Yuki tiba- tiba mendapatkan telpon dari
manajer minimarket yang menginfokan bahwa dia sudah ada menemukan nomor Yuuji,
mantan pegawai yang Yuki cari.
“Akan kucatat,” kata Yuki sambil buru-
buru mengambil pena dan kertas.
Dicafe. Yuki menemui Koizumi Yuuji.
Saat bertemu, Yuuji bersikap agak waspada, pertama- tama dia memastikan bahwa
apa benar ini hanya wawancara saja dan dia takkan dituntut atau semacamnya.
Mendengar itu, Yuki merasa penasaran, apakah ada sesuatu yang terjadi diantara
Yuuji dan Kanna, sehingga Yuuji bisa dituntut. Dan Yuuji menjelaskan, tidak
ada, tapi sekarang zamanya internet, jadi dia agak khawatir saja. Lalu
sejujurnya, dia tidak suka berurusan dengan sesuatu yang terjadi 10 tahun lalu.
“Anda dekat dengan Kanna-san ya. Di
saat dia berusia 12 tahun, Kanna-san bilang dia menyukai Anda,” kata Yuki.
“Dia mengatakan hal seperti itu, ya,”
gumam Yuuji, tidak menyangka. “Secara umur, kami terpaut jauh, ‘kan?” tanyanya,
memastikan.
“Saya sedang mewawancarai Kanna-san.
Wawancara dirinya memang penting. Tapi yang lebih penting, sebagai psikolog
berlisensi, penting bagi saya untuk mengetahui apa yang terjadi di dalam
dirinya,” jelas Yuki dengan serius. “Privasi Anda akan dilindungi. Saya
berjanji tidak menulis apapun yang tidak Anda inginkan. Tapi… demi kehidupan
masa depannya, saya ingin Anda sejujur mungkin tentang apa yang terjadi di masa
lalu,” pintanya.
Awalnya Yuuji masih ragu, tapi kemudian
diapun mulai menceritakan dengan jujur.
Flash back
Didepan mini market. Ketika lutut kaki
Kanna terluka, dengan perhatian Yuuji membantu mengobati luka di lutut kakinya.
Lalu saat malam, ketika Yuuji akan
pulang, dia melihat Kanna sedang duduk sendirian di tepi sungai, jadi diapun
membawanya pulang dan tinggal bersamanya malam itu.
Perlahan hubungan Yuuji dan Kanna
menjadi dekat. Mereka menonton TV bersama, tertawa keras bersama, pulang
bersama, dan tidur secara biasa bersama.
Suatu hari, Yuuji mulai merasa
berhasrat kepada Kanna. “Boleh enggak? Sedikit saja,” tanyanya, berbisik dengan
lembut. Dan Kanna diam. “Tentu saja enggak boleh, ya,” gumamnya, lalu dia
berniat untuk kembali tidur saja.
Tapi tiba- tiba Kanna berbalik dan
menatapnya. “Boleh, kok,” katanya sambil tersenyum. “Boleh, kok. Aku sudah
terbiasa.”
Flash back end
“Tapi aku tidak melakukannya sampai
akhir. Itu benar,” kata Yuuji, menjelaskan dengan buru- buru supaya Yuki jangan
sampai salah paham padanya.
Flash back
Yuuji : “Diandalkan oleh anak semanis itu. Toh, aku ini pria. Jadi
wajarnya bakal tertarik sama hal itu, ‘kan?”
“Untuk beberapa saat setelah itu, rumahku bagai tempat perlindungan
baginya. Dia bilang dia sangat tidak suka dijadikan model di kelas menggambar
ayahnya.”
“Lalu suatu waktu, Ayahnya datang melangkah ke rumahku. Kalau sudah
begitu, semuanya berakhir, ‘kan? Aku sendiri selalu merasa bersalah. Kalau hal
aneh seperti ini dituntut, pasti aku yang disalahkan.”
“Setelah itu, pernah suatu kali, anak itu menunggu di depan rumahku.
Tapi aku menolaknya.”
Saat Yuuji mengusir Kanna yang datang
ke rumahnya, Kanna menangis dengan keras.
Flash back end
“Apa Anda tidak berniat
menyelamatkannya?” tanya Yuki. “Mendengarkan ceritanya dan melihat sikap
ayahnya. Apa Anda tidak menduga bahwa itu pelecehan? Tidakkah Anda merasa ingin
menyelamatkannya dari hal- hal itu?” tanyanya.
“Aku sendiri juga ketakutan. Setelah
ayahnya menemukanku, pikiranku amburadul berbulan- bulan. Karena polisi bisa
menangkapku,” jawab Yuuji dengan rasa takut.
Yuki kemudian berusaha membujuk Yuuji
untuk mau menjadi saksi dipengadilan. Sekarang kejahatan yang Yuuji lakukan dulu
pasti sudah kadaluwarsa, jadi bila Yuuji mau menebus rasa bersalah dulu, maka
Yuuji bisa menceritakan apa yang terjadi dulu kepada Kanna di pengadilan dan
membantu mengurangi dosa yang Kanna lakukan. Tapi Yuuji menolak, karena dia
sudah punya Istri dan Anak.
Mengetahui itu, Yuki terdiam dan
berhenti membujuk.
Yuki menghubungi Anno dan memberitahu
bahwa barusan dia sudah bertemu dengan Yuuji dan mendengarkan cerita darinya,
tapi Yuuji menolak untuk bersaksi.
“Padahal sudah kubilang jangan bergerak
seenaknya,” komentara Anno.
“Kamu sendiri...” balas Yuki, berusaha
menahan emosi nya yang mau meluap. “apa niatmu menyelamatkan Kanna-san itu
serius?!” katanya, mempertanyakan Anno dengan keras. “Aku serius. Cara satu-
satunya adalah membuka hatinya. Jika tidak, dia takkan maju selangkah pun. Aku
akan membuka hatiku lebih dulu, dan menunjukkan lukaku. Dah,” jelasnya. Lalu
dia menarik nafas dalam untuk menenangkan dirinya.
Dipenjara. Yuki memberitahu Kanna bahwa
hari ini dia bertemu dengan Yuuji untuk mencari tahu mengenai kondisi Kanna
sewaktu kecil dulu. Juga dia ingin menjadikan Yuuji sebagai saksi, tapi Yuuji
menolak, karena Yuuji sudah mempunyai kehidupan sendiri, dia telah menikah,
memiliki Istri dan anak perempuan. Mengetahui itu, Kanna merasa marah dan tidak
terima, karena Yuuji bisa dengan wajar menikah dan memiliki anak.
“Kamu membicarakannya seolah kenangan cinta pertama. Tapi sebenarnya tidak, ‘kan? Karena menyakitkan kalau tak dianggap begitu, makanya kamu anggap dia cinta pertama, ‘kan?” kata Yuki, memastikan. “Satu ucapannya membuatku penasaran. Ketika dia mencoba menyentuhmu, sembari tertawa kamu berkata, ‘Aku sudah terbiasa, jadi tak masalah’. ‘Terbiasa’, itu bohong,’kan? Kenapa? Kagawa-kun yang ada dimajalah mingguan juga mengatakan hal sama. Saat pertama kalinya, kamu tertawa. Bukankah pada saat seperti itu, kamu tertawa meski tak ingin? Kamu berpura- pura bahwa di dalam dirimu tak terdapat rasa takut dan ketidaknyamanan. Kamu berusaha memenuhi harapan mereka.”
“Tolong hentikan!” teriak Kanna, marah.
“Kanna-san, aku juga…” kata Yuki, lalu
diam sebentar untuk mengatur emosinya. “Sewaktu SD kelas 5, aku menemukan foto
wanita … dari dasbor mobil ayahku.”
Flash back
Ayah Yuki pergi sebentar dari mobil,
jadi tinggallah Yuki sendirian didalam mobil. Disaat itu, Yuki melihat sesuatu
terselip dilaci dasbor, jadi diapun menariknya. Lalu disaat itu, dia melihat
ada banyak foto gadis- gadis berusia belia.
Yuki : “Saat itu, aku tak paham maksudnya. Dengan tetap tidak
mengetahuinya, aku mencoba melupakannya. Aku menyelipkan ingatan itu jauh
dibelakang pikiranku.”
Flash back end
Untuk membuat Kanna mau membuka diri,
Yuki mulai dari membuka dirinya terlebih dahulu. Dia menjelaskan bahwa ketika
Ibunya bercerita mengenai ayahnya, dia jadi teringat dengan kejadian tersebut.
Sebenarnya, disuatu tempat, dia selalu merasakan kalau ayahnya berbeda dengan
ayah lainnya, tapi dia tidak tahu bagaimana dia harus menghadapi kenyataan,
jadi dia selalu menyembunyikan hal itu dan mencoba melupakannya. Jadi dia
mengerti perasaan Kanna, dia yakin kalau Kanna pasti tidak tahu bagaimana cara
memahami apa yang telah dilakukan Yuuji dan Kanna tidak tahu harus bicara
kepada siapa. Mendengar itu, Kanna diam sambil menangis.
“Bukankah kamu menderita?” tanya Yuki
dengan yakin. “Apa kamu mengatakan hal itu kepada Ibumu?” tanyanya.
“Aku yang bersalah,” jawab Kanna.
“Kenapa?” tanya Yuki, tidak mengerti.
“Aku selalu payah melakukan tugasku dan terus merepotkan orang lain. Tolong jangan salahkan ibuku! Dia tak punya pilihan. Karena dia berutang budi pada ayah,” jawab Kanna, memohon.
“Berutang budi apa?” tanya Yuki, ingin
tahu.
“Aku… tidak ada hubungan darah dengan
ayah. Aku lahir… ketika ibuku tinggal bersama pria lain. Tapi orang itu bilang
‘jangan lahirkan.’ Setelah itu ayah berkata,… ‘Bayinya Akina pasti sangat imut,
jadi mubazir kalau tak dilahirkan.’
Makanya…” kata Kanna, bercerita sambil tersedu- sedu.
“Yang bersalah bukanlah kamu. Kamu
hanya diperdaya orang dewasa. Kenapa kamu berbohong? Berbohong untuk melindungi
orang dewasa, bukan untuk melindungi diri sendiri,” balas Yuki sambil ikut
menangis. Dia merasa sangat bersimpati kepada Kanna.
Kanna kemudian menceritakan bahwa dia
tidak ada menikah ayahnya. Mendengar itu, Yuki sangat terkejut, karena dia
tidak menyangka hal itu sama sekali.
Gamon menunggu Yuki di restoran untuk
makan malam bersama. Tapi tiba- tiba Yuki menelpon dan memberitahu bahwa dia
tidak bisa datang, karena harus pergi ke suatu tempat. Dan Gamon mengerti.
“Yuki. Pergi kemana kamu?” tanya Gamon.
“Maaf!” jawab Yuki sambil terus
berlari.
Yuki pergi menemui Anno dan memberitahu
apa yang Kanna katakan. Tapi Anno sama sekali tidak mau percaya, karena jika
pembunuhan yang selama ini diakui tapi tiba- tiba disangkal, maka kesannya akan
buruk. Dan Kanna mungkin saja akan dicap bahwa dirinya tak menyesal, lalu hukumannya
akan diperpanjang.
“Kenapa kamu tidak bisa percaya
Kanna-san?! Ini perkataan sejati yang dia ucapkan setelah pertama kali membuka
hati, loh!” kata Yuki, bersikap keras.
Anno meminta Yuki untuk berpikir
rasional. Saat dia bilang dia akan menyelamatkan Kanna dan mengumpulkan
informasi ke sana- sini, itu supaya dia bisa membantu meringankan hukuman Kanna
semaksimal mungkin. Jadi sekarang mereka tidak boleh mengambil risiko besar.
Dan Yuki tidak terima.
“Itu demi kepuasanmu!” bentak Anno.
“Bukankah kamu hanya memanfaatkan pasienmu demi tujuanmu sendiri?”
“Apa maksudmu?” balas Yuki.
“Yuki… kamu merefleksikan traumamu
kepada anak itu. Kamu mencoba menyelamatkannya dengan membuatnya berkata bahwa
dia tak melakukannya,” jelas Anno. Dan Yuki mulai bergetar. “Kamu bahkan tak
menunjukkan lukamu pada abangku, ‘kan? Abangku orang yang baik, lembut, dan dia
bisa menerima apapun. Tapi dia tak tahu
sosok sejatimu. Yuki yang kutahu!” jelasnya.
Mendengar itu, Yuki mulai menangis. Dia
merasa sangat sakit dan berlari kabur.
Lalu disaat itu, Yuki bertemu dengan
Gamon yang datang untuk menjemputnya. Melihat itu, Yuki tidak bisa berpikir
jernih sama sekali.
Kemudian tiba- tiba sebuah truk lewat
dan hampir menabrak Yuki, dan melihat itu, Gamon sangat terkejut. Begitu juga Anno
yang berada di dekat jendela kantor. Sementara Yuki, dia merasa pasrah dan
menutup matanya.
Saat Yuki baru selesai mandi dan
berpakaian, Ayahnya datang.
Yuki tersentak dan terbangun, lalu dia
melihat Gamon ada disebelahnya. Disaat itu, Yuki merasa bahwa dia harus mulai
jujur. Jadi diapun mencer itakan tentang Ayahnya kepada Gamon. Lalu dia
mengakui bahwa dia takut terhadap mata ayahnya. Sampai sekarang, dia berulang
kali teringat. Mendengar itu, Gamon memeluk Yuki untuk menenangkannya.
“Kisah seperti ini menjijikkan, kan?”
tanya Yuki.
“Itu tidak benar,” jawab Gamon. “Aku
selalu berpikir bahwa ada sesuatu. Meski aku tidak tahu apakah sesuatu itu,”
jelasnya.
Ketika pertama kali Gamon dan Yuki
bertemu, saat itu, Yuki sedang menangis ketika melihat foto ayah dan putrinya.
Karena itulah Gamon merasa kalau Yuki pasti ada sesuatu. Tapi dia sama sekali
tidak bertanya ataupun mau memaksa Yuki untuk bercerita, sebab dia merasa lebih
baik kalau Yuki bisa mengatakannya sendiri, saat Yuki sudah siap. Mengetahui
itu, Yuki merasa tersentuh terhadap perhatian dan pengertian Gamon.
“Yang harus kukatakan … ada satu hal
lagi. Aku ... dengan Kashou…”
Diluar kamar rawat. Anno berdiri dan
mendengarkan pembicaraan didalam.
“Semasa kuliah, aku dan Kashou…”
“Aku menyadari itu,” sela Gamon. “Pada
tahun ketiganya sebagai mahasiswa, dia bercerita padaku. Katanya, dia bertemu
dengan gadis cantik di kampus yang memiliki aura aneh, makanya digoda. Meski
itu pertama kalinya dia menggoda gadis
di kampus, dia tampak bahagia karena merasa cocok dengan gadis itu,” jelasnya.
Flash back
Gamon : “Ketika pertama kalinya kita bertiga bertemu, aku tersadar.
Gadis yang dibicarakan Kashou itu ternyata Yuki, ya.”
Flash back end
Yuki merasa lega setelah bercerita, dan
lega karena Gamon bisa menerima dirinya apa adanya. “Aku sama sekali tak bias
menyembunyikan sesuatu, ya,” gumamnya.
“Ada satu hal yang pernah kutanya
padanya. Aku tanya, apakah dia menyukai Yuki?” kata Gamon.
“Setelah itu, apa jawaban Kashou?”
Sebelum pembicaraan didalam selesai,
Anno berjalan pergi.
“Dia
memang berharga. Tapi tidak untuk menjalin cinta. Bahkan jika kucoba
memberitahukannya betapa istimewanya hal itu, aku yakin Yuki takkan menerimaku
lagi,” jawab Gamon, menjelaskan. Dan Yuki merasa agak bersalah. “Hari ini,
dia datang memberitahuku. Yuki saat ini
benar- benar cemas. Berbicaralah dengannya. Kamu harus mendukungnya. Waktu
yang kamu habiskan bersama Kashou juga bagian dirimu. Itulah bagian penting
yang telah membuatmu menjadi seperti sekarang ini,” jelasnya, menghibur Yuki
supaya jangan merasa bersalah lagi.
Dengan sedih, Yuki memeluk Gamon dan
menangis tersedu- sedu, meluapkan semua emosinya yang dipendamnya selama ini.