Sinopsis Lakorn
/ Thai-Drama : F4 Thailand - Boys Over Flowers Episode 08 part 1
Gorya
kaget saat melihat Roselyn ada di rumahnya. Ini adalah kali kedua mereka
bertemu sejak pertemuan pertama mereka di rumah Thyme. Dengan sopan, dia
bertanya tujuan Roselyn datang ke rumahnya. Sebelum menjawab pertanyaan
tersebut, Roselyn memasang wajah seperti mencium bau tidak sedap dan berkomentar
sinis menanyakan gimana caranya mereka bisa hidup di rumah itu? Dia mengatai
rumah Gorya yang kecil, berbau apak dan berjamur.
“Ku
rasa, Anda harus langsung ke intinya,” potong Gorya, ketika Roselyn masih ingin
terus mengatai kondisi keluarganya. “Apa yang Anda inginkan?”
Roselyn
tersenyum meremehkan dan menuduh Gorya mendekati putranya, Thyme, untuk harta.
Makanya, dia ingin Gorya berhenti terlibat dengan putranya. Dan agar Gorya mau
melakukannya, berapa yang dia butuhkan? Gorya terdiam sesaat dan kelihatan
sekali tersinggung, apalagi Roselyn sudah menyiapkan cek kosong dan siap
menuliskan berapapun nominal yang disebutkannya. Tapi, Roselyn nggak peduli dan
mulai menyebutkan nominal uang yang ditawarkan, 1juta baht. Jika dia mau, uang
itu akan langsung masuk ke rekeningnya besok.
Gorya
dengan tegas menolak uang pemberian Roselyn. Dia juga menegaskan kalau dia
nggak pernah mengincar Thyme dan apapun yang terjadi, uang tidak bisa membeli
hubungan. Roselyn tetap saja nggak peduli dan mulai menawarkan nominal yang
lebih tinggi, 5 juta baht. Dia merendahkan Gorya di hadapan ayah, ibu dan adik
Gorya, seolah-olah mereka tidak ada di sana. Dia juga merendahkan dengan bilang
uang yang ditawarkan cukup bagi mereka untuk tinggal di tempat lebih baik dan
hidup lebih baik.
Braaak!!
Ibu Gorya yang sedari tadi mendengarkan Roselyn menghina putri dan keluarganya,
udah nggak tahan. Dia menggeberak meja dan berteriak memerintahkan Roselyn
untuk berhenti bicara! Dia juga mengatai Roselyn yang tiba-tiba datang ke
rumahnya dan malah menawarkan uang kepada putrinya seolah putrinya bisa
dibeli!! Emangnya dia kira orang lain rendahan dan dia malaikat di langit
sehingga dia nggak bisa memandang orang dengan setara, hah?!
“Di
antara kita berdua, adakah bagian yang setara?” tanya Roselyn, membalas dan
merendahkan.
Emosi
Ibu meluap. Dia mengambil botol kecap ikan yang ada di atas meja dan
melemparkannya ke Roselyn. Semua sampai terkejut, termasuk Pruek, asisten
Roselyn. Roselyn jelas marah, namun, berusaha tetap tenang dan tidak mau
menerima sondoran saputangan dari Pruek.
“Lihat?
Kamu menganggap dirimu sangat hebat. Tapi pada akhirnya, kamu dan aku sama-sama
buang kotoran bau.”
“Kecap
ikan? Pas sekali di rumah busuk ini,” hina Roselyn, masih belum mau berhenti.
“Lalu?
Itu lebih baik daripada hatimu yang busuk! Bau mengerikan kecap ikan, tidak ada
apa-apanya dibanding hatimu yang menjijikkan.”
Ucapannya
benar-benar mengena. Kla Khao sampai berseru kagum pada ucapan ibunya. Respect!
Ibu
tidak mau mendengar lebih banyak lagi ucapan dari mulut Roselyn! Dia mengusir
Roselyn dari rumahnya sambil menegaskan kalau rumah mereka tidak menerima orang
seperti Roselyn. Meskipun dia miskin, dia bangga memiliki putri yang baik dan
bermartabat. Putrinya tidak akan pernah mengambil uang busuknya! Pergi!!
“Sayang
sekali. Hari ini aku datang menawarkan uang karena kurasa keluargamu dalam
masalah,” ujarnya sembari menatap tas-tas yang ada di dekat pintu. “Baiklah.
Kita lihat seberapa jauh martabat bodohmu akan membawamu. Dan ketahuilah ini.
Kesetaraan hanyalah kata lain yang indah. Bagi orang sepertimu, sekeras apapun
kamu berusaha, kamu tidak akan pernah layak mendapatkan Thyme.”
Selesai
mengatakan kata-kata menyakitkan itu, Roselyn pergi begitu saja. Setelah
Roselyn pergi, ayah dan Kla Khao baru memuji kehebatan dan keberanian Ibu
barusan! Sangat keren! Padahal, Ibu juga gugup setengah mati. Namun, tetap
saja, mereka bangga dan senang bisa membalas semua ucapan Roselyn.
Usai
memuji keberanian Ibu, Gorya baru menanyakan apa maksud perkataan Roselyn tadi?
Apa keluarga mereka dalam masalah? Ada apa? Kenapa mereka berkemas? Ayah
menjelaskan kalau perusahaannya bangkrut dan dia PHK. Keluarga mereka tidak
punya penghasilan lagi.
--
F4
melakukan pesta kecil-kecilan di atas yacht pribadi mereka demi merayakan reuni
F4 setelah Ren pergi kemarin dan setelah masalah yang terjadi. MJ dan Kavin
yang paling bersemangat karena ketenangan dan kedamaian akhirnya kembali ke gang mereka. Baru juga bilang tenang,
Thyme malah membahas Gorya. Dia ingin mengejar Gorya dengan lebih serius kali
ini setelah mendapat restu Ren. Yah, ibaratnya, pedekate-nya naik level.
Makanya,
dia butuh saran dari mereka. Udah beberapa hari ini, dia kesulitan untuk
menemui Gorya. Semua pesannya di abaikan dan saat dia mau bertemu, Gorya menghilang
dengan berbagai alasan. MJ menyarankan supaya Thyme lebih fokus ke hal yang
lebih penting, mengingat mereka sudah akan lulus dan sebentar lagi adalah ulang
tahun Thyme. Thyme nggak nerima, soalnya, hubungannya dengan Gorya penting. Dia
mau dapat pengakuan resmi kalau mereka berpacaran. Dan satu-satunya yang
mendukungnya hanyalah Ren!
= Episode 08 =
The Present
Perfect
Dan
dimulailah petak umpet antara Gorya dan Thyme. Di sekolah, saat jam istirahat
dia mau mencari Gorya, Gorya malah nggak ada di kelas. Gorya lagi di lab
komputer untuk mencari informasi kerja sampingan sekaligus beristirahat. Sejak
ayahnya kehilangan pekerjaan, ekonomi mereka menjadi sangat sulit dan dia harus
ikut bekerja untuk membantu biaya sekolah.
Thyme
nggak nyerah dan pergi ke rumah Gorya, tapi, berulang kali bel di tekan, tidak
ada juga yang keluar. Bukannya Gorya mengabaikannya, hanya saja, bel pintu
rumahnya rusak, jadi mau ditekan ratusan kalipun, Gorya nggak tahu kalau ada
tamu yang datang.
Esoknya,
Thyme pergi mencari Gorya ke toko bunga. Sayangnya, Gorya belum datang bekerja.
Dia lagi bekerja sambilan di tempat lain sebagai pencuci piring. Alhasil, Thyme
hanya meninggalkan memo pada Paman Ga dan meminta di sampaikan ke Gorya. Paman
Ga meletakkan memo itu ke atas tumpukan kerjaan yang harus di kerjakan Gorya
saat tiba nanti. Sayangnya, Gorya tidak melihat memo itu sama sekali dan memo
itu terjatuh ke lantai.
Pencarian
seperti petak umpet itu berlangsung setiap hari dan membuat Ren frustasi. Sulit
sekali menemukan Gorya. Pilihan terakhirnya adalah meminta tolong Kavin untuk
mencari informasi Gorya dari Kaning.
Kavin
menghela nafas panjang menerima permintaan Thyme. Namun, tetap saja dia melakukannya.
Dia pergi ke toko bunga untuk menemui Kaning. Tepat saat dia baru tiba, dia
malah melihat Kaning yang sedang mencoba mengangkat kardus berat ke atas
lemari. Karena tidak kuat, Kaning malah hampir terjatuh. Untunglah Kavin ada di
sana dan sigap menangkapnya. Hubungan keduanya sudah lebih baik jika
dibandingkan saat pertama kali mereka bertemu.
Kavin
juga sampai menggoda Kaning dengan menyebutnya ‘pacar.’ Kaning kaget tapi
kemudian tersenyum menyuruh Kavin berhenti menggodanya. Mereka mulai berbincang
singkat. Setelah perbincangan singkat, Kaning mulai menanyakan tujuan Kavin
berkunjung.
“Aku
mengkhawatirkan Gorya. Dia tidak ada belakangan ini. Thyme mulai rewel.”
“Gorya
ada di sini. Dia menerima lebih banyak pekerjaan. Masalah keuangannya serius. Orang
tuanya sudah pulang ke kampung halaman.”
“Apa
yang terjadi?”
“Perusahaan
ayahnya tutup. Dia kehilangan pekerjaannya. Untungnya, Ibunya punya kebun buah
di provinsi. Jadi, Ibu dan Ayahnya memutuskan untuk kembali ke sana. Glakao
bilang dia mungkin akan ke sana juga selama liburan sekolah dan akan
meninggalkan Gorya di sini sendirian. Tapi, kamu tidak perlu khawatir. Gorya
punya banyak masalah karena Ibu temanmu,” beritahu Kaning. “Kamu tahu, bukan?
Dia pergi menemui Gorya di rumahnya dan menawarinya uang sebagai ganti untuk
tidak mengganggu Thyme.”
Melihat
reaksi Kavin, Kaning baru sadar kalau dia nggak tahu masalah ini sama sekali.
Karena sekarang sudah tahu, Kavin jadi mencurigai sesuatu dan menanyakan nama
perusahaan tempat ayah Gorya bekerja.
--
Informasi
tersebut sampai ke telinga Thyme dan membuatnya langsung menemui Roselyn. Dia
sangat marah karena Ibunya tega membuat keluarga Gorya menderita. Dia sudah
menyelidiki semuanya dan tahu kalau alasan perusahaan tempat ayah Gorya
bangkrut adalah karena dua investor besar mendadak mundur. Semua pesanan dari
luar negeri juga menghilang. Dan penyebab semua itu adalah Grup Parama. Ibunya
adalah dalang dari semuanya. Dia sengaja membuat keuangan keluarga Gorya hancur
dan menawarkan uang.
“Kamu sudah menjadi pintar,” puji Roselyn, tidak merasa bersalah sedikitpun. “Cerdaslah di tempat yang tepat. Kamu akan menjadi pria dewasa dalam beberapa hari. Tapi kamu terobsesi dengan cinta monyet bodohmu. Gadis itu hanya akan menjadi beban bagi Grup Parama. Mulai pikirkan masa depanmu.”
Sikap
Roselyn yang seperti ini, membuat Thyme semakin membencinya. Meskipun Roselyn
sudah membuat Gorya kesulitan, dia akan membantu Gorya. Roselyn langsung
menyindir dengan sinis, apa dia akan membantu dengan menyumbangkan uangnya
padanya?
“Meskipun
tidak bisa membantu, aku akan berusaha,” jawab Thyme dan langsung pergi.
Semua
pembicaraan mereka itu di dengar sama Thea.
--
Dalam
perjalanan pulang, Gorya mendapat video call dari orang tuanya. Bukannya
menjawab telepon saat sudah tiba di rumah, Gorya malah mengangkatnya sambil
jalan (nggak takut kena jambret apa?). Ayah dan Ibunya sudah beradaptasi dengan
kehidupan petani dan tampak bahagia. Meskipun begitu, dia tetap mengkhawatirkan
Gorya dan Klakhao yang sekarang hanya tinggal berdua. Belum lama ini, dia
melihat berita pencurian yang terjadi di lingkungan tempat tinggal mereka.
Gorya kaget, darimana Ibunya tahu kalau yang disebut di berita adalah
lingkungan tempat tinggal mereka?
Yah
gimana nggak bisa tahu, soalnya di berita, saat reporter sedang melaporkan
berita, Klakhao berdiri di belakang dan sibuk berpose tanda ‘peace’ ke kamera.
Wkwkwkw.
Padahal
masih banyak yang ingin Gorya bicarakan dengan orang tuanya, tapi telepon sudah
keburu mati karena jaringan yang mendadak hilang.
Pas
telepon udah mati, Gorya baru cemas. Dia sedari tadi merasakan kalau ada orang
di belakangnya. Takut kalau orang itu adalah pencuri yang diberitakan, Gorya
langsung berlari sekencang mungkin ke rumahnya. Dia berhasil lolos dari orang
tersebut saat orang itu lengah. Namun, di depan pagar rumahnya, seseorang
tiba-tiba saja memegang pundaknya. Refleks, Gorya mengayunkan kakinya untuk
menendang orang tersebut, yang ternyata adalah Thyme.
Thyme
yang udah sering di pukuli Gorya, dengan sigap berhasil menangkis tendangan
Gorya. Dia tersenyum senang, tapi tinju Gorya malah mengarah ke pipinya.
Hahahaha. Gorya tadi beneran ketakutan, jadi dia nggak melihat siapa yang ada
di depannya dan langsung hajar saja. Pas udah menghajar, dia baru buka mata dan
sadar kalau yang dipukulinya adalah Thyme. Seperti biasa, keduanya mulai adu
mulut. Thyme ngomel karena di pukuli, Gorya ngomel karena Thyme menyelinap
dibelakangnya tadi.
Setelah
bertengkar, Thyme baru bilang kalau dia sekarang tinggal di dekat sana. Gorya
bingung, soalnya setaunya di sana nggak ada condo ataupun apartemen. Yang ada
hanya sebuah rumah kosong tempat di depan rumahnya. Eit! Benar, rumah kosong
tersebut sekarang sudah menjadi milik Thyme.
“Senang
bertemu denganmu, tetangga,” sapa Thyme. Bahagia.
--
Thea
nggak tahan melihat Thyme yang harus di kekang oleh Roselyn sama seperti yang
dilakukan Roselyn padanya. Karena itu, dia memberanikan diri meminta Roselyn
untuk memberikan kebebasan pada Thyme dalam kehidupan cintanya. Roselyn tidak
menanggapi permintaannya dan malah memberitahukan pekerjaan yang harus Thea
laksanakan.
“Ibu,
aku serius. Ibu pernah memaksaku menikah tanpa cinta. Dan aku membiarkan Ibu.
Karena kata ‘keluarga’. Tidak bisakah ku minta kebahagiaan adikku sebagai
balasannya?”
“Kebahagiaan?
Maksudm kamu tidak senang dengan semua yang kamu miliki? Cinta indah dalam
mimpimu adalah kebahagiaan sesaat. Tidak kubiarkan keluarga kita terlibat omong
kosong ini,” marah Roselyn. “Jika tidak ada hal lain, silahkan keluar. Dan
ingatlah hal ini, semua yang ku rencanakan harus sempurna.”
“Kurasa
Ibu keterlaluan kali ini,” ujar Thea sebelum keluar.
Entah
apa yang sebenarnya dipikirkan oleh Roselyn, yang jelas, dia merasa demi
kesempurnaan tidak ada yang namanya keterlaluan.
Satu-satunya
yang merasa keterlaluan adalah Gorya! Dia nggak habis pikir dengan Thyme yang
menghabiskan uang jutaan baht hanya untuk membeli rumah di dekat rumahnya. Apa
dia gila?! Thyme malah membela diri kalau dia kan hanya membeli villa. Makin
kesallah Gorya karena jelas-jelas rumah ini sangat berbeda dengan tempat
tinggal Thyme dan Thyme pasti nggak akan bisa tinggal di tempat begini! Setelah
dipukuli, Thyme baru mengaku kalau dia melakukan ini karna sulit sekali menemui
Gorya. Belum lagi, dia dengar kalau sekarang Gorya hanya tinggal berdua dengan
adiknya di lingkungan yang baru saja kemasukan pencuri. Dia khawatir!
“Aku
tahu kamu suka memperbaiki semuanya sendiri. Tapi jika sesuatu terjadi kepadamu
dan aku tidak ada di sana, rasa bersalah itu akan menghantuiku seumur hidup,”
tegas Thyme. “Kumohon, Gorya, biarkan aku merawatmu. Meskipun itu dari
kejauhan. Aku janji tidak akan melanggar privasimu.”
Ucapannya
sudah menyentuh Gorya, hingga Gorya tersadar kalau belum tentu Thyme bisa
merawat diri sendiri, udah sok mau merawat orang lain. Thyme nggak terima
diremehkan dan menyombongkan diri kalau dia bisa melakukan sesuatu jika sudah
bertekad.
Dan
buktinya?
Di
tengah malam buta, dia berteriak memanggil nama Gorya dengan kencang. Bayangkan
aja, mereka kan tinggalnya beda ruamh dan berseberangan, tapi suara teriakan
Thyme nembus sampai ke kamar Gorya. Panik kalau terjadi sesuatu sama Thyme,
Gorya langsung lari keluar sambil membawa sekop sebagai senjata. Eit ternyata,
Thyme teriak karena pipa mesin cuci yang nggak disambungkan dan airnya mengalir
keluar. Dia nggak ngerti cara makai mesin cuci. Dengan penuh kesabaran, Gorya
mengajarinya.
Selesai
mengajari, dia pulang dan lanjut tidur. Baru juga tidur beberapa jam, Thyme
udah teriak lagi memanggil namanya. Kali ini, Gorya datang ke rumah Thyme
sambil bawa alat pel. Nggak tahunya Thyme teriak karena kecoak. Lucunya, karna
terlalu kaya mungkin, dia sampai nggak tahu kalau itu kecoak.
Malam
Gorya benar-benar melelahkan. Thyme terus menerus teriak memanggil namanya.
Kali ini, dia menyeterika baju hingga bajunya bolong. Bukan hanya Gorya yang
tersiksa dengan teriakan Thyme tapi juga Klakhao. Alhasil, dia nggak bisa tidur
sepanjang malam.
Dia
beneran lelah harus meladeni Thyme. Situasi keluarganya sudah cukup merepotkan
dan kini dia malah harus membesarkan bayi raksasa. Sangat melelahkan!!
Untungnya ada Kaning yang mau mendengarkan curahan hatinya dan memberikannya
semangat.
Seolah
gangguan Thyme masih belum cukup, di sekolah, Gorya harus mendengarkan siswa/i
yang bersorak karena sebentar lagi adalah ulang tahun Thyme dan mereka sangat
ingin diundang. Gilaa!! Ulang tahun aja di umumkan ke satu sekolah.
Eh,
tapi kayaknya memang ada yang aneh. Thea sampai menelepon Thyme untuk
menyampaikan kecurigaannya mengenai pemberitahuan ulang tahun Thyme di sekolah
yang terlalu di besar-besarkan. Rasanya seperti Ibu mereka mencoba ‘meledakkan’
sesuatu. Hm, tapi Thyme berpendapat berbeda. Dia merasa kalau itu bukan apa-apa
dan abaikan saja. Thea tetap saja khawatir. Lebih baik mereka bersiap, terutama
Gorya. Dia merasa Gorya harus hadir di ulang tahun Thyme. Makanya, dia sudah
menyiapkan segalanya. Dia sudah mengirimi Gorya gaun cantik yang akan membuat
Gorya bersinar di tengah keramaian.
“Jangan
khawatir. Kalian berdua mendapat dukungan penuh dariku. Aku tahu kamu pindah
menjadi tetangga Gorya. Kamu hebat. Teruskan! Semangat!!” ujar Thea dan
mengakhiri telepon.
Selesai
teleponan dengan Thea, Thyme curhat sama teman-temannya yang berkunjung ke
rumahnya. Dia nggak mengerti kenapa keluarganya begitu heboh mengenai ulang
tahunnya padahal menurutnya tidak ada yang spesial. Kavin tidak heran soalnya
ulang tahun Thyme akan menjadi acara penting bagi Paramaanatra. Semua orang
tingkat tinggi akan hadir. Dan juga, Thyme udah mau lulus. Jadi, Roselyn pasti
ingin dia mulai terlibat dalam bisnis.
Berbeda
dengan Kvain, Ren merasakan firasat aneh. MJ capek mendengar obrolan mereka dan
menanyakan tujuan Thyme mengundang mereka kemari. Tujuannya adalah mengadakan
pesta tahun baru. Pestanya amat sangat sederhana. Makanan yang dihidangkan
adalah mie instan kuah yang dimasak Thyme sendiri dengan susah payah.
Hiburannya adalah menonton lakorn melalui TV tabung yang layarnya sudah buram.
Meski
sederhana, tetap saja mereka antusias. Apalagi waktu menonton lakorn dan ada
adegan tampar-tamparan, semuanya pada heboh.
Sementara
di rumah Gorya, Gorya sudah mendapatkan kiriman undangan pesta ulang tahun
Thyme dan sebuah gaun putih yang cantik. Sayangnya, dia nggak bahagia. Dia juga
nggak ada niat untuk menghadiri pesta itu. Sudah pasti karena dia tidak mau
berhadapan lagi dengan Roselyn. Klakhao sampai menasehatinya untuk tidak
pesimis. Dia yakin kakaknya mampu mengatasi masalah selangkah demi selangkah.
Semuanya pasti akan beres.
Lagi
asyik mengobrol, Thyme tiba-tiba saja muncul di rumahnya dan mendorong pintu
tanpa mengetuk yang mengakibatkan Gorya yang berdiri di belakang pintu jadi
terdorong. Gaun yang ada di tangannya jadi terlempar ke arah Kla Khao yang lagi
makan. Thyme datang hanya untuk meminta bantuan Gorya memperbaiki TV-nya yang
mendadak nggak mau nyala. Tapi, hal itu membuat gaun pemberian Thea jadi kotor
terkena makanan Kla Khao.
Terpaksa,
Gorya pergi ke laundry dekat rumahnya. Lagi-lagi, dia malah ditipu untuk
membayar 600 baht padahal jelas-jelas di buku tarif biayanya hanya 300 baht.
Pekerja yang melayaninya beralasan kalau noda di baju Gorya sangat besar dan
sulit dihilangkan sehingga butuh pembersih khusus. Pekerja itu sengaja
menaikkan harga tinggi karna melihat gaun Gorya yang mahal.
Gorya
udah pasrah mau membayar 600 baht, tapi seorang pemuda yang mau me-laundry baju
menghentikannya membayar. Pemuda itu bilang kalau dia baru saja mengambil
cucian dari sana dengan noda yang sama seperit yang ada di gaun Gorya dan
pemilik tempat hanya mematok harga 300 baht. Si pekerja masih saja bersikeras
tidak mau menurunkan harga. Si pemuda juga nggak mau nyerah dan mau menelepon
pemilik tempat laundry tersebut. Ketakutan, si pekerja akhirnya tidak jadi menaikkan
harga.