Original
Network : Channel 7
Para pekerja dari pertambangan datang ke perusahaan
dan membuat kegaduhan. Mereka berdemo, meminta untuk bertemu dengan Paramee.
“Para pekerja dari pertambangan datang
berdemo didepan perusahaan kita!” kata Wit dengan panik, memberitahu para
rekannya.
“Berdemo tentang apa?” tanya Ting.
“Khun Nai dan Pat sedang dalam perjalanan
untuk mengecek cabang lain,” kata Mee, ikut merasa panik.
“Bagaimana jika dia bertemu para pendemo?”
tanya Ting, merasa khawatir. “Lagian mengapa mereka berdemo?” tanyanya, tidak
mengerti.
Ketika Nai dan Patcharee keluar dari dalam
lift, mereka bertemu dengan para pendemo. Dengan khawatir, Patcharee langsung
menarik tangan Nai dan mengajak nya untuk kembali ke dalam. Tapi Nai menolak,
karena dia ingin tahu apa yang terjadi.
Ketika Singkorn yang melihat itu, dia
langsung buru- buru kembali ke dalam perusahaan.
“Itu putri Boss!” teriak Bos pekerja.
“Khun Nai tolong dengarkan kami! Kami tidak
punya uang lagi! Tidak punya makanan!” teriak para pendemo, agak tidak jelas.
Melihat sikap mereka yang seperti ingin
memaksa masuk ke dalam perusahaan, Patcharee pun berusaha meminta agar para
pendemo tenang terlebih dahulu.
Sepertinya Singkorn memberitahu Paramee. Jadi
Paramee pun menelpon Nai. Secara langsung Paramee menanyai, bagaiamana situasi
sekarang. Dan Nai menjawab bahwa dia akan berusaha untuk menangani nya. Lalu
dia mematikan telpon.
Para pendemo merasa tidak sabaran lagi,
mereka bertindak semakin ganas. Dan Patcharee maju ke depan untuk membantu para
satpam dalam menahan para pendemo.
Para pendemo melemparkan telur, sayuran, dan
sampah ke Nai. Dan saat para satpam serta Patcharee tidak bisa menahan mereka
lagi, mereka langsung menerobos dan berlari ke arah Nai. Melihat itu, Nai
merasa sangat panik, karena di belakangnya adalah dinding, dan dia tidak bisa
mundur ke tempat lain.
Tepat disaat para pendemo sudah semakin
dekat, Paul datang. Dia menggunakan tubuhnya untuk melindungi Nai. Dan Nai
sangat terkejut.
Ketika para satpam berhasil membuat para
pendemo untuk mundur. Paul langsung menarik Nai untuk ikut pergi bersama nya ke
tempat yang lebih aman.
“Menurutku kamu harus bersembunyi disini,”
kata Paul sambil menyentuh bahunya. Dan melihat itu, Nai merasa khawatir. Lalu
Paul berusaha bersikap biasa saja.
“Aku tidak seharusnya melarikan diri seperti
ini. Aku harus ke sana dan berbicara dengan mereka,” kata Nai, merasa agak
tidak nyaman.
“Mereka sedang kesal sekarang. Bahkan jika
kamu bicara pada mereka, mereka tidak akan mendengarkanmu,” kata Paul dengan
yakin.
Nai tahu kalau kata- kata Paul benar. Tapi
dia tetap bersikap keras kepala, karena dia merasa ini adalah tanggung
jawabnya, jadi dia tidak seharusnya bersembunyi. Dan Paul memegang tangan Nai
untuk menghentikannya, karena ini sangat bahaya.
“Aku tidak takut. Aku akan kembali dan
berbicara kepada mereka. Sebagai perwakilan Crown Diamond,” kata Nai dengan
sikap tegas.
Nai menjelaskan kepada para pekerja tambang
bahwa besok dia akan mengadakan rapat mengenai kompesansi bagi mereka secepat
mungkin. Karena sebagai pekerja Crown Diamond, Nai sudah menganggap mereka
sebagai satu keluarga. Jadi dia tidak akan pernah membuang mereka.
“Bagaimana kami bisa mempercayai mu?” tanya
Bos pekerja.
“Aku tidak punya jaminan untuk mu. Tapi jika
kalian memaksa masuk ke dalam perusahaan, itu tidak akan menguntungkan kalian
juga. Aku tidak ingin siapapun terlibat masalah. Aku mohon padamu, berikan aku
waktu,” jelas Nai.
“Jika kamu berbohong pada kami lagi, kami
akan kembali,” balas Bos pekerja. Lalu dia mengajak para pekerja untuk pulang.
Melihat itu, Patcharee merasa lega. Lalu Nai
memerintahkan Patcharee untuk segera mengadakan rapat mengenai kejadian ini.
“Bagaimana jika Khun Singkorn tidak setuju?
Bagaimana kita mengalahkannya?” tanya Paul, menyebutkan kemungkinan terburuk.
“Aku harus mencari cara untuk memperbaikinya,
tidak peduli apa itu,” balas Nai.
Paramee menunggu dirumah dengan perasaan
cemas. Lalu ketika Nai kembali dalam keadaan tubuh kotor, dia merasa semakin
cemas.
“Aku minta maaf, Ayah. Tapi jangan khawatir.
Aku sudah berbicara kepada mereka dan mereka juga bersedia untuk pulang. Besok
aku akan mengadakan rapat tentang ini,” jelas Nai dengan suara agak bergetar.
Mendengar itu, Paramee memeluk Nai untuk
menghiburnya. Dan dengan sedih, Nai mulai menangis. Dia merasa kecewa dan marah
kepada dirinya sendiri, karena dia tidak bisa melakukan pekerjaannya dengan
benar. Yang berarti dia tidak bisa membayar kebaikan Paramee kepadanya.
“Kamu bicara kepada mereka dan mereka
bersedia kembali untuk bekerja, itu sudah terbaik yang bisa kamu lakukan,”
hibur Paramee. “Nai. Pernahkah aku memberitahumu mengepa aku memberimu nama
ini?” tanyanya. Dan Nai menggelengkan kepalanya. “Nainapha berarti Duangdara
(Bintang). Nama dari wanita yang paling aku cintai. Aku memberimu wewenang
selagi aku penyembuhan, karena aku percaya kamu bisa melakukan pekerjaan dengan
baik mengurus Crown Diamond. Sekarang kamu mungkin bertemu rintangan seperti
diamond yang diasah. Tapi suatu hari, putriku akan menjadi, diamond yang
cantik, bersinar seperti bintang,” jelasnya.
“Iya, Ayah. Aku tidak akan mengecewakanmu,”
kata Nai, berjanji.
Melihat itu dari atas, Net merasa sangat
cemburu.
Singkorn datang menemui kompetitor Crown
Diamond. Dia memberitahu Bos kompetitor bahwa Crown Diamond pasti akan
kehilangan kontrak dengan Wichai. Dan untuk kabar baik ini, dia meminta uang DP
dari komisi nya.
“Uang bukan masalah. Asalkan tambang menjadi
milikku,” kata Bos kompetitor. Dan Singkorn sangat senang sekali.
Keesokan harinya. Nai mengadakan rapat dengan
Net serta Singkorn, dia membahas kompesansi untuk para pekerja tambang. Dan
Singkorn tidak setuju untuk memberikan kompesansi apapun bagi para pekerja
tambang, dengan alasan, ini bukanlah kesalahan mereka, tapi hanya kecelakaan
biasa saja, karena lift yang jatuh.
“Tapi orangku menemukan dokumen bahwa lift
itu dibaru dibeli oleh kita,” kata Nai.
“Tapi mengenai itu, pihak asuransi yang akan
mengurusnya, kita tidak perlu melakukan apapun,” balas Singkorn, tetap tidak
setuju untuk memberikan kompesansi.
“Kita tidak boleh begitu karena ini
melibatkan image perusahaan. Aku takut Khun Wichai tidak akan memperbarui
kontrak dengan kita, karena sistem keamanan kita tidak cukup bagus,” balas Nai,
membujuk Singkorn. “Aku juga akan pergi ke tambang dan mencari tahu penyebab
aslinya,” jelasnya, memberitahu. Dan Singkorn merasa terkejut.
“Kamu pikir kamu polisi? Aku perintahkan kamu
jangan pergi. Ini menghabiskan waktu!” balas Nai dengan ketus.
“Aku sudah berdiskusi dengan Ayah kemarin.
Ayah mengizinkan ku,” kata Nai. Dan Net merasa sangat tidak senang.
Net memukul meja dan lalu dia berjalan pergi.
Dan Nai langsung mengejarnya, dia ingin menjelaskan alasannya, tapi Net tidak
mau mendengarkan. Net cemburu karena Paramee lebih mencintai Nai daripada
dirinya. Lalu Net memberitahu Nai alasan mengapa Paramee mengadopsi Nai, yaitu
karena Paramee ingin melupakan Istri dan Putranya. Jadi alasan Nai bisa seperti
sekarang, karena Nai adalah pengganti untuk Istri dan Putra Paramee. Jika Istri
dan Putra Paramee kembali, maka Nai pasti akan diusir.
“Aku tidak pernah berpikir begitu,” kata Nai,
menjelaskan.
“Tidak berpikir, tapi kamu harus tahu, tanpa
aku hari itu, sekarang kamu akan terlahir ulang ditempat lain!” kata Net dengan
sinis.
Dalam perjalan pulang. Net curhat kepada Paul
bahwa dia merasa terganggung karena Nai, sebab semakin hari, wewenang Nai
semakin bertambah, dan itu menyebalkan baginya. Lalu dia memberitahu Paul bahwa
Nai ingin ke tambang dan memeriksa penyebab kecelakaan disana secara langsung.
“Penyebab kecelakaan? Bukankah itu salah
pekerja?” komentar Paul, heran.
“Nai keras kepala. Dia tidak akan
mendengarkanmu. Tapi kali ini, tidak akan semudah seperti di masa lalu,” balas
Net.
Semua supir dan mobil perusahaan dipakai oleh
Net dan Singkorn. Dengan alasan, mereka berdua ingin menjemput klien VIP. Jadi
tidak ada mobil yang bisa di pakai serta tidak ada supir untuk mengantarkan
mereka. Dan Patcharee merasa bahwa pasti ada hal yang mencurigakan. Tapi Nai
berpikiran positif, dia berpikir bahwa mungkin saja alasan Net dan Singkorn itu
memang benar.
“Tapi kita wanita. Menyetir sendirian ke sana
mungkin tidak aman,” kata Patcharee, merasa agak khawatir. Lalu setelah
berpikir sejenak, dia teringat seseorang. “Bolehkah aku mengajak temanku?”
tanyanya sambil tersenyum penuh arti.
Teman yang dimaksud oleh Patcharee adalah Dr.
Kashane. Dan Dr. Kashane mengajak Paul untuk ikut bersama mereka.
“Mm… betapa kebetulannya. Seperti ini sudah
direncanakan,” kata Patcharee, curiga.
“Jika kita sudah siap, ayo berangkat,” kata
Dr. Kashane dengan gugup.
“Aku izin ke kamar mandi sebentar ya,” balas
Nai. Lalu dia pergi. Dan Patcharee mengikuti nya.
Saat mereka berdua pergi, Dr. Kashane
bertanya kepada Paul untuk memastikan sesuatu. “Ai Paul. Jadi aku harus pura-
pura tidak mengenalmu, kan?” tanyanya.
“Benar, Dr. Kashane,” jawab Paul sambil
tersenyum.
Net membawa Ranee ke salah satu toko cabang.
Dan disana, Ranee sengaja memperbesar suaranya ketika berbicara, supaya setiap
orang tahu bahwa dia dekat dengan Net.
Lalu Ranee mengajak Net untuk masuk ke dalam
toko bersama- sama serta melihat- lihat. Dan Net mengingatkan Ranee untuk
jangan serakah. Lalu karena tidak tertarik untuk melihat- lihat, diapun pergi
ke tempat lain. Sedangkan Ranee masuk sendirian ke dalam toko.
Didalam toko. Ranee mendengarkan bisik- bisik
dua pelanggan yang menggosipi bahwa Net hanyalah simpanan saja, karena Net dan
Paramee belum menikah. Mendengar itu, Ranee langsung mendekati dua pelanggan
tersebut dan memarahi mereka.
“Kalian datang membeli sesuatu ditokonya,
tapi berani menggosipi tentang dia? Jika dirumah tidak ada yang mengajari
kalian tata krama, itu berarti sifat kalian memang buruk sejak dari lahir!”
kata Ranee dengan kasar.
Ketika Net kembali dan melihat itu, Ranee
langsung menjelaskan apa yang terjadi barusan. Dan lalu Net berusaha
menghentikan Ranee untuk jangan membuat masalah.
Dengan kesal, Ranee terus mengomel. Dan Net
menyuruh Ranee untuk jangan membuat keributan lain kali, karena itu sangat
memalukan didepan para karyawan.
“Memalukan? Tapi apa kamu tidak malu dibilang
hanya simpanan?” tanya Ranee.
“P’Ranee!” bentak Net.
“Aku tidak bermaksud buruk. Sekarang
kesehatan Khun Paramee semakin membaik. Jika kamu tidak segera mendapatkan
sertifikat pernikahan, itu berarti kamu tidak akan mendapatkan apapun,” kata
Ranee, menjelaskan.
“Tidak perlu pikirkan sertifikat, aku minta
izin untuk mengenakan Pink Rose Collection ke acara- acara saja, dia tidak
pernah mengizinkanku,” keluh Net.
Mengetahui itu, Ranee membantu Net untuk
memikirkan sebuah rencana.
Dalam perjalanan. Patcharee dan Dr. Kashane
tidur dengan nyenyak dikursi belakang. Sedangkan Nai berjaga dan Paul menyetir.
Melihat Paul terus tersenyum, Nai merasa agak
kesal. Dia menjelaskan kepada Paul bahwa alasan dia menyetujui Paul untuk ikut
adalah karena Patcharee dan Dr. Kashane, jika tidak, maka dia tidak akan mau,
karena dia tidak mempercayai Paul. Dan Paul mengerti itu.
Disaat Nai dan Paul berbicara, Patcharee dan
Dr. Kashane terbangun.
Lalu Dr. Kashane mengeluarkan semua snack-
snack yang dibawanya. Dan Patcharee menolak untuk memakan itu, karena dia tidak
suka. Tapi kemudian, Patcharee menarik kembali kata- katanya. Dia dan Dr.
Kashane memakan snack itu bersama- sama sambil bernyanyi- nyanyi dengan keras.
Melihat tingkah mereka berdua, Paul dan Nai
sama- sama tertawa geli.
Ditengah perjalanan, ban mobil tiba- tiba
saja kempes. Dan didaerah itu sama sekali tidak ada jaringan. Jadi Patcharee
dan Dr. Kashane pun pergi bersama untuk mencari bantuan. Sedangkan Nai dan Paul
tinggal untuk menjaga mobil.
Paul tampak senang sekali. Sedangkan Nai
tampak kurang senang, makanya dia mengabaikan saat Paul tersenyum kepadanya.
Langit mulai gelap. Dan Paul pun membuat api
unggun diluar. Melihat itu dari dalam mobil, Nai jadi teringat akan kenangan
buruk di masa lalunya. Dia teringat ketika mobil kedua orang tuanya meledak.
Dan dengan takut, dia mulai menjerit.
Mendengar itu, Paul mendekati Nai dan
berusaha menyandarkannya. Tapi Nai terus saja berteriak dan menjerit. Lalu Paul
pun memandamkan api yang dinyalakannya.
“Apa kamu sudah lebih baikan sekarang?” tanya
Paul, perhatian. Dan Nai menganggukan kepalanya dengan pelan.
“Aku minta maaf sudah mengejutkanmu,” kata
Nai. Lalu dia mulai bercerita, “Ketika aku melihat api unggunmu, aku teringat
akan kenangan masa kecilku. Ayah kandungku tidak hati- hati, jadi dia
menyebabkan kecelakaan mobil. Aku terhimpit didalam mobil. Dan aku tidak
terlalu bisa mengingat apapun, selain ledakan.”
“Itu alasan kamu takut melihat api,” kata
Paul, menyimpulkan.
“Jika hari itu Khun Net tidak
menyelamatkanku, aku akan mati. Bahkan ketika keluargaku yang salah, tapi Ayah
dan Khun Net masih mau mengadopsi ku,” kata Nai, merasa sangat berterima kasih
kepada Nai dan Paramee.
“Itu mengapa kamu bekerja keras untuk
membayar mereka?” tanya Paul.
“Ini karena aku sangat menyanyangi mereka.
Jika ada yang bisa kulakukan untuk mereka, aku akan melakukannya. Bahkan
walaupun aku harus mempertaruhkan hidupku,” jawab Nai, membenarkan.
“Cara berpikir mu salah. Ini hidupmu. Kita
hanya memiliki satu hidup. Jangan lakukan terlalu banyak untuk orang lain
sampai kamu melupakan hidup dan hatimu juga,” kata Paul menasehati Nai.
Nai gantian meminta Paul untuk menceritakan
tentang kisah kecil Paul juga. Dan Paul diam. Melihat itu, Nai pun tidak
memaksa Paul untuk bercerita. Lalu dia mencoba mengganti topik pembicaraan.
“Kita bisa mendapatkan udara segar dari alam.
Apa kamu tahu bahwa menghirup udara segera bisa membuat mood mu membaik?” kata
Nai.
Mendengar itu, Paul menatap Nai sambil
tersenyum. “Kamu benar. Ketika mu mood baik dan tidak melihat tajam padaku, aku
jadi ingin dekat kepada mu.”
Nai dan Paul lalu saling diam sambil menatap satu sama lain dengan senyuman.
lanjuuut...lanjuuuttt..
ReplyDeleteLanjut....
ReplyDelete