Original
Network : jTBC Netfix
Hasil nilai ujian Hukum Perdana telah keluar. Kang Sol A
mendapatkan nilai tertinggi 97. Melihat itu, Kang Sol A merasa terkejut, karena
dia sama sekali tidak menyangka bahwa dia bakal mendapatkan nilai setinggi itu.
Disaat, Kang Sol A masih merasa terkejut dengan nilainya. Kang Sol
B mendapatkan telpon dari Ibunya. Dan dengan malas, dia mengabaikan telpon
tersebut serta bersembunyi di kamar mandi.
Ye Seul datang ke kamar Kang Sol A dan mengucapkan selamat. Karena
Kang Sol A berhasil mendapatkan nilai tertinggi, mengalahkan Joon Hwi dan Seung
Jae, bahkan Kang Sol B saja hanya mendapatkan nilai 79.
Ibu Kang B datang ke depan universitas. Dan terus mencoba
menghubungi Kang Sol B.
Ketika ponsel Kang Sol B berbunyi, Ye Seul memanggilnya. Dan Kang
Sol B pun keluar dari kamar mandi serta mengambil ponselnya.
“Ibumu telepon. Dia meneleponmu tujuh kali. Jawablah,” kata Ye Seul, merasa heran,
karena Kang Sol B hanya diam saja tanpa menjawab telpon dari Ibunya.
Ketika Kang Sol B mematikan telponnya, Ibu Kang B mengirimkan
pesan kepadanya. “Aku di depan asrama. Keluar,
atau aku yang masuk.”
Saat Kang Sol B datang, Ibu Kang B langsung menanyai, apa yang
terjadi dengan nilai Kang Sol B. Dan dengan malas, Kang Sol B diam serta
menutup matanya.
“Kau mungkin tak akan dapat A meski nilai akhirmu 100!” teriak Ibu
Kang B, histeris. Lalu dengan paksa, dia mencoba membuka mata Kang Sol B. “Kau
dapat B karena kau dipanggil B?” tanyanya, ketus.
Ketika Jong Hoon masuk ke dalam kelas, dia langsung mengomentari
bahwa jika Kang Sol A tidak telat mengumpulkan kertas ujian sampai kertasnya
robek, maka Kang Sol A mungkin akan mendapatkan nilai 100. Mendengar itu,
setiap orang langsung heboh.
“Kampus mengonfirmasi bahwa itu fitnah, bahkan Joon-hwi
menerimanya. Sidang simulasi menyatakan bahwa itu pernyataan fitnah. Aku tak
paham kenapa itu dianggap fakta,” protes Ye Beom, bertanya. Dan setiap orang
setuju dengannya.
“Kenapa kau merasa itu fakta?” tanya Jong Hoon kepada Kang Sol A.
“Awalnya aku juga menulis fitnah, tapi kuganti jawabanku karena
komanya,” jawab Kang Sol A sambil menunjuk tanda koma di kertas ujian. “Aku
sadar ada koma di antara "menerima
donasi dari B” dan "melantik B sebagai profesor." Itu tak ada di
dalam petisi Joon-hwi. Koma itu berarti bahwa pernyataan mengenai donasi dan
janjinya adalah benar adanya,” jelas nya.
Mendengar itu, setiap orang pun tersadar bahwa mereka salah
menjawab, dan itu hanya karena satu tanda koma saja.
“Jika apa yang A tulis benar adanya, apakah dia bersalah?” kata
Jong Hoon, bertanya.
“Di Korea, itu dapat dianggap penghinaan bahkan jika pernyataan
itu adalah fakta…” jawab Ye Beom. Tapi sebelum dia selesai, Jong Hoon menyela
dan menyuruh Kang Sol A untuk menjawab.
“Tidak, kutulis dia tidak bersalah,” jawab Kang Sol A. “Pasal 310
Hukum Pidana. Sebuah pernyataan fitnah yang didasari oleh fakta tak dapat
dijatuhi hukuman apabila fakta tersebut benar adanya dan dibuat demi
kepentingan umum,” jelas nya.
“Itu untuk kepentingan umum. Maka dibenarkan,” kata Jong Hoon,
memastikan.
“A menulis petisi agar pihak kampus meluruskan isu terkait donasi
dan proses pelantikannya, pengumpulan tanda tangan dilakukan karena dia
bertindak sebagai murid demi kepentingan umum…” jelas Kang Sol A, membenarkan.
“Bisa saja ada motif lain,” protes Ji Ho. “Hubungan A dan B kurang
baik.”
“Ada dalam putusan Mahkamah Agung, Kasus 98D2188. Jika motif utama didasari oleh kepentingan
umum, Pasal 310 Hukum Pidana tak bisa dikesampingkan, meski ada motif personal
di dalamnya,” balas Kang Sol A dengan lancar.
“Dia tak bersalah,” kata Jong Hoon, setuju.
Mendengar itu, setiap orang jadi merasa kagum kepada Kang Sol A.
Joon Hwi tidak ada datang ke kampus, sehingga bangku nya kosong.
Kang Sol A dan Jong Hoon sama- sama menyadari hal tersebut.
Ibu Kang B protes kepada Dekan Oh, karena mengizinkan Jong Hoon,
seorang pelaku, untuk menyusun soal ujian. Dan dengan tegas, Dekan Oh
membenarkan bahwa Jong Hoon bukanlah pelaku, tapi masih tersangka saja.
Lalu Wakil Dekan Ju datang. “Kau bisa bicara denganku,” katanya,
mengajak Ibu Kang B untuk ikut ke ruangannya.
“Kita bicara di depan dekan. Kau tak punya kuasa,” tolak Ibu Kang
B.
“Aku yang berikan izin kepada Profesor Yang untuk menyusun soal.
Kau bisa bicara denganku,” balas Wakil Dekan Ju dengan sabar dan sopan.
Kang Sol A menelpon Byeol dan membanggakan nilainya. Tapi Byeol
tampak tidak percaya. “Kang Byeol! Aku tak berbohong,” tegas Kang Sol A.
Tepat disaat itu, dokter forensik berjalan lewat. Dan Kang Sol A
pun langsung berhenti bertelponan dengan Byeol serta mendekati si Dokter.
Kang Sol A mempertanyakan si Dokter, apakah ada kemungkinan
manipulasi dalam autopsi sebelumnya, karena tidak mungkin Dokter sebelumnya
bisa melewatkan apa yang si Dokter temukan sekarang. Dan dia menebak, apakah
mungkin ada orang yang mau menjebak Profesor nya, Jong Hoon. Mendengar itu,
Asisten si Dokter merasa gugup. Dan Kang Sol A menyadari hal tersebut.
“Cukup. Dia tak mungkin begitu,” kata Si Dokter, melindungi
Asistennya. Lalu dia berjalan pergi, tanpa menjawab pertanyaan Kang Sol A.
Jong Hoon dan Jaksa Jin berpapasan di depan kantor polisi. Mereka
saling menyapa satu sama lain sambil tersenyum dan memberikan selamat. Jong
Hoon menyelamati Jaksa Jin yang sekarang menjadi terdakwa. Dan Jaksa Jin balas
menyelamati Jong Hoon yang sekarang juga telah menjadi terdakwa lagi. Jong Hoon
di dakwa sebagai pelaku gabungan bersama dengan Joon Hwi.
“Carilah pengacara yang pernah menjadi hakim atau jaksa,” kata
Jaksa Jin, menyarankan. Lalu diapun pergi duluan.
Dekan Oh mengadakan rapat dan memberitahu setiap orang bahwa
Profesor Yang Jong Hoon dan Han Joon Hwi telah di dakwa sebagai pelaku gabungan
dalam pembunuhan Byung Ju. Dan alasan nya mengaadakan rapat ini adalah untuk
mengumumkan putusan kampus terkait Jong Hoon.
“Dakwaan ini tak masuk akal. Mereka pelaku gabungan? Mereka sedang
menulis novel?” tanya Eun Suk, merasa geli.
“Itu wewenang hakim untuk memutuskan,” balas Dekan Oh. Lalu dia
mengumumkan, “Meski dianggap tidak bersalah, jika Profesor Yang tetap mengajar,
dapat tetap terjadi hal yang tak diinginkan. Maka dia akan dibebastugaskan.”
Prof. Jung protes. Dia merasa kalau hukuman Jong Hoon itu tidak
cukup, dia ingin Jong Hoon langsung di pecat saja. Dan Dekan Oh memberitahu
bahwa Jong Hoon tidak akan bisa mengajar Hukum Pidana lagi, jadi Prof. Jung
bisa menggantikannya. Mendengar itu, barulah Prof. Jung merasa puas.
“Untuk Joon-hwi, kuserahkan putusan ke wakil dekan,” kata Dekan
Oh.
“Joon-hwi menyerahkan surat pengunduran diri pagi ini,” balas
Wakil Dekan Ju.
Setelah menyerahkan surat pengunduran dirinya, Joon Hwi pergi ke
bank dengan membawa surat penerimaan oleh ahli waris.
Kemudian Joon Hwi pergi ke makam Byung Ju. Tapi ternyata Byung Ju
sudah dikremasi.
Berita mengenai Joon Hwi dan Jong Hoon di pajang di mading kampus.
Ketika Ji Ho masuk ke kamar, meja dan tempat tidur Joon Hwi telah
bersih.
Diperpustakaan. Kang Sol B terus melirik ke arah kursi yang
biasanya Joon Hwi duduki.
Ji Ho membaca artikel dan berita mengenai Byung Ju. SEO GI-YEOL
MENINGGAL SAAT PENYIDIKAN. CEO PERUSAHAAN MAINAN SEO GI-YEOL BUNUH DIRI.
TUNTUTAN PUBLIKASI KRIMINAL PELANGGARAN HAK-HAK, PEMBELA BYUNG-JU SEO.
Jong Hoon datang ke makam Byung Ju. Dan disana barulah dia
mengetahui kalau Byung Ju telah dikremasi.
Joon Hwi meletakkan bunga di dekat abu Byung Ju dan meminta maaf.
Lalu disaat itu, Istri Byung Ju datang dan memarahi Joon Hwi serta mengata-
ngatainya dengan sinis. Tidak lama kemudian, Jong Hoon datang. Dan mereka
bertiga pun bertemu.
“Kenapa kau mengkremasinya?” tanya Jong Hoon secara langsung
kepada Istri Byung Ju.
“Mereka menggalinya kembali untuk autopsi ulang, jika dikubur
lagi… “ balas Istri Byung Ju dengan agak gugup.
“Kau hadir di proses autopsi ulang,” sela Jong Hoon. “Apa benar
ada gejala pendarahan di otaknya?” tanyanya, ingin tahu.
Flash
back
Istri Byung Ju : “Aku tak bisa melihatnya karena itu terlalu mengerikan. Aku pingsan dan
tak lihat apa pun.”
Jong Hoon : “Bukankah kau sengaja mengulur waktu agar hasilnya bisa dimanipulasi?”
Istri Byung Ju pura- pura pingsan. Lalu si Dokter sengaja menyuruh
yang lainnya untuk membantu Istri Byung Ju. Kemudian si Dokter pun hanya
tinggal berdua dengan Asistennya didalam ruangan.
Si Asisten bertugas mengawasi pintu. Sedangkan si Dokter, secara
diam- diam dia menukar kartu memory di kamera dengan kartu memory yang lain.
Flash
back end
Kang Sol A mengajak Penjaga Dong untuk menemaninya menemui
Direktur Rumah Sakit Forensik. Karena Penjaga Dong mengatakan bahwa dia
mengenal Direktur nya.
“Tak ada perubahan dari hasil dari autopsi pertama dan kedua.
Penyidik hanya laporkan hal umum, tetapi asistennya…” kata Direktur.
“Itu adalah foto dari mayat lain. Bukan Profesor Seo,” kata Jong
Hoon, memberitahu. Dan Istri Byung Ju menyangkal. “Pemeriksa merekam
pembicaraan ini. Perlu kuputar di depannya?” tanyanya sambil menunjuk Joon Hwi.
Mendengar itu, Istri Byung Ju merasa panik.
Flash
back
“Kubilang penyebab kematiannya harus hematoma otak karena
terjatuh. Aku tak menyuruh menjadi dua sebab!” protes Istri Byung Ju kepada
seseorang di telpon.
Flash
back end
Istri Byung Ju membanting rekaman yang Jong Hoon pegang. Lalu dia
berteriak dengan keras. “Itu bukan aku!”
“Layanan Forensik meminta penyelidikan, jadi, pemeriksa dan
istrinya sudah ditemukan. Itu membuktikan dia tak bersalah,” kata Penjaga Dong,
memberitahukan hasil nya kepada Kang Sol A. “Aku terkesan karena kau mampu
mengungkap ini,” pujinya.
“Joon-hwi berhasil membersihkan namanya, tapi Prof. Yang…” gumam Kang
Sol A, khawatir.
“Dakwaannya tidak bercanda. Kau harus tanggung jawab karena telah
mendakwa kami. Kau bagaikan menulis novel. Hadirilah kelasku untuk materi
pelaku gabungan,” kata Jong Hoon dengan tenang kepada Jaksa Jin di telpon.
Setelah selesai bertelponan, Jong Hoon memberitahu Joon Hwi bahwa
dakwaan Joon Hwi akan dicabut. Lalu dia merobek surat pengunduran diri Joon
Hwi.
Jong Hoon mengantarkan Joon Hwi sampai didepan kampus. Dan Joon
Hwi dengan yakin mengatakan bahwa Jong Hoon juga bukanlah pelaku nya. Karena
jika Jong Hoon adalah pelakunya, maka Jong Hoon tidak mungkin meminta Kang Sol
A untuk memeriksa alibi Lee Man Ho.
“Mungkin aku mau jadikan dia kambing hitam karena akulah
pembunuhnya. Alibiku belum terbukti,” kata Jong Hoon, dengan santai.
“Tetap saja, menurutku…”
“Tanpa bukti, itu hanyalah sebuah dugaan,” tegas Jong Hoon,
mengajari Joon Hwi.
“Yang ambil kemasan gulanya…”
“Bukan kau, dan untungnya mereka tahu,” sela Jong Hoon. Lalu dia
berjalan pergi.
“Aku bersyukur…” kata Joon Hwi, menghentikan Jong Hoon. “kau
bertahan,” katanya dengan tulus.
Flash
back
Dirumah sakit. Joon Hwi tidak sengaja melihat status Man Ho di
media sosial. “Sayang sekali. Aku O Rh
negatif. Tapi hari ini aku kehilangan darahku. Darahku berharga.”
Joon Hwi lalu mencari tahu nomor Man Ho dan mengirimkan pesan
kepadanya melalui komunitas darah langka.
Kemudian saat Man Ho menelponnya, Joon Hwi sengaja menyuruh Man Ho
untuk jangan mendonorkan darah kepada Jong Hoon. Dia sengaja mengatakan itu
untuk memancing Man Ho. Karena jika dia bilang iya, maka Man Ho pasti tidak
akan mau mendonorkan darahnya begitu saja.
Man Ho setuju untuk tidak mendonorkan darahnya, tapi dia meminta separuh warisan Joon Hwi. Dan secara tegas, Joon Hwi langsung menolak.
“Maka akan kuberikan darahku,” gertak Man Ho.
“Pasti kau tidak akan. Jika Prof. Yang mati begitu saja, kau lebih
diuntungkan daripada aku,” balas Joon Hwi dengan yakin.
Mendengar perkataan Joon Hwi, Man Ho pun terpancing. Dan untuk membuktikkan
bahwa Joon Hwi salah, maka Man Ho mendonorkan darahnya.
Flash
back end
Mengetahui apa yang terjadi, Jong Hoon tidak mengatakan apapun dan
berjalan pergi begitu saja.
Jong Hoon masuk ke dalam kantornya dan beristirahat. Lalu tiba-
tiba dia mendapatkan sebuah pesan masuk. BALAS: PERTANYAAN SEPUTAR HAK CIPTA.
KOMISI HAK CIPTA KOREA. Membaca itu, dia merasa heran.
Wakil Dekan Ju membuka dokumen di laptop Jong Hoon yang berjudul
DISERTASI PLAGIAT KANG SOL B. Dokumen tersebut berisi, PENDAPATKU TERKAIT
PLAGIARISME KANG SOL B OLEH PROFESOR YANG JONG-HOON.
Jong Hoon mengirimkan pesan kepada Wakil Dekan Ju yang sedang
online. “Kembalikan laptopku.”
Membaca pesan itu, Wakil Dekan Ju merasa terkejut dan menutup
laptop nya. Lalu karena merasa penasaran, dia membuka kembali laptopnya. Dan
sebuah pesan baru kembali masuk. “Kau pikir aku tak bisa menemukanmu?”
Dengan panik, Wakil Dean Ju menutup kembali laptopnya. Tepat
disaat itu, Jong Hoon masuk ke dalam kantornya.