Original Network : jTBC Netfix
Tuduhan laptop hilang, selesai. Tiket sekali
jalan, selesai, Gula darah juga, selesai. Dan permintaan Jong Hoon untuk
menjadikan Man Ho sebagai saksi, sempurna. Sebab jika Jaksa meragukan
kredibilitas Man Ho sebagai saksi, maka itu artinya semua yang dia katakan saat
melawan Jong Hoon juga tidak bisa dipercaya. Dan itu akan meningkatkan
kredibilitas Ye Seul. Karena Jaksa sadar bahwa dia telah menggali kuburan
sendiri, makanya dia terdiam barusan.
“Itu tak cukup. Mereka harus membuktikan itu
gula, bukan sabu-sabu, untuk menghapus kelayakan sidik jari dan DNA Prof.
Yang,” komentar Ji Ho.
“Kenapa kau tak diminta untuk bersaksi?” tanya
Ye Beom dengan heran kepada Kang Sol B. “Kau sungguh tak melihatnya?”
“Aku melihatnya,” jawab Kang Sol B. Dan
semuanya menatapnya dengan terkejut.
Jaksa Jin menelpon Man Ho dan memerintahkannya
untuk membuat kesaksian palsu nanti. Lalu tiba- tiba Man Ho muncul dari
belakang nya.
“Aku tak mau bersaksi palsu. Jika ketahuan,
aku akan dipenjara. Kembali ke penjara adalah ketakutan terbesarku,” kata Man
Ho, menolak.
Jaksa Jin bersikap waspada. Dia mengambil
ponsel Man Ho dan memeriksa isinya untuk memastikan bahwa Man Ho sama sekali
tidak ada merekam apapun. Lalu dia mengembalikan ponselnya dan diam sambil
menatap nya dengan tajam.
“Untuk membantumu lolos, aku bahkan berkata
bahwa akulah yang membocorkan tuntutan Yang. Kau diuntungkan oleh kesaksianku,”
kata Man Ho, mengingatkan. Sambil menarik dasi Jaksa Jin. “Beraninya kau
meragukan kredibilitasku sebagai saksi?” tanyanya.
“Enyah kau!” umpat Jaksa Jin sambil menepis
tangan Man Ho.
“Jangan berani-beraninya kau memerintahku! Kau
bukan atasanku, 'kan?” bentak Man Ho dengan tegas. Lalu dia pergi.
Dengan stress, Jaksa Jin melonggarkan dasi
yang dipakainya. Lalu dia menghubungi seseorang dikontal ponselnya. Kontak :
Bibi.
Dikarenakan Man Ho telah pergi, maka Hakim
tidak bisa mengabulkan permintaan Pengacara Park untuk memanggil Man Ho sebagai
saksi. Lalu dia menyuruh Jaksa untuk membacakan pernyatan penutup nya.
“Baru-baru ini, Tn. Yang berkata pada saya
bahwa dia menjadi profesor hukum agar tak ada lagi jaksa seperti saya,” kata
Jaksa Jin. “Saat saya mendengarnya, saya menjadi makin yakin bahwa dialah
pembunuhnya. Di dunia tanpa jaksa seperti saya, Tn. Yang mungkin akan
menyalahgunakan hukum, lolos dari apa pun, bahkan pembunuhan,” jelasnya,
bersikap seperti orang baik.
Diluar gedung sidang. Eun Suk terus mencoba
menelpon Seung Jae.
Jaksa Jin membuat kesimpulan. Apabila Jong
Hoon benar- benar memasukkan gula bukan obat ke dalam kopi, dan pembunuh
sesungguhnya yang mengambil kemasan gula untuk menjebak Jong Hoon, berarti seharusnya
pelaku mengetahui kalau Jong Hoon telah meminumkan kopi berisi gula kepada
korban. Namun di antara jejak kaki yang berada di TKP, semua orang, kecuali Ye
Seul, mereka memiliki alibi.
Tepat disaat itu, Eun Suk kembali ke ruang
persidangan. Dan dia menggelengkan kepalanya kepada Jong Hoon dengan menyesal.
Jadi kemungkinan besar Jong Hoon adalah
pelaku. Motifnya adalah Jong Hoon marah, ketika mengetahui bahwa Byung Ju
adalah dalang dibalik kasus tabrak lari yang terbengkalai. Ini adalah dendam
pribadi Jong Hoon. Dan karena Jong Hoon merupakan seorang profesor hukum, maka
perbuatannya ini sangatlah terkutuk. Oleh karena ini, Jaksa Jin ingin Jong Hoon
dijatuhi hukuman 20 tahun penjara.
Ditempat parkir. Pencuri tas Ye Seul
menyerahkan usb Seung Jae kepada seseorang.
“Terdakwa, silakan pernyataan penutup Anda,”
pinta Hakim.
Mendengar itu, Jong Hoon berdiri dan menghadap
hakim, lalu dia menatap Jaksa Jin dan para penonton.
Jong Hoon mengutip salah satu kalimat. “Pastikan tak ada yang menderita secara tak
adil, meski kita harus kehilangan 99 pelaku.” Mendiang Byung Ju sangat
membenci kalimat tersebut. Sebab ‘Bagaimana dengan orang lain yang menderita
karena 99 Pelaku tersebut?’. Tugas Jaksa adalah memastikan agar tak seorangpun
merasakan ketidakadilan, namun Byung Ju menyebabkan tabrak lari yang membunuh
seorang korban tak berdosa. Lalu darisana, hidup Byung Ju sebagai Jaksa hancur
berantakan hingga dia meninggal. Oleh sebab itu, dia yakin kalau Byung Ju tidak
ingin siapapun menderita secara tidak adil akibat kematiannya.
Investigasi dimulai dengan Jong Hoon dicap
sebagai pembunuh. Dan mereka hanya memeriksa barang bukti yang merugikan
dirinya dan mengabaikan sisanya, yaitu kemungkinan terkait pembunuhan
berencana. Seharusnya penyelidikan jangan dimulai dari jejak sepatu, karena
jika tujuan pelaku adalah pembunuhan sempurna, maka pelaku tidak akan
meninggalkan jejak sepatu untuk menghindari kecurigaan. Jadi pertanyaannya,
sebodoh itukah pelaku untuk meninggalkan jejak kakinya?
Setelah mengatakan semua itu, Jong Hoon
menatap ke arah kakinya yang ternyata hanya memakai kaus kaki saja. “Ah. Saya
melakukan ini karena tak ingin meninggalkan jejak sebagai terdakwa,” katanya,
seperti menyindir seseorang.
Hakim meminta Jong Hoon untuk duduk kembali ke
tempat, jangan berdiri di dekat meja Jaksa Jin. Dang Jong Hoon berpura- pura
tidak mendengar. Dia mengambil minum di meja Jaksa Jin dan meminumnya. Lalu dia
mengembalikannya.
“Anda jadikan saya terdakwa. Karena itu saya
lebih membenci Anda daripada Tn. Seo,” kata Jong Hoon dengan sikap serius.
“Tapi membunuh karena amarah dan meninggalkan jejak…” jelasnya. “Saya tidak
sebodoh itu. Anda kira pembunuhnya melihat saya menambahkan gula untuk
mengambil bungkus kosongnya?” tanyanya kepada Jaksa Jin. “Pembunuh bisa saja
menyaksikannya tanpa harus berada di TKP,” jelasnya kepada semua orang di
pengadilan.
Flash back
Joon Hwi menebak, bagaimana jika ada kamera
tersembunyi diruangan Byung Ju seperti di kamar Ye Seul. Jadi intinya, pembunuh
mengawasi Byung Ju dari tempat lain dan menunggu waktu yang tepat. Lalu begitu
tugasnya selesai, si Pembunuh mengambil kemasan gula dan kameranya.
Joon Hwi menebak seperti itu, karena Byung Ju
ada membawa pena yang diletak di saku jasnya. Tapi ditengah simulasi, pena
tersebut lenyap. Dan pena itu masih tidak ditemukan, ketika Byung Ju meninggal.
Flash back end
“Pena milik korban tak ditemukan pada hari
terjadinya insiden, tapi polisi tak peduli,” jelas Jong Hoon. Dan Det. Dong Su
merasa tersindir.
“Mereka juga abaikan kemungkinan bahwa
sabu-sabu itu disuntikkan. Bekas jarum ini berbeda dengan bekas suntikan
insulin,” jelas Jong Hoon, mengingatkan semuanya tentang perkataan Dokter di
sidang sebelumnya.
Disidang sebelumnya. Dokter menjelaskan bahwa
jarum yang ada ditubuh Byung Ju tampak lebih tebal dari biasanya. Dan lokasi
itu ada di area abdomen atas, dimana lapisan lemak disana tidak terlalu tebal,
sehingga tidak ideal untuk suntik insulin. Biasanya suntikan di area itu akan
menyebarkan obat langsung ke area perut.
“Lalu kenapa polisi hanya simpulkan bahwa ini
bekas suntik insulin?” kata Jong Hoon, mempertanyakan setiap orang, dan
mengingatkan mereka lagi.
Disidang sebelumnya. Dokter menjelaskan bahwa
jika si pembunuh berencana meracuni korban lewat minuman, si pembunuh pasti
akan melakukannya secara diam- diam. Karena korban pasti akan memberontak dan
itu akan meninggalkan jejak perlawanan.
“Tapi tak ada jejak perlawanan atau luka
pembelaan diri,” kata Jong Hoon kepada semuanya. “Jika si pembunuh memasang
kamera dan berhasil menghapus jejaknya, dia akan memilih suntikan karena jelas
lebih cepat. Jika Anda meracuni minuman seseorang, reaksinya tergantung pada
orangnya, tapi itu dapat memakan waktu hingga 30 menit. Sedangkan melalui
infus, obat bekerja dalam hitungan detik. Meski bukan infus, biasanya hanya
butuh kurang dari 10 menit. Jika si pembunuh menyuntik korban dengan sabu-sabu
sekitar pukul 14.25 setelah Kang Sol B dan saya pergi, hasilnya akan cocok dengan
perkiraan waktu kematiannya,” jelasnya dengan sangat percaya diri.
Jong Hoon kemudian mengkritik Jaksa Jin untuk
jangan hanya mendengar dan melihat apa yang ingin Jaksa Jin percayai saja.
Karena seharusnya Jaksa Jin menyelidiki ketiga hal ini jejak sepatu, kamera
tersembunyi, dan suntikan. Lalu dia berharap Jaksa Jin tidak sebodoh ini untuk
membiarkan pembunuh berkeliaran bebas, hanya karena Jaksa Jin keliru bahwa dia
adalah pembunuhnya.
“Anda merasa saya pembunuhnya?” kata Jong Hoon, bertanya kepada para penonton. “Tidakkah kalian merasa ragu sekarang?” tanyanya. “Terdakwa tidak dapat dihukum jika masih ada keraguan. Tolong ingat itu,” tegas nya. Lalu dia menghadap Hakim.
“Anda sudah selesai?” tanya Hakim, memastikan.
“Bukti kunci ini akan buktikan alibi saya,”
kata Jong Hoon sambil menunjukkan sebuah usb kecil. Dan Jaksa Jin merasa
terkejut serta penasaran.
Diparkiran. Didalam mobil. Orang yang
mengambil usb Seung Jae, menonton video pengakuan yang Seung Jae rekam.
Jong Hoon menceritakan kalau usb ini berisikan
video pengakuan seorang muridnya. Pada waktu kematian Byung Ju, seorang
muridnya kebetulan menyusup ke ruangannya untuk meretas laptopnya dan
bersembunyi di lemari. Namun muridnya itu tidak berani untuk bersaksi. Tapi
hari ini, muridnya itu mengumpulkan keberanian nya dan menyerahkan usb ini
kepada Ye Seul. Dan mendengar itu, Ye Seul agak terkejut, tapi kemudian dia
mengiyakan.
Awalnya, Jaksa Jin merasa panik dan mengajukan
keberatan. Tapi kemudian dia mendapatkan kiriman video Seung Jae dari si Pelaku,
dan dia langsung menjadi percaya diri untuk melawan Jong Hoon. “Serahkan saja.
Yang Mulia, saya mohon agar barang bukti ini diterima dan diverifikasi di
pengadilan ini,” pintanya dengan suara keras, bersemangat.
“Terlepas dari ini… hasil putusan pengadilan…
Itu yang ingin saya ketahui,” jelas Jong Hoon dengan sikap tenang dan dia
menyimpan usb itu ke kantong nya. Melihat itu, Jaksa Jin tersenyum penuh arti.
Dia tahu kalau usb Jong Hoon itu isinya kosong.
Dengan sikap serius dan seolah terluka, Jong
Hoon menyatakan bahwa sepanjang proses persidangan, dia selalu berjuang untuk
membantah keabsahan bukti yang diajukan oleh Jaksa. Bahkan orang- orang yang
sebelum nya bersaksi dengan jujur, malah diragukan keabsahannya, bila kesaksian
itu menguntungkannya. Namun sampai saat ini, Jaksa masih gagal membuktikan dia
bersalah.
“Karena itu, seharusnya saya dinyatakan tak
bersalah,” kata Jong Hoon sambil menatap Jaksa Jin. Dia menuntut keadialan
untuk dirinya.
“Sebagai profesor yang mengajar hukum pidana…”
kata Jong Hoon sambil menatap Hakim. “saya tak pernah bilang bahwa hukum itu
adil. Yang membuat hukum adil adalah putusan hakim yang didasari oleh asas
praduga tak bersalah dan undang-undang barang bukti. Itulah yang saya ajarkan
pada murid saya!” tegas nya dengan keras. “Saya harap pengadilan ini bisa
menunjukkan kepada para calon petugas hukum ini mengenai arti dari keputusan
yang adil. Tunjukkan kepada mereka melalui contoh yang nyata. Sekian,” pinta
nya dengan sikap hormat dan tulus.
“Jika saya diputuskan bersalah, akan saya
ajukan pengadilan banding,” kata Jong Hoon sambil menunjukkan usb nya kepada
Jaksa Jin. Dan Jaksa Jin sama sekali tidak merasa takut, karena dia tahu kalau
Jong Hoon hanya menggertak saja.
Setelah persidangan selesai, Jaksa Jin memuji
tipu muslihat Jong Hoon. Lalu dia mengajak Jong Hoon untuk pergi ke ruangan
hakim dan selidiki isi usb tadi. Dan Jong Hoon mengiyakan dengan berani. Lalu
mereka membahas tentang Ji Ho.
“Jika kau tak ingin muridmu terluka, bujuk dia
mencabut tuntutannya,” kata Jaksa Jin, mengancam. Namun Jong Hoon tidak takut
dengan ancamannya.
Joon Hwi dan Ji Ho kembali mengunjungi
wartawan Choi dan wartawan Kim yang sedang makan siang bersama. Ntah apa yang
Joon Hwi bisikan, sehingga membuat wartawa Kim bersedia untuk pergi duluan dan
meninggalkan wartawan Choi. Dan itu membuat wartawan Choi merasa panik dan
ingin pergi juga.
Ji Ho menghalangi wartawan Choi dan
menunjukkan foto putra Choi yang ada di IG. “Ini mainan buatan ayahku. Kau
menulis benda ini mengandung zat pemicu kanker,” katanya, merasa
ironis.
Ye Seul memberitahu Eun Suk bahwa tasnya
dicuri dan didalam tas nya itu adalah usb dari Seung Jae. Lalu ketika Seung Jae
menemuinya, Seung Jae tampak gelisah dan seperti dia akan pergi jauh. Juga
Seung Jae tidak mau mengangkat telponnya. Mengetahui itu, Eun Suk merasa sangat
khawatir dan mencoba untuk menelpon Seung Jae. Dan telponnya diangkat, tapi
yang menjawab bukan Seung Jae, melainkan orang lain.
“Apa? Di pinggir sungai?” tanya Eun Suk,
terkejut. Lalu dia berlari pergi dengan panik.
Melihat itu, Ye Seul ikut merasa khawatir.
Lalu Ye Beom datang mendekat dan bertanya dengan sikap menjengkelkan seperti
biasanya. “Bukankah Seung-jae yang meretas laptopnya? Benar dia, 'kan?
Katakan,” katanya, ingin mendengar gosip.
“Cukup,” kata Kang Sol A, menghentikan Ye
Beom. “Kusuruh kau tanyakan langsung,” tegasnya. Lalu dia pergi bersama Ye
Seul. Dan Bok Gi mengikuti mereka.
Jaksa Jin menghampiri Kang Sol B dan
mengajaknya untuk bicara. Dan Kang Sol B menolak. Namun Jaksa Jin tidak merasa
masalah, dia memberikan kartu namanya kepada Kang Sol B dan memberitahu Kang
Sol B untuk menghubunginya sebelum putusan dijatuhkan, jangan setelahnya.
Setelah mengatakan itu, Jaksa Jin langsung pergi.
Eun Suk sampai diarea pemancingan dan bertemu
dengan Seung Jae yang baru saja selesai memancing. Melihatnya baik- baik saja,
Eun Suk merasa sangat lega.
Seung Jae meminta maaf karena telah membuat
Eun Suk khawatir. Lalu dia mengakui bahwa dia sadar kalau dia seharusnya
menyalahkan diri.
Ditepi sungai. Wakil Dean Ju bercerita kepada
Kang Sol B bahwa Kakek Kang B dan Nenek Kang B sering berkata “Kamu harus
mendengarkan cerita dari kedua sisi”. Namun dia membutuhkan keluarga yang
selalu memihaknya, apapun yang terjadi. Jadi ketika dia menjadi seorang Ayah,
maka dia berkata pada dirinya sendiri bahwa dia harus selalu memihak anaknya.
“Itukah alasanmu mencoretku dari daftar magang
di pengadilan?” tanya Kang Sol B.
“Nn. Oh tidak merasa kau menjiplak tesis itu.
Kau terlalu cerdas sampai menimbulkan kesalahpahaman,” jelas Wakil Dean Ju.
“Semua beres?” tanya Kang Sol B dengan sikap
acuh. Lalu dia berdiri untuk pergi.
“Namamu tak ada di daftar itu karena…” kata
Wakil Dean Ju, membuat langkah Kang Sol B terhenti. “kau tidak kompeten.
Petugas hukum yang cerdas, tapi tidak kompeten adalah yang paling berbahaya,”
katanya, menasehati Kang Sol B.
Kang Sol A memberitahu para anggota kelompok
bahwa apapun yang terjadi kepada Seung Jae, mereka hanya harus mengingat satu
hal, yaitu memenuhi permintaan Seung Jae untuk membantu kasus Ye Seul. Dan
semuanya mengerti.
Lalu disaat itu, Dewan Ko datang bersama
president kampus. Mereka berdua memarahi Ye Seul tidak tahu malu dan
menyuruhnya untuk minta maaf kepada Yeong Chang serta introspeksi diri. Melihat
itu, Joon Hwi ingin membela Ye Seul, tapi Kang Sol A menghentikannya untuk
jangan bicara, karena sekarang mereka mengira Joon Hwi adalah selingkuhan Ye
Seul.
Dean Oh kemudian datang. Dan dia berdiri
didepan Ye Seul untuk melindunginya. Melihat itu, President langsung memarahi
nya.
“Bagaimana caramu mengatur fakultas hukum ini?
Mempermalukan Universitas Hankuk saja. Profesor pembunuh, dan sekarang
mahasiswa pelaku kekerasan,” kata President, memarahi Dean Oh.
“Seharusnya kau datang ke sidang hari ini.
Jika Prof. Yang diputuskan tak bersalah, kau akan malu karena telah marah-marah
di hadapan para mahasiswa,” kata Dean Oh sambil tersenyum mengejek. Lalu dia
memberikan hormat kepada Dewan Ko. “Aku turut prihatin atas kejadian yang
menimpa putramu,” katanya dengan tulus.
“Kalau begitu, seharusnya kau larang gadis ini
datang kemari. Kenapa para dosen dan murid justru melindungi pelaku kriminal…”
bentak Dewan Ko.
“Mari kita tunggu saja apa dia kriminal atau
bukan,” balas Dean Oh dengan sikap tenang. Lalu dia tersenyum kepada Ye Seul
untuk menenangkannya. Kemudian dia menyuruh semuanya bubar.
Melihat itu, Dewan Ko merasa emosi. Dan dia
berteriak memanggil Kang Sol A. “Pembela
khusus, pembelaan diri. Kudengar itu semua adalah idemu. Berbicara
sembarangan seperti itu…” katanya dengan tatatapan mengancam.
“Aku tak akan menyesalinya,” balas Kang Sol A
dengan sikap tegas. “Aku bukan Kang Dan yang menyesal menerima tawaranmu.”
“Apa?” tanya Dewan Ko, kesal.
“Apa kau juga memasang kamera pengintai
seperti putramu? Aku penasaran bagaimana kau bisa tahu bahwa itu adalah ideku,”
tuduh Kang Sol A, sangat curiga. Dan Dewan Ko terdiam.
Melihat itu, Joon Hwi tersenyum bangga kepada
Kang Sol A. Lalu dia berjalan pergi bersama Kang Sol A.
“Aku berhenti mulai hari ini. Aku mulai magang
di Hyeongseol besok,” kata Ji Ho, mengundurkan diri untuk membantu kasus Ye
Seul.
“Itu kesempatan bagus untuk Ji-ho. Aku tak
apa-apa. Jangan pedulikan aku. Lakukanlah yang terbaik.,” kata Ye Seul,
mengerti. Namun Bok Gi merasa marah.
“Pokoknya jangan bergabung dengan tim Ko
Yeong-chang,” pinta Joon Hwi, mengerti juga.
“Rasanya seperti kehilangan pasukan, tapi
tunjukkanlah kemampuanmu,” kata Kang Sol A, mengerti juga.
Selagi yang lain sibuk mengobrol barusan, Kang
Sol B sudah mencari dan menemukan kasus- kasus serupa seperti kasus Ye Seul.
Dan dia menunjukkan kepada semuanya.
Malam hari. Man Ho pergi secara diam- diam ke
suatu tempat. “Aku disini,” katanya, di telpon.
Jong Hoon datang ke suatu tempat juga. “Aku baru
tiba,” katanya, di telpon.