merasa senang. Sedangkan
Singkorn merasa bingung.
Klien Wang kemudian membawa koper berisikan
diamond tersebut. Dan dengan heran, Singkorn menyarankan Klien Wang untuk
memeriksanya terlebih dahulu.
“Ada apa? Apa kamu berpikir isi diamond
didalam koper ini palsu?” tanya Paul secara langsung. Dan dengan gugup,
Singkorn langsung terdiam.
Ketika semuanya sudah selesai. Singkorn
mengeluh kepada Nai, kenapa Klien Wang tidak memeriksa diamond barusan secara langsung ditempat, dengan
alasan kalau biasanya Klien seperti itu biasanya agak rumit. Dan mendengar itu,
Nai hanya diam saja serta mengganggukkan kepalanya
Ketika rapat, Paramee mengumumkan bahwa
kerjasama dengan Klien dari Hongkong kemarin berjalan dengan baik. Bahkan
perusahaan mereka juga mendapatkan pujian. Mendengar itu, Nai serta timnya
merasa senang. Tapi Singkorn tidak senang.
“Berita yang lain, design yang kita buat
untuk pasangan kerajaan sangat cantik. Khun Asama benar- benar menyukai itu.
Ini bisa dianggap sebagai loncatan besar bagi Crown Diamond. Aku berterima
kasih kepada semuanya. Khususnya kepada seseorang yang sangat berdedikasi pada
pekerjaan ini,” kata Paramee.
Mendengar itu, Nai menatap ke arah Paul dan
tersenyum padanya. Dan Paul juga tersenyum. Tapi tidak diduga, Paramee malah
menyebut nama Nai.
“Ini hasil kerjasama setiap orang,
khususnya…” kata Nai ingin menjelaskan.
“Tapi itu tidak akan menjadi cantik tanpa
pemimpin sepertimu. Aku sangat bangga padamu Nainapha,” puji Paramee. Lalu dia
bertepuk tangan.
Mendengar itu, Paul langsung berwajah masam
dan menatap tidak senang pada Nai.
Mengingat kembali pujian Paramee untuk Nai
dirapat barusan, Paul sangat benci sekali. Dia membanting semua barang yang
dipegangnya dan mengepalkan tangannya dengan kuat.
Nai merasa tidak nyaman dengan pujian Paramee
barusan. Karena dia yakin kalau ada banyak orang yang merasa tidak puas. Dan
Patcharee menebak, apakah itu Singkorn. Dan Nai mengiyakan, Singkorn termaksud
salah satu orang yang pasti kecewa, karena Singkorn telah banyak membantu nya.
“Itu benar. Bahkan ketika itu bukan
pekerjaannya, Singkorn tetap muncul untuk bertemu dengan Khun Wang,” komentar
Patcharee, merasa agak ada yang aneh.
“Dia bilang, dia ingin bertemu dengan Khun
Wang,” balas Nai.
“Tapi dia lebih kelihatan seperti ingin
menyaksikkan kesalahan,” kata Patcharee, masih merasa ada yang aneh. Tapi Nai
tidak percaya kalau Singkorn itu jahat. “Bukankah kamu bilang ada yang aneh
dengan koper kemarin.”
Mendengar itu, Nai teringat akan koper kemarin. “Memang ada yang aneh,” gumamnya.
Nai muncul diTV untuk mengumumkan pertunangan
Putri Asama dan Pangeran Raiji. Dan menonton acara tersebut, Singkorn merasa
tidak senang. Karena Paramee memberikan semua keuntungan kepada Nai.
“Kamu belum terbiasa? Khun Paramee selalu
seperti ini,” komentar Net.
“Aku tidak terima. Suatu hari, aku akan
mengambil segalanya dari Paramee dan Putrinya!” kata Singkorn, bertekad kuat.
Dan Net mendukungnya.
Singkorn kemudian membahas tentang Paul. Dia
merasa cemburu karena Net dekat dengan Paul. Dan Net menyuruh Singkorn untuk
jangan tidak masuk akal, karena dia capek.
“Kamu capek padaku? Itu tidak sebanyak
Paramee capek padamu,” kata Singkorn dengan ketus. “Sebenarnya, Paramee capek
padamu. Apa kamu tidak sadar? Berapa lama kamu disini denganku? Dia tidak
pernah menelponmu,” jelas nya sambil menatap kamar tempat mereka berdua
menginap sekarang.
“Aku tidak terkejut, mengapa aku ingin bersama dengan Paul daripada bersama mu,” balas Net dengan kesal.
Lanjut.... Lanjut.... Semangat🔛🔥
ReplyDelete