Sinopsis Lakorn- Fah Mee Tawan Episode 8/1



Original Network : Channel 7

Nai masih mengkhawatirkan tentang Paramee, jadi diapun bertanya kepada Net. Dan Net menyuruh Nai untuk berhenti menghubungi orang- orang tentang Paramee, serta tidak perlu khawatir, karena Paramee hanya pergi untuk beristirahat selama beberapa hari saja. Namun Nai tidak bisa berhenti merasa khawatir. Dengan malas, Net pun mengabaikan Nai.

“Apa Ayah pergi ke Rumah Taman nya?” tanya Nai, menebak.

“Jika kamu ingin tahu, pergi periksa sendiri,” balas Nai, tidak mau peduli.


Siang hari, Gina baru datang untuk bekerja. Ketika Paul bertemu dengannya, dia menasehati Gina untuk lain kali datang cepat, karena Mee dan yang lainnya sudah berangkat ke lokasi sedari tadi dan seharusnya Gina ikut dengan mereka juga. Dan Gina beralasan bahwa dia lupa, karena sedang ada masalah di rumah.


“Apa?” tanya Paul, ingin tahu.

“Oops!” gumam Gina, tersadar bahwa dia sudah keceplosan. “Aku sebenarnya dilarang untuk membicarakan ini,” kata Gina sambil menatap Paul dengan genit. “Tapi melihat kamu, aku akan memberitahumu,” bisiknya. Mendengar itu, Paul memberikan senyuman termanisnya.

Saat berjalan Nai dan Paul sama- sama tidak fokus, jadi tanpa sengaja, mereka berdua pun bertabrakan. Nai hampir saja jatuh, tapi untungnya, Paul berhasil menangkap nya. Dengan terkejut, mereka berdua saling bertatapan untuk sesaat.


“Maaf, aku tidak lihat. Aku buru- buru,” kata Nai, tersadar duluan.

“Buru- buru untuk menemui President?” tanya Paul, menebak. Dan Nai terkejut, karena tebakan Paul benar.



Paramee berada disebuah rumah yang terletak didaerah perdesaan yang tenang. Dia duduk didalam rumah sambil menatap foto Dara serta Poramee (Nama Paul sewaktu kecil dulu). Lalu dia mengingat kenangan mereka bertiga dahulu.


Flash back

Paramee membawa Dara serta Poramee untuk berlibur ke desa. Dara dan Poramee tampak senang berada disana, dan karena itu Paramee pun berniat untuk membeli rumah di desa tersebut supaya mereka bisa datang ke sini untuk liburan lain kali.


“Apa kamu bahkan punya waktu untuk membawa ku dan putra kita liburan ke sini lain kali?” tanya Dara dengan sikap bercanda dan agak meragukan Paramee.

“Oh. Tentu saja,” jawab Paramee dengan yakin. “Apa aku harus berjanji?”

“Jangan. Jika kamu membuat janji tapi tidak bisa menepatinya, bukan hanya aku dan putramu yang akan sedih, tapi kamu akan sedih juga,” balas Dara, pengertian.

Merasakan betapa pengertian dan baiknya Dara, Paramee tertawa. Lalu dia memeluk Dara serta Poramee dengan erat.

Flash back end

“Jika aku bisa kembali ke masa lalu, aku tidak akan pernah membuat mu dan putra kita sedih,” kata Paramee, penuh rasa bersalah dan rasa penyesalan.

Paul ikut dengan Nai untuk pergi menemui Paramee. Dan didalam mobil, Nai mengomel, sebab Gina memberitahu Paul.

“Aku tidak suka tidak menyelesaikan masalah. Juga aku ingin tahu kemana President pergi, karena apapun itu dia adalah …” kata Paul, lalu dia berhenti. Dan Nai menatap ke arah nya. “Bos ku,” kata Paul, melanjutkan perkataannya yang terhenti. “Lagian dengan aku ikut denganmu, kamu harusnya merasa lebih aman. Benarkan?” tanyanya. Dan Nai hanya diam saja. “Mungkin tidak,” gumam nya.



Dengan fokus, Nai menyentir dan memperhatikan jalan, tapi kemudian dia merasa bingung harus terus kemana. Dan Paul pun menunjukkan jalan nya kepada Nai.

“Bagaimana kamu tahu?” tanya Nai, heran.

“Aku pernah datang ke sekitar sini sebelumnya. Dijalan itu hanya ada satu rumah mewah,” jawab Paul, beralasan.


Nai dan Paul sampai ditempat Paramee. Ketika Paramee melihat Nai, dia merasa terkejut, karena dia tidak menyangka bahwa Nai akan datang. Ketika Paramee melihat Paul, dia merasa tertegun, karena Paul mirip dengan Poramee dan itu membuat nya jadi teringat akan Poramee lagi.


Bisa biarkan aku bicara dengan Ayah dulu?” tanya Nai, meminta Paul untuk keluar. Dan Paul mengerti serta keluar untuk memberikan mereka berdua ruang bicara.


Singkorn janjian bertemu dengan Kasin dibar, tapi kemudian yang datang malah hanya dua orang anak buah Kasin saja, dan mereka berdua menunjukkan pistol mereka sebagai ancaman supaya Singkorn jangan kabur, memberontak, ataupun berteriak.


“Hey tunggu! Tunggu! Aku mencoba menelpon dia, tapi dia tidak mengangkat. Jadi apa yang kalian ingin lakukan?” tanya Singkorn, panik.

“Dia tidak perlu berbicara kepada mu lagi,” balas anak buah pertama.

“Tapi … aku tidak punya banyak waktu … tapi aku akan kembalikan setiap baht dan satang nya (mata uang Thailand),” balas Singkorn, mencoba bernegosiasi.

Dengan keras, anak buah kedua memukul dinding dibelakang Singkorn, dan itu mengejut kan Singkorn. “Apa kamu yakin Singkorn?” tanyanya.

“Yeah,” jawab Singkorn sambil mengangguk dengan takut- takut.


Paramee menanyai Nai, kenapa Paul bisa ikut ke sini. Dan dengan jujur, Nai menjawab bahwa Paul yang mau ikut ke sini. Lalu dia menanyai kondisi Paramee, dia ingin bisa membantu Paramee, jika Paramee memiliki hal yang di khawatiran.

Paul yang berdiri didekat pintu, diam- diam mendengarkan pembicaraan antara Nai dan Paramee yang berada didalam rumah. Lalu tiba- tiba dia melihat dua orang penjahat datang dan sedang berada di luar rumah.


Dengan segera, Paul langsung masuk ke dalam rumah dan mengajak Paramee serta Nai untuk pergi. Dengan bingung, Paramee bertanya dengan suara keras, apa yang terjadi. Dan tepat disaat itu, dua penjahat tersebut masuk ke dalam rumah serta mulai menembak.



Karena tidak mungkin untuk kabur, maka Paul pun melawan dua penjahat tersebut. kemudian selagi dia melawan mereka berdua, dia menyuruh Nai untuk segera membawa Paramee pergi.

Saat Paramee melihat seorang penjahat mengambil pistol yang terjatuh dilantai dan ingin  menembak Paul dari belakang, diapun tidak jadi pergi dan dia ikut melawan penjahat tersebut. Tapi karena dia tidak terlalu kuat, diapun terdorong ke belakang. Melihat itu, Paul segera mengalahkan penjahat kedua yang sedang ditahannya. Lalu dia membantu Paramee.


Setelah semuanya selesai, Paul mendekati Paramee dengan cemas. “Apa kamu baik- baik saja, Tuan?” tanyanya, perhatian.

“Awas!” teriak Nai, ketika dia melihat seorang penjahat berdiri dan mendekati Paul dari belakang. Tapi sayangnya, Nai terlambat.



Penjahat tersebut memukul kepala Paul menggunakan vas. Dan Paul langsung merasa sangat sakit sekali sehingga dia tidak bisa bergerak. Lalu penjahat tersebut mengeluarkan pisau dan bersiap untuk menusuk Paul. Melihat itu, Paramee langsung mengambil pistol yang berada di dekatnya dan menembak penjahat tersebut. Sehingga dua penjahat tersebut langsung kabur.

“Paul!” panggil Nai dan Paramee dengan cemas melihat kondisi Paul.

Dirumah sakit. Polisi memberitahukan hasil penyelidikan kepada Paramee dan Nai, dua penjahat tersebut bukanlah orang bayaran, melainkan dua pencuri yang datang untuk merampok. Mengetahui itu, Paramee mengucapkan terima kasih kepada si polisi. Kemudian si polisi pamit dan pergi.


“Bagaimana keadaanmu?” tanya Nai, ketika Paul sudah selesai diperiksa.

“Jika ada yang salah, aku tidak akan berdiri didepanmu,” balas Paul sambil tersenyum menenangkan. “Kepalaku keras. Aku tidak akan mati dengan mudah,” canda nya.

“Kamu terluka dan masih bisa bercanda,” keluh Nai. “Lebih baik kamu lakukan pemeriksaan lebih lanjut. Lakukan  X-Ray,” sarannya.

“Tidak apa,” tolak Paul.


Dengan tulus, Paramee mengucapkan terima kasih karena Paul telah menyelamatkannya. Dan dengan rendah hati, Paul mengiyakan.

“Aku akan mencari cara untuk membalas kebaikanmu,” kata Paramee sambil menyentuh bahu Paul. Lalu dia pamit dan pergi bersama dengan Nai.

Ketika Paramee menyentuh bahunya, Paul tampak tersentuh dan senang. Tapi dia tidak mengekspresikan perasaannya tersebut dan hanya diam saja.


Ratnee merasa ada yang aneh, karena betapa kebetulannya dua penjahat datang untuk merampok rumah Paramee yang berada di desa, tepat ketika Paramee sedang berkunjung ke sana. Untung nya, Paramee baik- baik saja.

Mendengar kabar tersebut, Net merasa sangat terkejut, lalu dia teringat akan Singkorn. Karena sebelumnya dia ada memberitahu Singkorn tentang kemana Paramee pergi untuk menyendiri.


“Paman datang!” kata Gina, memberitahu Ratnee dan Net. Mendengar itu, mereka berdua pun langsung bersiap- siap untuk menyambut Paramee.

Ketika Paramee masuk ke dalam rumah, Net langsung berpura- pura bersikap khawatir dan perhatian. Dan Ratnee serta Gina mendukung akting Net. Mereka menjelaskan kepada Paramee bahwa Net benar- benar khawatir kepada Paramee, sampai kemarin malam saja Net tidak bisa tidur dengan nyenyak.


“Aku minta maaf sudah membuatmu khawatir,” kata Paramee dengan lembut, mempercayai akting Net dan perkataan Ratnee serta Gina.

“Kamu adalah orang paling penting dalam hidupku. Bagaimana bisa aku tidak mengkhawatirkan mu? Ketika aku mengetahui apa yang terjadi kemarin malam, aku terus merasa khawatir. Jika sesuatu terjadi padamu, bagaimana aku akan hidup?” kata Net sambil menangis. Lalu dia memeluk Paramee dengan perhatian. “Ayo, istirahat,” ajaknya, kemudian.



Melihat itu, Ratnee secara diam- diam memutar matanya. Dan Gina tersenyum kecil.



Paramee mengucapkan terima kasih karena Net sudah begitu perhatian padanya. Dan Net mengiyakan dengan lembut. Lalu ketika Net berbalik dan melihat Nai, dia langsung mengubah sikapnya menjadi tajam.

“Jaga ayahmu Nai,” kata Net, penuh penekanan. Lalu dia keluar dari kamar duluan.


Nai meminta Paramee untuk lain kali jangan pergi tanpa memberitahu siapapun, karena dia merasa khawatir, bahkan Net juga merasa khawatir. Dan Paramee menjelaskan bahwa kemarin dia sudah membuat keputusan. Dia memutuskan untuk menjual rumah di desa dan dia tidak akan pernah kembali ke rumah tersebut lagi. Lalu dia menyuruh Nai untuk memanggilkan pengacara nya, karena ada hal penting yang ingin di katakan nya. Dengan patuh, Nai mengiyakan.



Ketika Singkorn sedang sibuk bertelponan untuk mencari pinjaman uang, Net datang menemui nya dan mengomel kesal. Dia menuduh kalau Singkorn pasti adalah orang yang telah membayar penjahat untuk membunuh Paramee, saat Paramee berada di desa. Dia mengomentari kalau tindakan Singkorn tersebut sangat bodoh. Sebab jika sesuatu terjadi kepada Paramee sekarang, maka dia tidak akan bisa mendapatkan apapun. Juga anak Dara masih belum diketahui mati atau hidup nya, jadi jika Paramee mati sekarang, lalu Poramee muncul, maka dia akan semakin sulit.



“Tapi jika Khun Paramee tidak mati, aku yang akan mati. Bos Kasin telah mengirimkan bawahannya untuk menagih uang padaku,” keluh Singkorn, memberitahukan masalahnya. “Semua uang nya itu sudah ku investasi kan ke saham, dan itu memburuk sekarang,” jelas nya, merasa stress. “Tanpa Khun Paramee, aku bisa menangani semuanya dengan lebih mudah.”

“Jadi kamu mengirim orang untuk membunuhnya?” tanya Net, kesal. “Apa cuma ini yang bisa kamu pikirkan?!”

“Jadi apa yang harus aku lakukan? Aku harus mengembalikan uang itu!” keluh Singkorn.



Patcharee dan Dr. Kashane datang bersama ke desa untuk mengambil foto rumah Paramee yang akan dijual. Dan disana, Patcharee dan Dr. Kashane menemukan foto Poramee serta Dara yang ditinggalkan oleh Paramee didalam rumah. Lalu Patcharee mengambil foto tersebut untuk dikembalikan kepada Nai nantinya.


Ketika Paul sedang fokus menggambar design perhiasan, Dr. Kashane datang menghampiri nya serta bercerita- cerita tentang rumah Paramee yang akan di jual. Mendengar itu, Paul tertegun dan merasa kecewa karena Paramee berniat menjual rumah tersebut.


“Oh ya, bagaimana luka dikepala mu? Mau kubantu bersihkan?” tanya Dr. Kashane, perhatian. Dan Paul menolak. “Hey, jangan anggap remeh. Jika kamu merasa mual, sakit kepala, atau muntah, beritahu aku langsung ya. Jadi aku bisa membawa mu ke rumah sakit,” jelasnya, mengingatkan.

“Menurutku kamu harus mengkhawatirkan pasien mu saja. Jangan khawatirkan aku!” balas Paul dengan sikap acuh.

“Jika kamu bukan temanku, aku tidak akan khawatir!” keluh Dr. Kashane, ngambek.


Kemudian disaat itu, Net menelpon. Dan tanpa menutup- nutupi dari Dr. Kashane, Paul menjawab telpon dari Net tersebut.


Net menunjukkan rasa perhatian kepada Paul yang terluka. Sedangkan untuk masalah Singkorn sekarang, Nai tidak mau terlalu peduli.


Ditempat parkir. Dua anak buah Kasin datang dan memukuli Singkorn. Lalu mereka membawa Singkorn untuk mengikuti mereka berdua dengan paksa.


Kasin menyiramkan air ke wajah Singkorn, sehingga Singkorn pun tersadar. Lalu Singkorn ingin kabur, tapi sayang nya, dia tidak bisa.

“Dimana uang yang harusnya kamu kembalikan padaku?” tagih Kasin langsung. “Tidak ada tambahan waktu lagi! Sejak kamu tidak memenuhi persekatan kita!” tegas nya.

“Aku tidak mengira seorang politisi akan terlibat,” jelas Singkorn, membela dirinya.



“Kamu salah, Singkorn. Orang yang membantu Crown Diamond bukan politisi,” balas Kasin. Tapi dia tidak mau memberitahu siapa itu, karena menurutnya itu tidak penting, yang di inginkannya sekarang adalah Singkorn mengembalikan uang deposit nya.

Ketika Singkorn menelpon, Net pergi menjauhi Paul.


Singkorn meminta Net untuk mencarikan uang pinjaman 10 juta untuknya. Tapi Net tidak mau membantu sama sekali, karena dia tidak bisa.

“Khun Net. Jika aku tidak bisa melewati ini, kamu tidak akan mendapatkan apa yang kamu inginkan juga,” ancam Singkorn, karena dia sudah sangat terdesak.



Tepat ketika Net selesai bertelponan dan berbalik, dia langsung melihat Paul, dan dia merasa terkejut.

“Apa kamu membutuhkan bantuan ku?” tanya Paul, perhatian.

“Kamu tidak bisa membantuku. Ini terlalu sulit untukmu,” balas Net.

“10 juta. Tidak sulit untukku,” kata Paul sambil tersenyum percaya diri.

3 Comments

Previous Post Next Post