Sinopsis J- Movie : First Love (2021) part 4

 


Dipengadilan. Kanna memberitahu hakim bahwa dia tidak membunuh ayahnya. Itu adalah kecelakaan. Dan dia tidak punya niat membunuh ayahnya sama sekali.


“Dipersilahkan pendapat dari pengacara,” kata Hakim, mempersilahkan.

Anno berdiri dari tempatnya. “Saya menentang. Terdakwa tidak berniat membunuh Naoto. Oleh karena itu, pembunuhan tidaklah terjadi, dan terdakwa tidak bersalah.”


Anno berdiri ditengah pengadilan dan menjelaskan perbedaan tusukan pisau. Dalam konteks pelaku menikam korban dari bawah, dan konteks korban terjatuh, lalu terluka secara tidak sengaja. Berdasarkan hal ini, ada kemungkinan besar bahwa luka tusuk pada korban, itu adalah luka yang tidak disengaja. Lalu Anno menunjukkan foto pergelangan tangan terdakwa untuk membuktikan bahwa terdakwa memiliki kebiasaan melukai diri sendiri. Juga foto hasil gambar murid Naoto. Melihat foto tersebut, banyak orang merasa ngeri dan tidak menyangka.

“Ini dibuat olehnya selama 10 tahun, dari usia 12 hingga saat ini,” kata Anno, menjelaskan. “Saat terdakwa berusia 10 hingga 13 tahun, dia adalah model menggambar dikelas melukis ayahnya. Ini adalah karya yang digambar mahasiswa yang ikut pada saat itu,” jelasnya.


Bagian berikutnya. Jaksa mengajukan berbagai pertanyaan kepada saksi, Akina. Dan Akina menjawab semua pertanyaannya satu persatu. Pertama, Naoto memang menentang pencarian kerja yang dilakukan oleh Kanna, karena Kanna kurang terampil, jadi Kanna tidak cocok tampil di hadapan publik. Kedua, mengenai kelas menggambar, Akina menjelaskan bahwa suaminya, Naoto, selalu menyuruhnya untuk tidak ikut campur selama kelas menggambar, jadi dia tidak ada dirumah. Karena itu dia tidak tahu bahwa model pria tidak mengenakan sehelai pakaian.


Bagian berikutnya. Anno mengajukan berbagai pertanyaan kepada saksi, Akina. “Pada hari kejadian, Anda sedang menyiapkan makan malam dirumah ketika terdakwa pulang, benarkah demikian?” tanyanya.

“Iya. Tidak ada kesalahan.”

“Seperti apa ekspresi terdakwa?” tanya Anno.


Flash back

Saat Kanna pulang dengan memegang pisau berlumurkan darah. Dia memberitahu Akina bahwa ayah tertikam pisau.

Flash back end

“Izinkan saya mengonfirmasi. Terdakwa berkata ‘Ayah tertikam pisau’, ya? Bukan, ‘Aku menikam ayahku’,” tanya Anno.

“Iya. Itu benar.”


“Meskipun begitu, kenapa menurut Anda terdakwa menikam Naoto-san?” tanya Anno.

“Itu karena… tidak mungkin dia tertikam pisau dengan sendirinya. Sedari awal, Kanna suka berbohong. Dia biasa membahas hal yang tak pernah terjadi seolah itu terjadi. Bukankah karena dia tak nyaman, makanya dia memilih kalimat seperti itu?” jawab Akina.

“Lalu, apa yang Anda katakan?”


Flash back

Akina menanyai, apa maksudnya tertikam itu. Dan Kanna menjawab bahwa pisau yang dibawanya yang menikam Naoto. Dan Akina merasa mustahil pisau menikam sendiri. Lalu Kanna menjawab ‘sudahlah’ dan kemudian kabur dari rumah.

Flash back end


Anno kemudian membahas tentang luka dipergelangan tangan Kanna. Dan Akina mulai sedikit emosional, dia menjelaskan bahwa dia tahu tentang luka tersebut, tapi Kanna selalu berkata kalau itu sebatas luka saja. Juga dia tidak ada menghitung luka goresan dipergelangan tangan Kanna, jadi dia tidak tahu kalau ada masalah pada Kanna.

“Baiklah, izinkan saya bertanya tentang sesi menggambar. Saya dengar, semua yang bergabung dalam kelas tersebut adalah pria,” kata Anno.

“Iya. Itu benar.”


“Jadi, apakah ada mahasiswa laki- laki yang mengerjainya atau membuatnya merasa tidak nyaman?” tanyan Anno.

“Tidak ada orang yang melakukan itu,” jawab Akina dengan keras. “Semua mahasiswanya sopan, dewasa, dan serius tentang seni mereka! Suami saya sangat disiplin dalam mengawasi mereka. Jadi mana mungkin dia dikerjai atau semacamnya,” jelasnya sambil mendengus.


“Tadi, Anda berkata bahwa Anda tidak di lokasi ketika sedang kelas menggambar. Anda juga berkata kalau tidak tahu bahwa model prianya telanjang, ‘kan? Jadi, bagaimana Anda bisa tahu seperti apa mahasiswa yang disana dan bagaimana perilaku mereka?” tanya Anno, berhasil menjebak Akina untuk berbicara jujur.

Mendengar pertanyaan itu, Akina diam.


“Meskipun masih sangat belia, dia dikelilingi lelaki dewasa sehingga dia merasa stress saat kelas menggambar dan berulang kali ingin berhenti. Anda, sebagai Ibunya, bukankah mendengar alasan yang dikatakannya?” tanya Anno.

“Saya tidak tahu. Saya tidak mendengarnya,” jawab Akina, pelan.

Mendengar itu, Kanna diam menatap Akina.


Anno berhasil mengundang Yuuji ke pengadilan untuk menjadi saksi. Melihat itu, Yuki dan Kanna sama- sama terkejut dan tidak menyangka.


Yuuji menceritakan semuanya dari awal. Dari bagaimana dia bertemu dengan Kanna didepan toko, mengobati lukanya. Lalu mengapa dia membawa Kanna menginap ditempatnya, itu karena saat itu Kanna tidak mau pulang ke rumah.

“Apa yang Anda dengar dari terdakwa saat itu?” tanya Anno.

“Dia tak ingin pulang, karena jika pulang, dia akan dipaksa bekerja sebagai model,” jawab Yuuji. Lalu dia menjelaskan semua yang diketahuinya.

Flash back

Yuuji : “Dia berdiri atau duduk bersampingan dengan pria telanjang dan ditatap dengan konsentrasi penuh.”


“Lalu, terkadang ada semacam pesta penutupan atau pesta minum kelas menggambar. Disana pun, mahasiswa mabuk akan menyentuhnya, dan dipaksa menjalin hubungan, lalu dia mengeluh kalau itu menyakitkan. Meskipun dia berkata pada ayah dan ibunya, mereka tak mau membantu dan berkata, ‘Ini salahmu membuat mereka merasa seperti itu’.”

Flash back end


Bagian berikutnya. Jaksa mengajukan pertanyaan kepada Yuuji. Dan Yuuji agak kesulitan untuk menjawab pertanyaannya yang terkait tentang hubungannya dan Kanna, tentang apa yang dia lakukan kepada Kanna, dan semacamnya. Lalu Anno pun berdiri dan membantunya, dia memberitahu Hakim kalau pertanyaan Jaksa tidak relevan dengan kasus yang dihadapi. Dan Hakim menyetujui.

“Penuntut, apakah ada pertanyaan lain untuk saksi?” tanya Hakim.

“Baiklah,” jawab Jaksa, mengerti. “Saksi tidak melihat terdakwa selam lebih dari sepuluh tahun, ya. Kenapa Anda memutuskan untuk bersaksi?” tanyanya.


“Kesadaran bersalah,” jawab Yuuji, pelan. “Ketika saya menerima konsultasi darinya, saya tahu ada masalah dalam keluarganya, tetapi saya… memutuskan keterkaitan dengannya karena takut mendapat masalah,” jelasnya dengan jujur. “Saya memiliki seorang putri berusia tiga tahun… andai, saya yang saat ini bertemu dengannya di masa itu, mungkin saya bisa mengatasi masalahnya dengan cara berbeda. Meski saat ini, hal seperti itu… sudah terlambat. Begitulah yang saya pikirkan.”

Mendengar itu, Kanna mulai menangis.


Bagian selanjutnya. Kanna berdiri ditengah pengadilan dan menceritakan hal yang sebenarnya terjadi dihari kejadian.

Flash back

Kanna : “Karena saya gagal mencari kerja, jadi saya ingin menghukum diri sendiri, dan saya merasa hal itu harus dipastikan oleh ayah.”

“Saya menuju ke perguruan tinggi seni tempat ayah bekerja. Karena merasa takut saat berada di toilet stasiun tujuan, jadi saya mengiris lengan saya.”

“Setelah itu, saya langsung pergi ke kampus. Karena tak ingin bertemu orang lain, saya pergi lagi ke toilet wanita. Saya memanggil ayah melalui ponsel.”


Ketika Naoto melihat Kanna memegang pisau dan pergelangan darahnya berdarah, dia mengatakan bahwa dia mengira Kanna sudah sembuh, tapi Kanna masih sinting, dan itu adalah tanggung jawab Akina, jadi dia ingin menghubungi Akina dan membawa Kanna ke rumah sakit.


“Saya mencoba menghentikannya saat dia mengeluarkan ponselnya. Saya meraih tangan ayah dengan tangan kiri. Tangan kanan saya memegang pisau.”


“Dia merasa akan jatuh. Lalu sebaliknya, posisi saya bersandar pada ayah. Ayah berusaha mengembalikan keseimbangannya. Saat itu, di lantai yang basah, kakinya terpeleset.”


Saat Naoto terpeleset, dia jatuh ke arah Kanna. Dan tanpa sengaja, pisau yang sedang Kanna pegang menusuk Naoto.

Flash back end


Bagian berikutnya. Jaksa mengajukan pertanyaan kepada Kanna. “Anda diberitahu untuk menelpon ibu tentang luka dilengan, tapi kenapa Anda tampak kesal?”

“Karena dia berkata itu menjijikan,” jawab Kanna.


Flash back

Kanna : “Dulu setelah kembali liburan, ibu melihatnya. ‘Apa- apaan luka menjijikan itu?’ ujarnya. Jadi saya langsung berbohong kalau luka itu akibat diserang ayam. Setelah itu, saya merasa bahwa pokoknya ibu saya tak boleh mengetahui luka ini.”

Flash back end


“Anda mengakui kalau telah membunuh ayah Anda sendiri, ‘kan?” tanya Jaksa. “Mengapa baru berubah pikiran setelah sekian lama?”

“Karena ibu yang mengatakannya. ‘Mana mungkin pisau itu menikam dengan sendirinya. Karena saya selalu dicap pembohong oleh Ibu, jadi saat itupun, saya tak punya keberanian untuk mengatakan yang sebenarnya,” jawab Kanna.


“Ketika Naoto-san pingsan terluka parah, kenapa Anda melarikan diri dari TKP alih- alih memanggil ambulans?” tanya Jaksa.

Kanna mulai merasa sesak. “Saya takut… dengan mata ayah.”

“Apa Anda berpikir bahwa Naoto-san sudah tewas? Atau mungkin…”

“Saya tidak tahu. Saya tidak tahu harus bagaimana,” jawab Kanna sambil memegang dadanya yang terasa sesak.


“Baiklah, saya tanya satu hal lagi,” kata Jaksa dengan serius. “Ini adalah psikologi dibalik pertemuanmu dengan Naoto-san setelah membeli pisau. Kenapa Anda ingin menunjukkan luka itu?”

“Untuk mendapat permintaan maafnya,” jawab Kanna.


Pertanyaan Jaksa semakin mendalam dan terasa berat, membuat Kanna semakin merasa sesak, tapi dia tetap menjawab setiap pertanyaan yang diajukan padanya.

“Sejak awal, Naoto-san menentang Anda menjadi seorang penyiar. Jadi sekalipun gagal, harusnya tak perlu dimaafkan. Bukankah penyebab Anda pergi menemui ayah Anda…karena merasa dendam padanya, setelah ditentang olehnya menjadi penyiar?” tanya Jaksa.

“Mungkin… itu sama dengan waktu itu,” jawab Kanna.


Flash back

Saat Kanna menjalani wawancara kerja. Dia merasa takut dan tidak nyaman dengan tatapan mata para juri yang memperhatikannya. Karena mata mereka mengingatkannya pada kelas menggambar.

Disaat Kanna merasa sangat takut dan putus asa, tidak ada orang tua yang berniat menolongnya. Makanya dia suka mengiris tangannya.


Saat dulu Kanna menunjukkan irisan ditangannya kepada Naoto. Naoto berkata ‘Jangan berdiri didepan orang sampai lukamu sembuh.’

Flash back end


“Saat itu, saya merasa bisa bebas dari kelas menggambar. Satu-satunya penyelamat dari penderitaan ini… hanyalah aliran darah. Karena itu, pada hari itu juga… saya hanya melakukan hal yang sama,” jawab Kanna sambil meneteskan air mata.


Ketika Yuki pergi ke toilet, dia bertemu dengan Akina yang sedang mencuci tangan di wastafel. Dan dia melihat pergelangan tangan Akina juga penuh dengan luka iris. Menyadari itu, Akina langsung menutupi pergelangan tangannya dan pergi.





Persidangan hari berikutnya. Hakim menjatuhi vonis delapan tahun penjara kepada Kanna. Sebab setelah Kanna membeli pisau dapur dan pergi ke universtitas, Kanna memanggil korban Naoto ke tempat sepi, lalu Kanna melarikan diri dari TKP tanpa melaporkannya. Fakta itu menunjukkan bahwa Kanna berniat merencanakan dan melakukan kejahatan dengan tujuan membunuh korban. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa Kanna menikam dada korban menggunakan pisau dapur dengan maksud membunuh, hingga akhirnya korban tewas. Jadi tanggung jawab pidana Kanna sangat berat.

Mendengar putusan itu, Anno dan Yuki sama- sama tidak bisa berkata atau melakukan apapun, karena mereka sudah melakukan yang terbaik yang mereka bisa, jadi mereka menerima keputusan hakim. Dan Kanna juga menerima keputusan Hakim.




Beberapa hari kemudian. Gamon mengadakan pameran foto. Dan Anno datang berkunjung ke sana serta melihat- lihat. Lalu dia menemukan fotonya bersama Gamon dan keluarga dulu.

Melihat foto tersebut, Anno tersenyum. Dan Gamon memegang bahunya dengan akrab.

Setelah selesai melihat- lihat, Anno duduk diluar bersama Yuki. “Enak ya, seperti yang diharapkan dari abangku,” komentarnya. Dan Yuki setuju.


Anno kemudian memberikan surat dari Kanna kepada Yuki. Dan Yuki langsung membuka serta membaca surat tersebut.

Pak Anno dan Dokter Makabe. Terima kasih atas bantuannya. Ada banyak orang di ruang sidang yang menerima kata- kataku. Aku terselamatkan oleh hal itu.


Rasa sakit, kesedihan, penolakan, dan tekadku sendiri. Aku selalu menganggap itu hal yang tidak boleh kukatakan. Tapi untuk pertama kalinya, aku merasa tak masalah untuk mengatakannya.


Aku akan menerima hukumanku dengan tenang. Aku telah meninggalkan ayahku. Aku takkan pernah melihat ayahku lagi. Dengan ini, aku bebas dari tatapannya. Waktu itu, meski sesaat, itulah yang kupikirkan.


Aku dengar penerbitan buku itu ditunda karena minat masyarakat pada kasus ini berkurang. Kalau begitu, suatu hari, aku ingin menulis tentang kasus ini…

Dengan kata- kataku sendiri.


Masih ada banyak hal yang tak kumengerti… tentang emosi dan hatiku. Aku akan menghadapinya. Hingga kelak, kubisa mewujudkannya.

Hijiriyama Kanna.



Selesai membaca surat tersebut, Yuki tersenyum kecil. Lalu dia mengembalikan itu kepada Anno.

“Aku juga sama dengan anak ini. Padahal soal perasaanku sendiri, tapi banyak yang tak kutahu. Kenapa hubungan dengan Yuki tak berjalan lancar. Pada saat itu… ketimbang berusaha memahami dan menyembuhkan lukamu, kurasa perasaanku yang ingin melindungi diri sendiri jauh lebih kuat,” kata Anno, menyampaikan perasaannya dengan jujur.

“Itu karena aku juga sama,” balas Yuki.

“Waktu itu, aku merasakan… bayangan ibuku dalam dirimu. Aneh, ‘kan?”

“Begitu, ya,” respon Yuki.




Kemudian Anno melihat Gamon yang berada di dalam ruang pameran. “Aku ini… bersyukur kalau dialah abangku. Berkatnya, akhirnya aku dan Yuki menjadi keluarga,” katanya sambil tersenyum.

Mendengar itu, Yuki balas tersenyum dengan tulus.




Yuki mendekati Gamon dan berdiri disebelahnya. Mereka melihat foto keluarga Gamon dan keluarga bersama dengan Anno dulu. Dalam foto tersebut, Anno tersenyum.


“Foto yang kupotret untuk pertama kalinya. Selembar kenangan. Itu diambil pada hari Tahun Baru, setelah Kashou datang ke rumah,” kata Gamon, bercerita.

“Bukankah Kashou tertawa riang?”

“Awalnya, dia tak pernah tertawa,” jelas Gamon. “Karena dia jarang tertaw, maka aku yang membuanya tertawa,” jelas Gamon. Lalu dia membisikkan caranya di telinga Yuki.


Flash back

Pada saat pengambilan foto pertama kali, Anno sama sekali tidak ada tersenyum. Dan Gamon menyadari hal tersebut, jadi dia meminta orang tuanya untuk mengambil foto sekali lagi.

Gamon mengatur kamera, lalu dia kembali berdiri disebelah Anno. Dan saat dia melihat, Anno tetap tidak ada tersenyum, dia sengaja menggelitik pinggangnya dari belakang, sehingga Anno pun tertawa didalam fotonya yang kedua.

Flash back end



Post a Comment

Previous Post Next Post