Sinopsis K- Drama : Law School Episode 4/3

 


Original Network : jTBC Netfix

Hasil nilai ujian Hukum Perdana telah keluar. Kang Sol A mendapatkan nilai tertinggi 97. Melihat itu, Kang Sol A merasa terkejut, karena dia sama sekali tidak menyangka bahwa dia bakal mendapatkan nilai setinggi itu.

Disaat, Kang Sol A masih merasa terkejut dengan nilainya. Kang Sol B mendapatkan telpon dari Ibunya. Dan dengan malas, dia mengabaikan telpon tersebut serta bersembunyi di kamar mandi.

Ye Seul datang ke kamar Kang Sol A dan mengucapkan selamat. Karena Kang Sol A berhasil mendapatkan nilai tertinggi, mengalahkan Joon Hwi dan Seung Jae, bahkan Kang Sol B saja hanya mendapatkan nilai 79.


Ibu Kang B datang ke depan universitas. Dan terus mencoba menghubungi Kang Sol B.

Ketika ponsel Kang Sol B berbunyi, Ye Seul memanggilnya. Dan Kang Sol B pun keluar dari kamar mandi serta mengambil ponselnya.


“Ibumu telepon. Dia meneleponmu tujuh kali. Jawablah,” kata Ye Seul, merasa heran, karena Kang Sol B hanya diam saja tanpa menjawab telpon dari Ibunya.

Ketika Kang Sol B mematikan telponnya, Ibu Kang B mengirimkan pesan kepadanya. “Aku di depan asrama. Keluar, atau aku yang masuk.”


Saat Kang Sol B datang, Ibu Kang B langsung menanyai, apa yang terjadi dengan nilai Kang Sol B. Dan dengan malas, Kang Sol B diam serta menutup matanya.

“Kau mungkin tak akan dapat A meski nilai akhirmu 100!” teriak Ibu Kang B, histeris. Lalu dengan paksa, dia mencoba membuka mata Kang Sol B. “Kau dapat B karena kau dipanggil B?” tanyanya, ketus.


Ketika Jong Hoon masuk ke dalam kelas, dia langsung mengomentari bahwa jika Kang Sol A tidak telat mengumpulkan kertas ujian sampai kertasnya robek, maka Kang Sol A mungkin akan mendapatkan nilai 100. Mendengar itu, setiap orang langsung heboh.

“Kampus mengonfirmasi bahwa itu fitnah, bahkan Joon-hwi menerimanya. Sidang simulasi menyatakan bahwa itu pernyataan fitnah. Aku tak paham kenapa itu dianggap fakta,” protes Ye Beom, bertanya. Dan setiap orang setuju dengannya.


“Kenapa kau merasa itu fakta?” tanya Jong Hoon kepada Kang Sol A.

“Awalnya aku juga menulis fitnah, tapi kuganti jawabanku karena komanya,” jawab Kang Sol A sambil menunjuk tanda koma di kertas ujian. “Aku sadar ada koma di antara "menerima donasi dari B” dan "melantik B sebagai profesor." Itu tak ada di dalam petisi Joon-hwi. Koma itu berarti bahwa pernyataan mengenai donasi dan janjinya adalah benar adanya,” jelas nya.


Mendengar itu, setiap orang pun tersadar bahwa mereka salah menjawab, dan itu hanya karena satu tanda koma saja.

“Jika apa yang A tulis benar adanya, apakah dia bersalah?” kata Jong Hoon, bertanya.

“Di Korea, itu dapat dianggap penghinaan bahkan jika pernyataan itu adalah fakta…” jawab Ye Beom. Tapi sebelum dia selesai, Jong Hoon menyela dan menyuruh Kang Sol A untuk menjawab.


“Tidak, kutulis dia tidak bersalah,” jawab Kang Sol A. “Pasal 310 Hukum Pidana. Sebuah pernyataan fitnah yang didasari oleh fakta tak dapat dijatuhi hukuman apabila fakta tersebut benar adanya dan dibuat demi kepentingan umum,” jelas nya.

“Itu untuk kepentingan umum. Maka dibenarkan,” kata Jong Hoon, memastikan.


“A menulis petisi agar pihak kampus meluruskan isu terkait donasi dan proses pelantikannya, pengumpulan tanda tangan dilakukan karena dia bertindak sebagai murid demi kepentingan umum…” jelas Kang Sol A, membenarkan.

“Bisa saja ada motif lain,” protes Ji Ho. “Hubungan A dan B kurang baik.”

“Ada dalam putusan Mahkamah Agung, Kasus 98D2188. Jika motif utama didasari oleh kepentingan umum, Pasal 310 Hukum Pidana tak bisa dikesampingkan, meski ada motif personal di dalamnya,” balas Kang Sol A dengan lancar.

“Dia tak bersalah,” kata Jong Hoon, setuju.



Mendengar itu, setiap orang jadi merasa kagum kepada Kang Sol A.

Joon Hwi tidak ada datang ke kampus, sehingga bangku nya kosong. Kang Sol A dan Jong Hoon sama- sama menyadari hal tersebut.


Ibu Kang B protes kepada Dekan Oh, karena mengizinkan Jong Hoon, seorang pelaku, untuk menyusun soal ujian. Dan dengan tegas, Dekan Oh membenarkan bahwa Jong Hoon bukanlah pelaku, tapi masih tersangka saja.


Lalu Wakil Dekan Ju datang. “Kau bisa bicara denganku,” katanya, mengajak Ibu Kang B untuk ikut ke ruangannya.

“Kita bicara di depan dekan. Kau tak punya kuasa,” tolak Ibu Kang B.

“Aku yang berikan izin kepada Profesor Yang untuk menyusun soal. Kau bisa bicara denganku,” balas Wakil Dekan Ju dengan sabar dan sopan.


Kang Sol A menelpon Byeol dan membanggakan nilainya. Tapi Byeol tampak tidak percaya. “Kang Byeol! Aku tak berbohong,” tegas Kang Sol A.

Tepat disaat itu, dokter forensik berjalan lewat. Dan Kang Sol A pun langsung berhenti bertelponan dengan Byeol serta mendekati si Dokter.


Kang Sol A mempertanyakan si Dokter, apakah ada kemungkinan manipulasi dalam autopsi sebelumnya, karena tidak mungkin Dokter sebelumnya bisa melewatkan apa yang si Dokter temukan sekarang. Dan dia menebak, apakah mungkin ada orang yang mau menjebak Profesor nya, Jong Hoon. Mendengar itu, Asisten si Dokter merasa gugup. Dan Kang Sol A menyadari hal tersebut.

“Cukup. Dia tak mungkin begitu,” kata Si Dokter, melindungi Asistennya. Lalu dia berjalan pergi, tanpa menjawab pertanyaan Kang Sol A.



Jong Hoon dan Jaksa Jin berpapasan di depan kantor polisi. Mereka saling menyapa satu sama lain sambil tersenyum dan memberikan selamat. Jong Hoon menyelamati Jaksa Jin yang sekarang menjadi terdakwa. Dan Jaksa Jin balas menyelamati Jong Hoon yang sekarang juga telah menjadi terdakwa lagi. Jong Hoon di dakwa sebagai pelaku gabungan bersama dengan Joon Hwi.

“Carilah pengacara yang pernah menjadi hakim atau jaksa,” kata Jaksa Jin, menyarankan. Lalu diapun pergi duluan.

Dekan Oh mengadakan rapat dan memberitahu setiap orang bahwa Profesor Yang Jong Hoon dan Han Joon Hwi telah di dakwa sebagai pelaku gabungan dalam pembunuhan Byung Ju. Dan alasan nya mengaadakan rapat ini adalah untuk mengumumkan putusan kampus terkait Jong Hoon.

“Dakwaan ini tak masuk akal. Mereka pelaku gabungan? Mereka sedang menulis novel?” tanya Eun Suk, merasa geli.

“Itu wewenang hakim untuk memutuskan,” balas Dekan Oh. Lalu dia mengumumkan, “Meski dianggap tidak bersalah, jika Profesor Yang tetap mengajar, dapat tetap terjadi hal yang tak diinginkan. Maka dia akan dibebastugaskan.”


Prof. Jung protes. Dia merasa kalau hukuman Jong Hoon itu tidak cukup, dia ingin Jong Hoon langsung di pecat saja. Dan Dekan Oh memberitahu bahwa Jong Hoon tidak akan bisa mengajar Hukum Pidana lagi, jadi Prof. Jung bisa menggantikannya. Mendengar itu, barulah Prof. Jung merasa puas.

“Untuk Joon-hwi, kuserahkan putusan ke wakil dekan,” kata Dekan Oh.


“Joon-hwi menyerahkan surat pengunduran diri pagi ini,” balas Wakil Dekan Ju.


Setelah menyerahkan surat pengunduran dirinya, Joon Hwi pergi ke bank dengan membawa surat penerimaan oleh ahli waris.

Kemudian Joon Hwi pergi ke makam Byung Ju. Tapi ternyata Byung Ju sudah dikremasi.

Berita mengenai Joon Hwi dan Jong Hoon di pajang di mading kampus.


Ketika Ji Ho masuk ke kamar, meja dan tempat tidur Joon Hwi telah bersih.

Diperpustakaan. Kang Sol B terus melirik ke arah kursi yang biasanya Joon Hwi duduki.


Ji Ho membaca artikel dan berita mengenai Byung Ju. SEO GI-YEOL MENINGGAL SAAT PENYIDIKAN. CEO PERUSAHAAN MAINAN SEO GI-YEOL BUNUH DIRI. TUNTUTAN PUBLIKASI KRIMINAL PELANGGARAN HAK-HAK, PEMBELA BYUNG-JU SEO.    

Jong Hoon datang ke makam Byung Ju. Dan disana barulah dia mengetahui kalau Byung Ju telah dikremasi.



Joon Hwi meletakkan bunga di dekat abu Byung Ju dan meminta maaf. Lalu disaat itu, Istri Byung Ju datang dan memarahi Joon Hwi serta mengata- ngatainya dengan sinis. Tidak lama kemudian, Jong Hoon datang. Dan mereka bertiga pun bertemu.


“Kenapa kau mengkremasinya?” tanya Jong Hoon secara langsung kepada Istri Byung Ju.

“Mereka menggalinya kembali untuk autopsi ulang, jika dikubur lagi… “ balas Istri Byung Ju dengan agak gugup.

“Kau hadir di proses autopsi ulang,” sela Jong Hoon. “Apa benar ada gejala pendarahan di otaknya?” tanyanya, ingin tahu.



Flash back

Istri Byung Ju : “Aku tak bisa melihatnya karena itu terlalu mengerikan. Aku pingsan dan tak lihat apa pun.”

Jong Hoon : “Bukankah kau sengaja mengulur waktu agar hasilnya bisa dimanipulasi?”

Istri Byung Ju pura- pura pingsan. Lalu si Dokter sengaja menyuruh yang lainnya untuk membantu Istri Byung Ju. Kemudian si Dokter pun hanya tinggal berdua dengan Asistennya didalam ruangan.

Si Asisten bertugas mengawasi pintu. Sedangkan si Dokter, secara diam- diam dia menukar kartu memory di kamera dengan kartu memory yang lain.

Flash back end


Kang Sol A mengajak Penjaga Dong untuk menemaninya menemui Direktur Rumah Sakit Forensik. Karena Penjaga Dong mengatakan bahwa dia mengenal Direktur nya.

“Tak ada perubahan dari hasil dari autopsi pertama dan kedua. Penyidik hanya laporkan hal umum, tetapi asistennya…” kata Direktur.

“Itu adalah foto dari mayat lain. Bukan Profesor Seo,” kata Jong Hoon, memberitahu. Dan Istri Byung Ju menyangkal. “Pemeriksa merekam pembicaraan ini. Perlu kuputar di depannya?” tanyanya sambil menunjuk Joon Hwi.

Mendengar itu, Istri Byung Ju merasa panik.

Flash back

“Kubilang penyebab kematiannya harus hematoma otak karena terjatuh. Aku tak menyuruh menjadi dua sebab!” protes Istri Byung Ju kepada seseorang di telpon.

Flash back end



Istri Byung Ju membanting rekaman yang Jong Hoon pegang. Lalu dia berteriak dengan keras. “Itu bukan aku!”


“Layanan Forensik meminta penyelidikan, jadi, pemeriksa dan istrinya sudah ditemukan. Itu membuktikan dia tak bersalah,” kata Penjaga Dong, memberitahukan hasil nya kepada Kang Sol A. “Aku terkesan karena kau mampu mengungkap ini,” pujinya.

“Joon-hwi berhasil membersihkan namanya, tapi Prof. Yang…” gumam Kang Sol A, khawatir.


“Dakwaannya tidak bercanda. Kau harus tanggung jawab karena telah mendakwa kami. Kau bagaikan menulis novel. Hadirilah kelasku untuk materi pelaku gabungan,” kata Jong Hoon dengan tenang kepada Jaksa Jin di telpon.

Setelah selesai bertelponan, Jong Hoon memberitahu Joon Hwi bahwa dakwaan Joon Hwi akan dicabut. Lalu dia merobek surat pengunduran diri Joon Hwi.

Jong Hoon mengantarkan Joon Hwi sampai didepan kampus. Dan Joon Hwi dengan yakin mengatakan bahwa Jong Hoon juga bukanlah pelaku nya. Karena jika Jong Hoon adalah pelakunya, maka Jong Hoon tidak mungkin meminta Kang Sol A untuk memeriksa alibi Lee Man Ho.

“Mungkin aku mau jadikan dia kambing hitam karena akulah pembunuhnya. Alibiku belum terbukti,” kata Jong Hoon, dengan santai.

“Tetap saja, menurutku…”

“Tanpa bukti, itu hanyalah sebuah dugaan,” tegas Jong Hoon, mengajari Joon Hwi.

“Yang ambil kemasan gulanya…”

“Bukan kau, dan untungnya mereka tahu,” sela Jong Hoon. Lalu dia berjalan pergi.


“Aku bersyukur…” kata Joon Hwi, menghentikan Jong Hoon. “kau bertahan,” katanya dengan tulus.


Flash back

Dirumah sakit. Joon Hwi tidak sengaja melihat status Man Ho di media sosial. “Sayang sekali. Aku O Rh negatif. Tapi hari ini aku kehilangan darahku. Darahku berharga.”

Joon Hwi lalu mencari tahu nomor Man Ho dan mengirimkan pesan kepadanya melalui komunitas darah langka.


Kemudian saat Man Ho menelponnya, Joon Hwi sengaja menyuruh Man Ho untuk jangan mendonorkan darah kepada Jong Hoon. Dia sengaja mengatakan itu untuk memancing Man Ho. Karena jika dia bilang iya, maka Man Ho pasti tidak akan mau mendonorkan darahnya begitu saja.

Man Ho setuju untuk tidak mendonorkan darahnya, tapi dia meminta separuh warisan Joon Hwi. Dan secara tegas, Joon Hwi langsung menolak.

“Maka akan kuberikan darahku,” gertak Man Ho.

“Pasti kau tidak akan. Jika Prof. Yang mati begitu saja, kau lebih diuntungkan daripada aku,” balas Joon Hwi dengan yakin.

Mendengar perkataan Joon Hwi, Man Ho pun terpancing. Dan untuk membuktikkan bahwa Joon Hwi salah, maka Man Ho mendonorkan darahnya.

Flash back end


Mengetahui apa yang terjadi, Jong Hoon tidak mengatakan apapun dan berjalan pergi begitu saja.


Jong Hoon masuk ke dalam kantornya dan beristirahat. Lalu tiba- tiba dia mendapatkan sebuah pesan masuk. BALAS: PERTANYAAN SEPUTAR HAK CIPTA. KOMISI HAK CIPTA KOREA. Membaca itu, dia merasa heran.


Wakil Dekan Ju membuka dokumen di laptop Jong Hoon yang berjudul DISERTASI PLAGIAT KANG SOL B. Dokumen tersebut berisi, PENDAPATKU TERKAIT PLAGIARISME KANG SOL B OLEH PROFESOR YANG JONG-HOON.

Jong Hoon mengirimkan pesan kepada Wakil Dekan Ju yang sedang online. “Kembalikan laptopku.”



Membaca pesan itu, Wakil Dekan Ju merasa terkejut dan menutup laptop nya. Lalu karena merasa penasaran, dia membuka kembali laptopnya. Dan sebuah pesan baru kembali masuk. “Kau pikir aku tak bisa menemukanmu?”

Dengan panik, Wakil Dean Ju menutup kembali laptopnya. Tepat disaat itu, Jong Hoon masuk ke dalam kantornya.


Post a Comment

Previous Post Next Post