Original
Network : Channel 7
Nai masih mengkhawatirkan tentang Paramee,
jadi diapun bertanya kepada Net. Dan Net menyuruh Nai untuk berhenti
menghubungi orang- orang tentang Paramee, serta tidak perlu khawatir, karena
Paramee hanya pergi untuk beristirahat selama beberapa hari saja. Namun Nai
tidak bisa berhenti merasa khawatir. Dengan malas, Net pun mengabaikan Nai.
“Apa Ayah pergi ke Rumah Taman nya?” tanya
Nai, menebak.
“Jika kamu ingin tahu, pergi periksa sendiri,”
balas Nai, tidak mau peduli.
Siang hari, Gina baru datang untuk bekerja.
Ketika Paul bertemu dengannya, dia menasehati Gina untuk lain kali datang
cepat, karena Mee dan yang lainnya sudah berangkat ke lokasi sedari tadi dan
seharusnya Gina ikut dengan mereka juga. Dan Gina beralasan bahwa dia lupa,
karena sedang ada masalah di rumah.
“Apa?” tanya Paul, ingin tahu.
“Oops!” gumam Gina, tersadar bahwa dia sudah
keceplosan. “Aku sebenarnya dilarang untuk membicarakan ini,” kata Gina sambil
menatap Paul dengan genit. “Tapi melihat kamu, aku akan memberitahumu,”
bisiknya. Mendengar itu, Paul memberikan senyuman termanisnya.
Saat berjalan Nai dan Paul sama- sama tidak
fokus, jadi tanpa sengaja, mereka berdua pun bertabrakan. Nai hampir saja
jatuh, tapi untungnya, Paul berhasil menangkap nya. Dengan terkejut, mereka
berdua saling bertatapan untuk sesaat.
“Maaf, aku tidak lihat. Aku buru- buru,” kata
Nai, tersadar duluan.
“Buru- buru untuk menemui President?” tanya
Paul, menebak. Dan Nai terkejut, karena tebakan Paul benar.
Paramee berada disebuah rumah yang terletak
didaerah perdesaan yang tenang. Dia duduk didalam rumah sambil menatap foto
Dara serta Poramee (Nama Paul sewaktu kecil dulu). Lalu dia mengingat kenangan
mereka bertiga dahulu.
Flash back
Paramee membawa Dara serta Poramee untuk
berlibur ke desa. Dara dan Poramee tampak senang berada disana, dan karena itu
Paramee pun berniat untuk membeli rumah di desa tersebut supaya mereka bisa
datang ke sini untuk liburan lain kali.
“Apa kamu bahkan punya waktu untuk membawa ku
dan putra kita liburan ke sini lain kali?” tanya Dara dengan sikap bercanda dan
agak meragukan Paramee.
“Oh. Tentu saja,” jawab Paramee dengan yakin.
“Apa aku harus berjanji?”
“Jangan. Jika kamu membuat janji tapi tidak
bisa menepatinya, bukan hanya aku dan putramu yang akan sedih, tapi kamu akan
sedih juga,” balas Dara, pengertian.
Merasakan betapa pengertian dan baiknya Dara,
Paramee tertawa. Lalu dia memeluk Dara serta Poramee dengan erat.
Flash back end
“Jika aku bisa kembali ke masa lalu, aku
tidak akan pernah membuat mu dan putra kita sedih,” kata Paramee, penuh rasa
bersalah dan rasa penyesalan.
Paul ikut dengan Nai untuk pergi menemui
Paramee. Dan didalam mobil, Nai mengomel, sebab Gina memberitahu Paul.
“Aku tidak suka tidak menyelesaikan masalah.
Juga aku ingin tahu kemana President pergi, karena apapun itu dia adalah …”
kata Paul, lalu dia berhenti. Dan Nai menatap ke arah nya. “Bos ku,” kata Paul,
melanjutkan perkataannya yang terhenti. “Lagian dengan aku ikut denganmu, kamu
harusnya merasa lebih aman. Benarkan?” tanyanya. Dan Nai hanya diam saja.
“Mungkin tidak,” gumam nya.
Dengan fokus, Nai menyentir dan memperhatikan
jalan, tapi kemudian dia merasa bingung harus terus kemana. Dan Paul pun
menunjukkan jalan nya kepada Nai.
“Bagaimana kamu tahu?” tanya Nai, heran.
“Aku pernah datang ke sekitar sini
sebelumnya. Dijalan itu hanya ada satu rumah mewah,” jawab Paul, beralasan.
Nai dan Paul sampai ditempat Paramee. Ketika
Paramee melihat Nai, dia merasa terkejut, karena dia tidak menyangka bahwa Nai
akan datang. Ketika Paramee melihat Paul, dia merasa tertegun, karena Paul
mirip dengan Poramee dan itu membuat nya jadi teringat akan Poramee lagi.
“Bisa
biarkan aku bicara dengan Ayah dulu?” tanya Nai,
meminta Paul untuk keluar. Dan Paul mengerti serta keluar untuk memberikan
mereka berdua ruang bicara.
Singkorn
janjian bertemu dengan Kasin dibar, tapi kemudian yang datang malah hanya dua
orang anak buah Kasin saja, dan mereka berdua menunjukkan pistol mereka sebagai
ancaman supaya Singkorn jangan kabur, memberontak, ataupun berteriak.
“Hey tunggu!
Tunggu! Aku mencoba menelpon dia, tapi dia tidak mengangkat. Jadi apa yang
kalian ingin lakukan?” tanya Singkorn, panik.
“Dia tidak
perlu berbicara kepada mu lagi,” balas anak buah pertama.
“Tapi … aku
tidak punya banyak waktu … tapi aku akan kembalikan setiap baht dan satang nya
(mata uang Thailand),” balas Singkorn, mencoba bernegosiasi.
Dengan
keras, anak buah kedua memukul dinding dibelakang Singkorn, dan itu mengejut
kan Singkorn. “Apa kamu yakin Singkorn?” tanyanya.
“Yeah,”
jawab Singkorn sambil mengangguk dengan takut- takut.
Paramee
menanyai Nai, kenapa Paul bisa ikut ke sini. Dan dengan jujur, Nai menjawab
bahwa Paul yang mau ikut ke sini. Lalu dia menanyai kondisi Paramee, dia ingin
bisa membantu Paramee, jika Paramee memiliki hal yang di khawatiran.
Paul yang
berdiri didekat pintu, diam- diam mendengarkan pembicaraan antara Nai dan
Paramee yang berada didalam rumah. Lalu tiba- tiba dia melihat dua orang penjahat
datang dan sedang berada di luar rumah.
Dengan
segera, Paul langsung masuk ke dalam rumah dan mengajak Paramee serta Nai untuk
pergi. Dengan bingung, Paramee bertanya dengan suara keras, apa yang terjadi.
Dan tepat disaat itu, dua penjahat tersebut masuk ke dalam rumah serta mulai menembak.
Karena tidak
mungkin untuk kabur, maka Paul pun melawan dua penjahat tersebut. kemudian
selagi dia melawan mereka berdua, dia menyuruh Nai untuk segera membawa Paramee
pergi.
Saat Paramee
melihat seorang penjahat mengambil pistol yang terjatuh dilantai dan ingin menembak Paul dari belakang, diapun tidak
jadi pergi dan dia ikut melawan penjahat tersebut. Tapi karena dia tidak
terlalu kuat, diapun terdorong ke belakang. Melihat itu, Paul segera
mengalahkan penjahat kedua yang sedang ditahannya. Lalu dia membantu Paramee.
Setelah
semuanya selesai, Paul mendekati Paramee dengan cemas. “Apa kamu baik- baik
saja, Tuan?” tanyanya, perhatian.
“Awas!”
teriak Nai, ketika dia melihat seorang penjahat berdiri dan mendekati Paul dari
belakang. Tapi sayangnya, Nai terlambat.
Penjahat
tersebut memukul kepala Paul menggunakan vas. Dan Paul langsung merasa sangat
sakit sekali sehingga dia tidak bisa bergerak. Lalu penjahat tersebut
mengeluarkan pisau dan bersiap untuk menusuk Paul. Melihat itu, Paramee
langsung mengambil pistol yang berada di dekatnya dan menembak penjahat
tersebut. Sehingga dua penjahat tersebut langsung kabur.
“Paul!” panggil Nai dan Paramee dengan cemas melihat kondisi Paul.
Dirumah
sakit. Polisi memberitahukan hasil penyelidikan kepada Paramee dan Nai, dua
penjahat tersebut bukanlah orang bayaran, melainkan dua pencuri yang datang
untuk merampok. Mengetahui itu, Paramee mengucapkan terima kasih kepada si
polisi. Kemudian si polisi pamit dan pergi.
“Bagaimana
keadaanmu?” tanya Nai, ketika Paul sudah selesai diperiksa.
“Jika ada
yang salah, aku tidak akan berdiri didepanmu,” balas Paul sambil tersenyum
menenangkan. “Kepalaku keras. Aku tidak akan mati dengan mudah,” canda nya.
“Kamu
terluka dan masih bisa bercanda,” keluh Nai. “Lebih baik kamu lakukan
pemeriksaan lebih lanjut. Lakukan
X-Ray,” sarannya.
“Tidak apa,”
tolak Paul.
Dengan
tulus, Paramee mengucapkan terima kasih karena Paul telah menyelamatkannya. Dan
dengan rendah hati, Paul mengiyakan.
“Aku akan
mencari cara untuk membalas kebaikanmu,” kata Paramee sambil menyentuh bahu
Paul. Lalu dia pamit dan pergi bersama dengan Nai.
Ketika
Paramee menyentuh bahunya, Paul tampak tersentuh dan senang. Tapi dia tidak
mengekspresikan perasaannya tersebut dan hanya diam saja.
Ratnee
merasa ada yang aneh, karena betapa kebetulannya dua penjahat datang untuk
merampok rumah Paramee yang berada di desa, tepat ketika Paramee sedang
berkunjung ke sana. Untung nya, Paramee baik- baik saja.
Mendengar
kabar tersebut, Net merasa sangat terkejut, lalu dia teringat akan Singkorn.
Karena sebelumnya dia ada memberitahu Singkorn tentang kemana Paramee pergi
untuk menyendiri.
“Paman
datang!” kata Gina, memberitahu Ratnee dan Net. Mendengar itu, mereka berdua
pun langsung bersiap- siap untuk menyambut Paramee.
Ketika Paramee
masuk ke dalam rumah, Net langsung berpura- pura bersikap khawatir dan
perhatian. Dan Ratnee serta Gina mendukung akting Net. Mereka menjelaskan
kepada Paramee bahwa Net benar- benar khawatir kepada Paramee, sampai kemarin
malam saja Net tidak bisa tidur dengan nyenyak.
“Aku minta
maaf sudah membuatmu khawatir,” kata Paramee dengan lembut, mempercayai akting
Net dan perkataan Ratnee serta Gina.
“Kamu adalah
orang paling penting dalam hidupku. Bagaimana bisa aku tidak mengkhawatirkan
mu? Ketika aku mengetahui apa yang terjadi kemarin malam, aku terus merasa
khawatir. Jika sesuatu terjadi padamu, bagaimana aku akan hidup?” kata Net
sambil menangis. Lalu dia memeluk Paramee dengan perhatian. “Ayo, istirahat,”
ajaknya, kemudian.
Melihat itu,
Ratnee secara diam- diam memutar matanya. Dan Gina tersenyum kecil.
Paramee
mengucapkan terima kasih karena Net sudah begitu perhatian padanya. Dan Net
mengiyakan dengan lembut. Lalu ketika Net berbalik dan melihat Nai, dia
langsung mengubah sikapnya menjadi tajam.
“Jaga ayahmu
Nai,” kata Net, penuh penekanan. Lalu dia keluar dari kamar duluan.
Nai meminta
Paramee untuk lain kali jangan pergi tanpa memberitahu siapapun, karena dia
merasa khawatir, bahkan Net juga merasa khawatir. Dan Paramee menjelaskan bahwa
kemarin dia sudah membuat keputusan. Dia memutuskan untuk menjual rumah di desa
dan dia tidak akan pernah kembali ke rumah tersebut lagi. Lalu dia menyuruh Nai
untuk memanggilkan pengacara nya, karena ada hal penting yang ingin di katakan
nya. Dengan patuh, Nai mengiyakan.
Ketika
Singkorn sedang sibuk bertelponan untuk mencari pinjaman uang, Net datang
menemui nya dan mengomel kesal. Dia menuduh kalau Singkorn pasti adalah orang
yang telah membayar penjahat untuk membunuh Paramee, saat Paramee berada di
desa. Dia mengomentari kalau tindakan Singkorn tersebut sangat bodoh. Sebab
jika sesuatu terjadi kepada Paramee sekarang, maka dia tidak akan bisa
mendapatkan apapun. Juga anak Dara masih belum diketahui mati atau hidup nya,
jadi jika Paramee mati sekarang, lalu Poramee muncul, maka dia akan semakin
sulit.
“Tapi jika
Khun Paramee tidak mati, aku yang akan mati. Bos Kasin telah mengirimkan
bawahannya untuk menagih uang padaku,” keluh Singkorn, memberitahukan
masalahnya. “Semua uang nya itu sudah ku investasi kan ke saham, dan itu
memburuk sekarang,” jelas nya, merasa stress. “Tanpa Khun Paramee, aku bisa
menangani semuanya dengan lebih mudah.”
“Jadi kamu
mengirim orang untuk membunuhnya?” tanya Net, kesal. “Apa cuma ini yang bisa
kamu pikirkan?!”
“Jadi apa
yang harus aku lakukan? Aku harus mengembalikan uang itu!” keluh Singkorn.
Patcharee
dan Dr. Kashane datang bersama ke desa untuk mengambil foto rumah Paramee yang
akan dijual. Dan disana, Patcharee dan Dr. Kashane menemukan foto Poramee serta
Dara yang ditinggalkan oleh Paramee didalam rumah. Lalu Patcharee mengambil
foto tersebut untuk dikembalikan kepada Nai nantinya.
Ketika Paul
sedang fokus menggambar design perhiasan, Dr. Kashane datang menghampiri nya
serta bercerita- cerita tentang rumah Paramee yang akan di jual. Mendengar itu,
Paul tertegun dan merasa kecewa karena Paramee berniat menjual rumah tersebut.
“Oh ya,
bagaimana luka dikepala mu? Mau kubantu bersihkan?” tanya Dr. Kashane,
perhatian. Dan Paul menolak. “Hey, jangan anggap remeh. Jika kamu merasa mual,
sakit kepala, atau muntah, beritahu aku langsung ya. Jadi aku bisa membawa mu
ke rumah sakit,” jelasnya, mengingatkan.
“Menurutku
kamu harus mengkhawatirkan pasien mu saja. Jangan khawatirkan aku!” balas Paul
dengan sikap acuh.
“Jika kamu
bukan temanku, aku tidak akan khawatir!” keluh Dr. Kashane, ngambek.
Kemudian
disaat itu, Net menelpon. Dan tanpa menutup- nutupi dari Dr. Kashane, Paul
menjawab telpon dari Net tersebut.
Net
menunjukkan rasa perhatian kepada Paul yang terluka. Sedangkan untuk masalah
Singkorn sekarang, Nai tidak mau terlalu peduli.
Ditempat
parkir. Dua anak buah Kasin datang dan memukuli Singkorn. Lalu mereka membawa
Singkorn untuk mengikuti mereka berdua dengan paksa.
Kasin
menyiramkan air ke wajah Singkorn, sehingga Singkorn pun tersadar. Lalu
Singkorn ingin kabur, tapi sayang nya, dia tidak bisa.
“Dimana uang
yang harusnya kamu kembalikan padaku?” tagih Kasin langsung. “Tidak ada
tambahan waktu lagi! Sejak kamu tidak memenuhi persekatan kita!” tegas nya.
“Aku tidak
mengira seorang politisi akan terlibat,” jelas Singkorn, membela dirinya.
“Kamu salah,
Singkorn. Orang yang membantu Crown Diamond bukan politisi,” balas Kasin. Tapi
dia tidak mau memberitahu siapa itu, karena menurutnya itu tidak penting, yang
di inginkannya sekarang adalah Singkorn mengembalikan uang deposit nya.
Ketika Singkorn menelpon, Net pergi menjauhi Paul.
Singkorn
meminta Net untuk mencarikan uang pinjaman 10 juta untuknya. Tapi Net tidak mau
membantu sama sekali, karena dia tidak bisa.
“Khun Net.
Jika aku tidak bisa melewati ini, kamu tidak akan mendapatkan apa yang kamu
inginkan juga,” ancam Singkorn, karena dia sudah sangat terdesak.
Tepat ketika
Net selesai bertelponan dan berbalik, dia langsung melihat Paul, dan dia merasa
terkejut.
“Apa kamu
membutuhkan bantuan ku?” tanya Paul, perhatian.
“Kamu tidak
bisa membantuku. Ini terlalu sulit untukmu,” balas Net.
“10 juta. Tidak sulit untukku,” kata Paul sambil tersenyum percaya diri.
lanjuut..
ReplyDeleteLanjut.....
ReplyDeleteLanjut
ReplyDelete