Original Network : jTBC Netfix
Pengacara Park ragu untuk membiarkan Kang Sol
A bersaksi di pengadilan. Karena Kang Sol A mudah terpancing secara emosional,
jadi takutnya, dia akan mudah terpancing oleh pertanyaan Jaksa. Dan dengan
sinis, Penjaga Dong berkomentar bahwa dia lebih ragu kepada Pengacara Park,
karena saat sidang Pengacara Park tampak tidak percaya diri serta selalu
bertanya kepada klien sendiri, yaitu Jong Hoon. Dan dengan malu, Pengacara Park
menyangkal itu.
“Omong-omong, kita tak setuju untuk menjadikan
Kang Sol B sebagai saksi. Lalu kenapa jaksa tak memintanya untuk menjadi saksi
mata?” tanya Pengacara Park, mengubah topik.
Tepat disaat itu, Kang Sol B lewat, dan dia
mendengar pembicaraan mereka yang berada didalam ruang fotocopy.
Penjaga Dong menjelaskan kepada Pengacara
Park, alasan Kang Sol B tidak dipanggil sebagai saksi. Yaitu karena Jaksa ingin
hakim mengabaikan kemasan gula. Mengetahui itu, dengan bersemangat, Pengacara
Park ingin menjadikan Kang Sol B sebagai saksi nya dan dia akan ajukan
permohonan. Tapi Jong Hoon tidak setuju.
“Aku tak ingin dia menjadi saksiku,” tegas
Jong Hoon. Lalu dia keluar dari ruangan dan berjumpa dengan Kang Sol B. Tapi
dia tidak peduli dan mengabaikannya.
Kang Sol B mengikuti Jong Hoon untuk berbicara
dengan nya. Dia mengira Jong Hoon ingin dirinya menjadi saksi. Dan Jong Hoon
menjelaskan bahwa dia yakin kalau Kang Sol B sudah tahu alasan kenapa laptop
nya dan bukan laptop Kang Sol B yang berada diruangan Wakil Dean Ju. Namun
meskipun tahu, Kang Sol B pasti tidak akan mau memberitahunya.
“Kau tak mau menjadikanku saksi karena aku
bisa dituntut atas kesaksian palsu?” tanya Kang Sol B, menebak.
“Karena kau bisa tak dituntut atas kesaksian
palsu,” jawab Jong Hoon. “Kau akan katakan kebohongan seolah itu kebenaran dan
menyisakan celah untuk menghindari tuntutan. Aku bersumpah tidak satu pun
muridku akan menyalahgunakan hukum. Kau tak akan kubiarkan mencoreng
prinsipku,” jelas nya dengan serius. “Temuilah aku di sana saat kau sudah siap
berkata jujur. Aku ingin mulai dari sejak kau bertemu Prof. Seo pada hari
insiden,” katanya sambil tersenyum. Lalu dia berjalan pergi.
Flash back
Byung Ju menjelaskan kepada Kang Sol B bahwa
Kang Sol B mungkin berpikir segalanya akan selesai saat Kang Sol B mengaku.
Tapi sebenarnya tidak. Begitu Kang Sol B memilih untuk berdamai dengan
kesalahan sendiri, maka disitulah pintu kutukan terbuka.
“Apa yang bisa aku lakukan?” tanya Kang Sol B,
takut.
Flash back end
Setiap orang yang terlibat dalam kasus kematian
Byung Ju, mereka semua tenggelam ke dalam pikiran masing- masing.
Saat Kang Sol A melihat Seung Jae sedang duduk
merenung di dekat tangga, dia mendekati nya dan bertanya. Dan Seung Jae
menjawab bahwa dia sedang mencari udara segar. Lalu Kang Sol A curhat kepada
Seung Jae bahwa dia merasa stress, karena ada sesuatu yang membuat dia sangat
penasaran, tapi dia tidak boleh bertanya sekarang, karena dia bisa hancur jika
mengetahuinya sekarang serta mengacaukan nilai ujiannya. Dan dia merasa iri
kepada Seung Jae yang merupakan murid A plus, yang tidak perlu belajar.
“Aku juga penasaran akan sesuatu. Boleh aku
tanya?” tanya Seung Jae. “Kenapa Prof. Kang memberi kesaksian palsu?” tanyanya,
ingin tahu. Dan Kang Sol A tidak bisa menjawab. “Apakah ada hubungannya dengan
Sol B?” tebak nya.
Tepat disaat itu, Kang Sol A mendapatkan telpon.
Jadi diapun pamit kepada Seung Jae serta langsung pergi untuk menghindar.
Wan datang ke klinik hukum di kampus untuk
mengucapkan terima kasih atas bantuan Eun Suk dan Kang Sol A yang telah
membantu kasus ‘Ortu Jahat’. Karena bantuan mereka, Dakwaan nya ditangguhkan,
kepadahal sebelumnya dia di denda. Lalu Jong Hoon datang dan Wan mengucapkan
terima kasih padanya juga.
“Bukankah kau diminta untuk menutup situsnya?”
tanya Jong Hoon.
“Dari mana kau tahu?” tanya Wan, terkejut.
“Tunggu, ada persyaratannya? Astaga, sudah aku
duga,” gumam Eun Suk. “Kau tak ingin menutup situsnya?” tanyanya.
“Benar. Ini juga bukan demi kepentingan
pribadi,” jawab Wan.
Mendengar itu, Kang Sol A menyarankan Wan
untuk menerima dakwaan ini dan jadi tidak bersalah di pengadilan. Karena
tunjangan anak adalah masalah besar. Dan Jong Hoon tidak setuju serta memarahi
Kang Sol A, karena Kang Sol A telah berbicara sembarangan. Jika Wan menerima
dakwaan, apakah Wan beneran bisa dianggap tidak bersalah, juga apakah Kang Sol
A bisa mempertanggung jawabkan ucapan sendiri. Lalu sikap Kang Sol A ini
seperti ingin menggunakan pengadilan untuk menggiring opini publik.
“Maafkan aku. Aku bicara tanpa berpikir
panjang,” kata Kang Sol A, meminta maaf dengan rasa menyesal. Lalu dia berniat
untuk segera pergi saja.
“Ulang saja tahun depan. Kau tidak belajar apa
pun dariku. Lebih baik kau mengulang,” kata Jong Hoon dengan sikap keras. Dan
Kang Sol A merasa terluka.
Ketika Kang Sol A bertemu dengan Joon Hwi dan
Joon Hwi mengajak nya untuk mempersiapkan sidang Jong Hoon besok, dia menolak,
karena dia tidak mau pergi dan tidak mau menjadi saksi lagi. Sebab menurutnya,
Jong Hoon lebih jahat dari Man Ho.
“Jika kau tak datang, ada dendanya…” kata Joon
Hwi, mengingatkan.
“Akan kubayar,” teriak Kang Sol A. “Kau tak akan
melihatku, Kang Sol, menjadi saksi,” katanya dengan emosi. Lalu dia berjalan
pergi.
Keesokan harinya. Kang Sol A tetap datang ke
persidangan dan menjadi saksi untuk Jong
Hoon. Intinya, dia menjilat ludah nya sendiri.
Diluar ruang sidang. Ji Ho sibuk belajar.
Sambil cemberut, Kang Sol A mengatakan bahwa
sebenarnya dia tidak ingin datang sama sekali, tapi dia tidak ada pilihan lain,
karena dia yakin sekali kalau Jong Hoon tidak bersalah.
“Kenapa dia cemberut?” tanya Penjaga Dong,
heran.
“Dia berhak untuk cemberut,” jawab Eun Suk,
mengerti.
“Sidik jari terdakwa ditemukan pada saset
sabu-sabu, gelas kopi, dan tutupnya. Kenapa Anda yakin dia tak bersalah?” tanya
Jaksa Jin.
“Meskipun sidik jarinya ditemukan di saset
sabu-sabu dan gelas kopi, tidak ada yang melihat Prof. Yang
menuangkannya, 'kan? Tidak ada saksi mata,” balas Kang Sol A.
Jaksa Jin kemudian mengungkit kasus
penyerangan Kang Sol A sewaktu SMA dulu. Saat itu, Jong Hoon adalah Jaksa yang
membantu Kang Sol A. Mendengar itu, Kang Sol A ingin mengajukan keberatan, tapi
dia teringat bahwa saksi tidak boleh mengajukan keberatan, jadi diapun hanya
bisa mengeluh sedikit.
“Pernyataannya terkait ketidakbersalahan
terdakwa berlawanan dengan barang bukti. Pertanyaan ini untuk menguji
kredibilitas saksi,” kata Jaksa Jin, menjelaskan kepada hakim.
“Lanjutkan,” kata Hakim, setuju.
“Saat itu, terdakwa abaikan permintaan korban
atas pemberatan hukuman, dan memutuskan untuk mengirim Anda ke pusat penahanan
remaja alih-alih menjatuhi Anda hukuman pidana,” kata Jaksa Jin kepada Kang Sol
A.
“Itu karena korban…”
“Jawab ya atau tidak,” tekan Jaksa Jin.
“Ya,” geram Kang Sol A.
“Lalu, Anda memihaknya hari ini untuk membalas
budi, benar?” tanya Jaksa Jin.
“Saya tidak memihaknya,” jawab Kang Sol A.
“Hanya ya atau tidak,” tekan Jaksa Jin.
“Ya, atau tidak, tidaklah penting saat saksi
menjawab,” balas Kang Sol A, membela diri.
Mendengar jawaban Kang Sol A itu, Joon Hwi
tersenyum geli. Lalu tiba- tiba Jaksa Jin mengakhiri sidang begitu saja. Dan
dengan kesal, Kang Sol A mendengus.
Ketika istirahat. Wartawan Choi dan Wartawan
Kim mengobrolkan tentang Joon Hwi dan kasus bunuh diri Ayah Ji Ho.
“Beberapa hari lalu, keponakan Seo Byung-ju
datang dan menanyaiku,” kata Wartwan Choi.
“Saksi itu?” tanya Wartawan Kim, memastikan.
Ji Ho yang duduk di dekat mereka tidak sengaja
mendengar pembicaraan tersebut.
Giliran Joon Hwi menjadi saksi. Jaksa Jin
mengajukan pertanyaan dan hanya mengizinkan Joon Hwi untuk menjawab antara iya
atau tidak.
“Anda bilang tidak melihat kemasan gula di
lokasi kejadian, benar?” tanya Jaksa Jin.
“Benar. Karena saya sibuk memeriksa paman…”
“Jawab ya atau tidak,” tekan Jaksa Jin.
“Itu tidak wajib. Saya yang memberi tahu saksi
sebelum saya,” balas Joon Hwi, melawan. “Tapi jika Anda berkeras, maka ya,”
katanya sambil tersenyum.
Jengkel terhadap sikap Joon Hwi, maka Jaksa
Jin pun berhenti bertanya- tanya kepadanya. Lalu dia langsung membuat
kesimpulan sendiri dan memberitahu Hakim bahwa reliabilitas terhadap kesaksian
Wakil Dean Ju menurun tentang kemasan gula yang di sebutnya.
“Anehnya, Anda tak memanggil saksi yang
melihat kemasan gula itu,” komentar Joon Hwi.
“Saya selesai menanyainya. Tolong hapus
komentar terakhirnya dari catatan,” protes Jaksa Jin kepada Hakim.
“Tidak perlu. Akan saya ulangi saat
pemeriksaan silang,” balas Joon Hwi.
Melihat itu, Penjaga Dong mengajari Kang Sol A
untuk belajar dari Joon Hwi. Jangan dipermainkan jaksa, tapi permainkan Jaksa.
Dan Kang Sol A cemberut dengan kesal.
Lalu tiba- tiba Kang Sol A mengirimkan pesan.
“Tak ada jadwal siaran hari ini?”. Dan Kang Sol A pun membalas. “Sedang tidak
mau. Ini ada di hak subrogasi.”
Perawat datang dan memanggil Kang Sol B. Dan
Wakil Dean Ju menemani Kang Sol B serta Ibu Kang B untuk menemui dokter.
Saksi selanjutnya, Ji Ho. Hakim mempersilahkan
Pengacara Park untuk melakukan periksaan silang. Tapi Jong Hoon menghentikan
Pengacara Park dan mengajukan diri untuk melakukan periksaan silang. Dan dengan
senang hati, Pengacara Park setuju, lalu dia melaporkan kepada Hakim.
Yeong Chang bertelponan dengan Dewan Ko sambil
terus menarik tangan Ye Seul untuk mengikutinya.
Jong Hoon meminta izin Hakim supaya dia bisa
mengajukan pertanyaan terkait isu lain. Karena ada banyak aspek yang tidak
diungkap dalam proses investigasi. Dan Hakim mengabulkan permohonan Jong Hoon.
Namun ternyata Jong Hoon tidak langsung
bertanya- tanya kepada Ji Ho, melainkan dia secara alamiah mulai mengajar.
Sehingga Hakim menegurnya bahwa ini adalah balai sidang. Lalu Penjaga Dong
menyenggol bahu Kang Sol A supaya mendengarkan dan belajar, tapi Kang Sol A
masih saja cemberut dengan Jong Hoon.
“Saya akan menanyai beberapa aspek yang
dilewatkan oleh jaksa. Kenapa Anda membawakan ini saat itu?” tanya Jong Hoon
sambil menunjukkan suatu benda kecil berwarna putih kepada Ji Ho. Sepertinya
itu flash disk.
Flash back. LIBURAN MUSIM PANAS, 2020.
Ji Ho menceritakan kepada Jong Hoon bahwa dia
mau balas dendam kepada Byung Ju, dan dia ingin menggugat nya menggunakan pasal
126, Hukum Pidana, atas publikasi tuntutan pidana. Karena Byung Ju
mempublikasikan tuduhan Ayahnya, dan menyebabkan Ayahnya bunuh diri.
“Jaksa tak pernah didakwa atas publikasi
tuntutan pidana, tidak sekali pun. Kau tahu?” tanya Jong Hoon. “Prosesnya tak
akan mudah.”
“Aku tahu. Makanya aku mendatangimu…” jawab Ji
Ho.
“Kenapa aku? Katakan kenapa kau membutuhkanku
untuk membalas dendam,” balas Jong Hoon, bertanya dengan serius.
Flash back end
Pengacara Park merasa stress, karena ada kisah
lain lagi. Dan para penonton mulai berbisik- bisik. Sedangkan Wartawan Choi dan
Wartawan Kim tampak panik dan saling menatap satu sama lain tanpa mengatakan
apapun.
“Harap tenang. Saksi, lanjutkan,” kata Hakim.
Flash back
Ji Ho : “Ayah saya adalah CEO sebuah perusahaan mainan. Mungkin
Anda ingat tentang TOYGOODTOY. Seseorang berkata ditemukan karsinogen dalam
produknya.”
Ayah Ji di demo oleh banyak orang. Mereka
meminta Ayah Ji untuk meminta maaf kepada anak- anak.
Ji Ho : “Artikel berita bertebaran dan namanya viral di internet.
Protes dan tuntutan kompensasi. Mungkin itulah yang kalian ingat.”
Walaupun Ayah Ji Ho dinyatakan tidak bersalah,
tapi nama baiknya sudah hancur. Sehingga perusahaan nya pun bangkrut.
Ji Ho : “Setelah investigasi, terbukti tidak satu pun dari
mainannya mengandung zat pemicu kanker. Reputasi ayah saya terlanjur hancur dan
dihakimi semena-mena. Dia bunuh diri setelah kehilangan segalanya.”
Ayah Ji sangat putus asa. Jadi dia membakar
seluruh mainan buatan pabrik nya dan juga ikut membakar dirinya sendiri.
Flash back end
Setiap orang terkejut mendengar kisah
tersebut. Dan Jaksa Jin berdiri serta mengajukan keberatan. Dan Jong Hoon
langsung menyindir nya.
“Tentu Anda akan keberatan,” sindir Jong Hoon.
“Hukum Korea menjamin asas praduga tak bersalah. Jadi, bagaimana bisa ayah
saksi dihakimi secara semena-mena?” kata Ji Ho, bertanya.
“Karena sebelum investigasi selesai, media
telah mendengar tuntutannya, dan menyebarluaskannya,” jawab Ji Ho.
Dengan panik, Wartawan Choi dan Wartawan Kim
meninggalkan ruang sidang. Melihat itu, Joon Hwi mengikuti mereka berdua.
Ji Ho secara langsung melihat mainan- mainan
dipabrik Ayahnya berubah menjadi abu, begitu juga dengan Ayah nya. Karena
itulah dia mau balas dendam kepada Byung Ju.
“Anda pernah memberi tahu penyelidik soal
hubungan Anda dengan Seo Byung-ju?” tanya Jong Hoon kepada Ji Ho.
“Saya tak punya kesempatan. Tak ada yang
menanyai saya,” jawab Ji Ho.
“Tak ada yang menanyai? Langkah dasar
investigasi pembunuhan adalah mencari hubungan kebencian dari pihak korban,”
balas Jong Hoon.
“Mungkin mereka berencana menjadikan Anda
tersangka,” jawab Ji Ho.
Dengan panik, Jaksa Jin berdiri dan mengajukan
keberatan. Dan Jong Hoon setuju dengan keberatan Jaksa Jin, karena sebagai
saksi, Ji Ho hanya boleh mengatakan fakta saja.
“Maka saya harus bertanya. Seo Byung-ju. Apakah Anda membunuhnya?” tanya Jong Hoon.
Didalam toilet. Wartawan Choi dan Wartawan Kim
membahas tentang kasus Ayah Ji. Ternyata orang yang membocorkan tuduhan Ayah Ji ke media, bukanlah Byung Ju,
melainkan Jaksa Jin.
Diluar toilet. Joon Hwi mendengar pembicaraan
antara mereka berdua.
“Saya tak perlu membunuhnya,” jawab Ji Ho. “Di
hari kematian ayah saya, saya bilang akan balas dendam melalui hukum.”
Flash back
Ketika Byung Ju berada dalam keadaan sekarat,
dia melihat Ji Ho sebagai Joon Hwi. “Keponakanku, kau di sini,” panggil nya.
Lalu dia mulai mengatakan sesuatu yang mengejutkan. “Kau bukan keponakanku. Kau
adalah putraku. Kau putraku. Tahukah kau betapa aku menyayangimu?” tanyanya
sambil memegang tangan Ji Ho.
“Aku tahu,” jawab Ji Ho.
“Tolong jangan lupakan itu, Putraku,” kata
Byung Ju sambil memeluk Ji Ho. Kemudian dia pingsan, tidak sadarkan diri.
Flash back end
“Saya tak bisa menelepon nomor darurat, maka
saya telepon teman saya, seorang mantan dokter. Tapi dia tak mengangkat,” kata
Ji Ho, menjelaskan dengan jujur.
“Jaksa. Saksi dendam terhadap korban dan
melihatnya keracunan. Anda tak merasa catatan dari pernyataan Seo Ji-ho kurang
memadai?” tanya Hakim. Dan Pengacara Park tertawa pelan.
“Ya, itu… “ kata Jaksa Jin, agak sulit
menjawab. “Karena terdakwa mencekoki korban menggunakan kopi dan narkoba, saya
rasa wajar apabila saksi melihat korban keracunan.”
“Bukan obat, itu gula!” teriak Pengacara Park,
protes.
Kang Sol A pergi meninggalkan persidangan.
“Pembela,” bentak Hakim. Dan Pengacara Park
pun diam. “Anda menyatakan bahwa Anda berada di ruangan Anda saat insiden
terjadi, antara pukul 14.25 sampai 14.55, benar?” tanya nya kepada Jong Hoon.
“Benar,” jawab Jong Hoon.
Flash back. PUKUL 14.25, 5 OKTOBER 2020, HARI TERJADINYA INSIDEN.
Jong Hoon sedang tidur di ruangan nya. Dan
didalam lemari nya, Seung Jae bersembunyi. Ketika Seung Jae menerima telpon
dari Ji Ho, dia mematikan nya.
Flash back end
“Saya berada di ruangan saya,” jawab Jong
Hoon.
Tepat disaat itu, Seung Jae datang ke persidangan.