Sinopsis K-Drama : Tomorrow Episode 01 part 2
Pembicaraan antara Kaisar Giok dan Jun Woong
dimulai dengan Jun Woong yang meminta maaf karena tidak mengenalinya barusan.
Kaisar Giok nggak mempermasalahkan hal itu sama sekali. Sebaliknya, mereka yang
ingin minta maaf karena kesalahan yang terjadi, Jun Woong harus koma 3 tahun.
Jadi, menurut Peraturan Perusahaan 435642, Pasal 2 di Jumadeung, mereka
berencana memberikan Jun Woong pilihan. Pertama, Jun Woong bisa memilih koma
tiga tahun seperti saat ini. Atau, pilihan keduanya, dia bisa bekerja di
Jumadeung dan bangun dalam enam bulan. Kan Jun Woong selama ini ingin bekerja,
cobalah bekerja di sini. Setelah bangun dari koma, Jun Woong akan menerima
keuntungan, seperti kartu masuk ke perusahaan manapun yang diinginkannya atau
lolos ujian penting.
“Kau bisa mengamati dan memilih tim mana yang
kau inginkan. Tentu saja, tim itu juga harus menerimamu untuk bekerja di sana. Tunggu.
Tim mana yang punya tempat kosong… Ada Tim Penyunting, Tim Dukungan Teknis, Tim
Penjualan Luar Negeri, dan Tim Manajemen Risiko. Jadi, kau bersedia?” tanya
Kaisar Giok.
“Aku tak mau,” tolak Jun Woong, tersenyum
lebar.
Doeng!
Kaisar Giok terperangan kaget.
Benar-benar bingung dengan penolakan Jun Woong. Dan alasannya, karena Jun Woong
mengira semua ini hanya mimpi. Bhahahaha.
“Dia memang anak aneh,” gumam Kaisar Giok.
Dan ya udah, kalau Jun Woong memang memilih
itu, dia nggak akan memaksa. Kaisar Giok pun menunjukkan gambaran kondisinya
saat ini dan Ibunya yang menangis karena Jun Woong nggak kunjung sadar. Ah,
melihat Ibunya, Jun Woong jadi ingin cepat sadar. Dia akan mengambil pekerjaan
menjadi malaikat maut! Jika dia menjadi malaikat maut, dia akan bisa sadar
dalam enam bulan.
Setelah pembicaraan dengan Jun Woong selesai,
Kaisar Giok meminta Jun Woong untuk tetap menunggu di ruangannya, sementara dia
pergi mengurus hal lain. Kaisan Giok pergi ke pertemuan para ketua tim. Dia
sudah mendengarkan perdebatan mereka sedari tadi dan berujar kalau pendapat
keduanya tidak salah.
“Di Korea, rata-rata 40 orang melakukan bunuh
diri setiap harinya. Itu 15.000 orang per tahun. Memalukan jadi nomor satu
sedunia dalam hal itu. Angka kelahiran kita juga terendah di dunia. Populasi
kita menurun dengan cepat dari 32 negara besar. Apa kalian tahu maksud
angka-angka tersebut? Ini adalah akhir untuk negara ini! Jumadeung juga akan
menghilang. Kita bisa bangkrut. Apa alasan pegawai kita bekerja sangat keras? Agar
bisa terlahir kembali sebagai anak konglomerat. Uang, kehormatan, kesehatan. Keuntungan
terlahir dengan apa pun yang mereka inginkan. Tapi bagaimana jika tak ada
tempat untuk mereka terlahir kembali? Benar. Setengah keberhasilan dan setengah
kegagalan. Bukan ini atau pun itu. Jadi, ini yang akan kita lakukan. Tim MR tak
boleh gagal lagi,” jelas Kaisar Giok, panjang lebar.
“Apa yang akan kau lakukan jika mereka gagal?”
tanya Joong Gil.
“Kalian semua menentangnya, maka akan
kububarkan. Tapi mereka akan berhasil,” yakin Kaisar Giok.
Koo Ryeon saja nggak bisa menjawab dengan
yakin, tapi kenapa Kaisar Giok bisa begitu yakin? Kaisar Giok menjawab
pertanyaan itu dengan berbisik pada Koo Ryeon, “Dengan begitu, kau bisa
mewujudkan semua keinginanmu.”
Pertemuan pun berakhir dengan keputusan
tersebut. Dan tentu saja, semua Ketua Tim terlihat nggak menyukai keputusan
tersebut. Tampaknya, mereka ingin agar Tim MR segera di bubarkan, bukan
diberikan kesempatan.
Setelah pertemuan itu selesai, Kaisar Giok
bicara pribadi dengan Koo Ryeon. Memang, Koo Ryeon berhasil menyelamatkan nyawa
orang yang bunuh diri, tapi bukan berarti proses yang dilakukannya benar. Jika
Koo Ryeon tahu beban sebenarnya dari menyelamatkan atau membunuh orang dengan
sepatah kata, Koo Ryeon pasti akan mengerti maksudnya.
Koo Ryeon tetap nggak setuju dan malah merasa
harusnya Kaisar Giok memujinya karena dia hanya bekerja dengan sedikit orang. Atau
setidaknya, berikan dia personel tambahan. Kaisar Giok protes. Dia bukannya
nggak mau memberikan anggota ke Koo Ryeon, tapi nggak ada malaikat maut yang
mau maksud ke tim MR. Lagian, Koo Ryeon kan punya Lim yang bekerja seperti
tenaga 100 orang, hm, setidaknya tenaga 50 orang, lha.
“Setelah delapan jam kerja, Lim akan pulang
tepat waktu,” ingati Koo Ryeon.
“Berapa usianya?”
“Dia 154 tahun.”
Hm, Kaisar Giok nggak bisa protes. Pembicaraan
mereka harus terhenti karena ponsel Koo Ryeon berbunyi. Ada notifikasi dari
seorang manusia bernama Noh Eun Bi, berusia 29 tahun dengan energi negatif 80
%.
Diluar, Ryung Gu sudah menunggunya untuk
memberikan informasi mengenai Noh Eun Bi, target mereka selanjutnya. Noh Eun
Bi, seorang wanita berusia 29 tahun dan bekerja sebagai penulis acara TV di
Sangam-dong. Kali ini, mereka tidak boleh gagal. Jika gagal, tim ini akan
dibubarkan.
Dari lantai atas, Kaisar Giok menunjukkan pada
Jun Woong berbagai tim yang ada di Jumadeung. Yang paling menarik perhatian Jun
Woong adalah Tim Pengawal yang dipimpin oleh Joong Gil. Anggota timnya sangat
banyak dan mereka semua memakai jas hitam sehingga terlihat sangat keren. Kaisar
Giok menjelaskan kalau tugas tim tersebut adalah mengantar arwah dan merekalah
sosok ‘Malaikat Maut’ dalam pikiran manusia.
Sayang sekali, Kaisar Giok nggak berniat
memasukkan Jun Woong ke tim tersebut. Wkwkwk. Dia menyuruh agar Jun Woong
mencoba bekerja di Tim MR. Ibaratnya, kayak magang lah. Kan, Koo Ryeon yang
barusan bilang butuh tambahan personel. Koo Ryeon nggak mau, Jun Woong juga
nggak mau. Ya udah, kalau mereka nggak
mau, Tim MR harus menulis surat permohonan maaf dan jelaskan kenapa lalai dalam
bertugas. Begitu mendengar harus membuat surat permintaan maaf, Ryung Gu
langsung bersedia membawa Jun Woong bersama mereka. Dia berbisik menyuruh Koo
Ryeon agar patuh pada Kaisar Giok. Ingat, semua orang membenci mereka dan jika
membuat masalah, Tim MR akan dibubarkan dan Koo Ryeon akan kembali ke Neraka.
Hm, dengan berat hati, semua setuju.
“Ah ya, aku sudah menyuruh Tim Teknis untuk
memperbarui aplikasi Lampu Merah. Baiklah, itu saja dariku,” ujar Kaisar Giok.
Huft, mereka memang bilangnya mau menerima Jun
Woong, tapi begitu kembali ke dunia manusia, Koo Ryeon memperingatinya untuk
tidak mengatakan dan tidak menanyakan apapun. Bersikaplah seakan dia tidak ada
di sini. Jangan mencoba ikut campur seperti waktu itu.
“Ikut campur?
Aku… Kau panggil aku apa? Aku terjun mengorbankan hidupku demi
menyelamatkan orang!” protes Jun Woong.
“Kau baru bisa bilang itu setelah mati. Mau
kubuat mati sekarang?”
“Bu, jangan lakukan itu. Pikirkan kereta ke
Neraka,” ingati Ryung Gu.
“Lim, tutup mulutmu. Kalian berdua mau
kunaikkan ke kereta itu?” ancam Koo Ryeon.
Meski nggak tahu maksud Koo Ryeon, tetapi
melihar reaksi Ryung Gu yang langsung diam, sepertinya itu bukan hal baik.
--
Mereka tiba di depan gedung tempat Noh Eun Bi
bekerja sebagai penulis acara TV. Sekali lagi, Ryung Gu memeriksa energi
negatif Eun Bi melalui aplikasi lampu merah. Energi negatifnya 80%. Jun Woong
baru pertama kali melihat hal itu, jadi, dia nggak begitu mengerti. Ryung Gu
yang menjelaskan kalau semakin tinggi angkanya, semakin tinggi risiko bunuh
diri. Umur panjang, yang dibicarakan baru saja keluar dari gedung dan udah
langsung ditabrak sama para fans yang mengikuti idola mereka. Sialnya, seorang
pengantar paket makanan, jatuh tergelincir ketika menghindari kerumunan fans
yang berlarian berkeliaran di jalan. Alhasil, motor yang dikendarainya terlepas
dan meluncur ke arah Eun Bi yang sedang membereskan barang-barangnya yang
terjatuh. Melihat hal itu, Jun Woong secara otomatis, langsung lari untuk
menolongnya.
Ctek! Koo Ryeon menjentikkan jarinya dan seketika
waktu langsung berhenti. Jun Woong juga ikut berhenti. Kakinya nggak bisa
digerakkan tetapi dia sadar kalau waktu terhenti. Sementara semua orang disekitarnya,
berhenti total. Ditengah – tengah waktu yang berhenti, Koo Ryeon berjalan
melewati semuanya dan menggeser arah motor sehingga ketika waktu kembali
berjalan, motor tidak mengenai Eun Bi. Menakjubkan.
“Aku Malaikat Maut yang menyelamatkan manusia,”
beritahu Koo Ryeon.
Woaah, Jun Woong terkesima. Sementara Ryung Gu
menegur Koo Ryeon untuk tidak terus menggunakan kekuatannya karena sekarang
sudah ada banyak ponsel dan CCTV. Sulit menyembunyikan yang terjadi jika sempat
ada hal aneh terekam. Lagi membahas hal itu, Jun Woong malah sibuk membahas
tugas mereka yang keren, menyelamatkan manusia. Biar Jun Woong nggak salah
paham, Koo Ryeon menjelaskan kalau mereka bukan menolong orang yang sudah
mencapai ajal tetapi menyelamatkan orang-orang yang akan bunuh diri. Itulah
tugas Tim Manajemen Risiko. Dan aplikasi Lampu merah yang akan memberitahu
mereka jika ada yang mencoba bunuh diri.
Baru juga dijelaskan mengenai tugasnya,
bukannya fokus, Jun Woong malah terpesona dengan para anggota girlband yang
lewat dan artis Jung Jun Ha. Asli, heboh sendiri. Wkwkwk.
Noh Eun Bi sekarang berada di kamar mandi dan
terlihat sangat gugup dan ketakutan. Di depan cermin, dia berlatih untuk
tersenyum. Namun, tetap saja, wajahnya tidak dapat menyembunyikan rasa
takutnya. Ketika dia ke ruang rapat, sudah ada Koo Ryeon dkk. Produser acara
yang ditanganinya, Seo Young Bin, memperkenalkan kalau Koo Ryeon dkk adalah
produser lepas yang akan merekam wawancara Kim Hye Won, penulis Boksun.
Karya Boksun yang dibicarakan oleh produser
Seo adalah sebuah webtoon terkenal yang menceritakan Boksun, sebagai tokoh
utama, membalaskan dendam korban perundungan terhadap perundung mereka.
Saat membaca webtoon tersebut, Eun Bi seolah
kembali ke masa-masa sekolahnya. Apa yang diceritakan di Boksun sama seperti
apa yang dilaluinya di masa sekolah. Dia dikucilkan, dia di bully dan dianggap
seolah tidak pernah ada. Yang paling membuatnya trauma adalah suara pensil/pena
yang dicetek-cetekan. Suara itu
sangat mengganggunya dan berulang kali terdengar di telinganya meskipun tidak
ada orang sedang mencetekkan pensil
di dekatnya.
(Sedikit intermezzo saja, di sini kan Eun Bi
diceritakan sebagai wanita 29 tahun yang ingin bunuh diri, kalau di versi
webtoonnya, Eun Bi adalah anak sekolah. Jadi, menurutku, kalau kalian mau,
silahkan coba baca versi webtoonnya juga).
Merasa berat untuk melakukan wawancara, Eun Bi
memutuskan menemui produser Seo untuk mengajukan mundur dari wawancara
tersebut. Bukannya menanyakan alasannya, Produser Seo malah memarahinya dan
kelewatannya dia bilang : “Jika mau mati, habis wawancara saja!” Koo Ryeon yang
memperhatikan dari jauh saja, merasa kalau dia kelewatan.
Tidak bisa dihindari, wawancara tetap
dilakukan. Selama proses wawancara, Kim Hye Won, terus memainkan penanya dengan
mencetek-cetekan nya. Sepertinya, itu
adalah kebiasaannya.
“Orang yang sudah membaca bukuku bilang, "Aku merasa lega sekarang. Itu memberi
pelajaran kepada perundung Pelindung korban perundungan." Mereka
banyak memberi komentar seperti itu. Di atas semua itu, aku berharap buku ini dapat
sedikit menghibur korban perundungan di sekolah,” jelas Hye Won.
Selama proses wawancara tersebut, Eun Bi
terlihat sangat terganggu dengan suara cetekan pena dan nggak bisa konsen. Dia
juga terus memainkan kuku jemarinya, seolah gugup dan takut.
“"Ada
yang bilang balas dendamnya terlalu kasar." Bagian itu,” ujar Eun Bi,
membacakan pertanyaan selanjutnya.
“Bagian balas dendam Boksun? Sebenarnya aku
ingin menggambarkan dengan lebih kejam lagi. Aku tak ingin membela perundung. Mereka
merusak hidup para korban. Karena itu harus kejam,” jawab Hye Won, masih terus
memainkan penanya.
Eun Bi yang sedari tadi berusaha bertahan,
pada akhirnya, nggak kuat. Dia tiba-tiba saja berdiri di tengah wawancara dan
pamit ke toilet. Hye Won yang melihat tingkahnya, kelihatan bingung. Kenapa dia
seperti itu?
Di toilet, Eun Bi berusaha menenangkan diri.
Dia terus saja mendengar suara cetekan di telinganya. Ini benar-benar
membuatnya kesulitan. Anehnya, dia menangis tapi sambil tertawa. Koo Ryeon yang
mengikutinya, mendengar suara tangis dan tawanya dari luar. Wajahnya
menunjukkan kalau ada sesuatu yang aneh dengan Eun Bi.
Begitu wawancara selesai, Jun Woong
mengemukakan pendapatnya mengenai penulis Kim Hye Won. Dia merasa ada yang
nggak beres dengan penulis itu meskipun dia terlihat seperti orang baik. Ini
berdasarkan pengalamanya mengikuti banyak wawancara, jadi dia punya firasat
yang bagus. Sama seperti Jun Woong, Koo Ryeon juga merasa ada sesuatu antara
Noh Eun Bi dan Kim Hye Won. Makanya, dia menyuruh Ryung Gu ke kantor sebentar
untuk meminjam Kunci Ingatan.
Begitu kunci di dapatkan, Koo Ryeon
memberitahu kalau mereka akan memasuki ingatan Eun Bi sekarang. Ini hal baru
bagi Jun Woong. Ah, dasar sial, pas sekali alarm pulang kerja Ryung Gu
berbunyi. Untuk kali ini, Koo Ryeon berusaha mencegahnya pulang, soalnya, tidak
mungkin dia maksud ke dalam ingatan dengan Jun Woong. Ryung Gu tetap nggak
bisa. Dia meminta Koo Ryeon menepati janji, kalau dia bisa pulang saat alarm
berbunyi. Nggak ada pilihan, Koo Ryeon pun mengalah.
Terpaksa, Koo Ryeon harus memasuki ingatan
bersama dengan Jun Woong. Melihat reaksi Koo Ryeon, Jun Woong nggak mengerti
kenapa dia begitu takut masuk ke dalam ingatan.
“Bagaimana ingatanmu? Apa cuma ada ingatan
indah?” tanya Koo Ryeon.
“Tidak juga.”
“Itu bisa sangat tak menyenangkan dan sangat
menakutkan. Itulah tempat yang disebut ingatan. Jika takut, tunggu di sini.”
“Apa kau lupa betapa berani, gigih, dan
percaya dirinya aku. Aku sudah menyelamatkan orang. Aku tak mau bersama tim
yang membenciku. Aku tak akan mengamati tim ini.”
“Kau masih saja bicara, kuanggap kau takut.
Kau di sini saja.”
Jun Woong mana suka ditantang begitu. Makanya,
dia masuk suka ke dalam ingatan Eun Bi bersama Koo Ryeon. Sebelum masuk, Koo
Ryeon memperingatinya agar tidak menyentuh apapun di dalam ingatan itu dan
jangan ikut campur.
Ingatan yang mereka masuki adalah ingatan saat
Eun Bi masih SMA. Di sana, terlihat kalau Eun Bi adalah korban bully di kelasnya. Dan entah apa yang
terjadi, tapi, ingatan Eun Bi tiba-tiba saja pecah seperti kaca sehingga Koo
Ryeon dan Jun Woong harus terus berlari memasuki satu pintu ke pintu lain. Dari
pintu lemari di kelas, mereka beralih ke kamar Eun Bi. Di sana, mereka melihat
Eun Bi yang terus mengantukkann kepala ke dinding sambil berujar : “Aku harus
mengatasinya. Jika gagal…”
Belum selesai, kaca yang ada di kamar pecah
sehingga Koo Ryeon dan Jun Woong harus berlari lagi. Kal ini, dari pintu kamar,
mereka berganti ke tempat kerja Eun Bi. Dari sana mereka terus berlari dan
berakhir di sebuah kereta. Di dalam sana, Eun Bi mengenakan seragam SMA, sedang
menonton dari ponselnya. Dia menonton acara Infinity Challenge yang bagian Jung
Jun Ha. Dan dia tertawa.
“Kurasa, ini kali pertama aku melihatnya
tertawa,” gumam Jun Woong.
Mereka nggak bisa terlalu berlama-lama di sana
karena ingatan Eun Bi kembali pecah. Mereka berlari sekuat tenaga untuk menemukan
pintu lain. Pintu terakhir di kereta dalam keadaan terkunci dan karena
terburu-buru, Koo Ryeon menjatuhkan kunci Ingatan. Sigap, Jun Woong langsung
memungut dan berusaha membuka pintu dengan kunci ingatan.
=-T O M O R R O W-=
Epilog,
Sambil menunggu Jun Woong sadar,
Koo Ryeon mencari baju untuk Jun Woong melalui online shop. Baju yang menarik perhatiannya adalah baju mahal merk
GUCCI yang dijual dengan harga murah. Ya udah, Koo Ryeon langsung membelinya
saat itu juga. Dia sangat senang bisa mendapatkan baju mahal dengan harga
murah.
But, dia
tertipu. Itu adalah baju KW. AGUCCIM. Aish, dan diam-diam, dia merasa amat
menyesal melihat kekecewaan Jun Woong saat melihat baju KW tersebut. Makanya,
pas Jun Woong lagi berganti baju, Koo Ryeon pergi menemui si penjual. Bukan hal
sulit bagi Koo Ryeon untuk menemukannya. Si penjual adalah seorang pria yang
sekarang lagi nyantai main di warnet.
Sial baginya karena dia menjual
barang KW ke pembeli yang salah. Koo Ryeon memukulinya dengan keyboard karena sudah berani menipunya.