Sinopsis K- Drama : Law School Episode 7/2

 

Original Network : jTBC Netfix

Jong Hoon mengingat perkatan polisi. Jaksa Jin tidak membocorkan tuduhan pidana Jong Hoon, tapi Lee Man Ho sumber beritanya, jadi dia tidak akan di hukum.


Lalu Jong Hoon pergi ke kantor Jaksa Lee Han Ju, dan disana dia bertemu dengan Jaksa Jin. Dan dengan gembira, Jaksa Jin menertawai Jong Hoon, karena Jong Hoon tidak berhasil menyeret dirinya, serta seluruh barang bukti yang Jong Hoon serahkan di tolak.

Ketika Jong Hoon masuk ke dalam kantor Jaksa Han, dia melihat Man Ho sedang memberikan pernyataan nya. Man Ho menjelaskan kepada Jaksa Han kalau pada saat itu wartawan bertanya padanya, apa alasan Jong Hoon membunuh Byung Ju, dan diapun mengatakan pendapatnya, itu saja. Lalu setelah itu, dia pamit dan pergi.



Setelah Man Ho pergi, Jong Hoon protes kepada Jaksa Han, karena tidak percaya dengan pernyataan Man Ho barusan. Juga dia sudah ada menyerahkan kesaksian petugas penjara.

“Jaksa Jin menyerahkan kesaksian petugas penjara lainnya. Katanya itu lelucon,” jelas Jaksa Han, malas mengurus kasus ini. “Kau menanggapinya terlalu serius. Kau bertindak terlalu jauh,” komentarnya. “Jika tak ada wartawan yang datang dan berkata bahwa sumber berita mereka adalah Jaksa Jin, dia tak bisa didakwa,” jelas nya.

Man Ho datang ke toko kopi dan membeli segelas kopi. Lalu Jong Hoon datang ke sana juga, dia memesan segelas kopi dan sekaligus membayar kopi Man Ho.


Man Ho berterima kasih untuk traktir-an kopi nya. Juga dia menganggap kalau traktir-an Jong Hoon ini adalah hal yang wajar, karena dia memberikan darahnya.

“Kesepakatan apa yang kau buat dengan Jaksa Jin?” tanya Jong Hoon, ingin tahu.

“Kesepakatan apa? Dia bajingan yang menjebloskanku ke penjara,” jawab Man Ho, menyangkal. “Itu bukan kasus pemerkosaan. Itu jual beli organ.  Aku merinding setiap dengar namanya. Apa menurutmu aku mau membantunya? Itu hanya karena si jaksa memintaku jujur,” jelas nya.

Man Ho kemudian menceritakan kalau dia ada menyaksikan sidang Jong Hoon. Dan Jong Hoon tahu itu, namun dia merasa kalau Man Ho pasti punya tujuan lain saat datang ke sidang nya, dan dia ingin  Man Ho jangan menganggu murid nya.


“Mengganggu dia? Aku hanya ingin meminta tolong. Gadis itu memiliki seorang kakak perempuan. Aku harus bertemu dengan kakak perempuannya,” kata Man Ho, menjelaskan.

“Kau harus bertemu kakak perempuannya?” tanya Jong Hoon, heran. Dan Man Ho tersenyum membenarkan.

Sekitar mata Joon Hwi tampak gelap, karena bergadang. Dia kembali ke asrama dan memberitahu Ji Ho bahwa dia sudah mengamati nya semalam dan tanggapanya adalah Byung Ju bukanlah pelaku yang menyebabkan Ayah Ji Ho bunuh diri. Jadi dia merobek surat keluhan yang Ji Ho tulis.


“Itu yang mau kau percayai,” komentar Ji Ho.

“Aku menghargai kecurigaanmu. Aku pun akan begitu. Akan kucari bukti untuk menghapus kecurigaanmu dan mendukung pernyataanku,” jelas Joon Hwi.

Ji Ho malas menanggapi Joon Hwi dan berniat untuk pergi saja. Dan Joon Hwi menghentikan nya serta menanyai, apakah Jong Hoon tahu tentang ini. Dan Ji Ho mengiyakan. Lalu tepat disaat itu, Jong Hoon menelpon Ji Ho.


Kang Sol A tidur terlalu ke tepi. Jadi ketika dia berbalik, dia langsung terjatuh ke bawah lantai. Lalu ketika dia melihat jam di meja, dia tersadar bahwa dia sudah telat.


Jong Hoon memanggil Ji Ho ke kantornya dan menunjukkan proses tuduhan pidana. “Kau bahkan menulis keluhan itu untukku. Itu membuktikan Pasal 126 Hukum Pidana tak berguna,” komentarnya.

“Aku tahu itu akan sulit,” jawab Ji Ho.


“Baik. Kau boleh pergi,” usir Jong Hoon. “Kau sudah tahu itu sulit. Kau tak bisa pelajari di kelas,” jelasnya. “Kau ada kelas, 'kan?” tanyanya.

Mendengar itu, dengan patuh, Ji Ho pun pergi.


Tepat disaat itu, Eun Suk datang. Dia datang untuk bergosip sedikit kepada Jong Hoon. Dia membaca berita kalau Wakil Dean Ju adalah Ayah Kang Sol A. Dan dia merasa bersyukur, karena menilik kasus plagiarisme nya, akan lebih pelik jika Wakil Dean Ju adalah Ayah Kang Sol B. Dan Jong Hoon memberitahu Eun Suk kalau putri Wakil Dean Ju yang sebenarnya adalah Kang Sol B. Mengetahui itu, Eun Suk terkejut.

“Dia terlibat dalam plagiarismenya? Itu sebabnya. Itu alasan dia berhenti,” gumam Eun Suk, merasa paham akan sesuatu.


Dean Oh menolak surat pengunduran diri Wakil Dean Ju. Tapi Wakil Dean Ju tetap bersikeras ingin mengundurkan diri.


Lalu Dean Oh pun menghubungi Jong Hoon. “Wakil dekan tak cukup kuat untuk merobek surat pengunduran dirinya… Aku harus melakukannya…”

Setelah selesai bertelponan, Dean Oh langsung merobek surat pengunduran diri Wakil Dean Ju. “Tolong bantu Anggota Dewan Ko Hyeong-su agar sukses mengajar kelas khusus,” perintahnya.


Dewan Ko mengadakan kelas khusus dan para murid di paksa hadir. Tapi Joon Hwi tidak peduli dan membolos. Seung Jae juga ikut membolos. Sedangkan Ye Seul pasti ikut kelas tersebut, karena Yeong Chang datang ke kampus. Dan Bok Gi merasa patah hati melihat kemesraan antara Ye Seul dan Yeong Chang.

“Sudah kubilang, lupakan dia,” kata Ye Beom, menasehati Bok Gi.

“Jangan menyerah. Dekatilah dia,” kata Kang Sol A, menyemangati Bok Gi. “Lakukan apa pun selama legal,” jelas nya.

“Apa? Jika ada yang merebut pacarmu?” tanya Ye Beom, heran dengan sikap Kang Sol A.

“Kubunuh,” geram Kang Sol A. “Rebut dia dari bocah itu,” katanya, terus menyemangati Bok Gi sambil menatap tidak suka kepada Yeong Chan. “Dia akan bersekolah di sini,” jelasnya, memberitahu.

Seung Jae datang menemui Kang Sol B yang memanggilnya. Dan tanpa berbasa- basi, Kang Sol B memberitahukan tujuannya.

“Pada hari itu, asisten dosen menaruh laptopku di troli bagian depan untuk ditaruh di ruangan Prof. Kang. Lalu kau ambil laptop di bagian paling depan,” kata Kang Sol B dengan sangat yakin.

Seung Jae mengingat kejadian itu. “Itu tertukar. Modelnya sama seperti punyaku.”


“Model laptopmu sama dengan laptopku?” tanya Kang Sol B, tidak percaya. “Tidak,” katanya dengan yakin.

“Oh… Pada hari itu, laptopku bermasalah, jadi kubawa laptop istriku. Modelnya sama dengan milikmu,” jawab Seung Jae, beralasan dengan agak gugup.



“Jika benar, laptop yang diletakkan asisten dosen di ruang Prof. Kang, yang dikira milikku, seharusnya laptop milik istrimu,” tanya Kang Sol B. Dan Seung Jae berniat pergi untuk menghindar. “Jawab aku,” tanyanya, menuntut jawaban. “Kenapa itu bukan milik istrimu, melainkan milik Prof. Yang Jong-hoon?”


Joon Hwi datang menemui Wartawan Choi. Dia menunjukkan artikel Ayah Ji Ho yang Wartawan Choi tulis. Dia memberitahu bahwa mereka pernah bertemu dulu, di depan kediaman paman nya. Dia ingat, saat itu, Wartawan Choi datang dan meminta bantuan Byung Ju untuk membocorkan informasi tersebut.

ARTIKEL : TERDAPAT KARSINOGEN DI MAINAN PERUSAHAAN T. HARIAN HAEWON, WARTAWAN CHOI JUNG-HYEOK.


Ketika Jong Hoon datang ke dalam kelas khusus, Dewan Ko sengaja menyindirnya. Dia mengatakan bahwa dia merasa terhormat karena berkesempatan menemui para murid di Falkutas Hukum Hankuk, tempat para calon penegak hukum paling berbakat di negeri ini. Namun hatinya merasa sakit, karena kawannya, Seo Byung Ju, dibunuh secara keji di balai sidang yang di bangun nya melalui hasil donasinya. Juga dia menjelaskan bahwa dia sulit percaya kalau Byung Ju terlibat dalam insiden tabrak lari dan bersekongkol dengan pelaku pelecehan seksual untuk meloloskannya dengan dalih lemah pikiran. Karena ironisnya, dialah yang mengusulkan UU Lee Man-ho dan meloloskannya untuk merevisi pasal terkait lemah pikiran.


Sebelum Dewan Ko selesai berbicara. Eun Suk bertepuk tangan dan berdiri memuji Dewan Ko. “Aku ingin memberimu tepuk tangan karena merevisi pasal tersebut,” pujinya.

“Hebat!” kata Yeong Chang, ikut bertepuk tangan. Dan semuanya pun langsung ikut bertepuk tangan juga.


“Aku hanya jalankan tugasku sebagai anggota legislatif,” kata Dewan Ko, bersikap rendah diri.

“Apa UU Lee Man-ho adalah idemu?” tanya Jong Hoon, mempertanyakan. Dan Dewan Ko mengiyakan. “Sepengetahuanku, itu ide mahasiswa Universitas Hankuk, kau hanya mengambilnya,” komentar nya. Dan Dewan Ko menyangkal. “Jadi, kau tidak mengenalnya? Dia ada di kampanyemu dan melaporkanmu atas pelanggaran UU Pemilihan Umum,” katanya, mengingatkan.

Mendengar itu, para murid mulai berbisik- bisik. Yeong Chang menatap Jong Hoon dengan kebencian. Dan Eun Suk menarik Jong Hoon untuk duduk.


“Pasti ada kesalahpahaman. Aku paham betapa terkejutnya dirimu karena disidang sebagai pembunuh,” balas Dewan Ko.

Eun Suk mencoba menghentikan Jong Hoon agar jangan membalas, tapi Jong Hoon mengabaikannya. “Aku pernah akrab dengan pengadilan dan aku terkejut mahasiswa yang akan belajar Hukum Pidana dipaksa hadir di sini,” komentarnya dengan suara keras.

“Dipaksa hadir? Aku merasa kelasnya sama berharganya dengan kelasku…” kata Prof. Jung membela Dewan Ko.

“Sayang sekali kelasmu hanya seharga itu,” ejek Jong Hoon. Lalu dia pergi.

Yeong Chang merasa marah dan berlari mengejar Jong Hoon untuk menghajarnya. Dengan panik, Ye Seul menghentikan Yeong Chang, karena Jong Hoon adalah profesor dan tahun depan Yeong Chang pasti masuk ke kampus.

“Jika tidak? Kenapa? Kau mau meninggalkanku?” tanya Yeong Chang dengan sinis.


“Bukan itu maksudku. Aku saja diterima. Kau lebih pintar dariku…” jelas Ye Seul, menenangkan Yeong Chang.

“Benar! Jika kau diterima, kenapa aku tidak?” bentak Yeong Chang, lalu dia menginjak kaki Ye Seul dengan kuat dan memeluknya sambil menjambak rambutnya. “Itulah kenapa ayahku menganggapku bodoh. Ye-seul,” keluhnya.

Ye Seul merasa sangat kesakitan, tapi dia berusaha menahan itu. “Yeong-chang,” panggilnya, memohon.

“Aku sangat mencintaimu. Kau tak boleh meremehkanku,” geram Yeong Chang.


Kang Sol A datang dan menendang kaki Yeong Chang. Lalu dia menasehati Ye Seul untuk melawan. Dan dengan kesal, Yeong Chang menyuruh Kang Sol A untuk jangan ikut campur dalam hubungan mereka dan urus saja bokong Kang Sol A yang sakit itu, karena jatuh dari tempat tidur. Lalu setelah itu, dia menarik Ye Seul untuk pergi  bersamanya.

Penjaga Dong datang menghampiri Kang Sol A. “Di mana Prof. Yang?” tanyanya.

“Bagaimana dia tahu bokongku sakit? Aku tak pernah memberitahunya,” gumam Kang Sol A, berpikir dengan heran.

“Kau bicara apa?” tanya Penjaga Dong, tidak mengerti.

Kembali ke kantor, Eun Suk menasehati Jong Hoon untuk tidak seharusnya bersikap seperti tadi di hadapan para murid. Tapi Jong Hoon tidak peduli, lagian Eun Suk juga sama, tiba- tiba berdiri dan bertepuk tangan.

“Aku berencana terjun ke politik untuk merevisi pasal lemah pikiran. Tapi berkat dia, aku tak perlu melakukan itu,” kata Eun Suk, beralasan. “Oh, ya. Ada maksudmu soal murid yang mengajukan ide revisi UU Lee Man-ho? Lalu pelapor terkait pelanggaran UU Pemilihan Umum? Perkataanmu berbahaya sekali. Aku yakin itu bukan spontanitas. Kau bukan tipe orang yang suka memberi celah,” komentar nya.



Mendengar komentar itu, Jong Hoon tersenyum. Alasan dia sengaja bersikap seperti tadi di kelas khusus adalah karena dia ingin memancing Dewan Ko untuk menuntut nya.

“Astaga, itu pancingan. Tapi untuk apa?” tanya Eun Suk, bersemangat.

Jong Hoon tidak menjawab dan menelpon Penjaga Dong. Dia mengajaknya untuk bertemu di ruang fotocopy. Lalu dia keluar dari ruangan.

“Astaga, dia tak pernah cerita padaku,” gumam Eun Suk, berpikir.


Kang Sol A berjalan sambil mengirimkan pesan, mengajak Ye Seul untuk bertemu di kamar Ye Seul.

Dewan Ko berjalan sambil bertelponan dengan president kampus. Dia protes karena president tidak memecat Jong Hoon serta membiarkan Jong Hoon mempermalukan nya barusan.


Tanpa sengaja, Kang Sol A dan Dewan Ko saling bertabrakan. Dan saat melihat wajah Kang Sol A, Dewan Ko merasa terkejut serta memperhatikannya dengan seksama.

“Apa kau murid fakultas ini?” tanya Dewan Ko, merasa agak ragu. Dan Kang Sol A mengiyakan. “Siapa namamu?” tanyanya untuk memastikan.

“Aku? Maaf, tapi ada apa?” tanya Kang Sol A, agak bingung. Lalu tiba- tiba Ye Seul menelpon dan diapun mengangkatnya. “Oh ya. Namaku Kang Sol,” katanya, memberitahu. Lalu dia pergi sambil bertelponan.



Pengacara Park merasa penasaran, kenapa mereka harus selalu bertemu diruang fotocopy, kepadahal Jong Hoon punya ruangan sendiri. Dan Penjaga Dong menjelaskan bahwa sekarang Jong Hoon adalah si ‘Pembunuh Falkutas Hukum’, jadi dia harus berhati- hati terhadap segalah sesuatu diruangan nya. Karena takutnya disana ada penyadap dan kamera pengintai.

“Siapa tahu ada yang disembunyikan di sini?” gumam Pengacara Park, tidak percaya.

“Jangan khawatir,” balas Penjaga Dong sambil menunjukkan senjatanya yaitu, kaca film berwarna merah terang.


Didalam kamar Ye Seul. Kang Sol A menempelkan kaca film berwarna merah terang di kamera ponselnya, lalu dia membuka aplikasi kamera, dan menggunakan itu, dia mengecek benda- benda di dalam kamar Ye Seul. Dan dia berhasil menemukan kamera tersembunyi yang terpasang di dalam jam meja. Lalu dia menunjukkan itu kepada Ye Seul.



“Apa kau tahu selama ini dia merekammu?” tanya Kang Sol A. Dan Ye Seul terdiam, karena dia sangat terkejut. “Sialan,” umpat Kang Sol A sambil menginjak hancur kamera pengintai tersebut.

Post a Comment

Previous Post Next Post