Sinopsis C-Drama : The Little Nyonya E44

 


Sinopsis C-Drama : The Little Nyonya E44


Ny. Chen merasa cemas dan juga khawatir karna Zhenzhu selalu pulang dalam keadaan mabuk. Dia curhat sama Ling kalau semua adalah kesalahannya karna membiarkan Xi Er menikahi Zhenzhu.





Ketika mereka lagi berbincang sambil jalan-jalan di sekitar rumah, mereka tanpa sengaja mendengar pertengkaran Zhenzhu dan Meiyu dari luar kamar. Zhenzhu menggerutu mengenai Tianbao yang sudah di suruh untuk kabur ke Siam tapi malah datang ke Singapura! Bagi Zhenzhu, Tianbao layak ditembak mati oleh polisi.


Ling berusaha mencegah Ny. Chen mendengar pertengkaran mereka, tapi Ny. Chen memberitanda baginya untuk diam. Dia ingin tahu apa saja yang Meiyu dan Zhenzhu bicarakan.

Meiyu menegur Zhenzhu untuk tidak bicara begitu karena bagaimanapun, Tianbao adalah abang Zhenzhu. Zhenzhu tidak mau mengakui Tianbao sebagai abangnya karna menurutnya, Tianbao itu bodoh. Meiyu tidak ingin membahas hal itu lagi dan hanya ingin Zhenzhu menelpon Xiufeng, ibunya. Zhenzhu mengingatkan kalau keluarga mereka sudah jatuh miskin dan sekarang tinggal di gudang reyot dan tiadk mempunyai telepon, jadi gimana mau ditelpon. Meiyu akhirnya menyuruh Zhenzhu ke Melaka untuk memberikan pada Xiufeng beberapa perhiasan yang dimilikinya.



Zhenzhu tidak mau. Dia menolak pulang dengan alasan akan dimarahi dan itu memalukan! Meiyu sangat marah mendengarnya karna mereka adalah bagian dari keluarga Huang. Dasar anak tidak tahu diri, Zhenzhu malah mengungkit bahwa anak perempuan yang sudah menikah itu keluar dari keluarga. Jadi, intinya, Zhenzhu sudah tidak mau tahu lagi atau peduli pada keluarganya.

Ucapannya itu sangat mengecewakan Meiyu. Bukan hanya Meiyu tapi Ny. Chen yang menguping. Meiyu mulai membandingkan Zhenzhu dengan Yueniang. Dia mendengar kabar kalau Yueniang membantu keluarga mereka dengan mengirim beras dan minyak, padahal mereka dulu memperlakukan Tian Lan dan Juxiang dengan sangat buruk. Tapi, Zhenzhu malah tidak tahu diri dan tidak mau peduli.



Meiyu merasa sedih karna Yueniang sudah meninggal dan tidak ada lagi yang bisa membantu keluarga Huang. Zhenzhu tidak suka mendengar Meiyu yang terus menerus memuji Yueniang. Dia menuduh Yueniang tidak tulus membantu mereka. Baginya, Yueniang hanya mau pamer agar keluarga Huang tahu betapa kuat dan hebatnya dia sekarang. Juga, untuk melihat betapa sengsara dan menderitanya mereka yang sudah menindasnya dulu.

“Dewa itu adil, dia dibakar sampai mati,” ujar Zhenzhu, mensyukuri kematian Yueniang.

Meiyu emosi mendengar perkataannya itu! Bagaimanapun, Yueniang tidak berhasil kabur dari api karna menyelamatkan Yuzhu! Meiyu memperingati Zhenzhu untuk menjaga mulutnya karna masalah ini di rahasiakan dari Ny. Chen. 

Zhenzhu nggak peduli dan malah tambah mengancam akan memberitahu kalau Xi Er sekarang mengalami luka bakar dan berada di rumah sakit.



Ny. Chen sangat shok mendengarnya hingga hampir jatuh pingsan. Meiyu dan Zhenzhu terkejut dan langsung keluar. Tapi, Ny Chen sudah sangat marah dan kecewa pada keduanya. Untuk melihat wajah Zhenzhu saja dia sudah muak. Dia pun meminta Ling untuk menuntunnya ke kamar.


Zhenzhu merasa ketakutan sekarang. Dia berujar pada Meiyu bahwa dia benar-benar tidak tahu kalau Ny. Chen ada diluar. Meiyu sudah sangat marah, muak dan benci pada Zhenzhu. Untuk menamparnya saja, Meiyu udah merasa malas. Dia hanya menyuruh Zhenzhu untuk ikut dengannya.



Meiyu membawa Zhenzu ke dapur belakang. Dia membuka penutup sumur yang ada dan mulai bercerita. Gong sebenarnya menyuruhnya mencari orang untuk menyegel sumur ini, tapi dia menolak dengan alasan bahwa sumur ini sudah menyediakan air selama 3 generasi. Jadi, mereka membiarkannya agar generasi mendatang akan bersyukur atas berkah mereka. Akan tetapi, alasan sebenarnya Meiyu menolak untuk menutup sumur itu adalah jika suatu hari dia sudah tidak mau hidup lagi, dia akan melompat ke sumur di malam yang sunyi. Dia sudah mau melompat beberapa kali tapi tidak melakukannya.


“Itu karna bibi tak rela. Bibi tak rela mati begitu saja. Jika bibi mati, dia bisa menikahi wanita lain secara terang-terangan. Bibi tak mau itu terjadi. Bibi mau bertarung dengannya, lihat siapa yang hidup lebih lama. Selama Bibi masih hidup, Bibi adalah menantu keluarga Chen yang jujur. Tak ada yang bisa menggantikan bibi. Nenek sudah bilang. Aku selamanya menjadi cucu menantunya. Semua orang di keluarga Chen akan memperlakukan Bibi dengan baik. Tapi…” diliputi amarah, Meiyu tiba-tiba mendorong Zhenzhu ke mulut sumur.



“Bibi, apa yang kau lakukan!!” teriak Zhenzhu ketakutan dan berusaha lepas dari cengkeraman Meiyu.

“Kau membuat Bibi dibenci oleh nenek dan semua orang di keluarga Chen! Jika kau memaksa Bibi melompat ke sumur, Bibi akan mendorongmu lebih dulu,” ujarnya dan dengan sekuat tenaga, berusaha membuat Zhenzhu jatuh masuk ke dalam sumur.

Zhenzhu berusaha keras memberontak. Begitu dia berhasil lepas dari Meiyu, dia mulai meneriaki bibinya tersebut sudah gila.


“Kau tak mendengarkan Bibi. Kau pulang mabuk setiap hari. Tak menghormati para tetua dan kurang ajar. Kini Bibi paham. Kau di sini untuk mencelakai Bibi. Dengar, tak mudah bagi Bibi untuk bertahan hidup sampai sekarang. Walau Bibi mau mati, Bibi mau mati dalam keluarga ini! Bibi akan membunuh siapapun yang membuat Bibi diusir dari rumah ini! Bibi akan membunuhnya!” teriak Meiyu dengan ekspresi menakutkan.


Zhenzhu sangat-sangat ketakutan melihat ekspresi Meiyu dan lari tunggang langgang.

--


di Rumahsakit,

Gong menjenguk putranya di rumah sakit sekaligus mengabari kematian Charlie dan Robert. Hal ini membuktikan kalimat : “Ada karma untuk semua dosa.”  Gong berharap bahwa sekarang Sheng dan Yueniang bisa beristirahat dengan tenang. Gong berusaha menghibur putranya agar tetap semangat menjalani hidupnya.


Saat itu, Libby datang menjenguk. Gong pun pamit kembali ke kantor dan meninggalkan Libby dengan Xi Er. Libby datang dengan membawa kabar bahagia mengenai kondisi fisik Yuzhu yang kini lebih baik dan juga lebih tenang. Dokter juga bilang kalau Yuzhu bisa minum obat setelah melahirkan. Dan seharusnya, akan ada lebih banyak kemajuan.



Xi Er senang dengan kabar Yuzhu, tapi dia tetap tidak bisa menyembunyikan kesedihan atas kematian Yueniang. Libby berusaha keras menyemangatinya agar bersemangat menjalani hidup.

“Libby, aku mau mengunjungi Yueniang.”

“Baik, setelah kau diizinkan pulang.”

“Tidak. Aku mau pergi sekarang.”

--


Akhirnya, Libby pun membawa Xi Er yang masih dalam kondisi lemah ke sebuah danau yang luas. Xi Er sudah membawa sebuket bunga dan heran kenapa mereka malah ke danau, bukannya ke makam Yueniang? Libby menjawab kalau Yueniang tidak akan mau terkurung dalam kuburan. Yueniang sudah menjadi angin, awan, bunga, seikat rumput, setetes embun. Selama Xi Er tulus, dia akan bisa melihat dan merasakan Yueniang.



Xi Er berjalan ke tepian danau. Sorot matanya memancarkan kesedihan teramat dalam. Dia pun melemparkan buket bunga yang dibawanya ke danau. Semua kenangannya bersama Yueniang berputar di dalam ingatannya layaknya sebuah film.

“YUENIANG! YUENIANG! YUENIANG!!” teriak Xi Er, penuh kesedihan.

--


Setelah mengantarkan Libby kembali ke rumah sakit, Libby tidak lantas pulang melainkan pergi ke sebuah kamar rawat lain yang cukup jauh dari kamar rawat Xi Er. Di dalam kamar rawat itu ada Ah Tao dan Liu Yitao.

Ah Tao menangis sedih. Saat melihat Libby datang, dia langsung mengutarakan kekesalan dan kesedihannya. Kenapa? karna Yueniang berhasil diselamatkan, tapi dia malah membuat rumor kalau dia sudah mati. Liu Yitao juga marah dan menyebut Yueniang keterlaluan. Yueniang meminta maaf atas tindakannya tapi dia juga bisa merasakan tulusnya perhatian Ah Tao, Liu Yitao dan Libby.


Yueniang kemudian meminta Ah Tao dan Liu Yitao untuk pulang. Setelah itu, dia baru mengajak Libby berbincang. Yueniang meminta Libby membantunya agar bisa keluar rumah sakit karna dia sudah merasa sangat bosan. Tapi Libby menolak karna takut luka Yueniang infeksi. Libby tahu kesedihan yang Yueniang rasakan, dan dia menasehati Yueniang untuk tidak memendamnya, tapi lampiaskan semuanya.

“Kenapa aku harus menangis? Aku tak sabar untuk tersenyum,” ujar Yueniang.

“Tersenyum?”



“Ya, aku mau tersenyum. Karna aku sangat beruntung. Tanpa diduga, aku berhasil keluar sebelum rumah itu runtuh. Untungnya, karung itu (yang digunakan Yueniang untuk berlindung dari api saat lari keluar rumah) basah karna hujan sebelumnya. Makanya aku bisa gunakan karung itu untuk keluar. Jadi, aku sangat bersyukur karna masih hidup. Setelah kebakaran itu, aku memutuskan untuk melajang seumur hidupku.”



Libby tidak setuju dengan keputusan Yueniang karna dia ingin Yueniang dengan Xi Er. Dia bisa merasakan perasaan mereka satu sama lain. Dia berharap Yueniang akan berubah pikiran.

“Libby, kau sudah berjanji padaku. Yueniang sudah mati,” tegas Yueniang.

“Kau mau menjadi begitu kejam membiarkannya menderita?”

“Itu akan berlalu. Jika aku bersamanya, aku akan hidup dengan merasa bersalah dalam kehidupan ini.”

“Kenapa kau merasa bersalah? Bukankah seharusnya kalian bersatu jika saling mencintai?”

“Jika aku tak bertemu dengannya, nasib Yuzhu tak akan begitu tragis.”



Libby menegaskan kalau itu bukanlah salah Yueniang. Takdir tidak bisa diprediksi dan dikendalikan. Tidak seharusnya Yueniang mengorbankan kebahagiaannya sendiri. Sayang beribu sayang, Yueniang sudah bulat pada keputusannya. Dia yakin dengan keputusannya yang seperti ini, Xi Er akan bahagia. Dia yakin kalau Xi Er tidak akan bernasib seperti Sheng karna Xi Er bukanlah Sheng dan Zhenzhu bukanlah Meiyu.

Libby mengerti hal itu, tapi darimana Yueniang bisa yakin kalau Xi Er akan bahagia? Yueniang tersenyum dengan mata berkaca-kaca dan berujar bahwa Xi Er akan menemukan gadis yang lebih baik daripadanya. Misalnya, Libby. Yueniang tahu kalau Libby menyukai Xi Er. Libby pun mengakui hal itu tapi yang di sukai Xi Er adalah Yueniang.

“Libby, temanku. Jika kelak kau benar-benar bersama Chen Xi, aku akan sangat bahagia. Aku akan memberikan restu juga. Jangan mencemaskanku. Aku akan baik-baik saja.”

Libby tidak tahu harus berkata apalagi selain hanya menangis.

--



Walaupun Yueniang berkata seolah bisa melupakan Xi Er, faktanya tidak demikian. Dia tidak akan pernah bisa melupakan Xi Er dan perasaannya. Secara diam-diam, dia mengintip kamar rawat Xi Er. Dia tidak bisa menutupi kesedihannya dan menangis tersedu-sedu.




“Maafkan aku,” tangisnya melihat Xi Er menangis sedih.

--



Malam hari,

Zhenzhu terbangun di tengah malam. Semua karna dia bermimpi buruk. Dia bermimpi kalau Meiyu masuk ke kamarnya dan mencekiknya. Ancaman Meiyu tadi siang benar-benar menghantui Zhenzhu. Dia sangat takut kalau Meiyu akan membunuhnya di saat dia lengah.



Karna rasa takut yang sudah memuncak itu, dia pun turun ke lantai bawah dan menggunakan telepon untuk menghubungi pacar Inggrisnya, Peter. Dia mau ikut Peter ke London, tapi Peter harus datang menjemputnya sekarang juga! Sekarang!!



Malam itu, hujan turun dengan sangat deras. Zhenzhu sudah mengganti piyamanya dengan sebuah dress berwarna ungu. Dia juga sudah mempacking barang-barangnya. Dia siap meninggalkan kediaman Chen. Tapi, sebelum itu, dia ingin mencuri harta keluarga Chen.

Secara diam-diam, dia menyelinap ke kamar Ny. Chen. Pintu lemari kamar Ny. Chen terkunci. Zhenzhu pun mulai meraba-raba bawah bantal Ny. Chen. Dugaannya benar. Kunci lemari itu berada di sana. Jackpot!  Isi di dalam lemari itu ada dua buah kotak berisikan uang dan emas. Tanpa ragu dan terburu-buru, Zhenzhu menuang semuanya ke dalam tas.



Suara berisik yang Zhenzhu buat, membuat Ny. Chen terbangun. Dia panik karna ada pencuri di kamarnya dan mulai berteriak. Zhenzhu panik dan berusaha membekap mulut Ny. Chen. Ny Chen kaget setengah mati saat tahu kalau pencurinya adalah Zhenzhu.




Saat Ling datang karna teriakan Ny. Chen, Zhenzhu langsung panik dan kabur. Ling berusaha mengejarnya, tapi Zhenzhu berhasil kabur. Di saat dia hampir tertangkap, Peter tiba dengan mobilnya dan langsung membawa Zhenzhu pergi.


Peristiwa ini membuat seluruh keluarga Chen sangat shock. Meiyu apalagi. Rasa malu dan bersalah menyergapinya. Dia berlutut di hadapan Ny Chen dengan kepala tertunduk malu. Ny. Chen menyuruhnya untuk berdiri karna dia tidak menyalahkan Meiyu sama sekali. Ny. Chen pun tersenyum pada Gong dan berkata kalau dia baik-baik saja.


“Uang adalah milik duniawi. Sejujurnya, kini Nenek sedikit lega. Bagaimanapun, kita berutang kepada Zhenzhu. Nenek sudah hidup terlalu lama. Jika nenek meninggal lebih awal, nenek tak akan menyebabkan masalah bagi Zhenzhu, Xi Er dan Yueniang. Juga, Sheng. Dan kau (Meiyu),” ujar Nenek, meratap. “Nenek lelah sekali.”



Gong mengerti dan menyuruh neneknya untuk beristirahat. Ny. Chen menutup mata dan tidur.

--


Esok harinya,

Xi Er sudah keluar dari rumah sakit. Begitu tiba di rumah, Gong memberitahu apa yang Zhenzhu lakukan, yaitu mencuri dan kabur bersama orang Inggris. Masalah ini juga tidak akan diperpanjang. Mereka akan melupakan masalah mengenai Zhenzhu. Dia juga sudah mengirim orang untuk memberitahu keluarga Huang. Gong ingin memutuskan pernikahan. Dia akan membuat pengumumannya di koran agar semua kerabat dan teman tahu.


Meiyu sangat merasa malu atas semuanya. Xi Er tidak menyalahkan siapapun karna dia sadar Zhenzhu pun menderita. Dia berharap Zhenzhu bisa menemukan kebahagiaannya. Usai berbincang, Xi Er ingin mengunjungi Nenek. Mereka pergi bersama-sama ke kamar Nenek untuk mengantarkan makanan sekaligus membangunkannya.



Tapi, berulang kali di panggil pun, Nenek tidak bangun. Semua mulai panik dan merasa ada yang tidak beres. Hingga akhirnya, semua sadar. Ny. Chen sudah meninggal.



Meiyu sangat terpukul! Dia meratapi kepergian Ny. Chen. Duka kembali menyelimuti keluarga Chen.





Nyonya Chen sudah tiada. Dia pergi dengan tenang. Dia memutuskan untuk melepaskan semua kecemasannya dan meninggalkan dunia ini. Mungkin dia tahu banyak hal yang sudah ditakdirkan. Serta kehidupan mungkin tak selalu memuaskan.

(Ny. Chen meninggal setelah memberitahu pada Gong bahwa dia sangat lelah. Gong saat itu tidak menyadari maksud ucapannya dan mengartikannya secara harfiah bahwa Ny. Chen hanya ingin tidur. Siapa sangka bahwa itu adalah kata terakhir yang diucapkannya. Aku bisa merasakan bagaimana Ny. Chen merasa bersalah atas semuanya. Andai saja dia dulu mau mengalah dan mendengarkan apa yang Sheng inginkan. Andai saja dulu dia tidak memaksakan pernikahan antara Sheng dan Meiyu. Mungkin saja semuanya akan berbeda. Tapi, inilah yang namanya takdir. Bagaimanapun, Ny. Chen hanyalah wanita tua yang memegang tradisi pada era itu. –Bahkan di zaman sekarang masih ada yang begitu-. Jika kita mengatakan ‘andai’ akan terlalu banyak dan tidak ada habisnya. Semua kembali lagi pada keputusan yang kita ambil).

--



Guihua akhirnya keluar rumah sakit. Xiufeng yang menjemputnya di rumah sakit. Mereka pulang ke rumah baru mereka dengan menggunakan becak. Rumah mereka terletak jauh di dalam gang dan sangat sepi. Dan yang mengejutkan, rumah baru mereka adalah rumah yang dulu mereka gunakan untuk ‘membuang’ Yueniang yang sekarat karna tenggelam di sumur. Rumah terbengkalai yang dulu hendak mereka jadikan ‘kuburan’ Yueniang, kini menjadi rumah tempat tinggal mereka.



Guihua masih belum sadar situasi, karna itu dia berteriak histeris kalau dia mau pulang ke rumah. Xiufeng belum menjelaskan keadaan keluarga mereka pada Guihua karna dia bingung harus menjelaskannya gimana. Jin Cheng menuntun Guihua masuk walaupun Guihua terus memberontak.



Keadaan mereka sangat sulit sekarang. Tidak ada lagi kemewahan di rumah tersebut. Kamar tidur saja mereka tidak punya. Mereka hanya membuat sekat-sekat dengan kain sebagai pembatas antara tempat tidur Jin Cheng dan Xiufeng dengan tempat tidur tn. Huang. Tempat tidur mereka bukan lagi sebuah kasur besar nan empuk, tapi hanya kasur ukuran 1 orang.

Kondisi tn. Huang juga tampak memprihatinkan. Wajahnya tampak begitu pucat. Saat Jin Cheng memberitahu bahwa Guihua sudah pulang, tn. Huang hanya mampu menatapnya dengan sedih kemudian lanjut berbaring. Xiufeng memberitahu ibu mertuanya itu kalau ayah mertuanya sudah sakit selama 2 hari ini.



Guihua masih sulit menerima kenyataan ini. Dia menampik tangan Xiufeng yang memberikannya air minum. Dia juga bersikeras mau pulang walaupun untuk berjalan saja dia kesulitan karna stroke setengan badan yang dialaminya. tn. Huang diam-diam meneteskan air mata. Siapa sangka, di masa tuanya, hidupnya bisa menjadi begini.


“Ini rumah kita. Kita akan tinggal di sini mulai sekarang. Rumah leluhur kita sudah tak ada! Rumahnya sudah disita bank. Itu bukan lagi milik kita!” teriak Jin Cheng.


Guihua terkulai lemah mendengar kenyataan itu.

--



Pemakaman Ny. Chen diadakan. Jin Cheng pun datang untuk melayat sekaligus mengucapkan bela sungkawanya. Tapi, mana dia sangka bahwa dia tidak diizinkan masuk oleh pelayan dan di suruh menunggu diluar. Pelayan juga memanggil Meiyu keluar untuk menemui Jin Cheng. Jin Cheng langsung marah-marah sama adiknya karna di perlakukan demikian sama pelayan dan juga menggerutu kalau akan memalukan jika seseorang melihatnya



Meiyu tidak mau menanggapi ucapannya dan dengan dingin menanyakan tujuan Jin Cheng datang. Jin Cheng memberitahu kalau ibu mereka sudah keluar rumah sakit dan setiap hari menangis karna tinggal di rumah reyot. Dan itu sangat menyebalkan baginya. Karna itu, dia ingin meminta Meiyu untuk meminta tolong pada Gong untuk menebus rumah leluhur mereka.

“Jangan coba-coba! Tianbao sudah membunuh Sheng. Zhenzhu membuat Nyonya Chen marah sampai meninggal. Bagaimana aku bisa memintanya membantu keluarga ibuku?” marah Meiyu.

“Aku tak akan mengganggumu jika ada pilihan lain. Lupakan saja. Lebih baik berusaha sendiri daripada minta bantuan. Meiyu, kenapa kau tidak meminjamkan aku uang? Aku akan cari cara untuk menghidupkan kembali bisnis kita. Jadi, aku tak perlu mengemis lagi,” mohon Jin Cheng.

“Aku tak punya uang lagi!” teriak Meiyu. “Aku sudah berikan semuanya. Aku sudah melakukan yang terbaik untuk keluarga ibuku! Jangan menemuiku lagi,” tegasnya dan masuk ke dalam rumah.


Meiyu pun pergi ke dapur untuk memeriksa keadaan. Tanpa sengaja dia mendengar pembicaraan Ling dengan Ah Lian mengenai pengemis di pintu belakang yang saat di usir malah balik marah. Meiyu tentu penasaran dengan hal itu dan menanyakannya pada mereka. Ling pun menjelaskan pada Meiyu kalau Ah Lian memberi makan pengemis yang ada di belakang, tapi pengemis itu tidak mau pergi dan ngotot mau bertemu pemilik. Jadi, Ah Lian pun mau meminta bantuan pelayan pria untuk mengusirnya.

“Tunggu dulu. Saat Nyonya Chen hidup, dia sering merawat orang-orang yang tak berdaya. Jangan berlebihan. Aku akan memberinya uang dan memintanya pergi. Kalian berdua silahkan lanjut bekerja,” ujar Meiyu.


Dia pun menemui pengemis yang ada di pintu belakang. Pengemis yang dibicarakan sedang makan roti yang diberikan Ah Lian dengan sangat lahap. Dan pengemis itu adala Tianbao.


Di dalam rumah, Ling dan Ah Lian masih membicarakan pengemis tadi. Pembicaraan mereka terdengar oleh Gong. Dia pun menanyai Ling. Ling pun memberitahu kalau ada pengemis di pintu belakang dan menurut Ah Lian, pengemis itu terlihat tidak asing dan mirip dengan Huang Tianbao.


Di pintu belakang, Tianbao tanpa malu, memohon pada Meiyu untuk membantunya. Meiyu berusaha keras mengusir Tianbao dan memperingatinya kalau beberapa kali polisi datang kemari, jadi lebih baik Tianbao berhati-hati karna polisi mungkin mengintai. Tianbao masih saja ngotot kalau penampilannya sangat mirip seperti pengemis, jadi tidak akan ada yang mencurigainya. Dia terus memohon agar Meiyu memberikannya uang agar dia bisa kabur keluar negeri. Ada seseorang yang bilang bisa membantunya kabur lewat jalan air.

“Bibi sudah berikan semuanya kepada keluarga Ibu Bibi. Bibi tak bisa membantumu,” tegas Meiyu.



Tapi, Tianbao tetap saja ngotot agar Meiyu membantunya. Terpaksa, Meiyu pun memberikan semua uang tunai yang dimilikinya. Hanya itu. Dia tidak punya apa-apa lagi. Dia pun menyuruh Tianbao untuk segera pergi.

Masalahnya, Tianbao benar-benar orang nggak tahu di untung. Dia nggak terima diperlakukan seperti itu sama Meiyu karna itu dia berbuat nekat. Rasa takutnya mungkin sudah hilang. Berani-beraninya dia menerobos masuk ke rumah keluarga Chen dan memeras mereka. Dia tidak lagi menyembunyikan identitasnya. Dia pun mengeluarkan pistolnya dan menodongkannya ke kepala Gong.



Denga pistol di tangannya, dia mengumpulkan semua pelayan di ruang tamu dan memerintahkan mereka untuk menunduk menghadap dinding. Gong berusaha membujuk Tianbao untuk berhenti berbuat kejahatan dan menyerahkan diri. Tianbao mana mau karna dia tahu kalau dia menyerahkan diri, hukuman mati sudah menantinya. Gong berujar akan menyewakan pengacara terbaik untuknya. Tianbao tetap tidak mau. Dia meminta uang. Tidak tanggung-tanggung, dia meminta 10.000 dollar.




Meiyu sangat marah dan mulai memukuli keponakannya itu. Amarahnya tampak jelas. (Mana Meiyu sangka bahwa dua keponakannya : Tianbao dan Zhenzhu akan begitu memalukan dan menghancurkan semua yang sudah dibangunnya di dalam keluarga Chen). Tianbao sudah tidak menganggap Meiyu sebagai bibi dan menodongkan pistol ke dada Meiyu. Dia akan menembak Meiyu jika dia memukulinya lagi. Kaki Meiyu benar-benar lemas karna rasa takut.


Gong pun memohon agar Tianbao mau menunggu dan dia akan memberikan uang yang Tianbao inginkan. Uang yang Tianbao minta sangat besar dan mereka tidak punya uang tunai sebanyak itu di rumah. Dia akan mengambil uang dulu di bank. Tianbao tidak mau Gong yang pergi dan menyuruhnya menelpon orang lain agar mengambilkan uang di bank kemari.

Gong setuju. Dia akan meminta Xi Er yang mengambil karna hanya dia dan Xi Er yang bisa menarik uang dari bank. Tianbao yang memang cinta uang, setuju tanpa ragu. Gong pun segera menelpon Xi Er yang ada di kantor dan menyuruhnya menarik uang 10.000 dollar di bank sekarang juga. Dan setelah di ambil, segera bawa ke rumah.


“Ayah, kenapa tiba-tiba membutuhkan begitu banyak uang?”

“Kau bisa meminta Ah Lie untuk menemani. Akan lebih aman jika dia menemanimu saat menarik banyak uang,” jawab Gong. Itu adalah kode.

Setelah mengatakan itu, Gong langsung menutup telepon. Xi Er pun mencoba memikirkan maksud ayahnya dan jawaban dari pertanyaannya yang aneh.

--


Semua pelayan sudah diikat oleh Tianbao, termasuk Meiyu. Yang nggak diikat cuma Gong. Tidak lama, Xi Er pun tiba dengan sebuah koper dan bersama seorang pria. Tianbao panik saat melihat ada pria asing dan mau menembak Gong. Dengan cepat, Gong berujar kalau pria itu adalah supir Xi Er, Ah Lie.


Dan untunglah Tianbao percaya. Dia pun meminta Xi Er menunjukkan isi koper yang dibawanya. Hatinya sangat senang karna melihat satu koper uang. Tapi, bukan hanya uang yang diinginkannya, dia juga ingin mereka memberinya tumpangan.

Tianbao tidak menyadari kalau Gong dan Xi Er saling memberitanda dengan anggukan kecil.

 

 

6 Comments

Previous Post Next Post