Sinopsis Lakorn- Fah Mee Tawan Episode 4/2

 


Original Network : Channel 7

“Dia disini,” kata Mr. Sekretaris kepada Klien Wang.

Lalu kemudian disaat itu, seseorang berjalan memasuki ruangan. Dan ternyata orang tersebut adalah Paul.

Flash back

Saat Paul tidak berhasil menangkap si bell boy.  Dia langsung menghubungi Mr. Sekretaris untuk jangan membuka koper terlebih dahulu dan tunggu dia datang.

Flash back end

Wang membungkuk kepada Paul. “Boss!” panggilnya.

“Terima kasih sudah mengikuti arus dan menerima barangnya,” kata Paul.


“Tidak masalah. Tapi mengapa kita harus membeli diamonds palsu? Aku sudah mengecek semuanya dan semuanya palsu,” tanya Wang, ingin tahu.

“Barangnya sudah didapatkan kembali,” balas Paul. Lalu seseorang masuk dan mengantarkan koper kepada mereka.




Koper yang berisikan diamond asli sudah berhasil didapatkan kembali, tapi si bell boy berhasil melarikan diri.

Wang sangat tidak mengerti, kenapa seseorang mencuri diamonds dari perusahaan sendiri. Dan dia yakin kalau ini berarti, ada masalah di dalam perusahaan Crown Diamond. Dan Paul mengiyakan, karena itulah dia menyamar dan masuk ke dalamnya. Tapi dia melakukan ini bukan untuk mengambil alih Crown Diamond. Melainkan dia ingin menghancurkan Crown Diamond.


Ketika Dr. Kashane datang ke hotel untuk mengikuti seminar, dia tidak sengaja melihat Paul serta Wang, dan dia merasa sangat penasaran kenapa Paul bisa datang ke hotel juga dan siapa yang bersama dengan Paul. Jadi diapun mengikuti mereka.


Wang mengingatkan Paul untuk berhati- hati dalam menyamar di Crown Diamond. Dan Paul mengerti serta menyuruh Wang untuk tidak perlu khawatir.

Tepat disaat itu, Patcharee melihat mereka.

Flash back

Nai memberikan alamat hotel, tempat dimana Wang menginap. Dia menyuruh Patcharee untuk mengecek, apakah orang- orang Wang ada menghubungi Paul atau tidak.

Flash back end

Melihat Paul dan Wang bersama, Patcharee merasa terkejut. Lalu dia memotret mereka. Dan saat mereka berjalan pergi, dia langsung mengikuti mereka.

Tepat disaat itu, Dr. Kashane dan Patcharee saling bertabrakan. Jadi akhirnya, mereka pun kehilangan Paul yang telah pergi ntah kemana.


“Hey. Jangan bilang, kamu mengikuti Paul juga?” tanya Patcharee dengan yakin.

“Ng. Mengapa aku mengikuti Ai Paul?” balas Dr. Kashane dengan gugup.

“Kamu menggunakan ‘Ai’? Aku kira kalian tidak dekat?” tanya Patcharee, curiga.

“Oh, aku akan memanggil setiap orang dengan ‘Ai’ jika aku dekat dengan mereka,” jawab Dr. Kashane, bertambah gugup. “Ai Patcharee. Ah, maaf, aku lupa, kamu cewek, aku tidak harusnya menggunakan itu.”


“Berarti, kamu sering bertemu dengan Paul, huh? Dimana? Apa kalian bertukar nomor? Apa kalian saling bertelponan? Bertukar Line?” tanya Patcharee secara berurutan.

“Khun Pat. Mengapa kamu ingin tahu sebanyak itu?” tanya Dr. Kashane, heran.

“Jika tidak ada rahasia atau apapun yang harus disembunyikan, mengapa kamu tidak bisa memberitahu ku, huh?” tanya Patcharee.

“Ah, aku harus menghadiri seminar. Dan ini cerita yang panjang,” balas Dr. Kashane sambil menghela nafas seperti dia benar- benar tidak sempat.

“Tidak apa. Aku bisa menunggu!” balas Patcharee langsung sambil tersenyum.


Setelah seminar selesai, dan Patcharee mengantarkan Dr. Kashane sampai dirumah sakit, Dr. Kashane langsung berpura- pura lupa bahwa dia ada berjanji kalau dia akan memberitahu Patcharee mengenai Paul. Dan saat Patcharee mengingatkannya, Dr. Kashane beralasan bahwa sekarang dia sedang memilliki banyak pasien yang menunggunya. Jadi diapun langsung pamit dan pergi duluan.

“Argh. Kamu menjebakku untuk mengantarkanmu saja? Dokter gila!” keluh Partcharee, kesal.




Paramee memberitahu Dan bahwa malam ini dia ada waktu, jadi dia ingin ikut bergabung juga bersama Dan serta Nai. Selain itu, dia juga sudah lama tidak bertemu dengan kedua orang tua Dan. Tentu saja, Dan mengiyakan dengan senang hati. Sementara Nai diam- diam menghela nafas capek.

“Kalau begitu, aku akan memberitahu kedua orang tua ku dulu,” kata Dan. Lalu dia pamit dan pergi menjauh untuk menelpon kedua orang tuanya.


Ketika Dan menjauh, Nai memberitahu Paramee bahwa malam ini dia ingin mengecek diamonds untuk acara mendatang. Namun Paramee tidak setuju. Dia menyuruh Nai untuk menerima saja menerima undangan dari kedua orang tua Dan. Mendengar itu, Nai langsung bermuka agak suram.

“Mengapa kamu berwajah seperti itu? Sekarang kamu harusnya tersenyum lebar dan berbahagia. Setiap orang senang dengan pencapaianmu,” komentar Paramee.

“Aku akan tersenyum lebar, jika pencapaian itu dibuat olehku sendiri, bukan dari hasil menginjak orang lain,” balas Nai.

“Aku tahu apa yang ingin kamu katakan. Tapi terkadang kamu harus mengerti bahwa diamond yang cantik tidak harus selalu dibunyikan. Kamu harus melihat ukuran dan kesesuaiannya,” balas Paramee, memberikan nasihat.



Mendengar nasihat itu, Nai masih merasa agak tidak nyaman. Lalu kemudian, Dan datang serta memberitahu kalau dia sudah mengabari orang tuanya. Jadi dia mengajak mereka untuk berangkat sekarang.

“Ayah. Khun Net tidak ikut?” tanya Nai.

“Dia mungkin tidak ingin pergi,” balas Paramee dengan sikap tidak peduli. “Ayo,” ajaknya.


Dirumah. Pembantu dan supir menggosipi betapa berbakatnya Nai sampai bisa masuk ke TV serta koran. Dan mendengar itu, Net tidak merasa senang.


Lalu disaat itu, Nai dan Paramee pulang. Dengan ketus, Net menyambut mereka berdua, karena mereka berdua pergi keluar tanpa mengajak nya. Juga yang lebih membuatnya tidak senang adalah Paramee merayakan keberhasilan Nai.

“Ayah dan aku pergi ke …” kata Nai ingin menjelaskan.

“Siapa yang tanya?” balas Net dengan ketus. “Aku tidak mau tahu,” tegasnya. Lalu dia pergi dari rumah begitu saja. Dan Nai merasa bersalah.


Dengan kesal, Paramee menghela nafas keras. Dan Nai menenangkan Paramee untuk jangan marah kepada Net.

“Biarkan saja dia. Biarkan dia melakukan apa yang dia inginkan,” kata Paramee, tidak mau peduli lagi dengan Net.



Paul menemani Net minum bersama. Tapi hanya Net yang minum banyak, sedangkan Paul tidak, dengan alasan nanti dia harus menyetir untuk mengantarkan Net pulang.

“Kamu masih kesal dengan Khun Paramee?” tanya Net, menebak. Dan Paul hanya diam saja. “Bahkan walaupun kamu tidak menjawab, aku bisa membaca matamu. Seseorang yang bekerja keras, mendedikasikan bakatnya ke dalam pekerjaan, tapi pada akhirnya orang lain yang mengambil keuntungannya,” katanya dengan yakin.

“Aku hanya karyawan kecil. Aku tidak penting,” balas Paul sambil tersenyum kecil dan bersikap tidak berdaya.


Net merasa bersimpati kepada Paul. Dan dia merasa kesal kepada Paramee yang terlalu memanjakan Net dan membiarkan Net menginjak orang lain sebagai batu loncatan. Lalu untuk menghibur Paul, diapun mengajak Paul untuk menari bersama nya.


Ketika Net berjalan mundur, dia tidak sengaja menabrak orang dibelakangnya. Dan orang tersebut kemudian malah ingin melecehkannya.

“Minggir pemabuk!” kata Paul sambil mendorong orang tersebut dan melindungi Net. “Aku pikir kalian sedang mabuk. Jadi jangan cari masalah!” katanya, memperingatkan.

“Kamu yang cari masalah sendiri!” umpat si pemabuk.

“Hati- hati Khun Net,” kata Paul dengan pelan kepada Net. Dan Net merasa khawatir.


Si pemabuk kemudian mengajak teman- temanya untuk menyerang Paul. Dan Paul pun melawan mereka sambil melindungi Net dibelakang nya. Lalu ketika keadaan menjadi semakin tidak terkendali, Paul langsung menarik tangan Net dan membawanya untuk berlari bersama.


Nai berusaha menghubungi Net. Tapi Net tidak mengangkat.


Net dan Paul berhasil melarikan diri. Dengan senang, Net tertawa keras, karena dia merasa malam ini sangat menyenangkan, dia merasa seperti anak 17 tahun yang menyelinap ke dalam bar dan kemudian melarikan diri.

“Aku pikir kamu akan marah karena masuk dalam masalah,” komentar Paul sambil tersenyum.



Net kemudian duduk diatas mobil dan menikmati udara malam yang sejuk. Dia mengucapkan terima kasih kepada Paul yang sudah membuat hidupnya yang gersang menjadi terasa berwarna lagi. Lalu dia menceritakan tentang mimpi- mimpinya. Ketika dia kecil, dia bermimpi seperti gadis- gadis yang lain. Dia bermimpi ingin menjadi putri. Kemudian saat dia sudah besar, dia bermimpi ingin menjadi orang yang penting untuk seseorang, dan dia bersedia melakukan segalanya untuk menwujudkan mimpi tersebut.

Mendengar itu, Paul teringat akan masa dulu.


Flash back

Paul menyaksikan Net tidur bersama Ayahnya. Dan dia juga mendengar pembicaraan antara mereka berdua yang membuatnya sangat syok, kecewa, dan sedih.

“Aku kasihan pada anakku. Aku tidak ingin dia tahu tentang hubungan kita sekarang,” kata Paramee, ketika Net bertanya, kapan dia akan menceraikan Dara.

“Karena anak mu? Atau karena kamu masih mencintai dia?” tanya Net, curiga.

“Oh Net. Kamu kan tahu kalau sekarang aku hanya memiliki kamu saja,” balas Paramee. Lalu dia mencium kepala Net dengan mesra.


Ketika Paramee pergi ke kamar mandi. Net tersenyum dan berjalan mendekati Paul yang berdiri di depan pintu. Dan dengan kesal, Paul menatapnya. Tapi Net tidak peduli dengan itu. Dia menaruh telunjuknya dibibir sebagai tanda agar Paul jangan bersuara.

Flash back end


Mengingat itu, Paul menatap Net dengan tajam.

“Pada akhirnya, itu hanya mimpi,” kata Net dengan sedih. “Mungkin kamu adalah orang yang bisa menwujudkan mimpiku tersebut,” katanya, penuh harapan.

“Bukan hanya kamu yang memiliki mimpi. Aku juga punya mimpi yang ingin aku wujudkan,” balas Paul, penuh arti.


Patcharee melaporkan kepada Net bahwa kemarin dia melihat Paul bertemu dengan Klien Wang. Dan menurutnya, Dr. Kashane pasti mengetahui sesuatu tentang Paul juga, tapi Dr. Kashane dan Paul hanya berpura- pura tidak saling mengenal saja.

Tepat disaat itu, Paul datang. Dan Patcharee serta Nai pun langsung berhenti mengobrol.


“Ini sudah hampir waktunya untuk pergi ke rumah produksi, jadi aku datang untuk mengingatkanmu,” kata Paul, mengingatkan.

Mendengar itu, Nai langsung mengambil tasnya dan pergi menghindari Paul. Melihat sikapnya, Paul merasa agak heran dan menatap ke arah Patcharee. Dan dengan gugup, Patcharee langsung mengalihkan tatapannya.

Didalam lift. Nai terus melirik ke arah Paul. Dan menyadari hal tersebut, Paul pun tersenyum serta menggoda Nai.

“Dari yang aku tahu, wanita yang terus melirik ke arah pria, jika bukan karena ada yang tidak biasa di wajah pria tersebut, maka dia pasti punya perasaan untuk pria itu,” kata Paul sambil tersenyum percaya diri.

“Bukankah kamu terlalu narsis?” balas Nai sambil mendengus. “Mungkin saja karena aku tidak mempercayai pria itu.”



“Tapi jika aku tidak mempercayai orang tersebut, aku tidak akan menatapnya seperti itu,” balas Paul sambil tersenyum. Lalu dia melangkah mendekati Nai dan menatapnya secara dekat. Dan dengan gugup, Nai balas menatap nya.


Tepat disaat itu, pintu lift terbuka. Mee, Ting, dan para karyawan yang ada diluar merasa terkejut melihat Paul dan Net saling bertatapan. Lalu ketika Paul dan Net pergi, mereka mulai bergosip.

Dengan perhatian, Paul menawarkan diri untuk menyentir bagi Nai, karena dia menyadari saat dilift, wajah Nai tampak merah seperti demam.

“Tidak ada yang salah denganku,” kata Nai sambil menghindari Paul dengan gugup. Lalu ketika Paul membukakan pintu mobil baginya, dia langsung masuk ke dalam.


Dari jauh, Net melihat itu. Dan dia merasa cemburu.

1 Comments

  1. Lanjut..... Lanjut..... Lanjut..... Semangat🔛🔥

    ReplyDelete
Previous Post Next Post