Original
Network : Channel 7
Ketika Nai sedang menerima wawancara. Mee
bergosip dengan panik. Dia menggosipi pemakaman satu tim mereka. Dan Wit sangat
terkejut.
“Baca email mu sekarang!” kata Mee,
memberikan petunjuk.
“Oh ya, Khun Nai. Kamu mungkin sedang bekerja
keras mengerjakan design perhiasan untuk pasangan kerajaan ya?” tanya reporter,
ingin tahu. “Aku menemukan press konfrensi nya di majukan, design untuk pakaian
pengantinnya juga terburu- buru,” jelasnya, memberitahu.
Mendengar itu, Nai dan Patcharee sama- sama
terkejut. Karena mereka berdua sama- sama tidak tahu tentang kabar itu.
Ketika Nai dan Paul datang ke kantor Singkorn
untuk bertanya. Singkorn sedang memarahi sekretarisnya. Dia menyalahkan sekretarisnya
untuk masalah yang terjadi sekarang. Dia
mengatakan kalau dia tidak ada menerima email notifikasi mengenai tanggal nya
dimajukan. Tapi Paul sama sekali tidak percaya dengan Singkorn.
Flash back
Sekretaris datang dan menunjukkan email dari
Amat kepada Singkorn. Dan membaca email tersebut serta mengetahui kalau belum
ada yang melihatnya, Singkorn menyuruh sekretarisnya untuk menghapus email dari
Amat itu. Juga jangan biarkan siapapun melihat email notifikasi tentang
dimajukan tanggalnya.
Flash back end
Singkorn bersikap tidak bersalah dan dia
menuduh kalau Paul ingin menfitnahnya. Dan dengan tenang, Paul menjelaskan
bahwa dia tidak akan berani untuk menfitnah seseorang tanpa bukti. Dan Singkorn
merasa puas.
“Mengenai kesalahan sekretaris ku. Itu adalah
masalah yang serius. Jadi kamu tidak bisa bekerja disini lagi!” kata Singkorn,
memecat sekretarisnya. Dan si sekretaris merasa sangat terkejut sekali.
Nai menenangkan Singkorn untuk jangan
bertindak gegabah serta pikirkan bersama- sama mengenai solusi nya. Dan
Singkorn mengiyakan. Serta dia menjelaskan bahwa dia akan mengikuti Nai. Lalu
setelah masalah selesai, dia akan mempertimbangkan kembali situasi
sekretarisnya. Mendengar itu, Paul menatap Singkorn.
“Sekarang, aku akan menghubungi Amat. Aku
akan meminta waktu untuk mengantarkan barangnya. Setidaknya itu akan
menambahkan waktu untuk bernafas bagi para karyawan disini,” jelas Singkorn.
“Terima kasih,” kata Nai, mempercayai
Singkorn.
Paul menanyai, apa yang akan Nai lakukan,
karena mereka hanya mempunyai sisa waktu dua hari saja. Dan Nai meminta Paul
mengupdatekan proses pekerjaan kepadanya, karena tidak peduli apapun itu,
mereka harus mengirimkan barang tepat waktu.
“Bagamaina jika kita tidak bisa?” tanya Paul.
“Ini hanya jika. Karena apapun bisa terjadi. Kepercayaan diri itu bagus. Tapi
kita tidak boleh lupa untuk menluangkan perasaan untuk kegagalan,” jelasnya,
menasehati.
“Kita harus mengirimkan barangnya tepat
waktu. Tidak ada kegagalan di Crown Diamond,” tegas Nai.
Singkorn mengakui kesalahannya kepada
Paramee. Dan Paramee bersikap sama seperti Nai. Dia tidak mau menyalahkan
siapapun, yang dia inginkan adalah solusi untuk memperbaiki kesalahan.
Mendengar itu, Singkorn tersenyum seperti sudah menduga.
“Tapi aku takut kalau Khun Nai tidak akan
bisa melakukannya tepat waktu. Haruskah aku yang menanganinya langsung?” tanya
Singkorn, menawarkan diri.
“Tidak perlu. Aku percaya Nai pasti bisa,”
balas Paramee dengan yakin. “Singkorn. Biarkan Nai membukti kan dirinya. Atau
kamu tidak mempercayai kemampuan putriku?” tanyanya, ketika Singkorn tampak
ingin protes.
“Aku percaya. Mungkin aku terlalu khawatir
tentang perusahaan,” jawab Singkorn dengan terpaksa. Lalu setelah Paramee
berjalan pergi, dia menatapnya dengan tajam sambil mengepalkan tangannya dengan
erat.
Nai dan Paul memeriksa proses pengerjaan
perhiasaan bersama- sama.
Nai merasa sangat capek sekali, tapi dia
terus memaksakan dirinya sendiri supaya kerjaan bisa segera terselesaikan. Dan
dengan perhatian, Paul mengantarkan makanan untuknya. Tapi Nai menolak untuk
makan.
“Hati- hati kamu pingsan seperti terakhir
kali. Aku tidak ingin pacarmu salah paham lagi,” sindir Paul. Lalu dia
mendorong makanan ke hadapan Nai. “Mau aku suapi?” tanyanya sambil tersenyum.
“Tidak perlu. Aku bisa makan sendiri,” tolak
Nai, mengambil makanannya.
Paul kemudian menanyai Nai, apakah Nai tidak
ingin mencari tahu mengapa bawahan Singkorn bisa membuat kesalahan. Dan Nai
merasa itu tidak perlu.
“President begitu beruntung untuk memiliki
tangan kanan seperti Khun Singkorn yang membantunya disetiap aspek,” komentar
Paul dengan agak sinis.
Didalam kamar hotel. Setelah menikmati malam
bersama dengan Singkorn, Net merapikan penampilannya. Lalu dari belakang,
Singkorn datang dan memeluknya dengan mesra.
“Haruskah kita mencari waktu untuk
menghabiskan waktu bersama lebih lama? Aku bisa mencoba mencari alasan supaya
kita bisa pergi melakukan perjalanan bisnis keluar negri selama seminggu,” kata
Singkorn, berharap.
“Kamu kira aku seluang itu? Tidak mungkin,”
tolak Net dengan ketus. “Aku sudah memberimu malam ini.”
“Kamu datang menemuiku malam ini untuk
menghabiskan waktu saja, karena Paul sibuk membantu Khun Nai,” protes Singkorn.
“Bisakah kamu berhenti berpikir seperti itu?
Itu sangat membosankan kamu tahu? Dan ketika aku bosan padamu, aku bukan hanya
aku sekedar tidak akan menjawab telponmu,” ancam Net. Lalu dia pergi begitu
saja.
Paul memberitahukan update berita terbaru
kepada semuanya. Amat ingin mereka untuk mengantarkan barang ke bandara sebelum
dia terbang kembali ke negaranya. Waktunya sebelum pukul 2 siang. Dan dia
menugaskan supaya Mee menemani pengantaran besok. Dengan bersemangat, Mee
mengiyakan.
“Khun Pat. Khun Nai belum datang ke kantor
ya?” tanya Paul, ingin tahu.
“Dia bilang dia sedang mengecek beberapa
pekerjaan di bagian produksi,” jawab Patcharee, memberitahu.
“Jangan bilang dia disana sepanjang malam,”
gumam Paul, khawatir. Dan Patcharee mengiyakan bahwa itu benar.
Nai membawakan makanan untuk para pekerja di
bagian produksi. Dan melihat betapa perhatiannya Nai kepada para karyawan, Paul
tersenyum.
Nai mulai merasa capek dan menguap. Melihat
itu, Paul menyarankan supaya Nai pulang serta beristirahat, sisanya dia yang
akan mengurusnya malam ini. Tapi Nai menolak, dia ingin pekerjaan selesai,
barulah dia akan pulang.
Pekerjaan yang tersisa tinggal 10% saja,
yaitu detail- detail kecilnya, jadi malam ini semuanya akan selesai. Mengetahui
itu, Nai merasa sangat senang dan puas.
“Khun Nai. Kamu telah mengurus kami dengan
baik, jadi kami akan melakukan yang terbaik. Benarkan semuanya?!” kata Manajer,
bertanya kepada semuanya. Dan dengan bersemangat, semuanya mengiyakan.
Paul membelikan beberapa kebutuhan mandi
untuk Nai, seperti handuk, sabun, sampo, dan lainnya. Karena Nai menolak untuk
pulang. Menerima itu, Nai mengeluh, apakah Paul bermaksud mengejeknya kotor.
Dan Paul tertawa. Lalu dia menasehati Nai untuk jangan terlalu khawatir serta
jangan bekerja berlebihan.
Sekretaris melapor kepada Singkorn bahwa
perhiasan di bagian produksi sudah hampir selesai. Mengetahui itu, Singkorn
merasa tidak senang.
“Dia bisa menyelesaikannya tepat waktu. Namun
walaupun begitu, bukan berarti tidak akan ada masalah lain kan?” gumam
Singkorn, memikirkan sebuah rencana baru. Dan si Sekretaris hanya merespon
dengan tersenyum saja.
Dengan teliti, Nai memeriksa setiap permata yang akan dipasang. Dan Paul membantunya memeriksa juga.
Nai mulai merasa lelah dan tertidur. Melihat
itu, Paul tersenyum sambil menggeleng- gelengkan kepalanya. Dia merapikan pena
dan buku yang Nai pegang. Lalu dia duduk sambil meminum secangkir kopi dan
menatap wajah Nai yang tertidur.
Ketika Dan datang ke bar, temannya merasa
heran, kenapa Dan tidak menemani dan mendukung Nai disaat seperti ini. Karena
dia mendengar kalau Crown Diamond sedang memiliki beberapa masalah. Namun Dan sama
sekali tidak tahu, ada masalah apa disana, karena beberapa hari ini dia belum
ada bertemu dengan Nai. Lalu Nai juga tidak ada memberitahunya.
“Mungkin dia punya seseorang yang lebih bisa
diandalkan dibanding kamu?” canda si teman sambil tertawa. Mendengar itu, Dan
merasa agak tidak senang.
Si teman kemudian melihat wanita yang Dan
goda kemarin datang ke bar, dan diapun memberitahu Dan. Melihat itu, Dan
langsung mendekati si wanita.
Pagi hari. Saat Nai terbangun, dia langsung
memeriksa waktu dijam tangannya. Lalu dia pergi ke bagian produksi dan protes
kepada Paul yang ada disana, karena Paul tidak ada membangunkannya. Kemudian
dia menanyai Manajer, apakah semuanya sudah selesai. Dan Manajer menunjukkan
hasil perhiasan yang sudah selesai dan juga sudah dicek oleh Paul.
“Menurutku, kamu harus mengeceknya lagi,”
kata Paul, menyarankan. Dan Nai langsung melakukannya.
Melihat hasil perhiasan yang sudah jadi, Nai merasa sangat puas. Dan dengan manis, Paul tersenyum kepadanya.
Patcharee kemudian datang dan membawakan baju
ganti untuk Nai.
Wit tiba- tiba mendapatkan kabar bahwa mobil
yang seharusnya sekarang sudah diantarkan ke sini, malah terkena sedikit
masalah, jadi mereka harus menunggu sejam lagi. Dan mendengar itu, Mee serta
Ting merasa panik, karena jika mereka menunggu, mereka pasti akan telat.
“Tidak perlu menunggu. Kita langsung ke
bandara sekarang. Aku akan mengikuti dari belakang,” kata Nai, memutuskan.
Mee naik mobil pertama bersama dua orang
bodyguard. Dan Paul serta Nai naik mobil kedua, mengikuti Mee dari belakang.
Sementara Wit, Ting, dan Patcharee di tinggal di belakang.
“Bagus… setelah semuanya selesai, aku akan
memberikan uang nya,” kata Singkorn kepada seseorang ditelpon dengan ekspresi
puas.
Didalam mobil. Paul menenangkan Nai untuk
jangan khawatir dan jangan gugup, karena mereka pasti bisa.
Mee meminta kedua bodyguard untuk menyetir
lebih pelan, jangan terlalu ngebut. Tapi kedua bodyguard tersebut tidak
merespon.
Nai merasa heran, kenapa mobil Mee terlalu
cepat. Lalu dia memerinta Paul untuk ngebut juga serta mendekati mobil Mee. Dan
Paul pun melakukannya.
“Kurangi kecepatannya,” pinta Mee, karena dia
melihat kalau mobil mereka dan mobil Nai berjarak terlalu jauh. Tapi kedua
bodyguard tetap mengabaikannya. “Oh, tidak apa. Khun Nai masih dibelakang
kita,” kata Mee, ketika melihat ke belakang. “Bang, nanti disana belok kiri ya.
Kiri,” kata Mee, mengarahkan. Tapi mobil malah menuju ke arah lain.
Paul dan Nai mulai merasa ada yang aneh.
Mee juga merasa ada yang aneh, jadi diapun
protes. Tapi salah satu bodyguard yang ada didepan malah pindah ke belakang dan
memukuli nya. Bahkan bodyguard itu juga memiliki pistol. Dengan susah payah,
Mee berusaha untuk melawan dan melindungi diri nya.
“Hati- hati!”
kata Nai sambil memegang pegangan diatas mobil. Dan dengan fokus, Paul
terus mengebut mengejar mobil Mee.
Mee berhasil mendorong si bodyguard pertama.
Lalu setelah itu, dia menccekik leher bodyguard kedua yang sedang menyetir.
“Hentikan mobilnya sekarang!” perintahnya.
Paul mempercepat mobilnya dan menghadang
mobil Mee dari depan, sehingga mobil Mee pun berhenti. Lalu Paul berusaha untuk
membantu Mee. Tapi disaat itu, malah bodyguard pertama yang keluar dari dalam
mobil. Jadi Paul pun bertarung melawannya.
Bodyguard kedua berhasil melepaskan lehernya
dari cekikan Mee. Dan lalu dia langsung keluar untuk membantu rekannya dalam
melawan Paul.
Melihat itu, Nai merasa khawatir.
Mee keluar dari dalam mobil juga. Dan ikut
bertarung.
Paul berhasil merebut pistol bodyguard kedua.
Dan lalu dia mengarahkan pistol tersebut ke mereka. Dengan takut, kedua
bodyguard tersebut langsung berlari kabur.
Paul, Mee, dan Nai, pun langsung pergi
darisana juga.
“Orang kita sudah menunggu dibandara, tapi
Crown Diamond belum datang juga. Apa yang harus kita lakukan, Yang Mulia?”
tanya Pengawal kepada Amat.
Mendengar itu, Amat diam.
Nai merasa sangat khawatir. Dan Paul berusaha
untuk menenangkannya.
“Yang Mulia, kita sudah tidak bisa menunggu
lebih lama lagi,” kata Pengawal, memberitahu Amat. Dan Amat merasa bingung
harus bagaimana.
Seorang pengendara motor lewat dan
melemparkan paku- paku kecil ban mobil Paul. Sehingga ban mobil mereka meletus
dan dengan terpaksa, mereka pun harus berhenti.
“Apa yang harus kita lakukan? Kita tidak bisa
lanjut mengemudi!” tanya Mee, panik.
“Yang Mulia, Crown Diamond masih belum
terlihat,” lapor Pengawal, memberitahu. “Tapi ada seseorang yang datang ke sini
untuk bertemu dengan mu.”
Orang yang dimaksud oleh si Pengawal masuk ke
dalam ruangan sambil membawa sebuah koper hitam. Melihat itu, Amat tersenyum
kepadanya.
Nai mengambil koper yang dipegang oleh Mee.
Lalu dia keluar dari mobil dan berjalan kaki. Melihat itu, Paul berusaha
menghentikan Nai. Tapi Nai tidak mau berhenti, dia berniat untuk berjalan ke
bandara dan mengantarkan barangnya sendiri.
Lalu disaat itu, Paramee menelpon. Setelah
selesai, Nai menatap ke arah Paul. “Dia memberitahuku untuk pulang. Mereka
tidak mau menunggu kita,” katanya dengan perasaan sangat kecewa kepada dirinya
sendiri. Sekaligus merasa stress.
Mendengar itu, Paul juga merasa stress.
Dirumah. Nai menanyai, kenapa Paramee
menyuruhnya untuk pulang, kepadahal dia yakin bahwa mereka masih sempat bertemu
dengan Amat. Dengan lemas, Paramee memberitahu bahwa semunya sudah berakhir.
Dan Nai tidak mengerti.
“Itu artinya kamu sudah menghancurkan
semuanya,” kata Net dengan ketus kepada Nai.
“Ada sponsor besar yang menawarkan seset
perhiasan diamond kepada Yang Mulia. Mereka yakin kalau kita pasti tidak akan
bisa mengantarkan barang tepat pada waktunya, jadi mereka memutuskan untuk
menggunakan brand tersebut,” kata Paramee, menjelaskan.
Dengan kasar, Net menyalahkan Nai. Tapi
Paramee menghentikannya untuk jangan seperti itu. Dan dengan sedih serta
perasaan bersalah, Nai hanya diam saja.
Ditempat parkir. Didalam mobil. Singkorn
bertemu dengan bodyguard yang ditugaskannya untuk mengacaukan pengantaran
diamond hari ini.
“Aku tidak akan membayar satu baht pun untuk
pekerjaanmu yang gagal,” kata Singkorn dengan tidak puas dan tidak senang.
“Tapi mereka tidak bisa sampai dibandara
tepat waktu,” balas si bodyguard.
“Baiklah,” kata Singkorn, memberikan bayaran
kepada si bodyguard. “Jangan biarkan siapapun melihat wajahmu lagi, mengerti?”
jelasnya, mengingatkan.
“Ingat,” jawab si bodyguard. Lalu diapun
langsung pergi.
Dibar. Paul bertemu dengan pengendara motor
yang melemparkan kembang api ke ban mobil hari ini. Dia berterima kasih dan
memberikan bayaran kepada si pengendara.
Flash back
Paul menelpon Pamannya. Dia memberitahu bahwa
sekarang dia sudah bekerja di Crown Diamond. Dan Paman mendukung Paul. Lalu
Paul meminta bantuan Pamannya. Dia ingin Crown Diamond tidak bisa mengantarkan
barang tepat waktu.
Dikantor. Paul mengirimkan design perhiasan
yang dibuatnya kepada Wang.
“Dengan
kemampuan ML. Aku percaya kita bisa membuat seset diamond baru supaya Yang
Mulia mengubah pilihannya dari Crown Diamond.”
Wang datang mengantarkan seset diamond kepada
Yang Mulia Amat.
“Apa kamu yakin Paul, kamu ingin seperti
itu?” tanya Paman, memastikan.
“Iya, Paman,” jawab Paul dengan sangat yakin.
Flash back end
Paul tersenyum puas, karena semuanya berhasil sesuai rencana.
Lanjut....
ReplyDelete