Sinopsis K- Drama : Law School Episode 10/3

 


Original Network : jTBC Netfix

Tuduhan laptop hilang, selesai. Tiket sekali jalan, selesai, Gula darah juga, selesai. Dan permintaan Jong Hoon untuk menjadikan Man Ho sebagai saksi, sempurna. Sebab jika Jaksa meragukan kredibilitas Man Ho sebagai saksi, maka itu artinya semua yang dia katakan saat melawan Jong Hoon juga tidak bisa dipercaya. Dan itu akan meningkatkan kredibilitas Ye Seul. Karena Jaksa sadar bahwa dia telah menggali kuburan sendiri, makanya dia terdiam barusan.


“Itu tak cukup. Mereka harus membuktikan itu gula, bukan sabu-sabu, untuk menghapus kelayakan sidik jari dan DNA Prof. Yang,” komentar Ji Ho.

“Kenapa kau tak diminta untuk bersaksi?” tanya Ye Beom dengan heran kepada Kang Sol B. “Kau sungguh tak melihatnya?”

“Aku melihatnya,” jawab Kang Sol B. Dan semuanya menatapnya dengan terkejut.


Jaksa Jin menelpon Man Ho dan memerintahkannya untuk membuat kesaksian palsu nanti. Lalu tiba- tiba Man Ho muncul dari belakang nya.

“Aku tak mau bersaksi palsu. Jika ketahuan, aku akan dipenjara. Kembali ke penjara adalah ketakutan terbesarku,” kata Man Ho, menolak.


Jaksa Jin bersikap waspada. Dia mengambil ponsel Man Ho dan memeriksa isinya untuk memastikan bahwa Man Ho sama sekali tidak ada merekam apapun. Lalu dia mengembalikan ponselnya dan diam sambil menatap nya dengan tajam.



“Untuk membantumu lolos, aku bahkan berkata bahwa akulah yang membocorkan tuntutan Yang. Kau diuntungkan oleh kesaksianku,” kata Man Ho, mengingatkan. Sambil menarik dasi Jaksa Jin. “Beraninya kau meragukan kredibilitasku sebagai saksi?” tanyanya.

“Enyah kau!” umpat Jaksa Jin sambil menepis tangan Man Ho.

“Jangan berani-beraninya kau memerintahku! Kau bukan atasanku, 'kan?” bentak Man Ho dengan tegas. Lalu dia pergi.

Dengan stress, Jaksa Jin melonggarkan dasi yang dipakainya. Lalu dia menghubungi seseorang dikontal ponselnya. Kontak : Bibi.

Dikarenakan Man Ho telah pergi, maka Hakim tidak bisa mengabulkan permintaan Pengacara Park untuk memanggil Man Ho sebagai saksi. Lalu dia menyuruh Jaksa untuk membacakan pernyatan penutup nya.


“Baru-baru ini, Tn. Yang berkata pada saya bahwa dia menjadi profesor hukum agar tak ada lagi jaksa seperti saya,” kata Jaksa Jin. “Saat saya mendengarnya, saya menjadi makin yakin bahwa dialah pembunuhnya. Di dunia tanpa jaksa seperti saya, Tn. Yang mungkin akan menyalahgunakan hukum, lolos dari apa pun, bahkan pembunuhan,” jelasnya, bersikap seperti orang baik.

Diluar gedung sidang. Eun Suk terus mencoba menelpon Seung Jae.


Jaksa Jin membuat kesimpulan. Apabila Jong Hoon benar- benar memasukkan gula bukan obat ke dalam kopi, dan pembunuh sesungguhnya yang mengambil kemasan gula untuk menjebak Jong Hoon, berarti seharusnya pelaku mengetahui kalau Jong Hoon telah meminumkan kopi berisi gula kepada korban. Namun di antara jejak kaki yang berada di TKP, semua orang, kecuali Ye Seul, mereka  memiliki alibi.


Tepat disaat itu, Eun Suk kembali ke ruang persidangan. Dan dia menggelengkan kepalanya kepada Jong Hoon dengan menyesal.


Jadi kemungkinan besar Jong Hoon adalah pelaku. Motifnya adalah Jong Hoon marah, ketika mengetahui bahwa Byung Ju adalah dalang dibalik kasus tabrak lari yang terbengkalai. Ini adalah dendam pribadi Jong Hoon. Dan karena Jong Hoon merupakan seorang profesor hukum, maka perbuatannya ini sangatlah terkutuk. Oleh karena ini, Jaksa Jin ingin Jong Hoon dijatuhi hukuman 20 tahun penjara.

Ditempat parkir. Pencuri tas Ye Seul menyerahkan usb Seung Jae kepada seseorang.


“Terdakwa, silakan pernyataan penutup Anda,” pinta Hakim.

Mendengar itu, Jong Hoon berdiri dan menghadap hakim, lalu dia menatap Jaksa Jin dan para penonton.


Jong Hoon mengutip salah satu kalimat. “Pastikan tak ada yang menderita secara tak adil, meski kita harus kehilangan 99 pelaku.” Mendiang Byung Ju sangat membenci kalimat tersebut. Sebab ‘Bagaimana dengan orang lain yang menderita karena 99 Pelaku tersebut?’. Tugas Jaksa adalah memastikan agar tak seorangpun merasakan ketidakadilan, namun Byung Ju menyebabkan tabrak lari yang membunuh seorang korban tak berdosa. Lalu darisana, hidup Byung Ju sebagai Jaksa hancur berantakan hingga dia meninggal. Oleh sebab itu, dia yakin kalau Byung Ju tidak ingin siapapun menderita secara tidak adil akibat kematiannya.


Investigasi dimulai dengan Jong Hoon dicap sebagai pembunuh. Dan mereka hanya memeriksa barang bukti yang merugikan dirinya dan mengabaikan sisanya, yaitu kemungkinan terkait pembunuhan berencana. Seharusnya penyelidikan jangan dimulai dari jejak sepatu, karena jika tujuan pelaku adalah pembunuhan sempurna, maka pelaku tidak akan meninggalkan jejak sepatu untuk menghindari kecurigaan. Jadi pertanyaannya, sebodoh itukah pelaku untuk meninggalkan jejak kakinya?

Setelah mengatakan semua itu, Jong Hoon menatap ke arah kakinya yang ternyata hanya memakai kaus kaki saja. “Ah. Saya melakukan ini karena tak ingin meninggalkan jejak sebagai terdakwa,” katanya, seperti menyindir seseorang.

Hakim meminta Jong Hoon untuk duduk kembali ke tempat, jangan berdiri di dekat meja Jaksa Jin. Dang Jong Hoon berpura- pura tidak mendengar. Dia mengambil minum di meja Jaksa Jin dan meminumnya. Lalu dia mengembalikannya.

“Anda jadikan saya terdakwa. Karena itu saya lebih membenci Anda daripada Tn. Seo,” kata Jong Hoon dengan sikap serius. “Tapi membunuh karena amarah dan meninggalkan jejak…” jelasnya. “Saya tidak sebodoh itu. Anda kira pembunuhnya melihat saya menambahkan gula untuk mengambil bungkus kosongnya?” tanyanya kepada Jaksa Jin. “Pembunuh bisa saja menyaksikannya tanpa harus berada di TKP,” jelasnya kepada semua orang di pengadilan.

Flash back

Joon Hwi menebak, bagaimana jika ada kamera tersembunyi diruangan Byung Ju seperti di kamar Ye Seul. Jadi intinya, pembunuh mengawasi Byung Ju dari tempat lain dan menunggu waktu yang tepat. Lalu begitu tugasnya selesai, si Pembunuh mengambil kemasan gula dan kameranya.


Joon Hwi menebak seperti itu, karena Byung Ju ada membawa pena yang diletak di saku jasnya. Tapi ditengah simulasi, pena tersebut lenyap. Dan pena itu masih tidak ditemukan, ketika Byung Ju meninggal.

Flash back end

“Pena milik korban tak ditemukan pada hari terjadinya insiden, tapi polisi tak peduli,” jelas Jong Hoon. Dan Det. Dong Su merasa tersindir.

“Mereka juga abaikan kemungkinan bahwa sabu-sabu itu disuntikkan. Bekas jarum ini berbeda dengan bekas suntikan insulin,” jelas Jong Hoon, mengingatkan semuanya tentang perkataan Dokter di sidang sebelumnya.


Disidang sebelumnya. Dokter menjelaskan bahwa jarum yang ada ditubuh Byung Ju tampak lebih tebal dari biasanya. Dan lokasi itu ada di area abdomen atas, dimana lapisan lemak disana tidak terlalu tebal, sehingga tidak ideal untuk suntik insulin. Biasanya suntikan di area itu akan menyebarkan obat langsung ke area perut.


“Lalu kenapa polisi hanya simpulkan bahwa ini bekas suntik insulin?” kata Jong Hoon, mempertanyakan setiap orang, dan mengingatkan mereka lagi.


Disidang sebelumnya. Dokter menjelaskan bahwa jika si pembunuh berencana meracuni korban lewat minuman, si pembunuh pasti akan melakukannya secara diam- diam. Karena korban pasti akan memberontak dan itu akan meninggalkan jejak perlawanan.


“Tapi tak ada jejak perlawanan atau luka pembelaan diri,” kata Jong Hoon kepada semuanya. “Jika si pembunuh memasang kamera dan berhasil menghapus jejaknya, dia akan memilih suntikan karena jelas lebih cepat. Jika Anda meracuni minuman seseorang, reaksinya tergantung pada orangnya, tapi itu dapat memakan waktu hingga 30 menit. Sedangkan melalui infus, obat bekerja dalam hitungan detik. Meski bukan infus, biasanya hanya butuh kurang dari 10 menit. Jika si pembunuh menyuntik korban dengan sabu-sabu sekitar pukul 14.25 setelah Kang Sol B dan saya pergi, hasilnya akan cocok dengan perkiraan waktu kematiannya,” jelasnya dengan sangat percaya diri.


Jong Hoon kemudian mengkritik Jaksa Jin untuk jangan hanya mendengar dan melihat apa yang ingin Jaksa Jin percayai saja. Karena seharusnya Jaksa Jin menyelidiki ketiga hal ini jejak sepatu, kamera tersembunyi, dan suntikan. Lalu dia berharap Jaksa Jin tidak sebodoh ini untuk membiarkan pembunuh berkeliaran bebas, hanya karena Jaksa Jin keliru bahwa dia adalah pembunuhnya.


“Anda merasa saya pembunuhnya?” kata Jong Hoon, bertanya kepada para penonton. “Tidakkah kalian merasa ragu sekarang?” tanyanya. “Terdakwa tidak dapat dihukum jika masih ada keraguan. Tolong ingat itu,” tegas nya. Lalu dia menghadap Hakim.



“Anda sudah selesai?” tanya Hakim, memastikan.

“Bukti kunci ini akan buktikan alibi saya,” kata Jong Hoon sambil menunjukkan sebuah usb kecil. Dan Jaksa Jin merasa terkejut serta penasaran.


Diparkiran. Didalam mobil. Orang yang mengambil usb Seung Jae, menonton video pengakuan yang Seung Jae rekam.


Jong Hoon menceritakan kalau usb ini berisikan video pengakuan seorang muridnya. Pada waktu kematian Byung Ju, seorang muridnya kebetulan menyusup ke ruangannya untuk meretas laptopnya dan bersembunyi di lemari. Namun muridnya itu tidak berani untuk bersaksi. Tapi hari ini, muridnya itu mengumpulkan keberanian nya dan menyerahkan usb ini kepada Ye Seul. Dan mendengar itu, Ye Seul agak terkejut, tapi kemudian dia mengiyakan.



Awalnya, Jaksa Jin merasa panik dan mengajukan keberatan. Tapi kemudian dia mendapatkan kiriman video Seung Jae dari si Pelaku, dan dia langsung menjadi percaya diri untuk melawan Jong Hoon. “Serahkan saja. Yang Mulia, saya mohon agar barang bukti ini diterima dan diverifikasi di pengadilan ini,” pintanya dengan suara keras, bersemangat.

“Terlepas dari ini… hasil putusan pengadilan… Itu yang ingin saya ketahui,” jelas Jong Hoon dengan sikap tenang dan dia menyimpan usb itu ke kantong nya. Melihat itu, Jaksa Jin tersenyum penuh arti. Dia tahu kalau usb Jong Hoon itu isinya kosong.


Dengan sikap serius dan seolah terluka, Jong Hoon menyatakan bahwa sepanjang proses persidangan, dia selalu berjuang untuk membantah keabsahan bukti yang diajukan oleh Jaksa. Bahkan orang- orang yang sebelum nya bersaksi dengan jujur, malah diragukan keabsahannya, bila kesaksian itu menguntungkannya. Namun sampai saat ini, Jaksa masih gagal membuktikan dia bersalah.

“Karena itu, seharusnya saya dinyatakan tak bersalah,” kata Jong Hoon sambil menatap Jaksa Jin. Dia menuntut keadialan untuk dirinya.


“Sebagai profesor yang mengajar hukum pidana…” kata Jong Hoon sambil menatap Hakim. “saya tak pernah bilang bahwa hukum itu adil. Yang membuat hukum adil adalah putusan hakim yang didasari oleh asas praduga tak bersalah dan undang-undang barang bukti. Itulah yang saya ajarkan pada murid saya!” tegas nya dengan keras. “Saya harap pengadilan ini bisa menunjukkan kepada para calon petugas hukum ini mengenai arti dari keputusan yang adil. Tunjukkan kepada mereka melalui contoh yang nyata. Sekian,” pinta nya dengan sikap hormat dan tulus.


“Jika saya diputuskan bersalah, akan saya ajukan pengadilan banding,” kata Jong Hoon sambil menunjukkan usb nya kepada Jaksa Jin. Dan Jaksa Jin sama sekali tidak merasa takut, karena dia tahu kalau Jong Hoon hanya menggertak saja.

Setelah persidangan selesai, Jaksa Jin memuji tipu muslihat Jong Hoon. Lalu dia mengajak Jong Hoon untuk pergi ke ruangan hakim dan selidiki isi usb tadi. Dan Jong Hoon mengiyakan dengan berani. Lalu mereka membahas tentang Ji Ho.


“Jika kau tak ingin muridmu terluka, bujuk dia mencabut tuntutannya,” kata Jaksa Jin, mengancam. Namun Jong Hoon tidak takut dengan ancamannya.

Joon Hwi dan Ji Ho kembali mengunjungi wartawan Choi dan wartawan Kim yang sedang makan siang bersama. Ntah apa yang Joon Hwi bisikan, sehingga membuat wartawa Kim bersedia untuk pergi duluan dan meninggalkan wartawan Choi. Dan itu membuat wartawan Choi merasa panik dan ingin pergi juga.


Ji Ho menghalangi wartawan Choi dan menunjukkan foto putra Choi yang ada di IG. “Ini mainan buatan ayahku. Kau menulis benda ini mengandung zat pemicu kanker,” katanya, merasa ironis.


Ye Seul memberitahu Eun Suk bahwa tasnya dicuri dan didalam tas nya itu adalah usb dari Seung Jae. Lalu ketika Seung Jae menemuinya, Seung Jae tampak gelisah dan seperti dia akan pergi jauh. Juga Seung Jae tidak mau mengangkat telponnya. Mengetahui itu, Eun Suk merasa sangat khawatir dan mencoba untuk menelpon Seung Jae. Dan telponnya diangkat, tapi yang menjawab bukan Seung Jae, melainkan orang lain.

“Apa? Di pinggir sungai?” tanya Eun Suk, terkejut. Lalu dia berlari pergi dengan panik.


Melihat itu, Ye Seul ikut merasa khawatir. Lalu Ye Beom datang mendekat dan bertanya dengan sikap menjengkelkan seperti biasanya. “Bukankah Seung-jae yang meretas laptopnya? Benar dia, 'kan? Katakan,” katanya, ingin mendengar gosip.

“Cukup,” kata Kang Sol A, menghentikan Ye Beom. “Kusuruh kau tanyakan langsung,” tegasnya. Lalu dia pergi bersama Ye Seul. Dan Bok Gi mengikuti mereka.


Jaksa Jin menghampiri Kang Sol B dan mengajaknya untuk bicara. Dan Kang Sol B menolak. Namun Jaksa Jin tidak merasa masalah, dia memberikan kartu namanya kepada Kang Sol B dan memberitahu Kang Sol B untuk menghubunginya sebelum putusan dijatuhkan, jangan setelahnya. Setelah mengatakan itu, Jaksa Jin langsung pergi.

Eun Suk sampai diarea pemancingan dan bertemu dengan Seung Jae yang baru saja selesai memancing. Melihatnya baik- baik saja, Eun Suk merasa sangat lega.


Seung Jae meminta maaf karena telah membuat Eun Suk khawatir. Lalu dia mengakui bahwa dia sadar kalau dia seharusnya menyalahkan diri.


Ditepi sungai. Wakil Dean Ju bercerita kepada Kang Sol B bahwa Kakek Kang B dan Nenek Kang B sering berkata “Kamu harus mendengarkan cerita dari kedua sisi”. Namun dia membutuhkan keluarga yang selalu memihaknya, apapun yang terjadi. Jadi ketika dia menjadi seorang Ayah, maka dia berkata pada dirinya sendiri bahwa dia harus selalu memihak anaknya.

“Itukah alasanmu mencoretku dari daftar magang di pengadilan?” tanya Kang Sol B.

“Nn. Oh tidak merasa kau menjiplak tesis itu. Kau terlalu cerdas sampai menimbulkan kesalahpahaman,” jelas Wakil Dean Ju.

“Semua beres?” tanya Kang Sol B dengan sikap acuh. Lalu dia berdiri untuk pergi.


“Namamu tak ada di daftar itu karena…” kata Wakil Dean Ju, membuat langkah Kang Sol B terhenti. “kau tidak kompeten. Petugas hukum yang cerdas, tapi tidak kompeten adalah yang paling berbahaya,” katanya, menasehati Kang Sol B.


Kang Sol A memberitahu para anggota kelompok bahwa apapun yang terjadi kepada Seung Jae, mereka hanya harus mengingat satu hal, yaitu memenuhi permintaan Seung Jae untuk membantu kasus Ye Seul. Dan semuanya mengerti.


Lalu disaat itu, Dewan Ko datang bersama president kampus. Mereka berdua memarahi Ye Seul tidak tahu malu dan menyuruhnya untuk minta maaf kepada Yeong Chang serta introspeksi diri. Melihat itu, Joon Hwi ingin membela Ye Seul, tapi Kang Sol A menghentikannya untuk jangan bicara, karena sekarang mereka mengira Joon Hwi adalah selingkuhan Ye Seul.


Dean Oh kemudian datang. Dan dia berdiri didepan Ye Seul untuk melindunginya. Melihat itu, President langsung memarahi nya.

“Bagaimana caramu mengatur fakultas hukum ini? Mempermalukan Universitas Hankuk saja. Profesor pembunuh, dan sekarang mahasiswa pelaku kekerasan,” kata President, memarahi Dean Oh.

“Seharusnya kau datang ke sidang hari ini. Jika Prof. Yang diputuskan tak bersalah, kau akan malu karena telah marah-marah di hadapan para mahasiswa,” kata Dean Oh sambil tersenyum mengejek. Lalu dia memberikan hormat kepada Dewan Ko. “Aku turut prihatin atas kejadian yang menimpa putramu,” katanya dengan tulus.



“Kalau begitu, seharusnya kau larang gadis ini datang kemari. Kenapa para dosen dan murid justru melindungi pelaku kriminal…” bentak Dewan Ko.

“Mari kita tunggu saja apa dia kriminal atau bukan,” balas Dean Oh dengan sikap tenang. Lalu dia tersenyum kepada Ye Seul untuk menenangkannya. Kemudian dia menyuruh semuanya bubar.

Melihat itu, Dewan Ko merasa emosi. Dan dia berteriak memanggil Kang Sol A. “Pembela khusus, pembelaan diri. Kudengar itu semua adalah idemu. Berbicara sembarangan seperti itu…” katanya dengan tatatapan mengancam.

“Aku tak akan menyesalinya,” balas Kang Sol A dengan sikap tegas. “Aku bukan Kang Dan yang menyesal menerima tawaranmu.”

“Apa?” tanya Dewan Ko, kesal.

“Apa kau juga memasang kamera pengintai seperti putramu? Aku penasaran bagaimana kau bisa tahu bahwa itu adalah ideku,” tuduh Kang Sol A, sangat curiga. Dan Dewan Ko terdiam.


Melihat itu, Joon Hwi tersenyum bangga kepada Kang Sol A. Lalu dia berjalan pergi bersama Kang Sol A.


“Aku berhenti mulai hari ini. Aku mulai magang di Hyeongseol besok,” kata Ji Ho, mengundurkan diri untuk membantu kasus Ye Seul.



“Itu kesempatan bagus untuk Ji-ho. Aku tak apa-apa. Jangan pedulikan aku. Lakukanlah yang terbaik.,” kata Ye Seul, mengerti. Namun Bok Gi merasa marah.

“Pokoknya jangan bergabung dengan tim Ko Yeong-chang,” pinta Joon Hwi, mengerti juga.

“Rasanya seperti kehilangan pasukan, tapi tunjukkanlah kemampuanmu,” kata Kang Sol A, mengerti juga.

Selagi yang lain sibuk mengobrol barusan, Kang Sol B sudah mencari dan menemukan kasus- kasus serupa seperti kasus Ye Seul. Dan dia menunjukkan kepada semuanya.

Malam hari. Man Ho pergi secara diam- diam ke suatu tempat. “Aku disini,” katanya, di telpon.

Jong Hoon datang ke suatu tempat juga. “Aku baru tiba,” katanya, di telpon.


Post a Comment

Previous Post Next Post