Sinopsis K- Drama : Law School Episode 4/1

 

Original Network : jTBC Netfix

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS HANKUK. 2 MARET 2020 UPACARA PENERIMAAN MAHASISWA BARU.



Didalam aula. Joon Hwi tidur dengan nyaman. Kang Sol B menonton berita tentang Byung Ju yang berniat untuk berdonasi di kampus. Seung Jae duduk dengan tenang.


Ye Seul duduk diantara Bok Gi dan Ji Ho sambil mengibas- ngibaskan rambutnya dengan bangga, memamerkan kecantikkannya. Dan dengan malu- malu, Bok Gi tersenyum kecil. Sedangkan Ji Ho merasa terganggu.

Lalu Pacar Ye Seul menelpon. “Aku ada yang punya,” kata Ye Seul dengan bangga, lalu dia menjawab telpon dari pacarnya tersebut. Dan senyum Bok Gil menghilang.

Dalam perjalanan. Di mobil. Dewan Ko heran kenapa Byung Ju berdonasi begitu banyak untuk Falkutas Hukum Hankuk, dan kenapa harus itu. Dan tanpa membuka matanya, Byung Ju menjawab bahaw dia mau membantu menumbuhkan bibit- bibit baru, juga untuk Jong Hoon yang menjadi professor karena mereka.

“Bukan untuk keponakanmu?” tanya Dewan Ko, heran.



“Apa yang kau pikirkan? Jangan kesal karena putramu gagal masuk ke sana,” balas Byung Ju sambil menatap Dewan Ko.

“Bagaimana bisa aku tak kesal? Aku harus memberi kata sambutan sementara putraku bahkan tak ada di sana,” keluh Dewan Ko. “Si bodoh itu. Gadis yang dia kencani lolos, tapi dia tidak,” gumam nya, pelan.

Kang Sol A meninggalkan kopernya kepada Byeol dan Ibu Kang, lalu dia berlari pergi duluan ke dalam gedung kampus, karena dia sudah terlambat.



“Apa benar ini fakultas hukum? Mungkin kita ditipu,” tanya Ibu Kang, capek. “Sangat di luar nalar. Bagaimana bisa bocah itu diterima di fakultas hukum?” komentar nya, tidak menyangka.

“Sol bisa melakukannya,” tegas Byeol, membela Kang Sol A.



Kang Sol B dipanggil untuk maju ke atas panggung dan memberikan kata penyambutan sebagai wakil para mahasiswa baru. Dan melihat itu, Ibu Kang B merasa bangga.

“Ada mahasiswa lain dengan nama yang sama. Ingat itu,” kata Prof. mengingatkan setiap murid didalam aula.

Ditoilet. Ketika Dewan Ko bertemu dengan Jong Hoon, dia menyapa nya dengan ramah dan mengulurkan tangan untuk bersalaman. Tapi Jong Hoon mengabaikannya. Jadi Dewan Ko menarik bahu nya, lalu dia menepuk dada nya dengan pelan.



“Sebagai dosen hukum yang mengajar Hukum Pidana, kau tak boleh menyimpan dendam terhadap putusan Mahkamah Agung,” kata Dewan Ko, menasehati.

Jong Hoon mencoba menahan emosinya. Dia menarik nafas dalam, lalu dia memegang tangan Dewan Ko. “Itu bukan dendam. Tapi keraguan,” jelas nya. Lalu sebelum pergi dari kamar mandi, dia bertanya singkat, “Apa kau pernah bertemu Kang Dan sejak saat itu?” tanyanya. Kemudian dia pergi.

-Truth & Justice Only By A Law-

Kondisi Jong Hoon semakin memburuk. Tapi darah yang dibutuhkan belum ada.


Diasrama. Ketika Kang Sol A tahu kalau kondisi Jong Hoon sedang kritis dan membutuhkan darah Rh negatif, dia merasa terkejut.

“Kau tak terima pesannya?” tanya Kang Sol B.


Dengan panik, Kang Sol A langsung berlari. Saat berlari menuruni tangga, Kang Sol A hampir saja terjatuh. Untung saja, Joon Hwi lewat dan menangkap nya. “Adikku Rh negatif, jadi, aku tahu seberapa langkanya itu. Dia bisa mati tanpa transfusi!” katanya, menjelaskan. Lalu dia lanjut berlari.

Sesampainya didepan pintu, Kang Sol A tidak bisa keluar. Karena pintu sudah ditutup, dan dengan panik, dia mengedor- ngedor pintu serta meminta agar penjaga membukakan pintu bagi nya.


Joon Hwi mendekati Kang Sol A dan menenangkannya. “Dia tak akan mati. Profesor Yang akan baik saja,” tegas nya. Mendengar itu, barulah Kang Sol A menjadi tenang.

Man Ho mendonorkan darah nya kepada Jong Hoon.


Joon Hwi : “Jangan berikan padanya. Jangan donorkan darahmu padanya.”

Man Ho : “Baik, lalu maukah kau berikan separuh warisanmu padaku?”

Mengingat pembicaraan itu, Man Ho tersenyum.


Kang Sol A menelpon Eun Suk untuk mengetahui kondisi Jong Hoon sekarang. Dan saat dia tahu kalau Jong Hoon sudah menemukan pendonor dan mendapatkan tranfusi, dia merasa senang dan lega.

“Sudah kubilang,” gumam Joon Hwi, pelan.

Kang Sol A menghentikan Joon Hwi untuk terus minum- minum, karena Joon Hwi mulai tampak mabuk. Lalu dia mengajak Joon Hwi untuk tidur. Tapi Joon Hwi sama sekali tidak mau bergerak.

Kang Sol A pun kemudian mengambil ponsel Joon Hwi dan menghubungi Ji Ho.

Ji Ho sedang mengerjakan sesuatu.


Flash back

“Ji-ho,” panggil Jong Hoon, saat Ji Ho sudah akan pergi dari penjara. “Kau akan menulis keluhanmu?” tanyanya.

Flash back end


Selesai mengerjakan tugasnya. Ji Ho menyimpannya didalam flash disk. Lalu disaat itu, telpon dari Joon Hwi masuk.

Kang Sol A terus membujuk Joon Hwi untuk kembali ke kamar dan tidur, tapi Joon Hwi tetap tidak mau bergerak. Lalu disaat itu, laporan autopsi dari tim forensik masuk ke ponsel nya.


Ji Ho datang. “Ada apa? Aku sibuk,” tanyanya, agak tidak sabaran. Tapi Kang Sol A dan Joon Hwi, diam serta mengabaikannya.

Dengan penasaran, Ji Ho pun ikut melihat ke ponsel Joon Hwi.


Seung Jae membuka sebuah laptop, tapi laptop itu memakai password. Melihat itu, dia tertegun. User : A BUKAN B.

Dokter mengomentari kalau Jong Hoon sangat beruntung, karena disaat terakhir Jong Hoon berhasil mendapatkan donor darah. Dan Pengacara Park ingin tahu siapa orang yang telah mendonorkan darah untuk Jong Hoon supaya dia dapat berterima kasih. Tapi Dokter tidak bisa memberitahu itu. Lalu dia menyuruh Jong Hoon untuk beristirahat.

Setelah Dokter pergi, Pengacara Park menaikkan tempat tidur Jong Hoon. Lalu dia menunjukkan sesuatu. “Langka sekali ditemukan hematoma otak pada autopsi kedua. Tapi istri Profesor Seo Byung-ju merekrut seorang pemeriksa medis papan atas… “ katanya, menjelaskan.

“Jadi, bukan terlewat. Mereka sengaja melewatkannya,” gumam Jong Hoon. Dan Pengacara Park membenarkan.



Det. Dong Su tidak bisa menghubungi pemeriksa sebelumnya. Karena pemeriksa itu telah pergi ke Kanada untuk menemani putranya yang sedang berobat kanker. Bahkan seluruh keluarga pemeriksa itu juga pergi ke sana.

“Kita tak bisa tanya kenapa kerusakan otak itu bisa terlewat?” tanya Jaksa Jin, heran.

“Astaga, ini gila,” keluh Det. Dong Su. “Sekarang ada dua penyebab kematian,” gumam nya. Mengetahui itu, Jaksa Jin juga merasa stress.


Ketika Joon Hwi sedang makan, Ji Ho mendekatinya. “Profesor Yang hampir mati karenamu. Profesor Seo juga. Kau menakutiku. Keluarlah,” komentarnya.

“Menurutmu aku pembunuhnya?” tanya Ji Ho, berhenti makan.

“Ya,” jawab Ji Ho dengan jujur.


“Kenapa tak suruh aku serahkan diri sebagai kawan yang baik?” tanya Joon Hwi, sambil melanjutkan makannya.

“Kau akan serahkan diri?” balas Ji Ho. “Maka lakukan sebelum ujian akhir. Aku bisa dapat A plus jika kau dikeluarkan,” katanya, menyarankan.


“Jadi, karena nilai?” gumam Joon Hwi, tertawa geli.

“Seperti katamu, sebagai kawan yang baik,” balas Ji Ho. Lalu dia pergi.


Ditoilet. Pengacara Park mengeluh kepada atasannya, karena memberikan kasus sulit tanpa bayaran.


Polisi membiarkan Jong Hoon melakukan video call dengan tahanan yang telah menusuk nya. “Sudah dapat pengacara? Butuh rekomendasi?” tanya Jong Hoon, perhatian. Tepat disaat itu, Pengacara Park kembali. “Pembela hukumku. Katanya kasusku kurang mahal untuknya. Pakai uang yang kau dapat dari hasil menjadi rentenir. Bayar dia dengan harga tinggi, dan hukumanmu akan diringankan,” katanya, merekomendasikan Pengacara Park. “Ini hanya melukai, bukan percobaan pembunuhan,” jelas nya.




“Apa? Sungguh? Melukai?” balas si Penusuk, tidak menyangka kalau Jong Hoon akan sebaik ini kepadanya.

“Kau menusukku karena dendam pribadi, tapi tak berniat membunuhku,” jawab Jong Hoon, membenarkan. Dan Pengacara Park yang berdiri di samping merasa heran.

Ji Ho datang ke kantor Wakil Dekan Ju. Dia meminta lembar jawabannya untuk dia cek kembali, karena dia ingin tahu dimana kesalahannya. Dan Wakil Dekan Ju pun mencarikan lembar jawaban nya.


Disaat itu, Ji Ho melihat buku yang berada di atas meja Wakil Dekan Ju. DESEMBER 2016. KANG SOL. Dia merasa penasaran dengan isi buku tersebut, tapi Wakil Dekan Ju langsung menjauhkan buku tersebut darinya.


Ji Ho pergi ke perpustakaan dan mencari buku yang sama seperti dimeja Wakil Dekan Ju, dan dia menemukannya. Tapi ketika dia mengambil dan ingin melihatnya, Kang Sol B datang serta merebut buku tersebut.

“Aku ingin membacanya,” kata Ji Ho, mengikuti Kang Sol B.

“Tidak perlu,” balas Kang Sol B, singkat.

“Prof. Kang juga punya satu. Kukira dia membencimu, tapi dia membaca disertasimu,” komentar Ji Ho.



“Disertasi apa? Ini?” tanya Ye Bom, mendekati Kang Sol B dan Ji Ho. “Kau menang hadiah utama?” tanyanya, penasaran. Lalu dia mengambil buku yang Kang Sol B pegang.

“Hadiah utama?” tanya Bok Gi, merasa tertarik. "Kontes Disertasi Hak Asasi Manusia Asia?” gumamnya, membaca judul buku itu. “Boleh kufotokopi? Mari kita…”

“Tidak, lupakan,” balas Kang Sol B, merebut buku tersebut.


Istri Byung Ju datang ke kampus dan menampar Joon Hwi. Melihat itu, Kang Sol B langsung menghentikannya agar jangan menampar Joon Hwi lagi. Tapi Istri Byung Ju mengabaikan Kang Sol B dan kembali menampar Joon Hwi lagi.

“Kau membunuh suamiku demi harta warisan?” kata Istri Byung Ju, menuduh. “Kau punya nyali untuk berkeliaran di kampus ini?” bentaknya.


Mendengar itu, Joon Hwi hanya diam saja dan berjalan pergi.

Dengan lemas, Istri Byung Ju duduk dilantai. Dan Kang Sol A langsung mendekat untuk membantunya berdiri. Lalu Joon Hwi pun kembali untuk membantu nya berdiri juga.

“Menurutmu, untuk apa pamanmu berdonasi dan membangun balai sidang itu meski sudah kularang keras? Bagaimana… Bagaimana bisa kau… membunuh pamanmu sendiri?” tanya Istri Byung Ju sambil berakting menangis sedih.


Pengacara Park berpura- pura tidak tertarik menjadi pengacara si Penusuk. Tapi saat dia tahu kalau si Penusuk adalah rentenir yang punya banyak uang, dia jadi merasa tertarik.

“Apa bisa begitu?” tanya Pengacara Park, memastikan. Dan Jong Hoon mengiyakan. “Ada sesuatu, 'kan?” tanyanya, curiga.



Jaksa Jin datang menjenguk Jong Hoon. Dengan ramah, dia menyapa Jong Hoon dan memberitahu bahwa Jong Hoon bisa keluar dengan jaminan sakit. Mendengar itu, Jong Hoon memberikan kode kepada Pengacara Park.

“Ada yang ingin kau sampaikan? Sebagai pengacaraku,” tanya Jong Hoon, tapi Pengacara Park tidak mengerti. “Bagaimana caraku dibebaskan? Dengan jaminan sakit?” tanyanya, memberikan kode keras. Dan Pengacara Park pun mengerti.

“Batalkan perintah penahanannya,” kata Pengacara Park.


“Jong-hoon,” panggil Jaksa Jin. Tapi Jong Hoon langsung menyela nya.

“Kau juga harus jelaskan kenapa itu harus dilakukan,” tekan Jong Hoon.

“Karena pembebasan melalui jaminan sakit bersifat sementara. Tak memengaruhi surat perintah…” kata Pengacara Park, menjelaskan.

“Aku tahu…” geram Jaksa Jin, kesal.

“Tentu saja kau tahu. Tapi mengubah putusanmu sendiri akan mempermalukan…” komentar Pengacara Park, tanpa sadar. “Kami akan ajukan permohonannya,” katanya, menenangkan Jaksa Jin.



“Tidak, kau yang lakukan,” perintah Jong Hoon kepada Jaksa Jin.

“Biar kita saja. Jika dia yang batalkan, akan terdengar ironis…” balas Pengacara Park, lalu dia berhenti saat melihat Jaksa Jin tampak semakin kesal.

“Aku ingin kau saja,” tegas Jong Hoon. “Kau tak punya alasan untuk menahanku, jadi, batalkanlah,” jelas nya, bersikeras.



Ye Beom percaya bahwa Joon Hwi adalah pelaku nya. Karena seluruh situasi dan barang bukti mengarah kepada Joon Hwi. Mendengar itu, Kang Sol A mengusir Ye Beom, karena Ye Beom bukan anggota kelompok mereka. Dan Kang Sol B membela Joon Hwi, menurutnya Jong Hoon juga bisa jadi adalah pelaku nya, karena ada cukup bukti yang tertuju kepada Jong Hoon.

“Kau berharap Profesor Yang pembunuhnya…” komentar Ye Beom.

“Aku hanya berharap itu bukan Joon-hwi,” kata Kang Sol B dengan tegas. Mendengar itu, setiap orang menatap nya.


Joon Hwi pergi ke ruang sidang dan mengingat kembali kejadian pada hari itu.


Flash back

Joon Hwi mengakui kepada Byung Ju bahwa dia merasa kecewa. Karena Byung Ju menabrak seorang anak sampai mati, dan melarikan diri dari hukum. Lalu dia memberitahu bahwa dia sudah mengirim video tabrak lari tersebut kepada Jong Hoon. Jadi dia menyarankan Byung Ju untuk menyerahkan diri sendiri, sebelum Jong Hoon melaporkan Byung Ju.

“Kau tega melakukan ini?” tanya Byung Ju, tidak menyangka.

“Tolong keluarlah dari kebusukan ini!” teriak Joon Hwi sambil menyerahkan ponselnya.

“Bocah tak tahu diri,” balas Byung Ju. Lalu dia pergi.

Flash back end


Ketika Jong Hoon telah dibebaskan dari penjara. Para wartawan langsung menghampirinya serta mengajukan banyak pertanyaan. Dan kepada para wartawan, Jong Hoon menyuruh mereka untuk bertanya kepada Jaksa Jin yang telah membocorkan tuntutan nya, sebelum dakwaan dijatuhkan.

“Tidak ada yang berubah,” kata Jaksa Jin, mendekati para wartawan. “Namun, dia cedera parah dan butuh perawatan medis, sehingga dia tak mungkin kabur, maka kuputuskan dia tak perlu ditahan,” katanya, menjelaskan. Lalu dia membantu mendorong kan kursi roda Jong Hoon.



“Katanya kau membocorkan info mengenai tuntutannya. Apa itu benar?” tanya seorang wartawan.

“Tentu saja tidak,” sangkal Jaksa Jin sambil tertawa ramah. “Tugasku melindungi…”

Sebelum Jaksa Jin selesai berbicara, Jong Hoon memberikan sebuah dokumen kepada Jaksa Jin. “Bacalah ini selagi kau di sini,” jelasnya. Dan dengan penasaran, para wartawan langsung mendekat untuk melihat isi surat itu juga.

“Aku akan menuntut Jaksa Jin Hyeong-u atas publikasi fakta terkait kasusku. Dia akan menjadi jaksa pertama yang didakwa dan diselidiki atas publikasi fakta terkait kasus kriminal,” kata Jong Hoon, mengumumkan.

Mendengar itu, Jaksa Jin menatap Jong Hoon dengan kesal.



Jong Hoon kembali ke kampus dan langsung mulai mengejar lagi. Disaat itu, Ye Seul datang terlambat, dan dia menggunakan kacamata hitam besar. Melihatnya, setelah selesai membacakan contoh kasus, Jong Hoon menyuruh Ye Seul untuk menjawab, tapi Ye Seul tidak bisa menjawab.

“Maafkan aku. Aku tak siap karena kukira kelasnya akan diajar oleh Prof. Jung. Aku hampir belajar, tapi kau tiba-tiba ditahan,” kata Ye Seul, membela diri.

“Jadi, kau merasa tak perlu. Kalau begitu jangan di sini. Keluar,” usir Jong Hoon dengan suara keras. Dan Ye Seul pun pergi.


Det. Dong Su menonton berita mengenai Jaksa Jin yang dituntut oleh Jong Hoon. Lalu ketika Jaksa Jin datang, dia langsung mematikan tv serta mencoba bersikap biasa.


Jaksa Jin duduk dihadapan Joon Hwi, dan langsung mengajukan pertanyaan. “Kau sengaja mendorongnya?” tanyanya.

“Aku akan dibebaskan jika kuberi tahu?” balas Joon Hwi dengan tenang. Dan Jaksa Jin merasa jengkel. “Aku ada kelas.”



Joon Hwi datang terlambat ke kelas. Dan melihatnya, Jong Hoon langsung memanggil Joon Hwi untuk maju ke depan. Dia menjadikan kasus yang menimpa dirinya dan Joon Hwi sebagai contoh kasus.

“Posisikan diri kalian sebagai jaksa dan putuskan siapa di antara kami yang lebih mencurigakan berdasarkan prinsip hukum dan bukti. Semua materi sudah kuunggah, tapi ingatlah dokumen itu rahasia,” jelas Jong Hoon, memberikan tugas kepada semua murid. Kemudian kelas selesai.

Post a Comment

Previous Post Next Post