Disebuah bangunan. Melalui jendela
tebal yang berada disana, kita bisa mengintip sedikit ke dalam nya. Dan didalam
lantai 1 bangunan tersebut, tergeletak seorang mayat pria dengan mata terbuka
dan tubuh penuh darah.
Seorang wanita berbaju hitam putih
dengan noda darah dibajunya, dia berjalan sambil memegang sebuah pisau
ditangannya. Dan dia tampak sangat kelelahan.
Distasiun radio. Host radio membacakan
permasalahan dari seorang pendengar radio. Seorang Ibu berusia 42 tahun yang
tinggal di distrik Nerima, sudah dua bulan sejak putrinya yang berada di kelas
1 SMP mengurung diri dirumah. Dan belakangan ini, putrinya hampir tidak pernah
keluar dari kamar. Tempo hari, saat Ibu memanggilnya yang berada dikamar mandi,
mereka malah jadi berkelahi. Jadi Si Ibu ingin meminta saran.
Dokter Yuki Makabe, seorang psikolog
berlisensi, menjelaskan. “Akar penyebab anak mengurung itu memanglah terkait
hubungan antara orang tua dan anak. Terkadang sangat sulit untuk membuat orang tua
memahami hal itu. Yang bermasalah adalah anaknya, kalau diri sendiri tak ada
masalah.”
Berita : “Pertama, laporan tidak lanjut pembunuhan seorang pelukis dan
dosen terkenal di Universitas Seni Kanto. Sebuah wawancara dengan polisi
mengungkapkan bahwa putrinya, Kanna, yang ditangkap dan didakwa melakukan
kejahatan, melakukan kejahatan tepat setelah dia mengikuti ujian penyiar untuk
sebuah stasiun televisi komersial …
… Pada hari kejahatan, putrinya, Kanna, melakukan wawancara untuk ujian
penyiar disebuah stasiun TV komersial di Daerah Minato, Tokyo, kemudian pergi
ke Universitas Seni Kanto. Dia diyakini telah membuh ayahnya, Naoto, dengan
memanggilnya ke kamar mandi sekolah dan menikamnya di dada dengan pisau dapur.”
Gamon Makabe memasak sambil menonton berita
tentang Kanna. Lalu saat Yuki pulang, dia mematikan TV.
Yuki memberitahu Gamon bahwa dia ingin
menulis buku lagi, dan dia berencana memewancara Hijiirama Kanna. Dia ingin
tahu apa yang membuat Kanna membunuh Ayahnya. Mendengar itu, Gamon hanya diam
sambil mencuci panci kotor yang ada.
Keesokan harinya, Yuki mendapatkan
sebuah kabar baik. Kanna bersedia untuk diwawancarai. Lalu dia membaca data-
data mengenai kasus Kanna. Pengacara yang bertanggung jawab dalam kasus Kanna
ini adalah Anno Kashou. Mengetahui itu, tangan Yuki sedikit gemetar dan
eskpresi wajahnya tampak agak tegang.
Kanna datang mengunjungi kantor
pengacara Anno. Dan saat Anno melihatnya, dia menyapanya dengan sikap biasa.
“Lama tak jumpa, Kakak Ipar,” sapanya. “Silahkan duduk,” katanya,
mempersilahkan.
“Ini soal Kasus Hijiriyama Kanna,” kata
Yuki langsung, tanpa berbasa- basi.
“Aku tak bisa membaca pikirannya.
Maksudku, dia itu rumit,” komentar Anno, agak malas. “Kau akan terluka jika
sembarangan menyentuhnya. Meski begitu, tetap mau melakukannya?” tanyanya.
Dengan sikap serius, Yuki menjelaskan
bahwa dia merasa ada sesuatu yang Kanna tidak bisa katakan dipengadilan dan
Kanna ingin seseorang memahami itu. Jadi dia ingin melakukannya. Mengetahui
itu, Anno sama sekali tidak menentang dan membiarkan Yuki melakukkan nya, bila
itu yang memang Yuki ingin lakukan.
“Untuk Gamon- san …” kata Yuki, ingin
mengatakan sesuatu. Tapi tiba- tiba sekretaris Anno datang mengantarkan teh,
jadi diapun diam.
“Aku telah memberitahu ke abangku. Dia
bilang, berusahalah,” jelas Anno sambil meminum tehnya dengan santai. “Abangku
itu tidak mempertanyakan niat baik seseorang. Kalau bersamanya, akulah yang
malu,” komentarnya.
Gamon bekerja sebagai fotografer dan
dia mempunyai studio foto sendiri. Saat Yuki pulang, dia menyapanya. Gamon tahu
kalau Yuki ada bertemu dengan Anno, dan menurutnya itu hal yang baik, karena
Anno adalah orang yang objektif dan kompeten, jadi Yuki bisa mengandalkannya
ketika bekerja bersama.
“Kesannya, begini apa tak masalah?
Rasanya cuma aku sendiri yang berkeliaran dan bertindak sesukaku,” kata Yuki,
merasa agak tidak enak.
“Apa yang kamu katakan? Tak masalah
jika Yuki bekerja sekeras mungkin,” balas Gamon, tidak mengerti kenapa Yuki
tiba- tiba begini.
“Terima kasih,” kata Yuki sambil tersenyum
senang.
Yuki mengunjungi Kanna dipenjara.
Dengan ramah, dia menyapa Kanna. Tapi Anna terus menudukkan kepalanya dan
tampak murung. “Tolong temukan motifnya
disana. Itu yang mereka laporkan di TV, ya. Tapi aku tidak berkata searogan
itu. Karena aku pun tak tahu motifnya apa. Jadi setidaknya, kuingin motifnya
ditemukan,” jelasnya.
“Begitu,” kata Yuki, merespon.
“Aku ini pembohong, loh,” kata Kanna
sambil tersenyum. Lalu kemudian dia tertawa. “Ketika terjadi hal yang tak
nyaman kepadaku, kepalaku menjadi kabur. Aku kehilangan kesadaran dan tidak
tahu apa yang terjadi. Hahah …” katanya, lalu dia kembali bersikap murung.
Dengan perhatian, Yuki memberitahu
bahwa dia berada dipihak Kanna. Begitu juga dengan pengacara Anno. Mendengar
nama ‘Anno’, Kanna mulai bersikap agak cerewet. Dia mengomentari kalau Anno itu
memang tampan, tapi tak bisa terus terang, juga Anno seperti beranggapan bahwa
semua wanita akan menyukainya. Dan dia tahu hubungan antara Yuki dan Anno, tapi
cara Anno saat menceritakan tentang Yuki tampak mencurigakan baginya. Awalnya
Anno bilang, ‘Istri abangku’. Tapi setelah itu menjadi ‘Yuki’ saja. Jadi Kanna
menebak kalau Yuki dan Anno pasti sangat akrab, tapi dia bingung, kenapa marga
mereka berdua berbeda.
Mendengar itu, Yuki diam sambil
tersenyum agak canggung.
Beberapa hari kemudian, Yuki
mendapatkan kiriman surat dari Kanna.
Dokter. Sebelumnya jauh- jauh datang untuk mengujungiku. Aku
minta maaf karena bersikap kurang ajar. Tapi, ketika aku bertemu dengan Dokter,
aku jadi ingin lebih tahu tentang diriku.
Padahal terjadi hal seperti itu. Tapi aku tak merasa menyesal.
Ternyata memang ada yang salah dengan diriku. Dokter, tolong jadikanlah aku
manusia yang mempunyai rasa bersalah.
Hijiriyama Kanna.
***
Yuki menemui Anno dan menceritakan
mengenai Kanna. Dan Anno merespon dengan sikap agak malas. Melihat itu, Yuki
meminta supaya mereka melupakan situasi pribadi mereka terlebih dahulu saat ini
dan bekerja sama dengan baik.
“Apa maksud situasi pribadi kita?”
tanya Anno. Mendengar itu, Yuki merasa canggung untuk berbicara, karena ada
orang lain disekitar mereka.
Anno tidak menuntut jawaban sama
sekali, karena dia hanya bertanya begitu saja. Lalu dengan serius, dia
menjelaskan tentang Kanna. Dalam kasus Kanna, Ibu Kanna yang menjadi
masalahnya. Ibu Kanna menolak menjadi saksi untuk pembelaan dan kabarnya Ibu
Kanna akan menjadi saksi di pihak penuntut. Jadi ini akan menjadi konfrontasi
antara Ibu dan Anak di pengadilan. Oleh karena ini, dia merasa bahwa pasti ada
sesuatu yang mendasari Ibu Kanna.
Mengetahui itu, Yuki merasa bingung,
ada apa sebenarnya.
Dikantor. Yuki membaca sebuah artikel
tentang Kanna.
Dipenjara. Kanna menceritakan bahwa ada
seorang Senior dikampusnya. Sejak awal dia tak menyukai Senior itu, tapi dia
terpaksa berpacaran dengannya. Lalu Senior itu mengancam akan bunuh diri, jadi
diapun sulit untuk memutuskannya. Dia berpacaran dengan Senior itu selama dua
setengah tahun. Senior itu sering melakukan kekerasan, dan dicurhat pada Kagawa
soal itu. Awalnya Kagawa kasihan padanya dan menangis bersama. Tapi kemudian
mereka tidur bersama, karena Kagawa memaksanya, kepadahal dia benar- benar
tidak mau. Dia menebak, apakah ini karena dia mengikuti Kagawa ke kamarnya dan
membuatnya terpancing, lagian sudah biasa kalau sering berduaan, pria akan
berpikir bahwa ujungkannya bakal begini.
“Kanna-san, apa kamu pernah benar-
benar berpacaran dengan pria yang kamu suka?” tanya Yuki, memastikan sesuatu.
“Yuuji-kun…” jawab Kanna, pelan.
“Sewaktu aku SD. Itu udah sangat lama.”
“Apa kamu bisa menceritakan soal orang
itu?”
Kanna : “Dia pegawai mini swalayan yang menyembuhkan cedera kakiku.
Telapak tangannya besar dan sangat lembut. Dialah orang pertama yang kusuka.”
Setelah menceritakan tentang Yuuji,
Kanna diam selama sesaat, lalu tiba- tiba kondisi emosionalnya menjadi tidak
stabil. Melihat itu, Yuki merasa khawatir.
Ditelpon. Anno menjelaskan kepada Yuki
bahwa kondisi emosional Kanna memang tidak stabil, jadi sulit untuk ditanyai,
karena itu dia menasehati Yuki untuk lebih hati- hati. Yuki tahu itu, namun
jika Kanna tidak bisa menghadapi kegelapan didalam dirinya tersebut, maka Kanna
takkan bisa maju.
“Apa sebenarnya situasi yang membuatnya
panik?” tanya Anno, ingin tahu.
“Setelah aku menanyakan, apakah dia
pernah benar- benar menyukai seseorang? Katanya, dia pernah merasakan hal itu
sekali. Setelah itu…”
Flash back
Kondisi emosional Kanna tiba- tiba
menjadi tidak stabil. Dia berteriak histeris dan bertingkah seperti ingin
melukai diri sendiri. Melihat itu, petugas penjara langsung datang untuk
menenangkannya. Sedangkan Yuki yang berada dibalik kaca, karena dia tidak bisa
melakukan apapun, dia jadi merasa panik dan khawatir kepada Kanna.
Flash back end
Yuki berencana untuk mencari tahu lebih
dalam.
Yuki dan Anno pergi menemui Kagawa
bersama- sama. Yuki ingin memastikan semua yang Kagawa katakan didalam artikel
tentang Kanna, apakah itu benar. Dan Kagawa pun mulai bercerita. Alasannya
putus dengan Kanna, itu karena Kanna selingkuh. Sebenarnya dia sangat menyukai
Kanna, lalu karena Kanna lebih muda darinya, maka dia memanjakan Kanna. Tapi
perselingkuhan adalah hal yang tidak bisa dimaafkannya. Saat dia mengajak
putus, Kanna menangis. Lalu Kanna mencoba mengiris lengannya sendiri, jadi dia
tidak bisa membulatkan tekad untuk putus.
“Jadi, Kanna-san memiliki kebiasaan
menyakiti diri sendiri?” tanya Yuki, memastikan.
“Dia memiliki banyak bekas luka yang
mencolok di pergelangan tangannya. Anda tidak menyadari nya?” tanya Anno,
membenarkan.
Mendengar itu, Yuki teringat kalau
setiap kali dia menemui Kanna, Kanna selalu memakai baju lengan panjang. Jadi
dia tidak yakin, apakah ada bekas luka sayatan di pergelangan tangannya.
“Bisakah aku bertanya satu hal lagi?”
tanya Yuki dengan sopan. “Kanna-san dikenai tindak kekerasan oleh seorang pria
yang sebelumnya ia pacari. Lalu, dia jadi dekat dengan Kagawa-san saat curhat
tentang hal ini, ‘kan?” tanyanya, memastikan.
“Itu benar,” jawab Kagawa.
“Lalu, disaat itu, dengan sedikit
memaksanya, katanya kamu mendesaknya untuk menjalin hubungan, apakah itu fakta?”
tanya Yuki, memastikan dengan hati- hati.
“Mana mungkin aku melakukan itu,” jawab
Kagawa dengan suara agak keras. “Aku masih ingat tentang saat itu. Dia sendiri
yang datang ke kamarku. Lalu, meski terbuai arus, dia tertawa seperti
biasanya,” katanya, menjelaskan.
Dipenjara. Kanna menjelaskan kepada
Anno bahwa dirinya yang tertawa pada waktu itu adalah bohong. Lalu dia
menanyai, apakah semua pria memang begitu. Hari demi hari menghubunginya,
memuji betapa manis dirinya, lalu berhubungan badan, tapi suatu hari menjadi
bosan dan mulai jarang menelpon serta mengirim pesan padanya. Saat berhubungan
seks, pria satu- satunya yang tak ingin menggunakan alat kontrasepsi. Dan
sebagai wanita, dia berusaha bertahan pacaran dengannya, tapi ujungnya pria
yang pergi.
“Kalau kau tak menyukainya, bukankah
tak perlu bertahan dalam hubungan tersebut?” tanya Anno, heran.
“Lalu, siapa yang akan menolongku?”
geram Kanna dengan emosi. “Dia berpura- pura punya hati dan mendekatimu. Tapi
ujungnya dia pasti menginginkan tubuhmu. Bukankah Pak Pengacara juga begitu?”
tanyanya sambil tersenyum kecil.
Kanna menunjuk jam tangan yang Anno
kenakan. Dia sadar kalau jam tangan yang Anno kenakan sekarang berbeda dengan
yang terakhir kali. Dan dia yakin kalau itu hadiah dari seorang wanita. Melihat
itu, dia menyuruh Anno untuk jangan pamer. Dan Anno hanya diam saja.
“Apa Bapak berniat serius mau
menolongku?” tanya Kanna.
“Tentu saja,” jawab Anno, tegas dan
tanpa ragu.
“Kalau begitu, perlihatkanlah
keseriusanmu. Keluarkan aku dari sini,” pinta Kanna. Dan Anno diam. “Hei!
Tolong aku!” teriak Kanna sambil memukul kaca yang menghalangi mereka berdua.
Dan disaat itu, pergelangannya yang terluka terlihat jelas.
Yuki dan Anno pergi menemui Ibu Kanna,
Akina Hijiriyama. Yuki menanyai, bagaimana hubungan antara Kanna dan Ayahnya.
Dan Akina menjawab bahwa hubungan antara Ayah dan anak biasa saja. Lalu Yuki
bertanya lagi, apakah benar Ibu agak menentang keputusan Kanna untuk menjadi
seorang penyiar. Dan Akina mengiyakan, dengan alasan dia tidak ingin Kanna
menodai namanya dengan bertingkah seperti selebriti, sebab nama suaminya
lumayan terkenal.
“Luar biasa ya, Hijiriyama Naoto-san.
Dia bahkan memenangkan penghargaan dan sukses di luar negeri,” puji Anno sambil
menatap lukisan di dinding.
“Benar. Belakangan ini, lukisan suamiku
diakui. Meski begitu, sangat sulit bisa mencapai sejauh ini. Dulu, dia
menggunakan Kanna sebagai model dan mengadakan kelas menggambar dirumah,” balas
Akina, bercerita sedikit.
“Kanna-san jadi modelnya? Sejak kapan
itu?” tanya Anno, ingin tahu.
“Mungkin dari kelas empat SD sampai
kelas satu SMP,” jawab Akina.
Akina agak sedikit komplain mengenai
Kanna. Awalnya saat Kanna menjadi model, Kanna bilang, ‘Aku rela melakukannya
asalkan hasilnya lucu’. Tapi kemudian, Kanna menjadi sombong dan bilang, ‘Aku
tak ingin bekerja jika enggak dibayar’. Lalu Kanna mulai bolos bekerja dan
pergi bermain, jadi suaminya memberhentikan Kanna. Kemudian mengenai luka
dipergelangan tangan Kanna, dia pernah melihatnya. Kata Kanna, itu luka karena
diserang ayam disekolah. Dan itu terjadi setelah Kanna lulus SD serta setelah
dia pulang dari Hawaii.
“Anda pergi ke Hawaii? Dengan
keluarga?” tanya Yuki, ingin tahu.
“Tidak. Hanya aku yang diundang di
pernikahan sahabatku,” jawab Akina. “Setelah itu, ketika aku pulang, anak itu
bilang membuat luka di pergelangan tangan,” jelasnya sambil tanpa sadar
memegang pergelangan tangannya.
“Apa setelah itu lukanya bertambah?”
tanya Yuki, memastikan.
“Aku tidak tahu!” jawab Akina dengan
suara keras. “Apa maksudnya itu?!” tanyanya, tersinggung.
“Yang ingin saya tanyakan itu... apa
Kanna-san merasa tertekan atau tidak oleh suatu hal,” kata Yuki, menjelaskan.
“Lalu apa Ibu juga menyadari akan hal tersebut.”
Akina mulai bersikap agak tidak
sabaran. “Memang benar suamiku adalah orang yang sulit dihadapi,” jelasnya.
“Aku juga yakin bahwa dia juga punya kecemasan sendiri, tapi akhirnya dia
sendiri yang harus berurusan dengan hal itu, ‘kan?” katanya dengan suara agak
keras.
“Sebagai seorang gadis muda, dia tidak
punya kekuatan untuk melakukan apapun sendiri. Dia seharusnya dilindungi oleh
orang tu-…” kata Yuki, menjelaskan dengan lembut.
Namun sebelum Yuki selesai bicara,
Akina membentaknya. “Habisnya, anak itu tak pernah mendengarkan satu kata pun
dariku! Kalau memang dia sebenci itu dengan suamiku, harusnya dia pergi ke
sekolah asrama. Ujung- ujungnya dia itu manja!”
Anno menangkap sesuatu dari perkataan
Akina. Kanna benci ketika bersama dengan Ayahnya, Naoto. Selama sesaat Akina
pun diam, dia menutup matanya dan menarik nafas dalam untuk menenangkan
emosinya. Lalu dia mulai bercerita dengan jujur. Hubungan Kanna dan suaminya
memang buruk. Tapi suaminya sebagai orang tua telah melakukan yang terbaik,
memberikan apa yang Kanna mau tanpa pamrih dan sampai menguliahkan Kanna. Namun
Kanna malah membalas budi seperti sekarang. Dan dia tidak ingin mengingat hari
itu lagi. Hari itu, dia sudah menyiapkan Sushi gulung kesukaan Kanna dan
menunggunya, tapi kemudian Kanna pulang dengan berlumuran darah. Yang
membuatnya semakin kesal adalah Kanna tidak ada meminta maaf sama sekali
ataupun menunjukkan setetes air matapun. Karena itu dia ingin Kanna untuk sadar
sepenuhnya tentang dosa- dosanya dan menghabiskan sisa hidupnya untuk menebus
itu.
Mendengar itu, Anno dan Yuki sama- sama
diam.
Dipenjara. Kanna terbangun, lalu dia
menatap bulan yang berada diluar jendela.
Flash back
Kanna memakai baju putih dan berdiri di
tengah ruangan tanpa boleh bergerak sama sekali, karena dia adalah objek
lukisan. Dan para murid- murid Naoto yang berada disekelilingnya, mereka
menatapnya berkali- kali, dan menggambar dirinya yang berdiri di tengah
ruangan. Kanna merasa sangat tidak nyaman, karena terus ditatapi. Tapi Naoto
tidak menyadari itu dan malah sibuk mendidik para murid- muridnya.
“Jika kalian berniat melihat suatu
objek secara sepenuhnya, maka mulai saat ini lihatlah lebih dari sepuluh kali!”
kata Naoto kepada para murid- muridnya.
Kanna tertangkap tidur bersama seorang
pria. Lalu dia diseret pulang dan dikunci didalam gudang oleh Naoto. Dan Kanna
merasa sangat takut. “Tidak… seseorang…” panggilnya dengan putus asa.
“Keseimbanganmu meleset. Jangan rusak
posenya,” tegur Naoto. Lalu dengan kasar dia mengatur bagaimana Kanna harus
berpose.
Kanna kabur. Lalu menggunakan pisau
silet, dia melukai pergelangan tangannya sendiri.
Flash back end