Sinopsis Lakorn- Fah Mee Tawan Episode 7/1

 


Original Network : Channel 7

Setelah berjalan sekian lama, Patcharee dan Dr. Kashane masih belum menemukan satupun rumah sama sekali di sekitar mereka. Dan ketika malam semakin dingin, Dr. Kashane memakaikan sweaternya kepada Patcharee, karena Patcharee tampak kedinginan. Dan Patcharee merasa sangat senang sekali.

“Pegangkan sweaterku. Punggungku sangat berkeringat,” kata Dr. Kashane, beralasan dengan sikap malu- malu. Lalu dia lanjut berjalan duluan. “Aku tidak seharusnya setampan ini,” keluhnya, karena Patcharee terus tersenyum kepadanya.

Mendengar itu, Patcharee memoyongkan bibirnya.


Patcahree mulai agak pesimis, juga dia khawatir meninggalkan Nai dan Paul berduaan saja. Mendengar itu, Dr. Kashane menasehati Patcharee untuk jangan pesimis dan tidak perlu khawatir, karena Paul bukanlah pria jahat.

“Kamu berbicara seperti sangat mengenal Paul,” komentar Patcharee, curiga. “Apa yang salah Dokter?” tanyanya, saat dia melihat Dr. Kashane tiba- tiba menjadi pucat.


“Khun Pat. Lihat disana!” kata Dr. Kashane sambil menunjuk ke arah di depannya. Dan dengan penasaran, Patcharee pun melihat ke arah yang Dr. Kashane tunjuk.

Ditengah sawah tiba- tiba saja muncul satu cahaya. Melihat itu, Dr. Kashane dan Patcharee sangat terkejut serta takut.


“Khun, lihat wajahku. Hantu tidak ada! Ulangi setelah aku. Hantu tidak ada!” kata Dr. Kashane memberikan sugesti kepada dirinya sendiri dan Patcharee.

“Hantu tidak ada!” kata Patcharee, mengulangi perkataan Dr. Kashane. Lalu mereka berdua sama- sama mulai tenang serta bisa tertawa lagi.



Tapi tepat disaat Dr. Kashane dan Patcharee berbalik, mereka dikejutkan oleh manusia yang memegang lentera. Namun mereka berdua berpikir itu adalah hantu. Dengan takut, mereka menjerit keras. Juga secara refleks Dr. Kashane menendang hantu tersebut. Lalu dia dan Patcharee saling berpelukan dengan erat.



“Aku manusia bukan hantu!” keluh manusia tersebut. “Aku sedang memegang lentera!”

“Paman! Aku minta maaf!” kata Dr. Kashane dan Patcharee secara bersamaan, ketika mereka sadar kalau mereka telah salah. Lalu mereka langsung membantu Paman tersebut berdiri.


Patcharee dan Dr. Kashane akhirnya kembali. Mereka kembali memakai becak motor milik Paman tadi. Karena punggung Paman itu sakit, akibat tendangan Dr. Kashane sebelumnya, jadi Patcharee lah yang mengendarai becak motor  nya. Melihat itu, Nai merasa heran. Dan dengan malu- malu Patcharee tertawa canggung, lalu Dr. Kashane yang menjelaskan.

“Tadi ada sedikit kecelakaan kecil. Benarkan Paman?” kata Dr. Kashane dengan gugup sambil menatap ke Paman barusan.

“Iya,” jawab Paman sambil mengeluh sakit sedikit.


Pagi hari. Akhirnya mobil mereka selesai diperbaiki juga. Dan mereka berempat mengucapkan terima kasih banyak kepada Paman. Juga Dr. Kashane dan Patcharee meminta maaf sekali lagi kepada Paman akibat kejadian semalam. Dengan baik hati, Paman mengiyakan, lalu dia pergi.


Ketika mereka berempat sampai ditempat tujuan, mereka langsung bertemu para pendemo dari tambang yang telah menunggu mereka. Dengan keras, para pendemo berteriak sambil memegang spanduk, meminta  Nai untuk turun dari mobil.

“Orang- orang disini sangat hangat menyambut kita ya,” komentar Dr. Kashane.


 Agak jauh dibelakang para pendemo, Bos Pekerja menghubungi seseorang. “Khun Nai sudah datang, Bos.”

Ternyata orang yang ditelpon oleh Bos Pekerja adalah Singkorn. “Gunakan metode apapun yang kamu inginkan, tapi jangan biarkan Khun Nainapha masuk ke dalam,” perintahnya.


Didalam kamar hotel. Net menatap ragu kepada Singkorn. Dia ragu apakah orang yang Singkorn gunakan bisa dipercaya. Dan dengan yakin, Singkorn menjawab bisa. Lalu dia menyentuh wajah dan tubuh Net.

“Aku tidak akan membiarkan Net ku terseret ke dalam ini,” kata Singkorn, penuh perhatian. Lalu dia dan Net mulai berciuman serta bermesraan dengan intim.


“Apa kamu disini untuk menghancurkan bukti! Langkahi mayat kami!” teriak Bos Pekerja, menfitnah Nai. Dan para pendemo malah percaya dengan perkataannya.

Patcharee merasa agak heran, karena sebelumnya para pendemo tampak baik- baik saja kepada mereka, tapi sekarang mereka malah menjadi ganas.

“Mungkin seseorang mencoba untuk mencuci pikiran mereka. Sejak mereka tidak mempercayai kita, ini sulit,” komentar Paul dengan yakin.


Karena para pendemo mempercayai Bos Pekerja mereka, maka mereka pun melarang Nai serta kawan- kawannya untuk masuk ke dalam tambang. Lalu mereka terus berteriak meminta agar Nai keluar dari mobil.

“Jika kamu ingin masuk ke dalam, langkahi dulu mayat kami!” teriak Bos pekerja. Lalu dia mengajak para pekerja untuk maju dan menyerang mobil Nai.

Dengan segera, Paul langsung memundurkan mobil ke belakang. Lalu Nai keluar dari dalam mobil untuk berbicara kepada para pendemo. Melihat itu, mereka bertiga merasa khawatir dan ikut keluar dari mobil untuk menemani nya.


“Oh hey Khun Nai! Kamu ingin menantang kami?!” tuduh Bos Pekerja.

“Kalian bisa melukai ku sampai mati jika kalian ingin. Namun bahkan jika aku mati, kematian ku tidak akan bisa membantu para pekerja di tambang. Tapi jika kalian membiarkan ku masuk ke dalam untuk melihat, maka aku akan bisa menemukan penyebab kenapa lift terjatuh,” balas Nai, menjelaskan dengan logika.

“Bukankah kalian sudah bersepakat kalau itu salah kami?! Kalian tidak bisa dipercaya!” teriak Bos Pekerja, masih terus menfitnah. “Keluar!” teriaknya bersama para pendemo.

Nai terus mencoba untuk menyakinkan mereka semua menggunakan logika. Tapi mereka semua masih terus tidak mempercayai nya. Namun akhirnya, karena perkataan Nai terdengar masuk akal, maka mereka pun mulai berdiskusi untuk memutuskan. Dan Bos Pekerja merasa agak panik.




“Khun Nai, kamu sangat berani. Tidak seperti wanita lain yang pernah aku temui sebelumnya,” kata Dr. Kashane, kagum kepada Nai. Mendengar itu, Patcharee menundukkan kepalanya, dia tampak kecewa dan sedih.

Sedangkan Paul, dia juga merasa kagum kepada Nai, tapi dia tidak mengatakan apapun dan hanya tersenyum saja sambil menatap Nai.


Diarea tambang. Bos Pekerja memberikan sedikit dokumen kepada Nai dengan alasan bahwa tambang sudah ditutup, jadi hanya sedikit saja yang di simpan. Walaupun merasa agak ragu, tapi Nai dan Patcharee tetap memeriksanya.

“Pekerja yang menaiki lift setiap harinya dibatasi. Tidak ada yang tidak biasa,” komentar Patcharee, merasa agak heran.

“Jadi mengapa Paman Singkorn mengatakan ini salah para pekerja?” tanya Nai, berpikir.

“Atau mungkin lift lama yang rusak,” tebak Patcharee.

“Tidak mungkin. Liftnya telah diganti sebelum kecelakaan terjadi.”


Patcharee merasa kalau mereka pasti tidak akan bisa menemukan apapun. Karena semua dokumen dan bukti yang ada telah dibuang ketika pertambangan di tutup. Dan dengan stress, Nai menghela nafas berat. Melihat itu, Dr. Kashane mengajak mereka untuk berjalan- jalan sebentar serta membeli minuman dingin.

“Lihat waktunya Dokter, kami sedang stress!” keluh Patcharee.


Sesampainya dipasar, Patcharee dan Dr. Kashane berdebat. Sedangkan Paul melihat ke sekitar, dan disaat itu dia melihat Bos Pekerja. Merasa agak curiga, Paul pun langsung mengikuti Bos Pekerja untuk mencari tahu.

Bos Pekerja datang ke showroom motor, dan ingin membeli satu motor, karena sekarang dia memiliki banyak uang. Melihat itu, Paul mendekatinya.



“Kamu sangat kaya. Tambang baru saja ditutup, jadi darimana kamu mendapatkan uang untuk membeli motor?” tanya Paul, curiga.

“Ini tidak ada hubungannya denganmu!” balas Bos Pekerja dengan sikap keras.

“Ini ada. Aku hanya ingin tahu uang siapa yang kamu terima untuk menutup mulutmu mengenai masalah ditambang,” kata Paul secara terus terang. “Mari bicara,” ajaknya sambil memegang tangan Bos Pekerja.

Dengan takut, Bos Pekerja langsung  berlari melarikan diri.

Dr. Kashane mencoba menghubungi Paul, tapi tidak diangkat. Lalu tiba- tiba disaat itu, Bos Pekerja menabrak bahunya. Kemudian Paul berlari melewatinya. Dengan bingung, Dr. Kashane dan yang lainnya langsung ikut berlari mengejar.



Karena tidak berhati- hati, Bos Pekerja tertabrak oleh mobil yang lewat. Dengan terkejut, Dr. Kashane langsung memeriksanya. Dan hasilnya, Bos Pekerja meninggal.

Kemudian para pendemo datang. Melihat Bos Pekerja mati, mereka langsung menuduh kalau Paul lah yang telah membunuh Bos Pekerja. Lalu ketika polisi datang serta menjelaskan bahwa ini hanyalah kecelakaan saja, barulah para pendemo menjadi agak tenang. Namun walaupun begitu, Paul tetap saja merasa syok.



Akibat kejadian yang terjadi ditambang serta kematian Bos Pekerja, maka Wichai menolak untuk memperbarui kontrak dengan Crown Diamond. Dan seorang dewan direksi (Bos Kompetitor) menyalahkan Nai. Sebab Nai bertugas menggantikan tempat Paramee, tapi dibawah pengawasan Nai, malah banyak terjadi masalah. Serta dia menyatakan bahwa Nai tidak memiliki kemampuan untuk menggantikan tempat Paramee, sebab Nai masih belum cukup berpengalaman. Dan dia memuji bahwa Singkorn lebih baik, karena Singkorn sudah berpengalaman dan sudah lama bekerja di perusahaan.

Mendengar itu, Nai tidak tahu harus mengatakan apa. Dan dia juga merasa stress.


Ting sangat kesal dan stress sekali menjawab semua telpon yang terus masuk. Dan melihat itu, Mee pun membantunya. Dia langsung mencabut kabel telpon supaya telpon tidak lagi berbunyi. Dengan senang, Ting mengucapkan terima kasih.


“Sekarang, diinternet banyak yang berpikir kalau kita yang membunuh Bos Pekerja, menutup mulut mereka tentang masalah lift. Sial! Orang- orang bodoh!” keluh Mee.

“Karena berita bodoh ini, aku tidak tahu apa yang para dewan direksi akan katakan tentang Khun Nai,” gumam Ting, merasa khawatir.

Mendengar itu semua, Paul merasa agak tidak nyaman. Jadi dia hanya diam saja.


Singkorn berpura- pura menanyakan keputusan para dewan direksi. Dan Bos Kompetitor langsung berdiri dan mengajukan supaya Nai di copot dari Dewan Direksi.


“Aku mau meminta kesempatan,” kata Nai, membela dirinya.

“Tambang ditutup. Seseorang mati. Kontrak juga tidak bisa di perbarui. Kamu masih berani meminta kesempatan?!” balas Bos Kompetitor dengan kasar.

“Setidaknya aku ingin mendengar pendapat setiap orang, jika mereka ingin aku mundur atau tidak. Atau itu hanya perkataan seseorang saja,” balas Nai, sedikit menyindir sikap Bos Kompetitor.


Bos Kompetitor menyarankan sistem pemungutan suara untuk mencari tahu pendapat para dewan direksi yang lain. Dan Singkorn langsung menyetujui idenya.

Pemungutan suara dimulai. Dan Bos Kompetitor, Kasin, mengangkat tangannya berserta dengan dua anggota direksi yang lain.


 “Menurutku kita harus mendiskusikan ini di rapat berikutnya. Kali ini kita harus memberi Khun Nainapha kesempatan lain,” kata seorang dewan direksi, menyarankan dengan baik. Dan semuanya tidak menolak.

Ketika rapat selesai, Kasin mendekati Nai, dia memberitahu bahwa jika Nai tidak bisa menyakinkan Wichai untuk memperbarui kontrak dengan mereka, maka di rapat selanjutnya, dia yakin semua orang akan mengangkat tangan. Dan Nai mengerti itu. Lalu dengan malas, dia mengabaikan Kasin.


“Khun Kasin. Terima kasih banyak sudah berpihak padaku,” kata Singkorn, mendekati Kasin dengan sikap akrab.

“Aku hanya memilih pihak yang akan menguntungkan perusahaan, itu saja,” balas Kasin. Lalu dengan akrab, dia dan Singkorn berjalan bersama.

Dari jauh, Paul melihat semua itu dan dia langsung mengerti apa yang terjadi.


Nai meminta maaf kepada Paramee. Dan Paramee berkomentar bahwa ini adalah kesalahan nya, karena dia telah membuat keputusan yang salah, sehingga perusahaan menjadi buruk. Kesalahannya adalah memberikan banyak kepercayaan kepada Nai. Jadi sekarang, Paramee ingin Nai jangan ikut campur dalam masalah ini lagi.

“Tapi aku sudah berjanji pada para dewan direksi bahwa…”

“Karena kamu keras kepala, itu yang membuat situasi menjadi buruk!” bentak Paramee. Kemudian dia menyuruh Nai untuk pergi.


Dengan sedih, Nai duduk ditangga dan menangis. Lalu Net lewat dan menyindir nya serta memberitahu bahwa suatu hari Nai juga akan menjadi telur busuk yang akan dibuang sepertinya, jika Nai tidak memiliki nilai lagi.

“Aku tidak pernah ingin menjadi favorite Ayah. Aku hanya ingin membalas budi padanya, itu saja,” jelas Nai dengan tulus.



“Ingin membalas budi? Kemudian cepat dan nikahi Dan. Jangan bekerja di Crown Diamond lagi. Menikahimu ke putra politisi, itu akan menyenangkan Khun Paramee,” balas Net dengan jahat seperti biasa. “Kamu hanya perlu memohon pada Dan sedikit, lalu dia akan berbicara kepada Ayahnya untukmu. Seseorang yang tidak memiliki rumah sepertimu, bisa menikahi putra politisi seperti Dan, itu sebuah keburutungan. Atau kamu bisa menunggu sampai Khun Paramee mengatakan bahwa dia membuat keputusan yang salah, itu juga tidak apa- apa untukku,” jelasnya dengan sinis. Lalu dia pergi begitu saja.

Dari jauh, Ratnee melihat dan mendengar semua itu, dan dia merasa senang.

Mengingat kekecewaan Paramee kepadanya dan mengingat perkataan jahat Net barusan, Nai merasa tambah sedih. Lalu dia menelpon Dan untuk meminta bantuan.


Dan meminta bantuan Ayahnya untuk membantu tentang masalah tambang, karena jika tambang sampai jatuh ke tangan orang lain, maka Crown Diamond dan Nai akan dalam masalah. Mendengar itu, Ibu Dan merasa heran, karena setahunya Dan serta Nai sudah putus. Lalu Ibu Dan mengakui bahwa dia kurang menyukai Nai, karena Nai hanyalah anak angkat Paramee saja. Alasan dia bersikap baik kepada Nai selama ini, itu hanya karena dia mempertimbangkan Paramee.


“Tapi Nai cantik dan pintar. Aku menyukai dia, sebab dia tidak seperti wanita lain yang pernah aku temui sebelumnya,” kata Dan menjelaskan dengan lembut kepada Ibu nya. Lalu dia memohon kepada Ayahnya lagi. “Ayah, tolong bernegosiasi lah dengan Khun Wichai untukku,” pintanya.

“Aku tidak akan melibatkan namaku dengan sesuatu yang tidak menguntungkan ku,” balas Ayah Dan, menolak.

“Ayah. Ini perusahaan pacarku. Bagaimana jika perusahaannya bangkrut?”

“Kemudian cari istri baru!” kata Ayah Dan dengan mudahnya. “Jangan bicarakan ini lagi. Karena aku tidak ingin terlibat!” tegasnya, menolak.


“Bu, tolong bicara dengan Ayah,” pinta Dan.

“Ayahmu orang yang keras. Jangan sia- siakan waktumu,” balas Ibu Dan, menolak untuk membantu juga.


Paul membicarakan tentang Singkorn kepada Wang. Menurut pendapatnya, Singkorn adalah virus buruk didalam perusahaan, sehingga Crown Diamond bisa menjadi seperti sekarang ini. Jadi dia ingin Wang menggunakan kesempatan ini untuk menghubungi Wichai dan ikut dalam pertarungan mendapatkan tambang.

“Jika Crown Diamond tidak memegang tambang itu lagi, berarti rencanamu untuk menghancurkan nya akan segera tercapai,” komentar Wang, merasa senang untuk Paul.

“Kita tidak boleh ceroboh, sampai aku melihat perusahaan itu runtuh dengan kedua mataku sendiri,” balas Paul dengan serius.

“Tunggulah itu tercapai, Boss,” balas Wang. Lalu dia pamit dan pergi.


Ketika Wang telah pergi, Paul kebetulan melihat Nai bertemu dengan Dan.


Dan mengajak Nai untuk berbicara berdua didalam kamar yang sudah dipesannya, dengan alasan bahwa ini bukan tempat yang cocok untuk mereka berdua berbicara.


“Pada akhirnya kamu memilih metode ini,” gumam Paul, merasa kecewa kepada Nai.


Dan mencoba untuk mengulur- ngulur waktu. Tapi Nai merasa agak tidak sabaran, dia ingin tahu apakah Dan sudah berbicara kepada Ayah Dan atau belum. Dengan gugup, Dan menjawab bahwa dia sudah berbicara dengan Ayahnya, jadi Nai tidak perlu khawatir. Lalu dia memegang tangan Nai dan mencoba bersikap perhatian.

“Apa yang Ayahmu katakan?” tanya Nai, ingin tahu.

“Mari bicarakan itu nanti. Lebih baik kita membicarakan tentang hubungan kita,” kata Dan sambil berjalan semakin mendekat kepada Nai. Dengan ngeri, Nai terus berjalan mundur.



Dan menyudutkan Nai ke dekat tempat tidur. Lalu dia melecehkan Nai. Dengan panik, Nai mendorong Dan serta memohon supaya Dan melepaskannya.

“Jangan lupa, Ayahku sedang berbicara kepada Khun Wichai sekarang,” ancam Dan, berbohong. “Aku sudah melakukan nya untukmu. Jadi kamu harus membalasku juga.”

Mendengar itu, Nai berhenti memberontak. Kemudian dengan puas, Dan kembali bersikap intim kepada Nai. Tapi sebelum Dan bisa bertindak lebih jauh, Nai langsung mendorong nya. Lalu dia meminta maaf, karena dia tidak bisa.


“Mengapa tidak?! Mengapa kamu tidak bisa memberikan tubuhmu untukku disini?! Atau kamu menggunakan ku secara gratis! Tidak ada yang gratis, Nai!” bentak Dan.

“Kamu berpikir begitu?” balas Nai, merasa sangat kecewa dan terluka.

“Ini baru deposit. Ini bisnis, kamu harus nya mengerti!” kata Dan, merendahkan Nai.

Mendengar itu, Nai langsung menampar Dan. “Aku manusia!” teriaknya, marah.

Nai terus menolak hingga akhirnya Dan merasa tidak sabaran lagi. Dengan paksa, Dan merobek baju Nai dan melecehkannya.

Nai merasa sangat panik. Dia berusaha mendorong Dan, tapi tidak bisa. Jadi diapun mengambil lampu meja yang berada didekatnya dan memukul Dan menggunakan itu. Lalu dia langsung berlari kabur darisana.


“Nai!” teriak Dan. Lalu Nai pun berhenti. “Anak angkat sepertimu jangan bermain sulit didapatkan! Anak yatim piatu yang tidak memiliki keluarga sepertimu, dimana bisa kamu menemukan pria baik sepertiku?!” kata Dan, meneriaki Nai.

Mendengar itu, Nai merasa sangat terluka dan sedih. Lalu tanpa ragu, dia pergi darisana.

Klik disini untuk dengarkan lagunya :





Didalam lift. Nai menangis dengan sedih dalam diam. Kemudian ketika pintu lift terbuka, dan Nai keluar dari dalam lift, Nai langsung bertemu dengan Paul.



  Aku tahu matamu memberitahuku

Aku tahu kamu benar memiliki perasaan

Aku sudah mencintaimu, kamu tidak perlu takut

Melihat kondisi Nai yang sangat berantakan, Paul merasa sangat terkejut. Lalu tanpa berpikir, dia langsung melepaskan jas yang dikenakannya dan berlari ke arah Nai. Dia mengenakan jas nya kepada Nai. Lalu dengan erat dia memeluk Nai. Dan dengan sedih, Nai menangis di dalam pelukan Paul.

Karena aku memberimu seluruh hatiku

Peluk aku

Peluk aku

Aku ingin mengatakan ‘aku mencintaimu’

Aku mencintaimu

Karena aku mencintai mu

Dari sekarang aku akan ada disisimu dan memelukmu

Tidak perlu takut

Silahkan peluk aku

Sesampainya dirumah, Paul diam dan merenung sambil menatap pantulan dirinya sendiri dihadapan cermin.

Karena aku mencintai mu

Aku akan melindungimu dan menjagamu dari sekarang

Tolong percayai aku dan pegang tanganku

Flash back

Didalam mobil. Paul menanyai, apakah Nai benar- benar berpikir kalau Dan akan membantu tanpa mengharapakan imbalan apapun. Dan Nai membalas bahwa dia tidak punya pilihan.

“Jadi kamu memilih untuk memberikan dirimu sendiri demi perusahaan? Demi Ayahmu?” tanya Paul dengan pedas.

“Ini bukan urusanmu,” balas Nai, singkat. Karena dia tidak mau membahas tentang masalahnya dengan Paul.

“Kemudian biarkan aku bertanya, mengapa kamu menangis seperti ini? Jika kamu mau, kamu tidak akan kabur seperti ini.”


“Kamu tidak tahu apa yang aku alami, bagaimana kamu bisa mengerti?” balas Nai, emosi.

“Iya. Aku tidak mengerti,” aku Paul langsung. “Kamu tahu betapa buruknya dia, tapi kamu masih menawarkan dirimu sendiri kepada dia,” jelasnya. Dan Nai terdiam. “Takut? Takut jika kamu menghancurkan perusahaan, kamu tidak akan punya uang untuk dihabiskan?” tanya Paul dengan sinis.

“Seseorang tanpa hati sepertimu, tidak peduli apa yang aku katakan kamu tidak akan mengerti! Aku tidak tahan melihat kondisi Ayah semakin memburuk, karena perusahaan yang disayangi nya  hancur tepat didepan matanya,” kata Nai, penuh emosi. Lalu dia melemparkan jas milik Paul dan keluar dari mobil.

Flash back end


“Jangan melembut, Poramee,” gumam Paul kepada dirinya sendiri.

1 Comments

Previous Post Next Post