Sinopsis Lakorn / Thai-Drama : F4 Thailand - Boys Over Flowers Episode 13 part 1

 

Sinopsis Lakorn / Thai-Drama : F4 Thailand - Boys Over Flowers Episode 13 part 1



Setelah resmi pacaran dengan Gorya, Thyme mulai menginginkan lebih. Saking inginnya, dia sampai bermimpi kalau Gorya yang mendekatinya dan menciumnya. Lagi asyik bermimpi, Gorya muncul dan memukulinya dengan bantal karena dia bisa menebak kalau Thyme pasti habis mimpi kotor, soalnya mulutnya monyong-monyong.


Kalau kayak gini, apa bedanya dengan saat mereka nggak pacaran? MJ dan Ren merasa itu bukan persoalan besar karena Thyme kan udah sering dipukuli. Lagian, kalau mau belajar merayu, belajarlah dari gurunya, Kavin. Hm, tapi karena Kavin kelihatannya lagi nggak mood, maka MJ yang akan mengajarinya. Inti dari pengajarannya, jika dia menginginkan sesuatu dari Groya, maka dia harus memberikan sesuatu istimewa terlebih dahulu ke Gorya baru Gorya akan membalas. Ren menyarankan supaya memberikan pesta kejutan. Woaah, ide yang sangat bagus!! Thyme langsung merealisasikannya.



Nggak pakai lama, besoknya, dia langsung menyuruh semua pembantu di rumahnya untuk merias kolam renangnya menjadi tempat pesta. Semua pembantu, tidak terkecuali… Gorya. Bhuahahaha. MJ, Ren dan Kavin sampai nggak habis pikir, gimana bisa Thyme mau memberikan kejutan untuk Gorya, tapi malah menyuruh Gorya yang menyiapkan? MJ menyuruh Kavin untuk membantu Thyme, sayangnya, Kavin malah pamit untuk pulang duluan.


Ren yang sudah memperhatikan dari kemarin, merasa kalau ada yang aneh dengan Kavin. MJ yang paling update diantara mereka, memberitahu kalau sepertinya Kavin bertemu Mona tempo hari. Dan karena pertemuan itu, Kavin memang jadi teringat dengan Mona, cinta pertamanya.



“Kavin belum melupakan Mona?” tanya Ren pada MJ.


= Episode 13 =

The Rooftop of Tomorrow (Atap Hari Esok)


Sekarang Gorya benar-benar udah nggak bekerja di toko bunga lagi. Dia ke sana hanya untuk mampir melepaskan penat saja. Karena masalahnya dengan Thyme udah selesai, dia baru sempat memperhatikan Kaning. Sepertinya ada masalah dengan Kaning karena sedari Gorya datang, Kaning nggak sadar sama sekali dan kelihatan sedih. Gorya menduga kalau dia ada masalah dengan ayahnya. Tapi, dugaannya salah. Ini berhubungan dengan Kavin. Dia pun menceritakan apa yang terjadi kemarin malam.



Kemarin malam, Kavin mengantarkannya pulang dan hampir menciumnya. Benar, hampir. Kavin tidak benar-benar mencium Kaning. Dia hanya mendekatkan wajahnya untuk mengetest dan hasilnya, Kaning memenjamkan mata sangat rapat sambil menahan nafas. Dia nggak terbiasa dengan hal seperti itu. Kavin melakukan itu untuk memberitahu Kaning kalau dia adalah pria seperti ini. Setiap kali seorang wanita menyatakan perasaan padanya, dia akan selalu melakukan cara yang sama dan bilang menyukainya padahal dia tidak punya perasaan apapun pada mereka. Dia melakukan hubungan tanpa komitmen dan berakhir dengan cinta satu malam. Dan Kaning tidak cocok dengan hubungan seperti itu. Jadi, lupakan dia.


“Aku tidak mengerti. Kenapa P’ menakutiku? P’ bisa saja mengusirku atau membodohiku untuk menuntaskannya. Tapi kamu memilih melakukan hal ini. Seakan-akan P’ mencoba menjadi playboy untuk lari dari sesuatu,” ujar Kaning. “P’ takut berada dalam hubungan berkomitmen. Aku tahu mungkin aku tidak cukup baik untukmu. Tapi, kenapa P’ menjadi pria yang tidak membuka hati kepada siapapun? Aku ingin mengerti…”


“Kamu salah. Kamu bilang aku tidak pernah membuka hati kepada siapapun. Aku pernah membukanya kepada seorang gadis. Jika kamu ingin tahu, akan kuceritakan.”



Dan hanya sampai sana Kaning menceritakannya kepada Gorya. Dia nggak mau menceritakan sisanya dan hanya bilang kalau itu bukan apa-apa.



Eh, Gorya lagi bingung masalah Kaning, Thyme malah bingung masalah lain hingga nggak bisa tidur. Apa itu? Dia bingung mengenai balon yang harus di pakainya untuk memberikan kejutan pada Gorya. Gorya suka balon warna hijau, tapi menurutnya, warna putih terlihat lebih cantik. Hmm. Pusingnya itu malah dia bagi-bagi ke MJ dan Ren. Hahahaha. MJ sampai capek dan bilang kalau pesta Thyme tidak akan berhasil. Gimana bisa berhasil kalau Thyme menyuruh Gorya yang menyiapkan. Kalau gitu, itu bukan lagi pesta kejutan!


Thyme tetap saja pede kalau rencananya itu luar biasa dan pasti berhasil. Gorya nggak akan tahu kalau pesta yang disiapkannya adalah untuknya, soalnya dia bilangnya kalau dia menyiapkan pesta untuk F4. Wkwkw, udah pede  memuji diri sendiri dan bangga di bilang pintar sama Ren, eh, yang dibicarakan Gorya lagi duduk santai di kursi ruang tamu! Hancur sudah rencananya!

Ohh, tidak. Soalnya Gorya tidak menyadari Thyme ada di sana dan nggak mendengar apapun pembicaraan Thyme dengan MJ dan Ren di telepon. Dia hanyut dengan lamunannya. Thyme sampai harus memanggilnya berulang kali baru dia sadar. Layaknya pacar yang perhatian, dia pun menanyakan apa yang terjadi? Ada masalah apa? Gorya pun menceritakan kekhawatirannya pada Kaning yang bersikap aneh. Tapi, menurutnya yang lebih aneh itu Kavin yang mendadak bilang kalau dia nggak pernah bisa membuka hatinya untuk siapapun.

“Kavin belum melupakan Mona?” gumam Thyme.

Duarr! Naluri kepo Gorya langsung keluar. Dia mulai menginterogasi Thyme, siapa Mona? Mantan Kavin? Apa dia yang mengubah Kavin menjadi playboy? Sebelum Gorya berpikiran yang nggak-nggak dan beransumsi sendiri, Thyme langsung meluruskan kalau Mona bukan pacar Kavin dan juga bukan orang yang mengubah Kavin menjadi playboy. Selama ini, Kavin itu memang playboy.

Nah, mari kita cari tahu siapa Mona.




Mona adalah sahabat Kavin dan orang yang selalu membantu Kavin untuk putus dengan pacar-pacarnya. Caranya, dengan berpura-pura menjadi pacar baru Kavin. Saking seringnya berpura-pura menjadi pacar baru Kavin, pacar yang sekarang mau di putuskan Kavin sampai mengenali wajah Mona. Dia ingat waktu Kavin memutuskan pacarnya sebelumnya, Kavin juga memperkenalkan Mona sebagai pacar barunya. Dan sekarang, dia mau memakai rencana payah seperti ini lagi untuk memutuskannya?




Kavin dan Mona langsung tegang karena ketahuan. Tapi, dengan cepat, Kavin kembali bersikap santai dan menegaskan kalau dia dan Mona beneran pacaran. Pacarnya tetap nggak percaya dan meminta bukti. Ya udah, Kavin mau membuktikan dengan cara mencium Mona meskipun Mona menolak. Caranya berhasil. But, dia nggak benar-benar mencium Mona kok, dia hanya mendekatkan wajah dan membatasi bibir Mona dengan bibirnya menggunakan jempol, kemudian menutupinya dengan telapak tangan seorang memegang wajah Mona. Kalau dilihat sekilas, keduanya memang tampak berciuman.



Untuk kali ini, Mona protes agar Kavin nggak terus menerus menggunakan cara yang sama. Dia kan udah bilang kalau orang lain akan ingat jika Kavin terus menggunakannya sebagai pacar baru. Lain kali, cari orang lain saja. Masalahnya, Kavin nggak mau dengan alasan hanya Mona satu-satunya teman perempuannya yang dekat. Keduanya kelihatan sangat dekat dan akrab. Wajar, karena mereka sudah berteman sejak kecil. Selain F4, Kavin hanya menghabiskan waktu bersama Mona.



Keduanya sangat serasi saat bersama dan bisa menjadi pasangan. Kavin sangat menyukai Mona. Tapi, Kavin tidak mau melanggar aturan. Teman adalah teman. Dia tahu jika dia melewati batas, semuanya akan hancur. Hingga di satu titik, Mona mulai dekat dengan seorang pria bernama Knight dan mulai jarang bersama Kavin. Hal ini membuat Kavin mulai merasa kehilangan.


Suatu hari, Mona ingin memperkenalkan Kavin dengan seorang kenalan Knight. Mona juga bilang kalau Knight mengajaknya berwisata bersama saat dia bilang kalau dia tidak mau lagi memotret di kota. Dia bilang mau memotret pantai dan Knight langsung memesan akomodasi untuk perjalanan mereka. Menurut Kavin, apa dia harus pergi?

“Kenapa kau diam?” tanya Mona.


“Aku hanya berpikir kamu tidak perlu menanyakan itu.”

“Tentu saja aku harus bertanya. Kamu temanku.”

“Ehm. Pergilah jika kamu mau. Namun, ingatlah untuk menggunakan perlindungan,” jawab Kavin, berusaha terlihat cuek.


Jawaban yang membuat Mona sakit hati. Gimana bisa Kavin bilang seperti itu padanya? (Kalian ngerti kan maksud Kavin. Nggak perlu di jelaskan secara gamblang). Kavin bukannya meminta maaf, malah bilang kalau pria mengajaknya pergi bersama, pasti ada yang diinginkan. Dia yakin Mona sudah tahu, jadi jangan pura-pura polos! Mona nggak terima karena dia benar-benar nggak mengerti, makanya dia bertanya. Pembicaraan itu berakhir dengan kemarahan Kavin.


Kavin melarikan diri ke bar untuk bersenang-senang dengan gadis lain. Kali ini, Mona mengikutinya. Dia ingin bicara pada Kavin, tapi Kavin malah menyuruhnya tidak ikut campur dalam urusannya. Mona nggak mengerti dan mau penjelasan Kavin, kenapa mengamuk dan pergi begitu saja? Dia bisa merasakan ada sesuatu yang ingin Kavin katakan padanya, tapi dia tidak pernah mengatakannya.

“Aku tidak mau mengatakannya.”

“Bagaimana aku bisa mengerti jika kamu tidak mengatakannya?”

“Kamu tidak perlu mengerti. Bayangkan, jika kamu tahu perkataanmu akan memperburuk keadaan, kamu akan mengatakannya?”



Mona kali ini nggak menahan diri dan memukuli Kavn. Apa yang dilakukan Kavin sekaranglah yang memperburuk keadaan! Apa ini jauh lebih penting daripada persahabatan mereka?! Apa dia akan membuat ini merusak persahabatan mereka?!

“Ya. Lagipula, aku tidak mau menjadi temanmu,” ujar Kavin, emosi.



Usai mengatakan itu, Kavin mau pergi. Tapi Mona menahannya karena menurutnya pembicaraan mereka belum selesai. Karena Mona terus menarik tangannya, Kavin refleks menampiknya dan tanpa sadar malah membuat Mona terjatuh hingga camera yang selalu dibawah Mona, rusak. Itu adalah camera kesukaan Mona yang selalu dipakainya untuk memotret. Mona sangat kecewa dan tidak lagi meminta penjelasan Kavin mengenai sikapnya. Dia memilih pergi. Saat itu, Kavin mengucapkan sesuatu. Mona berbalik menatapnya, namun, entah dia mendengar atau tidak ucapan Kavin (dan kita juga nggak diberitahu apa yang dikatakannya). Setelah itu, Mona menghilang.



Kavin sudah melewati batas yang dibuatnya dan semuanya hancur seperti dugaannya. Setelah kejadian itu, Mona mengirimkan lokasi ke Kavin untuk bertemu. Yang ditulis Mona dalam pesannya adalah : “Temui aku di gedung ini. Pukul 06.00.” Mona juga mengirimkan shareloc. Tapi, Kavin tidak pergi ke sana. Kavin bilang kalau dari raut wajah Mona hari itu, dia bisa menebak apa jawaban Mona. Kavin tidak pernah bertemu Mona lagi sejak saat itu. Meski tampaknya dia baik-baik saja, tapi jauh di lubuk hatinya, dia tidak bisa melupakannya.


Setelah mendengarkan cerita Thyme, Gorya merasa aneh. Hanya karena nggak ketemu di gedung itu, mereka nggak bertemu lagi? Dan juga, kenapa Kavin nggak pergi menemuinya? Thyme juga nggak tahu alasannya. Yang dia tahu, saat Kavin nggak menemuinya, Mona menarik pesan itu kembali. Sampai hari ini, tidak ada yang tahu dimana gedung itu.

Setelah mendengar cerita Thyme, Gorya mengucapkan terimakasih dan pamit untuk berisitirahat karena besok pagi dia masih harus bekerja.

--




Sementara itu, Kaning pulang larut. Dia habis berkeliling ke semua gedung yang ada di daerah tersebut. Buku catatannya sampai penuh dengan nama-nama gedung dan sudah ada beberapa yang di garisi merah, tanda kalau dia sudah pergi ke sana. Kenapa? karena cerita yang nggak dia ceritakan pada Gorya adalah Kavin yang memberitahunya kalau dia nggak tahu dimana gedung yang Mona ajak dia untuk bertemu dan dia juga nggak tahu apa yang akan dikatakan Mona padanya di atap gedung tersebut. Tapi, dia yakin kabar buruk lebih sulit diberikan daripada kabar baik. Setelah hari itu, Mona menghilang dari hidupnya. Kavin merasa dirinya lucu karena dia sering memutuskan banyak gadis, namun saat itu terjadi padanya, dia nggak bisa menghadapinya. Dan karena alasan itu juga, dia meminta Kaning melupakannya. Cinta bisa menjadi hal yang indah, tapi itu nggak berlaku untuknya.


Karena ucapan Kavin itu, Kaning jadi ingin menemukan gedung tersebut dan mencaritahu apa yang ingin Mona sampaikan pada Kavin.

Kaning benar-benar nekat. Pagi-pagi sekali, dia udah keluar dari rumah hanya untuk berkeliling dari atap gedung satu ke atap gedung lain. Tanpa petunjuk.


Hal ini membuat Paman Ga jadi khawatir. Sudah seharian Kaning nggak datang kerja dan nggak menjawab telepon atau membalas pesannya. Makanya dia menelepon Gorya untuk membantunya mencari Kaning. Karena Gorya udah siap kerja, dia langsung mengirim pesan ke Kaning, menanyakan dia ada dimana. Nah, sialnya bagi Thyme, di saat Gorya lagi mencemaskan Kaning, dia malah menunjukkan pesta kejutannya.




Gorya senang dengan kejutannya, tapi dia nggak bisa fokus karena memikirkan Kaning. Nah, kejutan spesial Thyme untuk Gorya belum selesai, tapi Gorya malah kelewatan moment dan nggak melihat kejutan yang sudah disiapkannya karena saat itu, Kaning membalas pesannya dan meneleponnya. Mana Kaning menelepon untuk meminta bantuan karena dia ditahan. Gorya sontak panik dan langsung menanyakan dia ada dimana. Dan saking terburu-burunya pergi, Gorya sampai menabrak Thyme yang ada di pinggir kolam. Byurr! Thyme jatuh kecebur.


Kaning ada di sebuah hotel dan ditahan sama manager hotel karena mencoba naik ke atap tanpa izin. Menurut peraturan hotel, mereka harus melapor ke polisi. Suasana lagi tegang, eh, Thyme muncul dalam keadaan basah kuyup dan menyebut pihak hotel terlalu berlebihan melapor ke polisi. Gorya langsung memarahi Thyme dan menyuruhnya keluar, kalau nggak takutnya di usir.

“Mengusirku? Ini hotelku!” beritahu Thyme.



Dan berkat Thyme, Kaning jadi lepas dari masalah dan dapat izin ke atap. Gorya yang khawatir, ingin tahu apa yang Kaning cari sih? Kaning juga sulit menjelaskan. Yang bisa dia bilang, dia sedang mencari atap gedung. Dan dia nggak mau Gorya membantunya. Ini harus dia lakukan sendiri. Dia mohon Gorya mengerti.


Gorya masih mau memaksa, tapi Thyme langsung menghentikannya. Dia menyuruh Gorya berhenti mencampuri urusan orang lain dan khawatirkan diri sendiri. Usai mengatakan itu, dia mengajak Gorya bicara dengannya di kamar hotel. Tenang, Thyme cuma numpang mengeringkan badan dan tukar baju aja kok.

 

Post a Comment

Previous Post Next Post