Original
Network : Channel 7
Mee serta Ting dengan bersemangat bergosip
dan menceritakan tentang apa yang mereka lihat didalam lift, mereka bahkan juga
sedikit menambah- nambahkan imajinasi mereka ke dalamnya. Mereka yakin kalau
Nai dan Paul berciuman didalam lift. Dan Nai pasti sudah jatuh ke dalam pesona
Paul.
“Jaga mulutmu P’Mee! Aku tidak percaya. Dan
tidak akan percaya. Khun Nai tidak akan pernah melakukan hal seperti itu,
khususnya dengan Paul,” kata Patcharee.
Tepat disaat itu, Dan datang. “Ada apa dengan
Nai dan Paul?” tanyanya penasaran. Dengan ngeri, semuanya langsung berhenti
bergosip serta lanjut bekerja. Kemudian Dan pun mendekati Patcharee serta
menanyai nya.
“Uh… setelah kerjasama dengan Amat, Khun Nai
tidak terlalu ingin bekerja dengan Paul begitu banyak,” kata Patcharee,
menjelaskan dengan gugup.
“Bukankan itu bagus? Nai begitu berbakat. Dia
tidak membutuhkan pecundang seperti Paul untuk membantunya,” komentar Dan.
Mendengar itu, Patcharee hanya tersenyum.
Net datang. “Tapi barusan aku melihat Paul
dan Nai pergi bersama. Jika dia tidak ingin bekerja dengannya, dia tidak akan
dekat dengannya seperti ini.”
Mendengar itu, Dan merasa cemburu.
Melihat Dan cemburu, Net merasa puas. Lalu
dia memberikan nasihat kepada Dan untuk berhati- hati dan awasi Nai dengan
baik, jangan sampai Nai direbut pria lain.
Mendengar itu, para karyawan mulai bergosip
dengan pelan. Dan dengan gugup, Patcharee merasa ingin menghindar. Tapi
sayangnya, tidak bisa.
Ketika Dan sudah pergi, Net mendekati
Patcharee. “Kemana Paul dan Nainapha pergi?” tanyanya.
“Ng… mereka pergi ke… rumah produksi. Tapi
ini demi pekerjaan,” jawab Patcharee dengan suara pelan.
Paramee memuji Nai dan membanggakan Nai
dihadapan rekannya. Dan Singkorn yang mengikuti dibelakang merasa sangat tidak
senang.
Dirumah poduksi. Ketika Ketua Produksi memuji
design Nai serta menyebut Nai berbakat. Dengan jujur, Nai memberitahu bahwa
design itu adalah milik Paul.
“Kamu tidak perlu memberitahu dia bahwa itu
design ku,” komentar Paul, ketika mereka akan pulang.
“Aku ingin jujur. Karena aku tidak ingin
orang berpikir bahwa itu adalah pencapaianku,” balas Nai.
“Aku akan jujur juga. Aku tidak peduli bila
orang- orang tahu atau tidak. Karena aku sangat mengerti untuk apa aku bekerja
disini,” balas Paul, bersikap rendah hati.
“Untuk uang?” tanya Nai dengan sinis.
“Siapa yang tidak mau uang?” balas Paul,
bersikap acuh.
Kemudian disaat itu, Dan datang. Dia langsung
mengajak Nai untuk ikut pergi dengannya. Namun Nai merasa agak ragu untuk
meninggalkan Paul sendirian, karena barusan Paul yang menyentir kan mobilnya
sampai ke sini.
“Pacarku ini selalu memperhatikan setiap
detail kecil untuk setiap karyawan seperti sekarang ini. Jadi …” kata Dan
dengan sikap sombong. Dia lalu mengambil uang dan memasukkan nya ke dalam saku
baju Paul. “Ini harusnya cukup untuk ongkos kan,” katanya. Lalu dia menarik
tangan Nai untuk segera pergi dengannya.
Nai merasa agak tidak senang dengan sikap
Dan. Dia menasehati Dan untuk belajar
menghormati orang lain. Tapi Dan tidak mau, karena menurutnya Paul hanyalah
gigolo yang menempeli Net. Juga dia yakin kalau sekarang Paul pasti juga ingin
menempeli Nai.
“Kami hanya bekerja, Dan,” jelas Nai.
“Aku tahu. Karena itu aku ingin membuat dia
sadar akan statusnya. Jadi dia tidak berpikir kamu mudah di dekati …” balas
Dan.
“Hentikan Dan!” tegas Nai, kesal.
“Aku minta maaf ya, Nai. Aku hanya tidak ingin
kamu bermasalah dengan Net. Karena barusan aku melihat Khun Net tampak tidak
senang, saat Khun Net melihatmu dan Paul bersama,” balas Dan, melembutkan
sikapnya.
Dirumah. Net mencengkram tangan Nai dengan
kasar. Dan Net mengeluh sakit. Tapi Net tidak peduli dan tetap mencengkram
tangannya dengan kuat.
Paramee kemudian datang. “Ada apa?” tanyanya.
“Tidak ada, Ayah. Aku sedang berbicara kepada
Khun Net tentang diamond yang aku cek hari ini,” jawab Nai, tidak berani jujur.
“Aku sedang mendiskusikan pekerjaan
dengannya,” jawab Net sambil tersenyum. Lalu dengan lembut, dia menyuruh Nai
untuk beristirahat.
Ketika Nai telah pergi, Paramee menasehati
Net. “Aku tidak tahu apa yang kamu lakukan, tapi aku beritahu kamu. Didalam
matamu, kamu mungkin berpikir bahwa Nai adalah putri yang paling aku sayangi.
Tapi dimata Nai, kamu adalah orang yang paling disayangin,”’ jelasnya.
Mendengar itu, Net sama sekali tidak merasa
puas ataupun senang.
Paramee mendekati Nai. Dan Nai pun langsung
menlap air matanya. Lalu dia berbalik menghadap Paramee.
“Jika Net mengatakan sesuatu yang buruk atau
melakukan sesuatu yang buruk kepadamu, kamu bisa beritahu aku,” kata Paramee,
tulus.
“Aku baik- baik saja. Tidak pedli apa yang
dia katakan atau lakukan, itu haknya. Hidupku sudah menjadi milik nya sejak
kecelakaan itu. Aku tidak akan pernah melupakan itu,” balas Nai, bersungguh-
sungguh.
Flash back end
Karena Net tidak berhati- hati saat menyetir,
kecelakaan pun terjadi. Disaat itu, Paramee menyelamatkan Nai yang berada
didalam mobil yang tertabrak. Lalu dia memberikan Nai kepada Net. Kemudian dia
lanjut untuk menyelamatkan kedua orang tua Nai yang masih berada didalam mobil.
Ketika Nai tersadar, orang pertama yang
dilihatnya adalah Net.
Paramee tidak berhasil menyelamatkan kedua
orang tua Nai, karena disaat itu mobil kedua orang tua Nai sudah akan meledak.
Jadi diapun menarik Net untuk segera menjauh dari mobil tersebut.
Flash back end
Mengingat kejadian itu, Paramee terdiam. Dia
tidak berani memberitahukan kebenaran yang terjadi kepada Nai.
Singkorn ingin pergi ke kantor Net dan
menemui Net.
Paul datang ke kantor Net. Dan dengan sikap
cemburu, Net membahas tentang apa yang dilihatnya kemarin, dia ingin tahu
apakah Paul dan Nai pergi bersama adalah benar- benar karena pekerjaan. Mendengar
itu, Paul memegang tangan Nai dengan lembut.
“Jika aku mengatakan bahwa aku melakukan ini
untukmu juga, akankah kamu mempercayaiku?” tanya Paul. “Jadi kamu bisa bangga
padaku, dan tidak merasa membuat keputusan yang salah karena sudah
memperkerjakan ku disini,” jelasnya.
Tepat disaat, Net ingin bermesraan dengan
Paul, disaat itu Singkorn datang. Tapi Net tidak peduli dengannya dan mengajak
Paul untuk makan bersama.
Singkorn benar- benar kesal kepada Paul. Lalu
ketika dia mendapatkan surat dari Amat, dan membaca isi suratnya, dia
mendapatkan ide.
“Apa ada orang yang sudah membaca email ini?”
tanya Singkorn kepada sekretarisnya.
“Belum.”
Paul berpapasan dengan Singkorn dan Paramee.
Melihat mereka berdua, dia berniat untuk berjalan pergi begitu saja serta mengabaikan
mereka berdua. Tapi Paramee malah memanggilnya. Jadi diapun berhenti berjalan.
“Ketika Nai bekerja disini, dia selalu
mengikuti perintahku. Singkorn juga. Orang yang memiliki bakat dan tekad suatu
hari akan menjadi orang yang membuat keputusan, dan menugaskan kerjaan untuk
orang lain,” kata Paramee sambil tersenyum dan memegang bahunya dengan sikap
akrab.
“Aku tidak akan bermimpi sejauh itu. Selama
tidak seorang pun mengambil apapun dari hidupku, itu sudah cukup,” balas Paul,
menahan rasa kesalnya didalam hati.
“Kamu berbicara seperti Khun Paramee mencuri
pekerjaan mu untuk diberikan kepada putrinya,” kata Singkorn dengan sengaja
menambahkan garam ke luka Paul.
“Aku tidak berpikiran kecil,” balas Paul
sambil tersenyum acuh. “Dalam hidupku, aku telah kehilangan sesuatu yang lebih
besar dari itu,” jelasnya sambil menatap Paramee. “Aku harap kamu tidak
berpikir aku berbicara seperti apa yang Singkorn pikirkan,” tambahnya sambil
tersenyum.
“Aku mengerti. Karena aku juga telah
kehilangan sesuatu yang berharga dalam hidupku juga,” balas Paramee dengan
lembut.
Paramee kemudian mengambil cek dari Singkorn
dan memberikannya kepada Paul. Melihat cek tersebut, Paul teringat akan
kenangan menyakitkannya. Ketika Paramee menolak untuk melihat Ibunya yang
sakit, dan hanya memberikan cek kepadanya, lalu menyuruhnya untuk pergi.
“Terima kasih. Aku tidak bisa menerimanya.
Lagian ini tugasku,” kata Paul, menolak. Lalu dia berjalan pergi dengan
perasaan terluka.
Didalam kamar mandi. Paul mencuci wajahnya.
Lalu dia menatap ke arah cermin. Dan kedua tangannya mencengkram ujung wastafel
dengan erat.
Patcharee datang menemui Dr. Kashane dan
membawakannya kue serta apel. Dan Dr. Kashane tidak berani memakannya, karena
dia curiga dengan kebaikan Patcharee yang begitu tiba- tiba.
“Aku… aku datang untuk menagih janji mu yang
terakhir kali,” kata Patcharee, mengakui secara jujur tujuan kedatangannya.
“Kamu benar- benar ingin tahu tentang Paul?”
tanya Dr. Kashane sambil menghela nafas capek. “Oh, kamu menyukai dia? Itu
mengapa kamu mengejarku?” tuduhnya.
“Apa kamu gila?! Aku tidak akan pernah
menyukai pria dengan begitu banyak rahasia seperti itu!” tegas Patcharee.
“Berarti kamu tidak mempercayai dia,” kata
Dr. Kashane dengan yakin.
Dengan gugup, Patcharee berpikir keras untuk
mencari alasan yang tepat. Lalu kemudian dia menjelaskan bahwa dia hanya ingin
lebih tahu saja mengenai latar belakang Paul sebagai sesama rekan kerja
diperusahaan yang sama. Dan Dr. Kashane menolak untuk memberitahu. Lalu dia
ingin memakan kue yang Patcharee bawakan. Tapi Patcharee langsung
menghentikannya.
“Jika kamu tidak tahu, maka jangan makan!”
tegas Patcharee sambil menyimpan semua makanan yang ditaruhnya dimeja. Lalu
diapun pergi.
Dengan kesal, Dr. Kashane mengambek dan
menghela nafas keras. “Paul. Apa kamu tahu kalau ada banyak orang yang ingin
tahu tentang mu?” gumamnya, mengkhawatirkan Paul.
Dan datang ke kantor dan mengajak Nai untuk
berkencan serta bersantai seharian. Tapi Nai menolak, karena dia masih ada
pekerjaan yang harus diselesaikan nanti. Lalu ketika Dan mengambek, dia
menasehati Dan untuk berhenti bersikap kekanak- kanakan dan coba mengerti
dirinya. Mendengar itu, Dan merasa agak kesal.
Kemudian pintu lift terbuka, dan Paul
berjalan keluar dari dalam lift sambil tersenyum. Melihat itu, Dan semakin
merasa tidak senang. Dia menarik tangan Nai dan mengajaknya untuk segera pergi
bersama.
“Dan. Aku lupa sesuatu. Tunggu aku dimobil
ya,” pinta Nai. Lalu dia melepaskan tangannya dari pegangan Dan.
Nai mengejar Paul dan memanggilnya. Dia ingin
tahu, apa yang Paul dan Paramee bicarakan barusan. Karena dia khawatir Paul
bermasalah dengan Paramee. Mendengar itu, Paul tersenyum dan menyuruh Nai untuk
tidak perlu khawatir, karena dia dan Paramee hanya membicarakan tentang
pekerjaan saja. Lalu dia menyarankan Nai untuk lebih baik mengkhawatirkan diri
sendiri.
Tepat disaat itu, Dan muncul. “Nai. Kamu
bilang kamu lupa sesuatu. Kamu melupakan sesuatu dengan dia?!” tanyanya sambil
mendorong Paul.
“Dan!” panggil Nai, menghentikan Dan.
“Dia tidak melupakan apapun denganku. Tapi
itu kamu yang melupakan sesuatu denganku,” balas Paul. Lalu dia mengambil
selembar uang dan memasukkan nya ke dalam saku Dan. “Aku tidak menggunakannya,
jadi aku kembalikan.”
Dengan kesal, Dan menarik kerah Paul dan
ingin memukulnya. Tapi Nai langsung menghentikannya. Sementara Paul hanya
tersenyum saja.
Kemudian disaat itu, Mee dan Wit kebetulan
lewat. Mereka berdua segera menarik Paul untuk pergi bersama mereka.
“Nai. Kamu berbohong kepadaku dan mengikuti
dia ke sini?!” bentak Dan, marah dan cemburu.
“Aku mengikutinya untuk menanyai tentang dia
dan Ayah. Dan aku juga sekalian akan pergi ke kantorku untuk mengambil sesuatu.
Tapi kamu datang terlalu cepat,” balas Nai, menjelaskan.
“Aku akan mempercayaimu. Tapi apa kamu lihat
apa yang dia lakukan kepadaku?! Jika dia memprovokasiku lagi, jangan marahi
aku!” tegas Dan. Lalu dia berjalan pergi.
Melihat sikap kekanak- kanakan Dan, Nai
merasa agak capek dan menghela nafas serta memutar matanya.
Patcharee mengirimkan pesan permintaan maaf kepada Dr. Kashane. Tapi Dr. Kashane tidak mau peduli. Lalu dia mulai bertanya- tanya, kenapa Patcharee berpikir Paul ada menyembunyikan sesuatu.
Dr. Kashane kemudian menggeledah isi kamar
Paul untuk mencari tahu. Dan didalam kamar dia menemukan begitu banyak barang-
barang bermerk.
“Apa yang kamu lakukan di dalam kamarku?”
tanya Paul sambil bersandar dengan santai di pintu.
“Mencari tahu kebenaran,” jawab Dr. Kashane tanpa sadar. Lalu dia terkejut sendiri dan secara diam- diam dia mengembalikan barang yang dipegangnya ke dalam laci sambil tersenyum.
“Sekarang kamu pasti sudah tumbuh besar
sekitaran umur Paul,” gumam Paramee sambil menatap foto Paul sewaktu kecil.
Ketika Net datang. Paramee langsung
menyembunyikan foto tersebut ke dalam buku catatan nya.
Net protes, kenapa Paramee belum bersiap,
kepadahal Paramee berjanji akan menemaninya ke rumah Madam Kanlaya. Mendengar
itu, Paramee menyuruh Net untuk pergi saja sendiri, karena dia punya pekerjaan
penting yang harus diselesaikan.
“Sendiri? Apa kamu tidak berpikir apa yang
akan orang- orang disana pikirkan tentang ku? Kamu sudah lama belum menghadiri
pesta bersama ku,” keluh Net, kesal.
“Kamu ingin aku menghadiri pesta dengan mu
karena kamu takut digosipi?” balas Paramee sambil mendengus geli. “Menurutku
masalah kecil ini tidak akan berdampak padamu,” ejeknya.
Paul mengintrogasi Dr. Kashane. Dan Dr.
Kashane beralasan bahwa dia ada melihat tikus didalam kamar Paul, jadi dia
ingin menangkapnya untuk Paul. Tikusnya sangat besar. Warnanya coklat. Namanya
Mary.
“Menggelikan,” gumam Paul sambil menggeleng-
gelengkan kepalanya.
Kemudian disaat itu, Net menelpon. Dan Paul
langsung menjawabnya. Dengan penasaran, Dr. Kashane menatap Paul.
Singkorn menelpon Net. Tapi Net langsung
mematikannya.
Dr. Kashane merasa khawatir dan curiga kepada
Paul. Jadi dia menanyai, siapa yang ingin Paul temui. Tapi Paul tidak mau
memberitahu dan malahan balas bertanya, apakah Dr. Kashane adalah Ibunya.
“Jika aku Ibumu, aku akan mengambil sapu lidi
diluar dan memukulimu!” omel Dr. Kashane. “Paul. Sejak aku bertemu denganmu,
kamu bukanlah seseorang yang berbelanja secara royal.”
“Kamu masuk ke kamar ku karena ini?” tanya
Paul.
“Iya,” jawab Dr. Kashane dengan jujur. “Aku
ingin tahu jika rumor di Crown Diamond itu benar atau tidak. Ketika aku masuk
ke kamar mu dan melihat semua barang- barang mewah tersebut, aku jadi percaya
bahwa semuanya itu benar. Ketika kamu dipukuli, itu bukan karena kerjaan kan.
Paul, jangan jual dirimu. Jika masalah keuangan…”
“Kamu akan meminjami ku uang?” sela Paul,
bertanya.
“Aku sedang sulit juga,” jawab Dr. Kashane
dengan agak malu- malu. “Tapi kita teman. Kita bisa saling membantu,” jelasnya.
“Aku tidak punya masalah keuangan,” balas
Paul, menegaskan dengan jelas. “Aku akan memberitahumu ketika waktunya tiba,”
tegasnya. Lalu dia mengabaikan Dr. Kashane.
Singkorn sedang memarahi sekretarisnya.
Kemudian Nai dan Paul datang ke kantornya.
“Apakah kamu ada melihat pemberitahuan
tentang tanggal nya di majukan?” tanya Singkorn. Dan Nai mengiyakan, juga
itulah tujuan kedatangannya. “Sebenarnya ini salah sekretarisku. Email sudah
lama masuk, tapi aku tidak tahu kemana email itu pergi. Hari ini kita ada
menerima notifikasi yang lain,” jelas Singkorn, menyalahkan sekretarisnya.
“Tapi biasanya email itu dikirimkan ke pusat.
Itu tidak akan menghilang semudah itu. Itu tidak akan terhapus dari sistem
sebelum seseorang melihatnya,” balas Paul dengan yakin.
Mendengar itu, Singkorn menatap Paul dengan
tidak senang. “Apa kamu ingin menfitnah seseorang?”
Lanjut terus lanjut...
ReplyDelete