Original
Network : jTBC Netfix
Maret 2020
Eun Suk merupakan profesor yang humoris. Dia mengajar kelas Hukum
Perdata. Pertama kali dia berjumpa para mahasiswa/i di dalam kelas, dia
menjelaskan bahwa dia benci sekali Hukum Perdata, dia merasa jijik dan kesal,
jika disuruh memilih ‘Hukum Perdata atau Hamil’, dia akan memilih hamil.
Mendengar itu, semua nya tertawa geli.
“Lalu kenapa… “ kata Bok Gi, ingin bertanya.
“Kenapa mengajar Hukum Perdata, Min Bok-gi?” kata Eun Suk, bisa
menebak apa pertanyaan Bok Gi.
“Kau tahu namaku?” kata Bok Gi, terkejut.
Eun Suk tidak menjelaskan alasan ‘kenapa dia mengajar Hukum
Perdata’, malahan dia mulai menyebut satu persatu nama mereka sambil menunjuk
mereka dengan tepat. Dan semua merasa kagum kepadanya, karena ada begitu banyak
mahasiswa/i didalam kelas, namun Eun Suk berhasil mengingat semua nama mereka
dan diri mereka dengan tepat.
“Aku ingin pastikan bahwa kalian tak membenci Hukum Perdata seperti aku dulu. Kelasku akan menjadi yang paling menarik, dan kalian akan belajar banyak,” jelas Eun Suk dengan sikap menyenangkan. Dan semua nya berseru dengan bersemangat.
Ketika Eun Suk sedang mengajar, Man Ho masuk ke dalam kelas. Dia
duduk disalah satu bangku, lalu dia melepaskan topi dan masker yang dikenakan
nya. Melihat kedatangan nya, Eun Suk sangat terkejut.
Flash back. 2018.
Ketika Man Ho melakukan
tindakan keji kepada korban berusia muda, Putra Man Ho ada menelpon. Dan Man Ho
menerima telponnya. Disaat itu, Putra Man Ho bertanya, ‘Ayah, apa yang sedang
kamu lakukan?’. Jika Man Ho memiliki kesadaran, maka Man Ho seharusnya berhenti
saat itu juga. Tapi Man Ho tidak, dia tetap melakukan perbuatan keji kepada
korban.
“Saya terlalu mabuk saat itu,
jadi, saya tak ingat apa pun,” kata Man Ho, membela dirinya. “Astaga. Ini
membuat saya gila. Itu karena alkohol. Jika bukan karena alkohol itu. Alkohol sialan,” keluhnya, dia sama
sekali tidak merasa menyesal ataupun merasa bersalah. “Saya menyesal telah
mabuk-mabukan.”
“Anda menyesal, tapi
mengajukan banding?” tanya Eun Suk, tidak senang. Dan Man Ho tertawa pelan. Itu
membuat Eun Suk semakin tidak senang.
Eun Suk kemudian membaca
dokumen kasus yang ada padanya. Terdakwa : Lee Man Ho. Jaksa : Seo Byung Ju.
Setelah membaca itu, Eun Suk menjelaskan keputusannya.
“Jaksa menolak pengajuan
banding. Ini menyedihkan karena saya tak bisa melampaui hukuman awal. Hati saya
hancur sebagai hakim sebab saya tak ada pilihan selain mengurangi masa
tahanannya sesuai Pasal 10-2 pada Hukum Pidana. Penahanan. Pasal 10-2 pada
Hukum Pidana. "Bagi pelaku yang tidak mampu melakukan diskriminasi atau
mengontrol keinginan seseorang, hukumannya dikurangi." Klausa ini akan selalu
menyiksa hati saya,” kata Eun Suk, mengatakan keputusannya dengan berat hati.
“Berengsek!” teriaknya dengan keras kepada Man Ho.
Flash back end
“Sedang apa kau di sini?” tanya Eun Suk.
Dengan senang hati, Man Ho menjelaskan alasan kedatangannya. 11
tahun lalu, Eun Suk memanggilnya brengsek. Orang- orang juga mengomentarinya
dengan tidak baik, jadi dia ingin meminta bantuan Eun Suk untuk membantunya
menuntut orang- orang tersebut dan dia juga ingin mengajukan kompensasi.
Mendengar itu, Eun Suk tiba- tiba merasa kram di perutnya.
“Ini adalah ruang kelas yang suci,” jelas Eun Suk, menolak untuk
membantu.
Secara diam- diam, Kang Sol A merekam Man Ho.
“Komentar macam ini sangatlah jahat,” kata Man Ho, dengan sikap
merasa terluka. “Jika aku dapatkan 500.000 won per orang sebagai kompensasi,
aku akan duduk di atas tumpukan uang. Jika kau membantuku, akan kupertimbangkan
untuk berdonasi di sini. Jika mereka mau, aku bisa berikan kompensasiku pada
korbanku,” jelasnya, meremehkan.
Mendengar itu, Seung Jae merasa emosi dan langsung menarik kerah
baju Man Ho. “Apa? Kompensasi?” geram nya.
“Kurasa dia tak memerlukannya,” gumam Man Ho. “Aku sudah membayar
kesalahanku sesuai dengan hukum di negara ini,” jelasnya. Lalu dia mendorong
Seung Jae untuk melepaskannya. “Hei. Kenapa aku harus diperlakukan seperti ini?
Aku bukan pembunuh berantai. Aku mabuk! Aku tak ingat apa pun. Tapi 11 tahun.
Aku busuk di penjara selama 11 tahun. Kau kira aku akan diam saja? Ini tak
adil!” keluh nya, marah.
Dengan emosi, kali ini Seung Jae tidak menarik kerah baju Man Ho
lagi, melainkan dia langsung mencengkram leher Man Ho.
“Kau mau membunuhnya?” tanya Jong Hoon, masuk ke dalam kelas.
“Tergantung niat, bisa dianggap pembunuhan tak terencana,” katanya,
mengingatkan. Lalu dia berbisik pelan ditelinga Seung Jae. “Jika kau
melepaskannya, itu dianggap percobaan pembunuhan.”
Eun Suk mengalami pendarahan. Melihat itu, semua mahasiswa/i
langsung mendekatinya. Seung Jae juga ikut mendekat, dia memeriksa kondisi Eun
Suk, lalu dia menyuruh Kang Sol untuk segera menelpon ambulans.
Sedangkan Man Ho dan Jong Hoon saling bertatapan.
Dirumah sakit. Eun Suk sangat mengkhawatirkan janinnya, karena
pendarahannya sama sekali tidak berhenti juga. Lalu sialnya, disaat itu, Dokter
yang ada sedang melakukan operasi, jadi mereka harus menunggu.
“Profesor, boleh kuperiksa?” tanya Seung Jae, meminta izin Eun
Suk.
Dikantor. Man Ho mengeluh kesakitan, dan dia berniat untuk
memenjarakan Seung Jae atas percobaan pembunuhan, tapi dia tidak yakin ada yang
mau bersaksi untuknya, karena ketika kejadian, semua orang didalam kelas hanya
diam saja. Untuk itu, dia meminta Jong Hoon untuk mau menjadi saksinya. Dan
Jong Hoon hanya diam saja, dia berpura- pura tidak ada melihat apapun
sebelumnya.
“Baik. Aku dulu juga bilang aku tak lihat apa pun,” kata Man Ho,
penuh pengertian sambil menggaruk kakinya yang gatal.
“Masih tak ingat apa pun?” tanya Jong Hoon.
“Apa bayi Hakim Kim tak apa?” tanya Man Ho, mengalihkan
pembicaraan. Lalu dia menatap kukunya yang terkena darah, karena dia menggaruk
kakinya barusan. “Darah. Jika dia kehabisan darah, itu gawat.”
Jong Hoon mengingatkan Man Ho tentang kasus dulu. “10 September
2008. Pelat nomor dari pengemudi tabrak lari di Jurae-dong. Kecelakaan yang
dialami oleh bocah yang melihatmu memerkosa.”
“Jika aku ingat sesuatu, perkataanku soal terlalu mabuk untuk
mengingat akan menjadi bualan belaka,” balas Man Ho sambil menlap kuku nya.
“Kenapa kau begitu terobsesi? Kau sudah bukan jaksa lagi.”
“Karena itu satu-satunya kasusku yang tak selesai,” jawab Jong
Hoon. “Kuharap kau segera mengingatnya. Batasan pernyataannya hampir
kedaluwarsa,” jelasnya.
Man Ho terus berpura- pura tidak ingat apapun, dan lalu dia pamit.
Tapi Jong Hoon tidak mengizinkan Man Ho untuk pergi.
“Aku mungkin akan ingat sesuatu setelah benda ini kulepaskan,”
kata Man Ho sambil menunjukkan alat pengintai di kakinya. Dan Jong Hoon hanya
diam saja. Lalu Man Ho pun pergi.
OKTOBER
2020, SEKARANG
Diapatermen. Jong Hoon duduk dengan postur penuh wibawa disofa
sambil bertelponan dengan seseorang. “Kau sudah menyelidikinya?”
“Sudah, Jaksa. Seperti katamu, Profesor, Lee Man-ho berada di
Universitas Hankuk kemarin, tapi pergi di pagi hari. Dia berada di luar sampai
waktu terjadinya insiden. Aku tak bisa katakan hal lainnya. Detektif Jang
memarahiku karena membiarkanmu masuk ke TKP kemarin,” jelas orang disebrang
telpon.
“Kita tak pernah bicara lewat telepon,” tegas Jong Hoon. Lalu dia
langsung mematikan telponnya. Dan dia menatap foto mobil tabrak lari dulu.
(Plat mobil, O7P 4295).
Seung Jae, Bok Gi, Ji Ho, Ye Seul, Kang Sol B, Joon Hwi. Mereka
semua berkumpul untuk belajar dan membahas kasus bersama- sama.
“Tunggu, dia belum di sini,” kata Ye Seul, mengingatkan tentang
Kang Sol A.
“Jangan buang waktu untuk orang yang telat,” balas Ji Ho, dengan
acuh.
Tepat disaat itu, Kang Sol A datang. Kang Sol A menunjukkan memo
yang didapatnya. AKU TAK AKAN MENANGISI PENCANDU.
Melihat itu, setiap orang langsung mencari berita di Internet dan
membaca nya. Disaat itu, Ye Seul mendapatkan telpon dari ‘Sayangku’. Dan dia
langsung mematikannya, lalu dia mengirimkan pesan kepada ‘Sayangku’.
Joon Hwi pergi menyendiri dan membaca berita di Internet. SEO
BYUNG-JU DARI UNIVERSITAS HANKUK ADALAH PENCANDU NARKOBA. Membaca itu, Joon Hwi tampak merasa kesal.
Kang Sol A mencoba mengingat apa yang terjadi pada hari kejadian.
Dia ingat pada hari itu, dia tidak ada melihat siapapun selain pengantar
barang. Dan pengantar barang itu langsung keluar setelah meletakkan paket nya.
Jadi dia berkesimpulan bahwa salah satu dari mereka bisa saja ditahan sebagai
pelaku pembunuhan.
Malas mendengarkan itu, Kang Sol B pun berjalan pergi duluan.
Ponsel Ye Seul berbunyi. Melihat siapa yang menelpon, Ye Seul
langsung memberikan ponselnya kepada Kang Sol A dan menyuruhnya untuk bantu menjawab
serta katakan bahwa dia sedang berada di kamar mandi. Dan Kang Sol A pun
melakukannya.
Tapi tepat ketika Ye Seul memandang ke belakang, dia melihat
‘Sayangku’ Yeong Chang datang dan sedang berjalan mendekat. Dengan panik, Ye
Seul mengambil kembali ponsel nya dari Kang Sol A. Lalu dia langsung berlari ke
arah Yeong Chang. Dan Kang Sol A merasa agak bingung.
Kang Sol kemudian membaca- baca berita di ponselnya. “Astaga,
Yangcrates (Jong Hoon) mengambil alih kelas simulasi sidang Profesor Seo!”
keluh nya, stress.
Ketika ujian simulasi sedang berlangsung, Wakil Dean Jun datang
bersama dua detektif dari kepolisian. Dia meminta sedikit waktu kepada Jong
Hoon yang mengawas. Dan Jong Hoon mengizinkannya.
“Semuanya, perhatian. Pihak kepolisian datang untuk kasus Profesor
Seo,” kata Wakil Dean Jun, mengumumkan.
“Petugas Jang Dong-su dari Kepolisian Jungang,” kata Det. Dong Su,
memperkenalkan dirinya secara singkat. “Aku datang untuk menyelidiki kasus
Profesor Seo Byung-ju. Kami mohon kerja samanya sejenak.”
Det. Dong Su menunjukkan jejak kaki yang berada diruangan Byung
Ju. Pertama, sepatu pantofel pria, ukuran 270 mm. Itu milik Wakil Dean Ju.
Sepatu kets, ukuran 275 mm, Air-sweep NB 384. Itu milik Joon Hwi.
Sepatu kets, ukuran 270mm, Pro-running AF. Itu milik Jong Hoon.
Sepatu wanita berhak, ukuran 235 mm. Itu milik Ye Seul.
Airmax 507-J, sepatu kets, ukuran 275 mm. Itu milik Ji Ho.
Maison Pature, sepatu kets edisi terbatas musim gugur-dingin 2020,
ukuran 240 mm. Itu milik Kang Sol B.
“Hasil autopsi menunjukkan bahwa Profesor Seo dibunuh menggunakan
obat dengan dosis berlebih. Jenis sabu-sabu,” kata Det. Dong Su, menjelaskan.
“Campuran sabu-sabu dan gula,” kata Jong Hoon, lebih detail.
“Kau benar. Itu sebuah trik,” balas Det. Dong Su. “Tampaknya
seseorang memaksa Profesor Seo untuk minum sabu-sabu berdosis tinggi yang
dicampur ke kopinya. Ini gelas sekali pakai yang digunakan di kafe kampus. Lalu
kantong plastik yang ditemukan di hari insiden di dalam tempat sampah di TKP.
Sidik jari identik ditemukan di kedua barang bukti dan sedang diselidiki,”
jelasnya dengan serius sambil menunjukkan semua bukti yang ada. “Penahanan
pelaku hanyalah masalah waktu. Kami datang untuk beri kalian kesempatan… ,”
tegasnya.
Mendengar itu, setiap orang merasa sangat gugup.
Ji Ho secara diam- diam menghapus sebuah file yang berada didalam
komputernya. Kang Sol B secara diam- diam mengetik sesuatu di ponselnya.
Jong Hoon menyela perkataan Det. Dong Su, karena dia merasa Det.
Dong Su bukannya datang untuk meminta bantuan atau kerjasama dari para murid,
melainkan untuk mengancam para murid. Ancaman menimbulkan rasa takut pihak lain
dan mempengaruhi keputusan mereka, dan tindakan tersebut bisa dihukum.
“Siapa yang merasa takut saat bilang dia memberi kesempatan?”
tanya Jong Hoon.
“Sanggulku hampir berdiri. Aku bahkan tak lakukan apa pun,” jawab
Kang Sol A sambil mengangkat tangannya. Dan yang lainnya juga ikut mengangkat
tangan.
Jong Hoon kemudian menyuruh agar sidang simulasi kembali
dilanjutkan. Dan dengan terpaksa, Wakil Dekan Ju dan para detektif meninggalkan
ruangan sidang.
Tapi tidak lama kemudian, mereka semua kembali ke dalam ruangan
sidang lagi. Mereka memasangkan borgol ditangan Jong Hoon.
“Profesor Yang Jong-hoon. Kau ditahan darurat atas kasus kematian
Seo Byung-ju. Kau punya hak untuk bungkam. Kau berhak untuk didampingi
pengacara. Semua ucapanmu dapat memberatkanmu di pengadilan,” kata Det. Dong
Su.
Mendengar itu, semua orang merasa terkejut. Tapi dengan patuh,
Jong Hoon mengikuti Det. Dong Su dan Det. Oh.
Rekan Adegan
yang kira- kira terjadi :
Jong Hoon berdebat dengan Byung Ju di dekat tangga.
Jong Hoon memasukkan sabu- sabu bercampur gula ke dalam kopi. Lalu
dia memaksa Byung Ju untuk meminumnya. Dan Byung Ju menarik rambut Jong Hoon.
End
Setiap murid menatap Jong Hoon yang dibawa pergi oleh polisi dengan berbagai macam ekspresi. Dan Jong Hoon memperhatikan semua itu.