Original
Network : Channel 7
Setelah berjalan sekian lama, Patcharee dan
Dr. Kashane masih belum menemukan satupun rumah sama sekali di sekitar mereka.
Dan ketika malam semakin dingin, Dr. Kashane memakaikan sweaternya kepada
Patcharee, karena Patcharee tampak kedinginan. Dan Patcharee merasa sangat
senang sekali.
“Pegangkan sweaterku. Punggungku sangat
berkeringat,” kata Dr. Kashane, beralasan dengan sikap malu- malu. Lalu dia
lanjut berjalan duluan. “Aku tidak seharusnya setampan ini,” keluhnya, karena
Patcharee terus tersenyum kepadanya.
Mendengar itu, Patcharee memoyongkan
bibirnya.
Patcahree mulai agak pesimis, juga dia
khawatir meninggalkan Nai dan Paul berduaan saja. Mendengar itu, Dr. Kashane
menasehati Patcharee untuk jangan pesimis dan tidak perlu khawatir, karena Paul
bukanlah pria jahat.
“Kamu berbicara seperti sangat mengenal
Paul,” komentar Patcharee, curiga. “Apa yang salah Dokter?” tanyanya, saat dia
melihat Dr. Kashane tiba- tiba menjadi pucat.
“Khun Pat. Lihat disana!” kata Dr. Kashane
sambil menunjuk ke arah di depannya. Dan dengan penasaran, Patcharee pun
melihat ke arah yang Dr. Kashane tunjuk.
Ditengah sawah tiba- tiba saja muncul satu
cahaya. Melihat itu, Dr. Kashane dan Patcharee sangat terkejut serta takut.
“Khun, lihat wajahku. Hantu tidak ada! Ulangi
setelah aku. Hantu tidak ada!” kata Dr. Kashane memberikan sugesti kepada
dirinya sendiri dan Patcharee.
“Hantu tidak ada!” kata Patcharee, mengulangi
perkataan Dr. Kashane. Lalu mereka berdua sama- sama mulai tenang serta bisa
tertawa lagi.
Tapi tepat disaat Dr. Kashane dan Patcharee
berbalik, mereka dikejutkan oleh manusia yang memegang lentera. Namun mereka berdua
berpikir itu adalah hantu. Dengan takut, mereka menjerit keras. Juga secara refleks
Dr. Kashane menendang hantu tersebut. Lalu dia dan Patcharee saling berpelukan
dengan erat.
“Aku manusia bukan hantu!” keluh manusia
tersebut. “Aku sedang memegang lentera!”
“Paman! Aku minta maaf!” kata Dr. Kashane dan
Patcharee secara bersamaan, ketika mereka sadar kalau mereka telah salah. Lalu
mereka langsung membantu Paman tersebut berdiri.
Patcharee dan Dr. Kashane akhirnya kembali.
Mereka kembali memakai becak motor milik Paman tadi. Karena punggung Paman itu
sakit, akibat tendangan Dr. Kashane sebelumnya, jadi Patcharee lah yang
mengendarai becak motor nya. Melihat
itu, Nai merasa heran. Dan dengan malu- malu Patcharee tertawa canggung, lalu
Dr. Kashane yang menjelaskan.
“Tadi ada sedikit kecelakaan kecil. Benarkan
Paman?” kata Dr. Kashane dengan gugup sambil menatap ke Paman barusan.
“Iya,” jawab Paman sambil mengeluh sakit
sedikit.
Pagi hari. Akhirnya mobil mereka selesai
diperbaiki juga. Dan mereka berempat mengucapkan terima kasih banyak kepada
Paman. Juga Dr. Kashane dan Patcharee meminta maaf sekali lagi kepada Paman
akibat kejadian semalam. Dengan baik hati, Paman mengiyakan, lalu dia pergi.
Ketika mereka berempat sampai ditempat
tujuan, mereka langsung bertemu para pendemo dari tambang yang telah menunggu
mereka. Dengan keras, para pendemo berteriak sambil memegang spanduk,
meminta Nai untuk turun dari mobil.
“Orang- orang disini sangat hangat menyambut
kita ya,” komentar Dr. Kashane.
Agak
jauh dibelakang para pendemo, Bos Pekerja menghubungi seseorang. “Khun Nai
sudah datang, Bos.”
Ternyata orang yang ditelpon oleh Bos Pekerja
adalah Singkorn. “Gunakan metode apapun yang kamu inginkan, tapi jangan biarkan
Khun Nainapha masuk ke dalam,” perintahnya.
Didalam kamar hotel. Net menatap ragu kepada
Singkorn. Dia ragu apakah orang yang Singkorn gunakan bisa dipercaya. Dan
dengan yakin, Singkorn menjawab bisa. Lalu dia menyentuh wajah dan tubuh Net.
“Aku tidak akan membiarkan Net ku terseret ke
dalam ini,” kata Singkorn, penuh perhatian. Lalu dia dan Net mulai berciuman
serta bermesraan dengan intim.
“Apa kamu disini untuk menghancurkan bukti!
Langkahi mayat kami!” teriak Bos Pekerja, menfitnah Nai. Dan para pendemo malah
percaya dengan perkataannya.
Patcharee merasa agak heran, karena
sebelumnya para pendemo tampak baik- baik saja kepada mereka, tapi sekarang
mereka malah menjadi ganas.
“Mungkin seseorang mencoba untuk mencuci
pikiran mereka. Sejak mereka tidak mempercayai kita, ini sulit,” komentar Paul
dengan yakin.
Karena para pendemo mempercayai Bos Pekerja
mereka, maka mereka pun melarang Nai serta kawan- kawannya untuk masuk ke dalam
tambang. Lalu mereka terus berteriak meminta agar Nai keluar dari mobil.
“Jika kamu ingin masuk ke dalam, langkahi
dulu mayat kami!” teriak Bos pekerja. Lalu dia mengajak para pekerja untuk maju
dan menyerang mobil Nai.
Dengan segera, Paul langsung memundurkan
mobil ke belakang. Lalu Nai keluar dari dalam mobil untuk berbicara kepada para
pendemo. Melihat itu, mereka bertiga merasa khawatir dan ikut keluar dari mobil
untuk menemani nya.
“Oh hey Khun Nai! Kamu ingin menantang
kami?!” tuduh Bos Pekerja.
“Kalian bisa melukai ku sampai mati jika
kalian ingin. Namun bahkan jika aku mati, kematian ku tidak akan bisa membantu
para pekerja di tambang. Tapi jika kalian membiarkan ku masuk ke dalam untuk
melihat, maka aku akan bisa menemukan penyebab kenapa lift terjatuh,” balas
Nai, menjelaskan dengan logika.
“Bukankah kalian sudah bersepakat kalau itu
salah kami?! Kalian tidak bisa dipercaya!” teriak Bos Pekerja, masih terus
menfitnah. “Keluar!” teriaknya bersama para pendemo.
Nai terus mencoba untuk menyakinkan mereka semua
menggunakan logika. Tapi mereka semua masih terus tidak mempercayai nya. Namun akhirnya,
karena perkataan Nai terdengar masuk akal, maka mereka pun mulai berdiskusi
untuk memutuskan. Dan Bos Pekerja merasa agak panik.
“Khun Nai, kamu sangat berani. Tidak seperti
wanita lain yang pernah aku temui sebelumnya,” kata Dr. Kashane, kagum kepada
Nai. Mendengar itu, Patcharee menundukkan kepalanya, dia tampak kecewa dan
sedih.
Sedangkan Paul, dia juga merasa kagum kepada
Nai, tapi dia tidak mengatakan apapun dan hanya tersenyum saja sambil menatap
Nai.
Diarea tambang. Bos Pekerja memberikan
sedikit dokumen kepada Nai dengan alasan bahwa tambang sudah ditutup, jadi
hanya sedikit saja yang di simpan. Walaupun merasa agak ragu, tapi Nai dan
Patcharee tetap memeriksanya.
“Pekerja yang menaiki lift setiap harinya
dibatasi. Tidak ada yang tidak biasa,” komentar Patcharee, merasa agak heran.
“Jadi mengapa Paman Singkorn mengatakan ini
salah para pekerja?” tanya Nai, berpikir.
“Atau mungkin lift lama yang rusak,” tebak
Patcharee.
“Tidak mungkin. Liftnya telah diganti sebelum
kecelakaan terjadi.”
Patcharee merasa kalau mereka pasti tidak
akan bisa menemukan apapun. Karena semua dokumen dan bukti yang ada telah
dibuang ketika pertambangan di tutup. Dan dengan stress, Nai menghela nafas
berat. Melihat itu, Dr. Kashane mengajak mereka untuk berjalan- jalan sebentar
serta membeli minuman dingin.
“Lihat waktunya Dokter, kami sedang stress!”
keluh Patcharee.
Sesampainya dipasar, Patcharee dan Dr.
Kashane berdebat. Sedangkan Paul melihat ke sekitar, dan disaat itu dia melihat
Bos Pekerja. Merasa agak curiga, Paul pun langsung mengikuti Bos Pekerja untuk
mencari tahu.
Bos Pekerja datang ke showroom motor, dan
ingin membeli satu motor, karena sekarang dia memiliki banyak uang. Melihat
itu, Paul mendekatinya.
“Kamu sangat kaya. Tambang baru saja ditutup,
jadi darimana kamu mendapatkan uang untuk membeli motor?” tanya Paul, curiga.
“Ini tidak ada hubungannya denganmu!” balas
Bos Pekerja dengan sikap keras.
“Ini ada. Aku hanya ingin tahu uang siapa
yang kamu terima untuk menutup mulutmu mengenai masalah ditambang,” kata Paul
secara terus terang. “Mari bicara,” ajaknya sambil memegang tangan Bos Pekerja.
Dengan takut, Bos Pekerja langsung berlari melarikan diri.
Dr. Kashane mencoba menghubungi Paul, tapi
tidak diangkat. Lalu tiba- tiba disaat itu, Bos Pekerja menabrak bahunya.
Kemudian Paul berlari melewatinya. Dengan bingung, Dr. Kashane dan yang lainnya
langsung ikut berlari mengejar.
Karena tidak berhati- hati, Bos Pekerja
tertabrak oleh mobil yang lewat. Dengan terkejut, Dr. Kashane langsung
memeriksanya. Dan hasilnya, Bos Pekerja meninggal.
Kemudian para pendemo datang. Melihat Bos
Pekerja mati, mereka langsung menuduh kalau Paul lah yang telah membunuh Bos
Pekerja. Lalu ketika polisi datang serta menjelaskan bahwa ini hanyalah
kecelakaan saja, barulah para pendemo menjadi agak tenang. Namun walaupun
begitu, Paul tetap saja merasa syok.
Akibat kejadian yang terjadi ditambang serta
kematian Bos Pekerja, maka Wichai menolak untuk memperbarui kontrak dengan
Crown Diamond. Dan seorang dewan direksi (Bos Kompetitor) menyalahkan Nai.
Sebab Nai bertugas menggantikan tempat Paramee, tapi dibawah pengawasan Nai, malah
banyak terjadi masalah. Serta dia menyatakan bahwa Nai tidak memiliki kemampuan
untuk menggantikan tempat Paramee, sebab Nai masih belum cukup berpengalaman.
Dan dia memuji bahwa Singkorn lebih baik, karena Singkorn sudah berpengalaman
dan sudah lama bekerja di perusahaan.
Mendengar itu, Nai tidak tahu harus
mengatakan apa. Dan dia juga merasa stress.
Ting sangat kesal dan stress sekali menjawab
semua telpon yang terus masuk. Dan melihat itu, Mee pun membantunya. Dia
langsung mencabut kabel telpon supaya telpon tidak lagi berbunyi. Dengan
senang, Ting mengucapkan terima kasih.
“Sekarang, diinternet banyak yang berpikir
kalau kita yang membunuh Bos Pekerja, menutup mulut mereka tentang masalah
lift. Sial! Orang- orang bodoh!” keluh Mee.
“Karena berita bodoh ini, aku tidak tahu apa
yang para dewan direksi akan katakan tentang Khun Nai,” gumam Ting, merasa
khawatir.
Mendengar itu semua, Paul merasa agak tidak
nyaman. Jadi dia hanya diam saja.
Singkorn berpura- pura menanyakan keputusan
para dewan direksi. Dan Bos Kompetitor langsung berdiri dan mengajukan supaya
Nai di copot dari Dewan Direksi.
“Aku mau meminta kesempatan,” kata Nai,
membela dirinya.
“Tambang ditutup. Seseorang mati. Kontrak
juga tidak bisa di perbarui. Kamu masih berani meminta kesempatan?!” balas Bos
Kompetitor dengan kasar.
“Setidaknya aku ingin mendengar pendapat
setiap orang, jika mereka ingin aku mundur atau tidak. Atau itu hanya perkataan
seseorang saja,” balas Nai, sedikit menyindir sikap Bos Kompetitor.
Bos Kompetitor menyarankan sistem pemungutan
suara untuk mencari tahu pendapat para dewan direksi yang lain. Dan Singkorn
langsung menyetujui idenya.
Pemungutan suara dimulai. Dan Bos Kompetitor,
Kasin, mengangkat tangannya berserta dengan dua anggota direksi yang lain.
“Menurutku
kita harus mendiskusikan ini di rapat berikutnya. Kali ini kita harus memberi
Khun Nainapha kesempatan lain,” kata seorang dewan direksi, menyarankan dengan
baik. Dan semuanya tidak menolak.
Ketika rapat selesai, Kasin mendekati Nai,
dia memberitahu bahwa jika Nai tidak bisa menyakinkan Wichai untuk memperbarui
kontrak dengan mereka, maka di rapat selanjutnya, dia yakin semua orang akan
mengangkat tangan. Dan Nai mengerti itu. Lalu dengan malas, dia mengabaikan
Kasin.
“Khun Kasin. Terima kasih banyak sudah
berpihak padaku,” kata Singkorn, mendekati Kasin dengan sikap akrab.
“Aku hanya memilih pihak yang akan
menguntungkan perusahaan, itu saja,” balas Kasin. Lalu dengan akrab, dia dan
Singkorn berjalan bersama.
Dari jauh, Paul melihat semua itu dan dia
langsung mengerti apa yang terjadi.
Nai meminta maaf kepada Paramee. Dan Paramee
berkomentar bahwa ini adalah kesalahan nya, karena dia telah membuat keputusan
yang salah, sehingga perusahaan menjadi buruk. Kesalahannya adalah memberikan
banyak kepercayaan kepada Nai. Jadi sekarang, Paramee ingin Nai jangan ikut
campur dalam masalah ini lagi.
“Tapi aku sudah berjanji pada para dewan
direksi bahwa…”
“Karena kamu keras kepala, itu yang membuat
situasi menjadi buruk!” bentak Paramee. Kemudian dia menyuruh Nai untuk pergi.
Dengan sedih, Nai duduk ditangga dan
menangis. Lalu Net lewat dan menyindir nya serta memberitahu bahwa suatu hari
Nai juga akan menjadi telur busuk yang akan dibuang sepertinya, jika Nai tidak
memiliki nilai lagi.
“Aku tidak pernah ingin menjadi favorite
Ayah. Aku hanya ingin membalas budi padanya, itu saja,” jelas Nai dengan tulus.
“Ingin membalas budi? Kemudian cepat dan
nikahi Dan. Jangan bekerja di Crown Diamond lagi. Menikahimu ke putra politisi,
itu akan menyenangkan Khun Paramee,” balas Net dengan jahat seperti biasa.
“Kamu hanya perlu memohon pada Dan sedikit, lalu dia akan berbicara kepada
Ayahnya untukmu. Seseorang yang tidak memiliki rumah sepertimu, bisa menikahi
putra politisi seperti Dan, itu sebuah keburutungan. Atau kamu bisa menunggu
sampai Khun Paramee mengatakan bahwa dia membuat keputusan yang salah, itu juga
tidak apa- apa untukku,” jelasnya dengan sinis. Lalu dia pergi begitu saja.
Dari jauh, Ratnee melihat dan mendengar semua
itu, dan dia merasa senang.
Mengingat kekecewaan Paramee kepadanya dan
mengingat perkataan jahat Net barusan, Nai merasa tambah sedih. Lalu dia
menelpon Dan untuk meminta bantuan.
Dan meminta bantuan Ayahnya untuk membantu tentang masalah tambang, karena jika tambang sampai jatuh ke tangan orang lain, maka Crown Diamond dan Nai akan dalam masalah. Mendengar itu, Ibu Dan merasa heran, karena setahunya Dan serta Nai sudah putus. Lalu Ibu Dan mengakui bahwa dia kurang menyukai Nai, karena Nai hanyalah anak angkat Paramee saja. Alasan dia bersikap baik kepada Nai selama ini, itu hanya karena dia mempertimbangkan Paramee.
“Tapi Nai cantik dan pintar. Aku menyukai
dia, sebab dia tidak seperti wanita lain yang pernah aku temui sebelumnya,”
kata Dan menjelaskan dengan lembut kepada Ibu nya. Lalu dia memohon kepada
Ayahnya lagi. “Ayah, tolong bernegosiasi lah dengan Khun Wichai untukku,”
pintanya.
“Aku tidak akan melibatkan namaku dengan
sesuatu yang tidak menguntungkan ku,” balas Ayah Dan, menolak.
“Ayah. Ini perusahaan pacarku. Bagaimana jika
perusahaannya bangkrut?”
“Kemudian cari istri baru!” kata Ayah Dan
dengan mudahnya. “Jangan bicarakan ini lagi. Karena aku tidak ingin terlibat!”
tegasnya, menolak.
“Bu, tolong bicara dengan Ayah,” pinta Dan.
“Ayahmu orang yang keras. Jangan sia- siakan
waktumu,” balas Ibu Dan, menolak untuk membantu juga.
Paul membicarakan tentang Singkorn kepada
Wang. Menurut pendapatnya, Singkorn adalah virus buruk didalam perusahaan,
sehingga Crown Diamond bisa menjadi seperti sekarang ini. Jadi dia ingin Wang
menggunakan kesempatan ini untuk menghubungi Wichai dan ikut dalam pertarungan
mendapatkan tambang.
“Jika Crown Diamond tidak memegang tambang
itu lagi, berarti rencanamu untuk menghancurkan nya akan segera tercapai,”
komentar Wang, merasa senang untuk Paul.
“Kita tidak boleh ceroboh, sampai aku melihat
perusahaan itu runtuh dengan kedua mataku sendiri,” balas Paul dengan serius.
“Tunggulah itu tercapai, Boss,” balas Wang.
Lalu dia pamit dan pergi.
Ketika Wang telah pergi, Paul kebetulan
melihat Nai bertemu dengan Dan.
Dan mengajak Nai untuk berbicara berdua didalam
kamar yang sudah dipesannya, dengan alasan bahwa ini bukan tempat yang cocok
untuk mereka berdua berbicara.
“Pada akhirnya kamu memilih metode ini,”
gumam Paul, merasa kecewa kepada Nai.
Dan mencoba untuk mengulur- ngulur waktu.
Tapi Nai merasa agak tidak sabaran, dia ingin tahu apakah Dan sudah berbicara
kepada Ayah Dan atau belum. Dengan gugup, Dan menjawab bahwa dia sudah
berbicara dengan Ayahnya, jadi Nai tidak perlu khawatir. Lalu dia memegang
tangan Nai dan mencoba bersikap perhatian.
“Apa yang Ayahmu katakan?” tanya Nai, ingin
tahu.
“Mari bicarakan itu nanti. Lebih baik kita
membicarakan tentang hubungan kita,” kata Dan sambil berjalan semakin mendekat
kepada Nai. Dengan ngeri, Nai terus berjalan mundur.
Dan menyudutkan Nai ke dekat tempat tidur.
Lalu dia melecehkan Nai. Dengan panik, Nai mendorong Dan serta memohon supaya
Dan melepaskannya.
“Jangan lupa, Ayahku sedang berbicara kepada
Khun Wichai sekarang,” ancam Dan, berbohong. “Aku sudah melakukan nya untukmu.
Jadi kamu harus membalasku juga.”
Mendengar itu, Nai berhenti memberontak.
Kemudian dengan puas, Dan kembali bersikap intim kepada Nai. Tapi sebelum Dan
bisa bertindak lebih jauh, Nai langsung mendorong nya. Lalu dia meminta maaf,
karena dia tidak bisa.
“Mengapa tidak?! Mengapa kamu tidak bisa
memberikan tubuhmu untukku disini?! Atau kamu menggunakan ku secara gratis!
Tidak ada yang gratis, Nai!” bentak Dan.
“Kamu berpikir begitu?” balas Nai, merasa
sangat kecewa dan terluka.
“Ini baru deposit. Ini bisnis, kamu harus nya
mengerti!” kata Dan, merendahkan Nai.
Mendengar itu, Nai langsung menampar Dan.
“Aku manusia!” teriaknya, marah.
Nai terus menolak hingga akhirnya Dan merasa
tidak sabaran lagi. Dengan paksa, Dan merobek baju Nai dan melecehkannya.
Nai merasa sangat panik. Dia berusaha mendorong
Dan, tapi tidak bisa. Jadi diapun mengambil lampu meja yang berada didekatnya
dan memukul Dan menggunakan itu. Lalu dia langsung berlari kabur darisana.
“Nai!” teriak Dan. Lalu Nai pun berhenti.
“Anak angkat sepertimu jangan bermain sulit didapatkan! Anak yatim piatu yang
tidak memiliki keluarga sepertimu, dimana bisa kamu menemukan pria baik
sepertiku?!” kata Dan, meneriaki Nai.
Mendengar itu, Nai merasa sangat terluka dan
sedih. Lalu tanpa ragu, dia pergi darisana.
Klik disini untuk dengarkan lagunya :
Didalam lift. Nai menangis dengan sedih dalam
diam. Kemudian ketika pintu lift terbuka, dan Nai keluar dari dalam lift, Nai
langsung bertemu dengan Paul.
♫ Aku tahu matamu
memberitahuku ♫
♫ Aku tahu kamu benar memiliki perasaan ♫
♫ Aku sudah mencintaimu, kamu tidak perlu takut ♫
Melihat kondisi Nai yang sangat berantakan,
Paul merasa sangat terkejut. Lalu tanpa berpikir, dia langsung melepaskan jas
yang dikenakannya dan berlari ke arah Nai. Dia mengenakan jas nya kepada Nai.
Lalu dengan erat dia memeluk Nai. Dan dengan sedih, Nai menangis di dalam
pelukan Paul.
♫ Karena aku memberimu seluruh hatiku ♫
♫ Peluk aku ♫
♫ Peluk aku ♫
♫ Aku ingin mengatakan ‘aku mencintaimu’ ♫
♫ Aku mencintaimu ♫
♫ Karena aku mencintai mu ♫
♫ Dari sekarang aku akan ada disisimu dan memelukmu ♫
♫ Tidak perlu takut ♫
♫ Silahkan peluk aku ♫
Sesampainya dirumah, Paul diam dan merenung
sambil menatap pantulan dirinya sendiri dihadapan cermin.
♫ Karena aku mencintai mu ♫
♫ Aku akan melindungimu dan menjagamu dari sekarang ♫
♫ Tolong percayai aku dan pegang tanganku ♫
Flash back
Didalam mobil. Paul menanyai, apakah Nai
benar- benar berpikir kalau Dan akan membantu tanpa mengharapakan imbalan
apapun. Dan Nai membalas bahwa dia tidak punya pilihan.
“Jadi kamu memilih untuk memberikan dirimu
sendiri demi perusahaan? Demi Ayahmu?” tanya Paul dengan pedas.
“Ini bukan urusanmu,” balas Nai, singkat.
Karena dia tidak mau membahas tentang masalahnya dengan Paul.
“Kemudian biarkan aku bertanya, mengapa kamu
menangis seperti ini? Jika kamu mau, kamu tidak akan kabur seperti ini.”
“Kamu tidak tahu apa yang aku alami,
bagaimana kamu bisa mengerti?” balas Nai, emosi.
“Iya. Aku tidak mengerti,” aku Paul langsung.
“Kamu tahu betapa buruknya dia, tapi kamu masih menawarkan dirimu sendiri
kepada dia,” jelasnya. Dan Nai terdiam. “Takut? Takut jika kamu menghancurkan
perusahaan, kamu tidak akan punya uang untuk dihabiskan?” tanya Paul dengan
sinis.
“Seseorang tanpa hati sepertimu, tidak peduli
apa yang aku katakan kamu tidak akan mengerti! Aku tidak tahan melihat kondisi
Ayah semakin memburuk, karena perusahaan yang disayangi nya hancur tepat didepan matanya,” kata Nai,
penuh emosi. Lalu dia melemparkan jas milik Paul dan keluar dari mobil.
Flash back end
“Jangan melembut, Poramee,” gumam Paul kepada dirinya sendiri.
semangat lanjjuutt
ReplyDelete