Original
Network : Channel 7
“Dia disini,” kata Mr. Sekretaris kepada
Klien Wang.
Lalu kemudian disaat itu, seseorang berjalan
memasuki ruangan. Dan ternyata orang tersebut adalah Paul.
Flash back
Saat Paul tidak berhasil menangkap si bell
boy. Dia langsung menghubungi Mr.
Sekretaris untuk jangan membuka koper terlebih dahulu dan tunggu dia datang.
Flash back end
Wang membungkuk kepada Paul. “Boss!”
panggilnya.
“Terima kasih sudah mengikuti arus dan
menerima barangnya,” kata Paul.
“Tidak masalah. Tapi mengapa kita harus
membeli diamonds palsu? Aku sudah mengecek semuanya dan semuanya palsu,” tanya
Wang, ingin tahu.
“Barangnya sudah didapatkan kembali,” balas
Paul. Lalu seseorang masuk dan mengantarkan koper kepada mereka.
Koper yang berisikan diamond asli sudah
berhasil didapatkan kembali, tapi si bell boy berhasil melarikan diri.
Wang sangat tidak mengerti, kenapa seseorang
mencuri diamonds dari perusahaan sendiri. Dan dia yakin kalau ini berarti, ada
masalah di dalam perusahaan Crown Diamond. Dan Paul mengiyakan, karena itulah
dia menyamar dan masuk ke dalamnya. Tapi dia melakukan ini bukan untuk
mengambil alih Crown Diamond. Melainkan dia ingin menghancurkan Crown Diamond.
Ketika Dr. Kashane datang ke hotel untuk
mengikuti seminar, dia tidak sengaja melihat Paul serta Wang, dan dia merasa
sangat penasaran kenapa Paul bisa datang ke hotel juga dan siapa yang bersama
dengan Paul. Jadi diapun mengikuti mereka.
Wang mengingatkan Paul untuk berhati- hati
dalam menyamar di Crown Diamond. Dan Paul mengerti serta menyuruh Wang untuk
tidak perlu khawatir.
Tepat disaat itu, Patcharee melihat mereka.
Flash back
Nai memberikan alamat hotel, tempat dimana
Wang menginap. Dia menyuruh Patcharee untuk mengecek, apakah orang- orang Wang
ada menghubungi Paul atau tidak.
Flash back end
Melihat Paul dan Wang bersama, Patcharee
merasa terkejut. Lalu dia memotret mereka. Dan saat mereka berjalan pergi, dia
langsung mengikuti mereka.
Tepat disaat itu, Dr. Kashane dan Patcharee
saling bertabrakan. Jadi akhirnya, mereka pun kehilangan Paul yang telah pergi
ntah kemana.
“Hey. Jangan bilang, kamu mengikuti Paul
juga?” tanya Patcharee dengan yakin.
“Ng. Mengapa aku mengikuti Ai Paul?” balas
Dr. Kashane dengan gugup.
“Kamu menggunakan ‘Ai’? Aku kira kalian tidak
dekat?” tanya Patcharee, curiga.
“Oh, aku akan memanggil setiap orang dengan
‘Ai’ jika aku dekat dengan mereka,” jawab Dr. Kashane, bertambah gugup. “Ai
Patcharee. Ah, maaf, aku lupa, kamu cewek, aku tidak harusnya menggunakan itu.”
“Berarti, kamu sering bertemu dengan Paul,
huh? Dimana? Apa kalian bertukar nomor? Apa kalian saling bertelponan? Bertukar
Line?” tanya Patcharee secara berurutan.
“Khun Pat. Mengapa kamu ingin tahu sebanyak
itu?” tanya Dr. Kashane, heran.
“Jika tidak ada rahasia atau apapun yang
harus disembunyikan, mengapa kamu tidak bisa memberitahu ku, huh?” tanya
Patcharee.
“Ah, aku harus menghadiri seminar. Dan ini
cerita yang panjang,” balas Dr. Kashane sambil menghela nafas seperti dia
benar- benar tidak sempat.
“Tidak apa. Aku bisa menunggu!” balas
Patcharee langsung sambil tersenyum.
Setelah seminar selesai, dan Patcharee
mengantarkan Dr. Kashane sampai dirumah sakit, Dr. Kashane langsung berpura-
pura lupa bahwa dia ada berjanji kalau dia akan memberitahu Patcharee mengenai
Paul. Dan saat Patcharee mengingatkannya, Dr. Kashane beralasan bahwa sekarang
dia sedang memilliki banyak pasien yang menunggunya. Jadi diapun langsung pamit
dan pergi duluan.
“Argh. Kamu menjebakku untuk mengantarkanmu
saja? Dokter gila!” keluh Partcharee, kesal.
Paramee memberitahu Dan bahwa malam ini dia
ada waktu, jadi dia ingin ikut bergabung juga bersama Dan serta Nai. Selain
itu, dia juga sudah lama tidak bertemu dengan kedua orang tua Dan. Tentu saja,
Dan mengiyakan dengan senang hati. Sementara Nai diam- diam menghela nafas
capek.
“Kalau begitu, aku akan memberitahu kedua
orang tua ku dulu,” kata Dan. Lalu dia pamit dan pergi menjauh untuk menelpon
kedua orang tuanya.
Ketika Dan menjauh, Nai memberitahu Paramee
bahwa malam ini dia ingin mengecek diamonds untuk acara mendatang. Namun
Paramee tidak setuju. Dia menyuruh Nai untuk menerima saja menerima undangan
dari kedua orang tua Dan. Mendengar itu, Nai langsung bermuka agak suram.
“Mengapa kamu berwajah seperti itu? Sekarang
kamu harusnya tersenyum lebar dan berbahagia. Setiap orang senang dengan
pencapaianmu,” komentar Paramee.
“Aku akan tersenyum lebar, jika pencapaian
itu dibuat olehku sendiri, bukan dari hasil menginjak orang lain,” balas Nai.
“Aku tahu apa yang ingin kamu katakan. Tapi
terkadang kamu harus mengerti bahwa diamond yang cantik tidak harus selalu
dibunyikan. Kamu harus melihat ukuran dan kesesuaiannya,” balas Paramee,
memberikan nasihat.
Mendengar nasihat itu, Nai masih merasa agak
tidak nyaman. Lalu kemudian, Dan datang serta memberitahu kalau dia sudah
mengabari orang tuanya. Jadi dia mengajak mereka untuk berangkat sekarang.
“Ayah. Khun Net tidak ikut?” tanya Nai.
“Dia mungkin tidak ingin pergi,” balas
Paramee dengan sikap tidak peduli. “Ayo,” ajaknya.
Dirumah. Pembantu dan supir menggosipi betapa berbakatnya Nai sampai bisa masuk ke TV serta koran. Dan mendengar itu, Net tidak merasa senang.
Lalu disaat itu, Nai dan Paramee pulang.
Dengan ketus, Net menyambut mereka berdua, karena mereka berdua pergi keluar
tanpa mengajak nya. Juga yang lebih membuatnya tidak senang adalah Paramee
merayakan keberhasilan Nai.
“Ayah dan aku pergi ke …” kata Nai ingin
menjelaskan.
“Siapa yang tanya?” balas Net dengan ketus.
“Aku tidak mau tahu,” tegasnya. Lalu dia pergi dari rumah begitu saja. Dan Nai
merasa bersalah.
Dengan kesal, Paramee menghela nafas keras.
Dan Nai menenangkan Paramee untuk jangan marah kepada Net.
“Biarkan saja dia. Biarkan dia melakukan apa
yang dia inginkan,” kata Paramee, tidak mau peduli lagi dengan Net.
Paul menemani Net minum bersama. Tapi hanya
Net yang minum banyak, sedangkan Paul tidak, dengan alasan nanti dia harus
menyetir untuk mengantarkan Net pulang.
“Kamu masih kesal dengan Khun Paramee?” tanya
Net, menebak. Dan Paul hanya diam saja. “Bahkan walaupun kamu tidak menjawab,
aku bisa membaca matamu. Seseorang yang bekerja keras, mendedikasikan bakatnya
ke dalam pekerjaan, tapi pada akhirnya orang lain yang mengambil
keuntungannya,” katanya dengan yakin.
“Aku hanya karyawan kecil. Aku tidak
penting,” balas Paul sambil tersenyum kecil dan bersikap tidak berdaya.
Net merasa bersimpati kepada Paul. Dan dia
merasa kesal kepada Paramee yang terlalu memanjakan Net dan membiarkan Net
menginjak orang lain sebagai batu loncatan. Lalu untuk menghibur Paul, diapun
mengajak Paul untuk menari bersama nya.
Ketika Net berjalan mundur, dia tidak sengaja
menabrak orang dibelakangnya. Dan orang tersebut kemudian malah ingin
melecehkannya.
“Minggir pemabuk!” kata Paul sambil mendorong
orang tersebut dan melindungi Net. “Aku pikir kalian sedang mabuk. Jadi jangan
cari masalah!” katanya, memperingatkan.
“Kamu yang cari masalah sendiri!” umpat si
pemabuk.
“Hati- hati Khun Net,” kata Paul dengan pelan kepada Net. Dan Net merasa khawatir.
Si pemabuk kemudian mengajak teman- temanya
untuk menyerang Paul. Dan Paul pun melawan mereka sambil melindungi Net
dibelakang nya. Lalu ketika keadaan menjadi semakin tidak terkendali, Paul
langsung menarik tangan Net dan membawanya untuk berlari bersama.
Nai berusaha menghubungi Net. Tapi Net tidak
mengangkat.
Net dan Paul berhasil melarikan diri. Dengan
senang, Net tertawa keras, karena dia merasa malam ini sangat menyenangkan, dia
merasa seperti anak 17 tahun yang menyelinap ke dalam bar dan kemudian
melarikan diri.
“Aku pikir kamu akan marah karena masuk dalam
masalah,” komentar Paul sambil tersenyum.
Net kemudian duduk diatas mobil dan menikmati
udara malam yang sejuk. Dia mengucapkan terima kasih kepada Paul yang sudah
membuat hidupnya yang gersang menjadi terasa berwarna lagi. Lalu dia
menceritakan tentang mimpi- mimpinya. Ketika dia kecil, dia bermimpi seperti
gadis- gadis yang lain. Dia bermimpi ingin menjadi putri. Kemudian saat dia
sudah besar, dia bermimpi ingin menjadi orang yang penting untuk seseorang, dan
dia bersedia melakukan segalanya untuk menwujudkan mimpi tersebut.
Mendengar itu, Paul teringat akan masa dulu.
Flash back
Paul menyaksikan Net tidur bersama Ayahnya.
Dan dia juga mendengar pembicaraan antara mereka berdua yang membuatnya sangat
syok, kecewa, dan sedih.
“Aku kasihan pada anakku. Aku tidak ingin dia
tahu tentang hubungan kita sekarang,” kata Paramee, ketika Net bertanya, kapan
dia akan menceraikan Dara.
“Karena anak mu? Atau karena kamu masih
mencintai dia?” tanya Net, curiga.
“Oh Net. Kamu kan tahu kalau sekarang aku
hanya memiliki kamu saja,” balas Paramee. Lalu dia mencium kepala Net dengan
mesra.
Ketika Paramee pergi ke kamar mandi. Net
tersenyum dan berjalan mendekati Paul yang berdiri di depan pintu. Dan dengan
kesal, Paul menatapnya. Tapi Net tidak peduli dengan itu. Dia menaruh
telunjuknya dibibir sebagai tanda agar Paul jangan bersuara.
Flash back end
Mengingat itu, Paul menatap Net dengan tajam.
“Pada akhirnya, itu hanya mimpi,” kata Net
dengan sedih. “Mungkin kamu adalah orang yang bisa menwujudkan mimpiku
tersebut,” katanya, penuh harapan.
“Bukan hanya kamu yang memiliki mimpi. Aku
juga punya mimpi yang ingin aku wujudkan,” balas Paul, penuh arti.
Patcharee melaporkan kepada Net bahwa kemarin
dia melihat Paul bertemu dengan Klien Wang. Dan menurutnya, Dr. Kashane pasti
mengetahui sesuatu tentang Paul juga, tapi Dr. Kashane dan Paul hanya berpura-
pura tidak saling mengenal saja.
Tepat disaat itu, Paul datang. Dan Patcharee
serta Nai pun langsung berhenti mengobrol.
“Ini sudah hampir waktunya untuk pergi ke
rumah produksi, jadi aku datang untuk mengingatkanmu,” kata Paul, mengingatkan.
Mendengar itu, Nai langsung mengambil tasnya
dan pergi menghindari Paul. Melihat sikapnya, Paul merasa agak heran dan
menatap ke arah Patcharee. Dan dengan gugup, Patcharee langsung mengalihkan
tatapannya.
Didalam lift. Nai terus melirik ke arah Paul.
Dan menyadari hal tersebut, Paul pun tersenyum serta menggoda Nai.
“Dari yang aku tahu, wanita yang terus
melirik ke arah pria, jika bukan karena ada yang tidak biasa di wajah pria
tersebut, maka dia pasti punya perasaan untuk pria itu,” kata Paul sambil
tersenyum percaya diri.
“Bukankah kamu terlalu narsis?” balas Nai
sambil mendengus. “Mungkin saja karena aku tidak mempercayai pria itu.”
“Tapi jika aku tidak mempercayai orang
tersebut, aku tidak akan menatapnya seperti itu,” balas Paul sambil tersenyum.
Lalu dia melangkah mendekati Nai dan menatapnya secara dekat. Dan dengan gugup,
Nai balas menatap nya.
Tepat disaat itu, pintu lift terbuka. Mee,
Ting, dan para karyawan yang ada diluar merasa terkejut melihat Paul dan Net
saling bertatapan. Lalu ketika Paul dan Net pergi, mereka mulai bergosip.
Dengan perhatian, Paul menawarkan diri untuk
menyentir bagi Nai, karena dia menyadari saat dilift, wajah Nai tampak merah
seperti demam.
“Tidak ada yang salah denganku,” kata Nai
sambil menghindari Paul dengan gugup. Lalu ketika Paul membukakan pintu mobil
baginya, dia langsung masuk ke dalam.
Dari jauh, Net melihat itu. Dan dia merasa cemburu.
Lanjut..... Lanjut..... Lanjut..... Semangat🔛🔥
ReplyDelete