Sinopsis K-Drama : Tomorrow Episode 01 part 1

Sinopsis K-Drama : Tomorrow Episode 01 part 1


TOMORROW ADALAH SERIAL FANTASI TENTANG TIM KHUSUS BERISIKO TINGGI BUNUH DIRI.

JIKA TAK NYAMAN DENGAN TEMA INI, SERIAL INI TAK COCOK UNTUK ANDA.

UNTUK INFORMASI DAN BANTUAN LEBIH LANJUT, SILAKAN KUNJUNGI WWW.WANNATALKABOUTIT.COM





Cerita di mulai dengan seorang wanita cantik berambut pendek dengan warna light pink dan riasan mata eyeshadow merah menuju suatu tempat di bawah basement yang tertutup. Wanita itu adalah Koo Ryeon, Ketua Tim MR (Manajemen Risiko) perusahaan Jumadeung yang bertugas untuk mencegah orang bunuh diri. Tentu, dia tidak bekerja sendirian. Dia mempunyai seorang rekan yang bernama Lim Ryung Gu. Dan tugas mereka hari ini adalah mencegah 4 orang manusia dari latar belakang dan hubungan keluarga berbeda yang hendak melakukan bunuh diri massal dengan menghirup asap knalpot mobil. Jadi, mereka berkumpul bersama di sebuah mobil dan membeli sebuah pipa besar yang dipasangkan ke knalpot mobil kemudian ujung pipa lain dimasukkan ke dalam mobil yang pintu dan jendelanya telah ditutup dengan rapat sedemikian rupa. Sayang sekali, rencana mereka tidak berjalan mulus. Sebelum sempat mati keracunan dan kehabisan oksigen, Koo Ryeon sudah menemukan mereka lebih dahulu.



Eit, tenang saja, Koo Ryeon nggak berencana menghentikan rencana mereka, kok. Malah sebaliknya, dia membantu mereka agar lebih cepat mati dengan cara menyetir mobil ugal-ugalan dan membawa mobil ke ujung jurang. Disaat seperti itu, keempatnya mulai ketakutan dan memohon diselamatkan. Niat bunuh diri mereka mendadak hilang dan berganti rasa takut. Mereka tidak siap untuk mati.


Dari aplikasi yang ada, Ryung Gu dapat memantau kalau tingkat depresi keempat manusia tadi yang sangat tinggi, perlahan menurun, menunjukkan kalau mereka tidak jadi bunuh diri.

Tugas clear.



Semua manusia…dihadapkan pada pilihan. Dan… setiap pilihan itu memiliki konsekuensi.

Saat Koo Ryen menyetir itu, dia teringat saat masih memakai hanbok putih di dalam lorong yang gelap. Dari wajahnya, terlihat dia mengalami rasa sedih yang mendalam. Ketika itu, seseorang datang menemuinya untuk menawarkan sebuah pilihan. 


EPISODE 1: BUNGA YANG GUGUR 1




Perusahaan pupuk Tak,

Seorang pemuda tampan nan tinggi, Choi Jun Woong, sedang melakukan interview kerja tahap akhir. Dengan kemampuannya berkata-kata manis, dia mampu menarik perhatian semua orang. Sebaliknya, lawannya, adalah seorang wanita bernama Tak Ji Hye yang hanya menjawab pertanyaan dengan seadanya dan tidak sesemangat dirinya. Respon yang ditunjukkan oleh para pewawancara terhadap jawabannya dengan Ji Hye juga sangat berbeda.



Makanya, Jun Woong sangat yakin kalau hari ini dia akan mendapatkan pekerjaan. Saking yakinnya, begitu wawancara selesai, dia langsung menelepon Ibunya dan menyampaikan kalau dia pasti akan diterima kerja hari ini! Ibu jelas senang, setelah lama menganggur dan melamar kerja, akhirnya, putranya akan mendapatkan pekerjaan. Makanya, dia berencana menyiapkan hidangan pesta untuk Jun Woong malam ini! Bukan hanya hidangan pesta, dia sampai membagikan tteokbokki gratis kepada para pengunjung kedainya.



Baru juga menyampaikan kabar gembira itu, Jun Woong melihat Presdir perusahaan yang baru saja keluar. Dan seketika, dia menyadari sesuatu yang janggal. Nama perusahaan itu adalah perusahaan pupuk Tak. Presdir perusahaan bernama Tak Jung Gu. Dan nama wanita yang menjadi lawan wawancaranya barusan adalah Tak Ji Hye. Seolah firasak buruk menjadi kenyataan, sedetik kemudian, dia mendapat SMS dari HRD perusahaan Tak yang menyampaikan kalau dia tidak lolos wawancara. Awhhh, No!!! Kekuatan orang dalam.


Masalahnya, bukan hanya perusahaan Tak yang mengirimi pesan kalau dia gagal, tapi semua perusahaan tempatnya melamar.


Hari yang sangat buruk. Jun Woong beneran kesal karena lagi-lagi dia gagal mendapatkan pekerjaan. Satu-satunya yang bisa menghiburnya adalah beer. Untung dia punya sahabat yang bisa diajak bercerita, Namgung Jae Soo. Temannya juga sedang berusaha untuk lolos Akpol. Senasib sepenanggungan lah. Kalau udah begini, Jun Woong jadi nyesal mengumpulkan banyak sertifikat. Lebih baik dia belajar untuk ikut tes PNS saja seperti Jae Soo. Huft! Bayangkan saja, dia punya sertifikat TOEIC, TOEFL, magang di perusahaan besar, menjadi relawan bersertifikat, memenangkan kompetisi, sertifikat mekanik mobil, pengurus hewan peliharaan dan juru masak serta sertifikat donor darah. Dia juga punya keahlian sulap, bernyanyi, akting dan menirukan suara. Astagaa!! Ada banyak sekali. Namun, nggak ada satupun yang bisa membantunya untuk mendapatkan pekerjaan.


Kesedihannya jadi bertambah saat melihat telepon Ibunya. Untuk menenangkan diri dan pikiran, Jun Woong memutuskan pulang sambil berjalan di pinggiran sungai Han. Dia benar-benar merasa terpuruk sekarang. Yang dia inginkan sekarang hanyalah mendapatkan pekerjaan.


Disaat lagi banyak pikiran seperti ini, dia malah harus menyaksikan seorang tuna wisma yang mencoba bunuh diri dengan melompat dari jembatan. Niat hati mengabaikan orang itu karna tidak ingin menambah masalah, tapi apadaya kalau otak dengan hati nggak sinkron. Jun Woong nggak bisa mengabaikannya dan langsung berlari untuk menghentikannya melompat. Segala usaha dilakukan untuk memujuk si tunawisma agar nggak melompat, tapi percuma.



Lagi usaha keras seperti itu, tiba-tiba saja terdengar suara seorang wanita berteriak menyuruhnya menyingkir. Asal suara itu berasal dari seorang wanita dan pria yang lagi berdiri di atap halte bus yang jauh dari sana, namun, dalam sekejap, pria dan wanita itu udah berada di depannya. Lagi bingung seperti itu, si wanita malah menendangnya. Wkwkwk.

Yap, mereka adalah Koo Ryeon dan Ryung Gu. Berbeda dengan Jun Woong yang berusaha membujuk dan mencegah si tunawisma untuk melompat, Koo Ryeon malah marah-marah ke tunawisma yang mau bunuh diri. Tunawisma sampai lelah karena dia mau mati, tapi kenapa mereka malah mengganggu?! Dia nggak punya pilihan selain mati!


“Apa yang berubah jika kau mati? Apa masalahmu akan selesai?” tanya Koo Ryeon.

“Setidaknya aku takkan merana.”

“Baik. Lompatlah seperti keinginanmu. Namun… bisa kupastikan satu hal. Itu akan lebih menyakitkan dari yang kini kau rasakan.”



Mendengar ucapan Koo Ryeon, Jun Woong yang emosi! Menurutnya, Koo Ryeon harusnya bicara baik-baik, bukannya seperti itu. Ryung Gu menyuruh Jun Woong untuk nggak ikut campur karena mereka punya rencana. Jun Woong mana mengerti dan tetap tidak mau pergi. Saking emosinya, dia memegang tangan Koo Ryeon hingga tali merah dipergelangan tangannya terlihat. Anehnya, reaksi dan eskpresi Koo Ryeon berubah seolah tidak mau ada yang melihatnya.


Disaat mereka lagi lengah seperti itu, si tunawisma mendadak langsung melompat. Jun Woong yang melihat aksinya, berusaha menariknya, tapi malah dia ikut jatuh dari atas jembatan. Oh, no!! Pas sekali, alarm jam tangan Ryung Gu berbunyi tepat jam 11.00 malam. Jika jamnya berbunyi, artinya, udah jam pulang kerja. Koo Ryeon udah paham dan mengizinkan Ryung Gu pulang, biar dia yang mengurus Jun Woong dan tunawisma tersebut. Toh, ini bukan pertama kalinya dia melakukannya. Sebelum pergi, Ryung Gu memastikan akan menghubungi Tim Buku Arwah agar tunawisma yang melompat tadi tidak dibawa Tim Pengawal.



Di dalam sungai, perlahan, Jun Woong mulai kehilangan kesadaran. Di moment itu, dia mulai teringat dengan Ibunya yang selalu memasangkannya dasi setiap kali dia akan melakukan wawancaran kerja. Samar-samar, dia mendengar suara mesin operasi dan suara Ibunya yang memanggil namanya dengan khawatir.


Gasp!! Jun Woong terbangun dan sudah berada di rumah sakit dengan alat bantu pernapasan. Hal pertama yang dipikirkan dan disyukurinya adalah dia masih hidup. Saking bahagianya, dia sampai menangis dan berjanji akan rajin pergi ke gereja dan kuil pada akhir pekan. Baru juga bahagia, dia menyadari ada yang aneh dengan tubuhnya. Tubuhnya transparan. Dan saat dia berdiri, tubuh fisiknya masih tetap berbaring di atas tempat tidur dengan alat bantu pernapasan. Dia menjadi arwah. Belum pulih dari rasa kaget, dia malah melihat sosok Koo Ryeon berdiri di dekat pintu. Dengan panik, Jun Woong berteriak-teriak memanggil dokter dan suster agar datang karena ada orang aneh.



Koo Ryeon yang kesal mendengar suara ributnya, langsung menggunakan kekuatannya untuk menutup rapat mulut Jun Woong. Udah ditutup, tetap saja Jun Woong masih berisik gerak sana sini meminta mulutnya dibebaskan. Wah, nggak bener nih. Jun Woong sadar kalau yang ada dihadapannya bukan orang biasa. Hm, dia bukan malaikat maut atau semacamnya kan?

“Ya,” jawab Koo Ryeon, tenang dan menunjukkan kartu identitas pegawainya.


Di kartu itu tertulis kalau dia adalah Manajer Tim Departemen Manajemen Arwah Jumadeung. Biar Jun Woong nggak begitu kaget, Koo Ryeon berujar kalau dia hanya pegawai biasa. Dia juga menegaskan kalau Jun Woon belum mati ataupun tidak akan segera mati. Eh, Jun Woong tetap saja takut dan malah mengira kalau Koo Ryeon akan membunuhnya dengan memanggil namanya tiga kali.

“Aku akan membuatnya mudah dimengerti, jadi, dengarkan. Insiden Jembatan Dongjak adalah tanggung jawab kami. Hari itu. Tunawisma yang kau selamatkan. Seharusnya kami sudah mengurus dia, tapi gagal. Yang berakhir dengan insiden itu. Dan sayangnya, kau…”

“Benar. Apa yang terjadi padanya? Dia mati? Atau hidup?” tanya Jun Woong, baru teringat.

“Dia selamat.”

“Jadi, hanya aku yang mati.”



“Kau belum mati!” teriak Koo Ryeon, menegaskan. “Intinya, Kau tiba-tiba koma dan akan bangun dalam tiga tahun.”

“Tiga tahun? Kenapa aku akan bangun tiga tahun lagi? Kenapa… Mungkin karena ini orang-orang bilang jangan membuat rencana hidup! Untuk apa bekerja jika hari esok belum terjamin? Jika tahu begini akan kunikmati hidupku,” omel dan sesal Jun Woong.

“Perusahaan sedang menangani masalah ini,” beritahu Koo Ryeo. “Ayo, ke Jumadeung. Direktur sedang mencari solusi untukmu.”



Sepertinya, Jun Woong masih mau bertanya ini itu, tapi Koo Ryeon udah malas menjawab dan menyuruhnya bersiap saja. Biar Jun Woong mudah bergerak diluar sana, Koo Ryeon menggunakan kekuatannya untuk memberikan Jun Woong sebuah tubuh. Hanya dengan sebuah jentikan, tubuh Jun Woong yang awalnya transparan, berubah menjadi tubuh fisik tapi sebagai gantinya, dia telanjang bulat. Wah! Jun Woong panik dan langsung bersembunyi di balik tirai pembatas. Eh, reaksi Koo Ryeon malah biasa asja dan dengan santai menyuruh Jun Woong untuk memakai baju yang ada di dalam kotak hitam yang sudah disiapkannya.


Jun Woong yang sedari tadi udah dalam mood jelek, mendadak happy saat melihat baju yang disediakan oleh Koo Ryeon. Baju dengan merk GUCCI. Woowww!!!




Aish, sayang sekali, semua hanya prank. Baju itu adalah baju KW dengan tulisan AGUCCIM. Jun Woong kecewa berat dan menuduh Koo Ryeon sengaja memilihkan baju itu untuknya. Tidak ada jawaban. Koo Ryeon hanya terus berjalan dan menuntun mereka ke sebuah gedung terbengkalai dengan papan nama ‘Petugas Pemakaman Jumadeung’. Di dalam gedung itu ada sebuah kakek berjanggut putih yang berjaga. Setelah memberi tanda, Koo Ryeon menuju ke sudut ruangan yang di pintunya di pasang alat untuk membaca kartu ID pegawai, baru pintunya kebuka. Kelihatannya dari luar, tempat itu kecil. Namun, saat pintu terbuka, ada beberapa pintu lagi. Seolah tahu tujuan Koo Ryeon, sebuah pintu terbuka otomatis agar mereka bisa masuk. Jun Woong yang sedari tadi mengikuti dan bertanya, tanpa mendapat jawaban, mendadak takut. Dia merasa jika sudah masuk ke pintu itu, dia tidak akan bisa keluar lagi.



Koo Ryeon nggak peduli dengan rengekannya dan tetap berjalan ke pintu. Merasa nggak punya pilihan, Jun Woong mengikutinya. Di dalam pintu itu, terlihat seperti gua yang gelap. Koo Ryeon memperingatinya untuk berhati-hati. Jika dia terjatuh ke tengah-tengah, dia nggak akan bertanggung jawab. Emang kenapa kalau dia jatuh? Dia akan masuk ke dalam neraka.



Setelah perjalanan yang terasa mengerikan, mereka sampai di sebuah pintu putih yang besar. Dan begitu pintu di buka, suasana dan nuansanya langsung berubah drastis. Di dalamnya adalah sebuah gedung besar dengan dominasi warna putih dan emas. Tempat itu juga di penuhi dengan orang-orang berjas hitam seperti sebuah perusahaan. Resepsionis yang ada di sana adalah kakek berjanggut putih, sama persis seperti yang menyambut mereka tadi. Koo Ryeon memberitahu kalau kakek itu kembar delapan. Woah!




Layaknya orang kampung, Jun Woong jelas takjub dan terkesima dengan tempat yang belum pernah di kunjunginya seumur hidup. Koo Ryeon benar-benar harus menahan amarahnya dan berlatih kesabaran selama membawa Jun Woong, hanya untuk mempertemukannya dengan Kaisar Giok. Menurut rumor yang ada di dunia manusia, Jun Woong berpikir kalau Kaisar Giok mempunyai penampilan, berambut panjang dan memakai jubah putih. Koo Ryeon malah membenarkan dan menambahkan kalau Kaisar Giok juga bertanduk dan menyukai sauna dengan belerang dan api Neraka. Setelah mengatakan itu, dia meninggalkan Jun Woong di sana sambil berharap kalau mereka tidak akan bertemu lagi.


Faktanya, Kaisar Giok berwujud seorang nenek tua yang ramah dan perhatian ke seluruh pegawai. Baru saja tiba, dia sudah berkeliling dari satu departemen ke departemen lain untuk membagikan vitamin, dan minuman kepada mereka yang sibuk bekerja. Terakhir, dia baru ke ruangannya, dimana Jun Woong sudah menunggunya. Jun Woong nggak mengira kalau dihadapannya adalah Kaisar Giok karena penampilannya seperti ibu-ibu sales, jadi dia memanggil Kaisar Giok dengan panggilan ‘ahjumma.’ Udah gitu, dia malah menanyakan rupa Kaisar Giok dan rumor, apa benar dia bertanduk dan menikmati sauna dengan belerang dan api Neraka?


“Baru kali ini ku dengar,” jawab Kaisar Giok.


Setelah dia mengatakan itu, Kaisar Giok berjalan ke meja kerjanya dan bajunya langsung berubah menjadi baju kebesaran Kaisar Giok. Detik itu juga, Jun Woong sadar kalau dia udah salah bertanya.

--



Di dunia manusia,

Departemen lain dari Jumadeung, yang bertugas menjemput arwah-arwah manusia yang udah mati, melakukan tugasnya. Park Joong Gil adalah Ketua tim dari departemen tersebut yang mempunyai sikap dingin dan tegas. Baru saja menyelesaikan pekerjaannya, sekretarisnya menyampaikan kalau ada panggilan darurat untuk mengadakan rapat dewan direksi. Sepertinya ini bukan kali pertama, karena Joong Gil udah bisa menebak kalau rapat kali ini pasti karena tim itu lagi.






Dan dugaannya benar. Rapat ini untuk membahas Tim Manajemen Risiko yang membuat kesalahan karena membuat seorang manusia hidup (Jun Woong) jadi mengalami koma. Semuanya habis-habisan menyerang Koo Ryeon, karena sedari awal, mereka nggak setuju dengan dibentuknya tim MR. Apalagi, Koo Ryeon yang merupakan ketua Tim adalah seseorang yang berasal dari Neraka.

“Apa hubungannya dari mana asalku dan pekerjaanku?” balas Koo Ryeon, dengan sangat amat tenang. “Tugasku adalah mencampuri hidup dan matinya manusia. Jika menurut kalian itu masalah, kalian harus membicarakannya dengan orang yang membawaku dari Neraka (Kaisar Giok).”


“Entah perjanjian apa yang kau buat dengan Direktur, tapi aku tak paham kenapa kita butuh Tim Manajemen Risiko. Tingkat bunuh diri belum menurun sejak pembentukan Tim MR,” balas Joong Gil, mengintimidasi.

“Karena kami kekurangan orang. Makanya aku mengajukan lebih banyak personel. Namun, kau selalu menentangnya.”

“Untuk apa membuang tenaga kerja dengan beri kesempatan pada manusia yang memilih untuk mati?”

“Mereka orang-orang yang terdesak oleh dunia sampai ke ujung jurang. Jangan remehkan pilihan mereka.”

“Apa bedanya bunuh diri dengan pembunuhan?” tanya Joong Gil. “Ini kelakuan paling egois tanpa memikirkan orang yang ditinggalkan.”



“Tidak. Ini cara terakhir meminta pertolongan dari orang-orang yang ingin hidup,” pendapat Koo Ryeon.

“Tidak. Bunuh diri adalah dosa terbesar yang dilakukan oleh manusia dan kejahatan yang seharusnya tak dilakukan,” pendapat Joong Gil.

Dan saat mereka perdebat sengit seperti itu, para ketua tim yang membuat rapat ini malah hanya diam saja mendengarkan.

 

Post a Comment

Previous Post Next Post