Sae Bom
mengunjungi apartemen 1501 lagi. Dia ingin meminta bantuan lagi agar
dipinjamkan alat – alat untuk bertahan hidup diluar beserta makanan dan minuman
juga. Semua alat itu bukan untuknya, tapi untuk orang yang akan tinggal di
atap. Se Hun tidak masalah dan memberikan yang Sae Bom butuhkan.
Dengan
alat yang diberikan Se Hun, Sae Bom mendirikan tenda sebagai tempat tinggal Bo
Ram. Ada juga makanan dan minuman. Bo Ram sangat – sangat berterimakasih atas
bantuannya. Diantara semua barang yang diberikan Sae Bom, Bo Ram meminta agar
Sae Bom tidak memberikannya air. Karena semakin dia minum air, dia akan semakin
haus. Jadi, dia hanya akan membasahi bibirnya saja.
Karena Bo
Ram mengatakan hal itu, Sae Bom jadi teringat saat ada pembagian minuman
dibawah waktu itu (jebakan yang sengaja dibuat oleh Joo Hyeong), ada beberapa
orang yang tidak mengambil minuman karena banyak yang tersisa. Apa Bo Ram ingat
siapa saja yang tidak mengambil minuman itu selain dia?
--
Di saat
yang sama, Yi Hyun dengan Jung Kook pergi ke ruangan golf indoor untuk
mengantarkan makanan dan minuman pada Soo Min. Soo Min yang sudah sangat lapar,
langsung makan roti yang diberikan dengan lahap. Yi Hyun merasa kasihan
melihatnya makan dengan tangan terbogol, hendak membantu melepaskan borgolnya
sementara. Soo Min langsung menolak dan menyuruh Yi Hyun tidak mendekat. Jika
mereka mendekat, rasa hausnya akan semakin buruk. Dia tidak masalah sama sekali
jika makan sambil diborgol.
“Kamu
baik-baik saja kemarin? Pendeta dari lantai 12 itu kemari. Dia lama di sini?”
tanya Yi Hyun.
“Tapi dengannya,
aku tidak terlalu...”
“Apa
mereka memilih korbannya? Nyamuk hanya mengincar satu orang dalam kelompok,”
bisik Jung Kook pada Yi Hyun.
“Hyung, Kamu bilang orang yang terinfeksi
tidak menyerang pendeta itu.”
“Dia pria
yang sangat saleh. Dia suci,” jawab Jung Kook sambil memegang kalung salib-nya.
--
Yang
dibicarakan sedang berdoa dengan fokus di apartemennya. Dia berusaha menahan
rasa hausnya, tapi percuma saja. Semakin ditekan, dia semakin merasa haus.
Ditambah lagi, bekas darah Yi Hyun masih bersisa di sana. Saking hausnya, dia
sampai tergoda untuk menjilat tissue yang digunakan untuk menyeka darah Yi Hyun
yang berceceran kemarin. Dan untuk kesekian kalinya, niatnya batal karena Yeon
Ok udah keburu balik duluan.
Yeon Ok
pulang dengan membawa gelas berisi darah Andrew. Darah itu akan digunakan untuk
mengetest pasangan tua di lantai 3 dan Se Hun yang tadi tidak ikut pertemuan.
Yang lebih penting, dia juga harus menarik hati mereka dengan menjaga apartemen
tetap aman. Tanpa tahu apa yang dirasakan oleh Woo Chang, Yeon Ok meletakkan
gelas itu dihadapannya.
Saking
tergodanya dengan darah itu, Woo Chang sampai nggak fokus dan salah dengar.
Yeon Ok memintanya memeriksa apakah rambutnya banyak rontok, tapi Woo Chang
dengarnya Yeon Ok merelakan Woo Chan menggigit lehernya. Untungnya, otaknya
kembali lurus dan menjawab dengan tidak fokus kalau rambut Yeon Ok banyak
rontok. Yeon Ok kaget dan langsung lari ke kamar untuk memeriksa apakah benar
rambutnya rontok.
Saat dia
kembali, Woo Chang sudah meminum semua darah yang ada di gelas. Mulutnya
bersimbah dengan darah. Tidak sadar akan hal itu, Woo Chang malah tersenyum lebar. Sontak, Yeon
Ok berteriak keras dan lari ke dalam kamar.
Suara
teriakan itu kedengaran sama Sae Bom dan Yi Hyun. Keduanya bertemu di tangga
darurat dan sama-sama mau menuju ke apartemen Yeon Ok. Mereka berdua, sudah
curiga kalau Woo Chang terinfeksi. Sae Bom tahu karena Bo Ram bilang kalau Woo
Chang juga tidak minum air yang dibagikan. Yi Hyun tahu karena orang yang
terinfeksi tidak mengincar Woo Chang. Yi Hyun menyimpulkan kalau orang yang terinfeksi
tidak akan saling menggigiti satu sama lain.
Woo Chang masih dalam keadaan normal dan meminta Yeon Ok agar mau bicara dengannya. Masalahnya, Yeon Ok sudah sangat takut dan mengunci diri di dalam kamar. Dia semakin marah saat tahu Woo Chang terinfeksi karena mengonsumsi pil Next yang diberikan Seng Beom.
Woo Chang sudah tahu kalau dia terinfeksi dan tidak berani
memberitahu Yeon Ok, soalnya takut diusir. Dia sudah berusaha menahan diri
dengan meminum darah sendiri, tapi percuma. Rasanya sangat tidak enak. Yang
ada, dia hanya semakin haus. Dia sudah berusaha selama ini untuk menahan diri
dan itu sangat sulit.
“Haruskah
aku turun ke pusat kebugaran juga?” tanya Woo Chang.
“Sun
Woo-Chang, kamu dan aku sudah melalui banyak hal bersama. Jika orang tahu kamu terinfeksi, menjadi
perwakilan penghuni akan sulit. Kamu akan merelakan semuanya begitu saja?”
cegah Yeon Ok, masih saja hanya memikirkan posisi perwakilan penghuni.
“Lalu
kita harus bagaimana?”
“Masuklah
ke kamarmu. Akan kubawakan makanan. Anggap saja kamu sakit. Bertahanlah
beberapa hari. Nanti para tentara akan datang. Kamu bisa bertahan sampai saat
itu. Kamu bisa melakukan itu, bukan?”
Tidak ada
jawaban. Kenapa? Karena Woo Chang sudah pergi dari sana. Pas sekali, tidak lama
kemudian, Sae Bom dan Yi Hyun tiba. Seperti yang diduga, Yeon Ok masih mencoba
menyembunyikan fakta bahwa Woo Chang tidak terinfeksi. Keduanya tidak percaya.
Yi Hyun langsung menerobos masuk untuk memeriksa. Sementara Sae Bom yang
menunggu diluar, mendengar ada suara orang belari dari arah tangga darurat.
Tanpa memberitahu Yi Hyun, Sae Bom pergi memeriksa seorang diri.
Woo Chang
yang ada di tangga darurat mencoba lari ke lantai bawah, tapi baru ditengah
jalan, dia malah berpas-pasan dengan Jung Kook. Jung Kook memang mau ke atas
menemuinya untuk berdoa. Panik dan takut kalau Jung Kook melihat mulutnya yang
dipenuhi darah, Woo Chang kabur. Dia sekarang berada di lantai 6 dan dalam
keadaan kambuh. Joo Hyeong yang pertama kali melihatnya, langsung kabur ke
dalam apartemennya dan masuk ke dalam kamar. Saking takutnya, dia udah nggak
peduli lagi dengan Hae Sung dan Sang Hee yang lagi ‘gituan’ di ruang tamunya.
Hae Sung sudah panik karena Joo Hyeong mendadak masuk dan sudah mau membuat
alasan. Tapi, dalam sekejap, rasa panik berubah menjadi rasa takut saat melhiat
Woo Chang yang terinfeksi masuk ke dalam.
Nyawanya
dan Sang Hee hampir saja celaka jika Sae Bom tidak mendadak masuk dan menolong
mereka. Dia berusaha menahan Woo Chang seorang diri, tapi kekuatan Woo Chang
sangat kuat. Hae Sung dan Sang Hee juga nggak berniat membantu sama sekali dan
hanya melihat dari sudut. Untungnya, Yi Hyun tiba tepat waktu. Untuk
mengalihkan perhatian Woo Chang dari Sae
Bom, dia membuka perban ditangannya dan mengiris kembali lukanya. Darahnya
menetes.
Darah
yang membuat Woo Chang langsung menyerangnya. Bekerja sama dengan Sae Bom,
akhirnya, mereka berhasil meringkus Woo Chang. Dengan kain yang ada, mereka
mengikat kedua tangannya dan menutupi wajahnya dengan kain. Setelah itu, mereka
baru keluar dan menjelaskan pada para penghuni yang hanya menunggu diluar agar
menjauh dari sana. Mereka harus menunggu hingga Woo Chang tenang, baru boleh
masuk.
Woo Chang
masih dalam keadaan kambuh dan membentur-benturkan kepala ke lantai. Saat itu,
seseorang melepaskan kain yang menutupi wajahnya hingga Woo Chang bisa
melihat. Dari pupil matanya yang
mengecil, dia bisa melihat ada seseorang yang berdiri dihadapannya. Karena rasa
haus, Woo Chang berlari untuk menerkam orang tersebut.
Bruak!!
Saat dia sudah berlari, orang itu tiba-tiba merunduk dan membuatnya terjatuh
dari atas balkon. Dan pelakunya adalah Joo Hyeong. Suara gedubrak terdengar
sangat keras hingga keluar. Sae Bom dan Yi Hyun langsung masuk kembali ke
dalam. Tentu saja, mereka sudah terlambat. Yeon Ok juga ikut masuk dan melihat
tubuh suaminya sudah berada di tanah. Suaminya terjatuh dari lantai 6. Hal yang
terucap dari bibirnya adalah, mereka sudah membunuh suaminya. Mereka.
Tidak ada
kata bantahan. Sae Bom dan Yi Hyun hanya diam, tidak tahu kata penghiburan apa
yang bisa diucapkan. Yi Hyun hampir saja mengira ini adalah kecelakaan tidak
disengaja, tapi, saat dia melihat ke sekeliling ruangan, dia menyadari ada yang
aneh. Kain yang digunakan menutupi tubuh Woo Chang sudah berpindah dari posisi
seharusnya, yang artinya, seseorang sengaja mencelakainya. Dugaan Yi Hyun
semakin kuat saat dia menemukan Joo Hyeong meringkuk di dalam kamar.
Joo
Hyeong mana mungkin mengakui perbuatannya. Dia berakting seolah bersembunyi
dari tadi di dalam kamar dan tidak tahu bagaimana kondisi di luar sana.
Di saat
suasana sudah menjadi seperti ini, Hae Sung dan Sang Hee malah kabur untuk
melanjutkan perselingkuhan di lorong. Dengan sok manis, Hae Sung berujar seolah
menyesal karena bukan dia yang melindungi Sang Hee barusan. Sang Hee tidak
masalah dan berujar yakin kalau Hae Sung pasti akan melindunginya selanjutnya.
Dia yakin itu. Hae Sung mulai membujuk Sang Hee untuk tinggal bersamanya dengan
alasan khawatir jika Joo Hyeong terinfeksi karena bersama Woo Chang di dalam
sendirian (mereka belum tahu Woo Chang sudah meninggal). Sang Hee menolak.
Sang Hee
malah mengalihkan topik perihal uang Joo Hyeong. Dia itu tahu kalau Joo Hyeong
hanya pura-pura bangkrut, tapi sebenarnya, dia menginvestasikan semua uangnya
ke crypto. Makanya, dia berusaha mencari tahu kata sandinya. Jika mereka
menemukannya, semua uang itu akan bisa menjadi milik mereka.
Dasar
suami bajing** memang! Padahal di apartemen, Soo Yoon menunggunya dengan cemas.
Takut dia kenapa-kenapa. Tanpa merasa bersalah sedikitpun, Hae Sung berbohong
kalau dia tadi ke atap, duduk di depan pintu darurat sebentar saat melihat
kondisi Woo Chang. Benar-benar mengerikan. Setelah itu, dia mulai bertanya, jika
Soo Yoon punya kode sandi penting yang panjang dan rumit, dan tidak ingin ada
siapapun yang tahu, dimana dia akan mencatatnya?
“Aku akan
menghafalnya. Atau menulisnya di tempat yang tidak bisa ditemukan siapapun.
Agar hanya aku yang menemukannya.”
--
Setelah
semua orang pergi dari rumahnya, Joo Hyeong mulai mandi. Sang Hee juga baru
pulang dan tanpa sengaja melihat ada tato berisi angka di bahu kanan Joo
Hyeong. Sayangnya, tulisannya akan sulit di baca dari jauh. Belum lagi, Joo
Hyeong sudah memakai bajunya kembali.
--
Sae Bom
mengobati luka Yi Hyun lagi dan kembali memarahinya karena lagi-lagi melukai
tangan. Dia tidak boleh melakukan hal ini lagi karena mereka juga tidak punya
antibiotik. Yi Hyun menenangkan kalau dia adalah vitamin manusia dan akan baik-baik
saja. Dia juga tahu kalau Sae Bom pasti terpukul atas kematian Woo Chang dan
menenangkan kalau kematiannya, bukanlah salah mereka.
“Aku
tahu. Tapi aku merasa tidak enak. Dia seharusnya memberi tahu kita bahwa dia
sakit.”
“Sulit
mengakui bahwa kamu terinfeksi penyakit itu. Dia pasti takut akan dorongan yang
dia rasakan untuk menggigit orang. Aku yakin dia berpikir jika menahannya
sedikit lagi, mereka akan membuat obatnya. Dia mungkin takut orang terdekatnya
akan takut padanya. Itu juga akan sulit.”
Sae Bom
menghentikan obrolan dengan menyuruhnya untuk minum obat anti demam dan
beristirahat malam ini. Yi Hyun mengiyakan. Namun, anehnya, dia terlihat
gelisah.
--
Yeon Ok
sekarang tinggal sendirian. Dia kelihatannya terpukul dengan kematian Woo
Chang. di tengah malam, dia mencoba mengintip ke bawah melalui balkon kamarnya.
Dari sana, dia harusnya bisa melihat tubuh Woo Chang. Masih ada.
Meski
begitu, saat mendengar ada suara di depan pintu, Yeon Ok masih saja berharap
kalau itu adalah suaminya. Dia memberanikan diri membuka sedikit pintu, tapi
tidak ada apapun di sana.
--
D+3
Huft.
Melelahkan. Baru pagi, sudah ada masalah. Se Kyu, Moon Hee dan Andrew datang ke
apartemen mereka dan memohon di berikan jatah makanan. Dasar penjilat, keduanya
malah bermulut manis menyuruh Sae Bom dan Yi Hyun yang menjaga ketertiban,
soalnya Yeon Ok sudah membohongi mereka. Selesai memuji-muji, ini mereka
meminta diberikan air.
Andrew
juga menambahkan kalau beberapa penghuni ada yang pergi ke lantai 15 untuk
meminta dari Se Hun. Btw, mereka sudah mendapatkan sedikit air dari Bo Ram.
Barusan mereka ke sana dan Bo Ram bilang tidak butuh air.
“Kalian
tidak menyakitinya, kan?” tanya Yi Hyun, memastikan.
“Untuk
apa kami menyentuhnya. Orang terinfeksi sangat menakutkan,” sangkal Se Kyu.
Moon Hee
mulai mengalihkan topik lagi. Dia mendapatkan drum air itu dari Bo Ram dan di
drum itu tertulis nama Kim Se Hun, lantai 15, artinya, dia juga punya banyak
air bukan? Se Kyu sudah tahu jawabannya saat melihat ekspresi Yi Hyun dan Sae
Bom.
Sekarang,
semua orang sangat butuh stock air. Namun, hujan sepertinya tidak akan turun
dalam waktu dekat. Yah, salah sendiri sih, soalnya penghuni lain tidak mau
menampung air hujan saat Yi Hyun menginformasikan akan hujan. Sekarang bagi
semua penghuni, mereka dan lantai 15 adalah orang yag paling tepat untuk di
jarah.
Memang
benar, semua penghuni berkumpul di depan kamar Se Hun dan memintanya untuk
berbagai stok air. Sebelum keributan terjadi, Sae Bom dan Yi Hyun sudah muncul
dan menyuruh semuanya bubar sementara mereka mencoba bicara dengan Se Hun. Se
Hun sudah akrab dengan mereka, jadi hanya keduanya yang diizinkan untuk masuk.
Stock
makanan dan minuman Se Hun memang sangat banyak. Yi Hyun memintanya berbagi
dengan blak-blakan. Untung Sae Bom mengambil alih dan menyuruhnya untuk
memikirkan.
“Jika
keadaan terlalu sulit, kami akan keluar dan mengambilnya lagi,” janji Sae Bom.
“Kalian
tidak perlu keluar. Gedung 103. Di Ruang Listrik dibawah pusat warga lansia, ada
tombol peralihan darurat yang disebut EPS. Alat itu ada untuk mengendalikan lampu
dan lift saat keadaan darurat. Jika kamu menyalakannya, listrik dan air akan menyala
kembali. Tapi itu memakai generator diesel. Itu akan membuat suara besar,”
beritahu Se Hun.
“Suara
itu akan menarik orang yang terinfeksi.”
“Kami akan
membicarakannya,” putuskan Yi Hyun dan mengajak Sae Bom keluar.
“Besok. Di
pagi hari. Aku akan memilih apa yang menurutku bisa kuberikan,” ujar Se Hun,
bersedia berbagi.
Sae Bom
sangat senang mendengarnya dan berterimakasih. Saking senangnya, dia sampai mau
menyalami Se Hun. Eh, Yi Hyun yang cemburuan, malah menarik Sae Bom dan
menggantikannya untuk menyalami Se Hun.
Setelah
pembicaraan itu, Sae Bom dan Yi Hyun keluar dan menyampaikan agar semuanya
tenang karena Se Hun akan memikirkannya sampai besok. Jadi, jangan mengganggu.
Bukannya mendengarkan, semuanya masih saja menggerutu takut kalau Se Hun akan
berubah pikiran.
--
Sae Bom
sangat berterimakasih atas bantuan Se Hun dan hendak memberikan hadiah.
Kebetulan dia ingat kalau dia pernah mendapat baju dengan logo FBI saat
berlatih dengan Pasukan Reaksi Cepat FBI. Baju itu ukurannya cukup besar dan
rasanya akan cukup untuk Se Hun. Dia ingin memberikannya pada Se Hun.
--
Tae Seok
menjenguk istrinya. Kondisi istrinya kelihatan sangat buruk. Dan dalam keadaan
seperti itu, dia mengkhawtirkan kondisi anak mereka di kandungannya. Dia takut
kalau anaknya akan kenapa-napa. Tae Seok juga bilang kalau anak mereka mungkin
saja terinfeksi. Mendengar itu, Young In meminta agar mereka tidak menyerah
pada anak mereka. Tae Seok mengiyakan. Kelihatan sekali kalau keduanya berada
dalam dilema besar.
Untuk
menenangkan diri, Tae Seok pergi keluar. Dia tidak ingin Young In semakin
bersedih melihatnya menangis. Ji Soo yang selalu bersamanya menyampaikan kalau
mereka sudah tidak bisa menunda kelahiran anak Tae Seok lagi.
“Aku akan
menggugurkan bayi itu jika bisa. Young In tidak stabil dan jika bayi itu
dikeluarkan, kondisinya bisa memburuk.”
“Kamu
tetap harus memilih. Jika kamu hanya bisa menyelamatkan satu, siapa pilihanmu?”
“Aku
hanya punya satu pilihan,” jawab Tae Seok.
“Hasil
tes darah Yoon Sae-Bom sudah keluar. Dia punya antibodi.”
Kabar
yang sangat baik bagi Tae Seok. Setelah sekian lama, akhirnya mereka menemukan
antibodi.
--
D+4
Pagi-pagi,
Sae Bom sudah mau pergi ke tempat Se Hun untuk mengambil jatah makanan dan
minuman yang akan dibagikan Se Hun sekaligus memberikan hadiah kaos FBI. Dia
melarang Yi Hyun untuk ikut karena hanya akan membuat Se Hun merasa tidak
nyaman. Lagipula, dia akan segera kembali.
Setelah
Sae Bom pergi, Yi Hyun pergi ke kamar mandi sambil membawa walkie-talkie. Mana
tahu saja Tae Seok akan menghubungi. Wajah Yi Hyun kelihatan pucat. Ada sesuatu
yang disembunyikannya. Apa itu?
Dia sudah
terinfeksi. Ada bekas luka menghitam di bawah lehernya yang tertutup baju kaos.
Dia mendapatkan luka itu kemarin saat menahan Woo Chang yang mau mencelakai Sae
Bom. Dan di saat seperti ini, walkie talkie berbunyi. Tae Seok menghubungi
mereka.
H A P P I N E S S