Sinopsis K-Drama
: Bulgasal : Immortal Souls Episode 03 part 2
SEMUA KARAKTER, TEMPAT, GRUP, PERISTIWA DAN ORGANISASI
ADALAH FIKTIF
Hwal
ternyata mengambil mobil tn. Choi. Keadaan Hwal tidak begitu baik. Meskipun dia
nggak bisa mati, tapi kemampuan penyembuhan lukanya agak lama. Padahal sudah
beberapa jam sejak dia ditikam sama tn. Choi, namun, lukanya masih belum mau
menutup juga. Dia akhirnya membeli perban di warung dan mengobati lukanya
seorang diri.
Bukan
tanpa alasan Hwal hidup seperti ini. Menjalani hidup tanpa gairah hidup. Semua
alasannya untuk bertahan, sudah menghilang. Istri, anak dan ayah angkat yang di
sayanginya, semua mati karena dirinya. Kenangan-kenangan membahagiakan bersama
mereka, hilang dan berganti dengan kenangan menyakitkan ketika mereka meninggal
karena dirinya. itu yang dipikirkan Hwal selama ini. Alasannya bertahan sedari
dulu, tetap satu : Balas dendam kepada Bulgasal wanita.
Ketika
dia terlelap dengan kenangannya, terdengar suara dari arah bagasi mobil yang
membuyarkan kenangannya. Do Hyun masih hidup. Hwal jelas kaget melihat ada
seorang anak muda dengan wajah penuh luka di dalam bagasi. Bukannya
membangunkan dengan lembut, dia malah menggoyangkan tubuh Do Hyun agak kasar.
Do Hyun sedari tadi di kurung dan masih belum dalam keadaan sadar sepenuhnya.
Terakhir kali, tn. Choi yang menyentrum dan memukulinya hingga pingsan kemudian
mengurungnya di dalam bagasi, jadi wajar saja jika dia bersikap awas dan
mengira yang dihadapannya masihlah tn. Choi.
Dia
baru sadar ketika Hwal meringis kesal karena Do Hyun menusukkan pisaunya ke
luka tn. Choi yang baru saja sembuh. Do Hyun langsung panik, karena dia nggak
menyangka sudah salah tusuk. Makanya, dia mau menelepon ambulans. Eh, ponselnya
malah nggak ada dan dia malah mau pinjam ponsel Hwal. Hwal beneran kesal dengan
anak muda di depannya yang begitu tidak sopan dengan meraba-raba badannya untuk
mencari ponselnya. Kekesalannya tidak sempat diluapkan karena dia menerima telepon
dari det. Gu. Dia menelepon untuk melaporkan perkembangan penyelidikan. Dia
sudah menyuruh orang pergi ke penatu, hotel dan tempat cuci untuk memeriksa,
tapi akan perlu waktu hingga 3 – 4 hari.
“Itu
terlalu lama. Harus lebih cepat sebelum dia sadar dan kabur,” ujar Hwal.
Do
Hyun yang masih di sana, malah mengganggu karena mengkhawatirkan luka Hwal. Ini
bukan saat yang tepat untuk teleponan. Dia harus menelepon ambulans. Det. Gu
yang mendengar pembicaraan, langsung bertanya, apa dia terlibat dalam masalah?
Hwal dengan kesal menjawab kalau dia memungut orang aneh. Dengan tangannya, dia
memberikan tanda pada Do Hyun agar pergi.
“Beritahu
tempat yang perlu di cari. Aku akan ke sana. Kirimi alamatnya,” perintah Hwal.
Setelah
memberikan perintah, Hwal bergegas mau pergi. Eh, Do Hyun malah menahan pintu
mobil dan melarangnya pergi dengan kondisi luka seperti itu. Jika tidak
diobati, dia bisa mati. Hwal menatapnya dengan tajam dan memperingatinya agar
pergi dan jangan pernah datang ke sini lagi, jika tidak mau mati. Seharusnya,
jika sudah diberikan peringatan seperti itu, orang akan takut, tapi Do Hyun
nggak. Hwal nggak mau peduli lagi dan pergi begitu saja.
Det.
Gu sudah memeriksa dan menyarankan agar Hwal pergi ke pabrik detergen yang ada
di dekat desa. Di sana ada banyak penatu. Mana tau, orang yang di cari Hwal ada
di sana.
--
Sudah
sehari Si Ho nggak pulang. Ponselnya juga masih belum aktif. Sang Un
benar-benar khawatir hingga tidak bisa fokus bekerja. Meski lagi banyak
pikiran, Sang Un tetap saja peduli dengan sekitarnya. Dia menyadari kalau
koleganya memakai koyo di pergelangan tangan, yang artinya, dia lagi cedera.
Kebetulannya lagi, koleganya itu mendapat jadwal lembur. Karena kasihan, Sang
Un menawarkan diri biar dia yang menggantikan. Awalnya, kolega tersebut menolak
soalnya pemilik penatu sudah memperingati jika dia sakit, dia harus berhenti.
Tapi, karena Sang Un bilang dia akan merahasiakannya dari pemilik penatu,
koleganya jadi berterimakasih.
Tidak
lama, Sang Un mendapat telepon dari Si Ho yang menanyakan dia ada dimana. Sang
Un memberitahu kalau dia ada di penatu dan akan lembur. Sepertinya, ada hal
penting yang ingin di sampaikan sama Si Ho, tapi karena Sang Un kelihatannya
tidak fokus mendengar ucapannya, dia tidak jadi mengatakannya lewat telepon. Sang
Un tidak fokus karena perasaannya terasa aneh.
Kok
bisa? Hwal yang mencarinya selama ini, berada di dekat sana.
Sang
Un bekerja lembur sendirian. Dia harus mencuci banyak sekali karpet. Dan sebelum
di cuci, karpet-karpet tersebut harus dipukuli dulu agar debunya keluar.
Makanya, Sang Un mengenakan seragam perangnya. Masker, kacamata dan seragam
jumpsuit. Sepertinya, dewi fortuna sedang berada di pihaknya. Why? Karena,
tempat penatu yang dikunjungi oleh Hwal selanjutnya adalah tempat dia bekerja
sekarang. Dia berbohong kepada pemilik tempat kalau dia adalah orang dari agen
pencarian. Dia menunjukkan foto lama Sang Un (dikehidupan sebelumnya) dan
pemilik mengenalinya sebagai Hyeon Ju (nama samaran Sang Un di sana).
Pemilik
ternyata sedikit curiga sama Sang Un, makanya, dia nanya ke Hwal, apakah Hyeon
Ju membuat masalah? Soalnya, dia sangat aneh. Dia nggak mau ttd kontrak kerja
dan hanya minta dipekerjakan. Jika Hwal mencarinya sekarang, Hyeon Ju udah
pulang. Yang ada di sana sekarang hanya seorang pegawai yang lembur. Pegawai
yang dimaksud adalah Ji Sook dan pemilik nggak tahu kalau Sang Un menggantikan
Ji Sook.
Ya
udah, karena Sang Un nggak ada, Hwal meminta tolong diberitahu alamat rumah
Sang Un. Tentu saja, dia nggak memintanya secara gratis. Harus ada uang baru si
pemilik mau memberi informasi alamat Sang Un.
Hwal
mengirimkan alamat itu pada det. Gu dan menyuruhnya menyelidiki, apakah itu
benar adalah tempat tinggal Sang Un. Dia menyuruhnya memastikan karena bisa
saja itu alamat palsu. Selesai teleponan dengan det. Gu, Hwal mau pergi, tapi dia malah melihat
pekerja yang lembur (yang adalah Sang Un) menjatuhkan setumpuk karpet karna
alat pembawa karpet rusak. Karena kasihan, Hwal membantunya, tanpa sadar kalau
itu adalah orang yang dicarinya selama ini.
Sebagai
ucapan terimakasih atas bantuan Hwal, Sang Un memberikan sebotol minuman
energi. Dia juga melihat bekas darah di dada Hwa dan hendak membantu mengobati
tapi Hwal menolak dan langsung pergi. Setelah Hwal pergi, Sang Un baru melepas
kacamata dan maskernya. Hwal nggak melihatnya karena dia udah berbaik pergi
sambil mengangkat telepon dari det. Gu. Det. Gu udah memeriksa alamat yang
diberikan oleh Hwal dan ternyata itu hanyalah lahan kosong, bukan rumah. Dia
melihatnya melalui maps dengan memanfaatkan teknologi satelit yang sudah maju.
Hwal mana percaya dan hendak pergi memastikan seorang diri.
Pas
udah di perjalanan, Hwal baru teringat sesuatu. Dia ingat dengan ikat rambut
Sang Un yang ditemukannya di apartemen kosong sama dengan ikat rambut yang ada
di pergelangan pekerja lembur yang memberikannya minuman energi. Curiga, Hwal
langsung memutar kembali mobilnya menuju tempat penatu.
Sang
Un baru saja menyelesaikan semua pekerjaannya dan bersiap-siap pulang. Namun,
entah kenapa, tiba-tiba saja tangannya gemetar hebat dan dia merinding. Dari
kamera CCTV yang ada di ruang pengawas, dia bisa melihat kalau di depan pintu
masuk penatu ada seorang pria. Itu adalah supir bus yang mengejarnya dulu dan
tadi pagi. Sontak, Sang Un kabur.
Kali
ini, Sang Un nggak bisa menghindar lagi. Di saat-saat dia hampir mati, dia
seolah melihat sesuatu, seperti gua yang sangat dalam. Dan entah bagaimana,
ketika dia sadar, supir tersebut sudah
berada di hadapannya dengan ketakutan dan tangannya memegang pisau. Seolah dia
dan si supir bertukar tempat.
“HEI!
BAGAIMANA BISA BEGINI? SIAPA KAU SEBENARNYA?” teriak supir tersebut dan mencoba
menyerang Sang Un kembali. “Bau jiwamu sangat memuakkan. Bau jiwamu memuakkan
aku!!” teriaknya dan mengayunkan pisaunya.
Tepat
saat pisau terayun, seseorang mendadak muncul dan menahan pisau tersebut dengan
telapak tangan kosong. Dia adalah Hwal. Dengan kekuatannya, dia dengan mudah
mengalahkan supir tersebut hingga dia kabur ketakutan. Hwal masih ingin
mengejarnya, tapi Sang Un melarang.
“Dia
berbahaya,” ujar Sang Un, mencegah Hwal, tanpa sadar kalau Hwal juga
mengincarnya. “Kau tidak apa-apa? Wajahmu berdarah. Apa pria tadi yang
membuatmu terluka?”
“Akhirnya… akhirnya aku menemukanmu,” suara hati Hwal.
“Bukankah
kau harus ke rumah sakit?”
“Sudah sangat lama aku mencarimu. Aku terus
memohon agar bisa bertemu denganmu. Aku tak pernah lupa sekalipun tentang
dendam keluargaku dan rasa kebencian ini.”
Sang
Un masih belum menyadari situasi dan hendak menyentuh luka yang ada di wajah
Hwal. Yang entah kenapa, membuat Hwal teringat dengan sosok Bulgasal wantia
yang berjalan di rerumputan dan tersenyum padanya. Itu ingatan yang nggak ada
di masa lalu Hwal, makanya, dia heran.
“Apa
yang baru kau perlihatkan kepadaku? Apa sebenarnya… dirimu?” tanya Hwal,
memegang tangan Sang Un.
Saat
itu, terdengar suara seseorang memanggil nama Sang Un. Dia adalah Min Si Ho,
adik Sang Un.
Dan
dia adalah… reinkarnasi Dan Sol, istri Hwal yang dibunuh oleh Bulgasal wanita.
Takdir mempertemukan mereka semua kembali.