Sinopsis K-Drama : Tomorrow Episode 03 part 2
Koo Ryeon pergi menemui Kaisar Giok dan tanpa
basa basi, meminta agar dipinjamkan mobil. Padahal, Koo Ryeon belum menjelaskan
apapun, tapi Kaisar Giok udah tahu kalau dia mau ke masa lalu dan melarang.
Sudah lama dia mengeluarkan larangan ke masa lalu karena hasilnya tidak pernah
bagus dan juga berdampak buruk untuk masa kini.
“Aku juga tidak ingin pergi. Namun, aku harus
pergi.”
“Tidak.”
“Tolong izinkan kami.”
“Apa alasanmu pergi ke masa lalu?”
“Mencari ayam goreng,” jawab Koo Ryeon.
Jawaban yang sangat tak terduga. Kaisar Giok
sampai mengulangi kata ‘ayam goreng’ berulang kali sebelum akhirnya
mengizinkannya untuk pergi. Mintalah kuncinya pada pak Baek. Nggak membuang
waktu, Koo Ryeon langsung pergi menemui pak Baek dan meminta kunci mobil ke
masa lalu. Ada satu peraturan yang harus dipatuhinya, dia harus kembali dalam
12 jam atau dia tidak akan bisa kembali.
Wow, ternyata di alam baka, mereka punya
banyak koleksi mobil mewaaaahhhh. Jun Woong sampai ngiler ingin menaiki mobil –
mobil tersebut. Diantara sekian banyak mobil mewah yang ada, mereka malah harus
menaiki mobil sedan tua berwarna merah. Jun Woong terlihat sangat kecewa. Mana
mobilnya tampak kecil jika dibandingkan ukuran badanya. Huft.
Memang mengecewakan, tapi memang mobil itulah
yang cocok untuk ke masa lalu. Tidak mencolok dan tidak juga mencurigakan. Bayangkan,
jika mereka naik mobil mewah, di tahun dimana mobil tersebut belum keluar,
tentu akan sangat mencolok dan membuat kehebohan.
Tahun
1999
Koo Ryeon benar-benar tidak mau membuang waktu
dan memerintahkan Jun Woong untuk menunjukkan arah jalan ke rumah Jae Soo,
bukannya mengaggumi masa lalu. Berdasarkan petunjuk Jun Woong, mereka tiba di kawasan
rumah Jae Soo, dulu. Di sana, ayah Jae Soo sedang menyusun barang dagangan
berupa kaos kaki di mobil pick-up sambil
mengangkat telepon dari perusahaan asuransi Hoban yang memberitahu kalau dia
sudah telat membayar premi asuransi. Ayah Jae Soo benar-benar nggak punya uang
dan berniat membatalkan polis asuransinya saja. Hm, tapi kalau dibatalkan pun,
dia hanya akan menerima jumlah yang sedikit. Namun, lain cerita kalau dia
meninggal dunia.
Selesai menerima telepon dari polis tersebut,
pas sekali, Jae Soo baru keluar rumah. Dia amat sangat bersemangat hari ini
karena hari ini adalah hari ulang tahunnya dan ayahnya berjanji akan
membelikannya ayam goreng. Selama ayahnya bekerja, dia dititipkan di TK dan
ayahnya akan menjemputnya nanti. Baru juga masuk ke mobil antar jemput TK, dia
malah diturunkan lagi karena SPP nya sudah lama menunggak dan Kepsek memutuskan
mengeluarkannya. Otomatis, Jae Soo langsung menangis keras. Dia mau ke TK
karena akan ada pesta ulang tahunnya di sana! Dia mau ke TK!!
“Jangan menangis, Jae Soo. Ayah sudah janji
akan belikan ayam goreng kesukaanmu malam ini, kan?’ hibur Ayah.
Begitu mendengarnya, Jae Soo langsung berhenti
menangis. Dan karena Jae Soo nggak ke TK, Ayahnya membawanya ikut berjualan
kaus kaki. Dari jauh, Jun Woong memperhatikan bersama Koo Ryeon. Dia jadi
kasihan karena kehidupan Jae Sook tampak sangat sulit. Dia memang sudah dengar
dari Jae Soo kalau keluarganya bangkrut akibat krisis moneter, tapi dia nggak
nyangka bakal sesulit itu. Selama perjalanan mengikuti mobil ayah Jae Soo,
mereka mendengarkan berita di radio.
Ayah Jae Soo berjualan kaus kaki di pinggir
jalan. Bisnisnya kelihatan nggak berjalan baik. Nggak ada satupun orang yang
lewat mau membeli dagangannya. Karena sepi, ayah memutuskan untuk pergi
sebentar untuk mengirim surat lamaran dan meminta Jae Soo tetap menunggu di
sana. Kalau polisi datang, bilang kalau dia akan segera kembali. Saat ayah Jae
Soo pergi, Koo Ryeon dan Jun Woong memutuskan turun dari mobil dan mengajak Jae
Soo berbincang.
Dengan lugas, Jae Soo memasarkan dagangannya.
Saat Jun Woong menanyakan, mau dipakai untuk apa uangnya? Jae Soo menjawab
kalau uangnya akan di pakai untuk membayar biaya rumah sakit Ibunya dan dia
juga harus bersekolah. Sisanya, akan di pakai untuk makan makanan enak bersama
Ayah-nya. Omong-omong, gimana Jun Woong bisa tahu kalau namanya Jae Soo?
Waduh!! Jun Woong langsung panik dan
menyangkal kalau dia memanggilnya ‘Jae Soo.’ Koo Ryeon sempat mendelik kesal ke
Jun Woong sebelum ikut-ikutan berbohong kalau Jun Woong tidak ada memanggil
namanya, Jae Soo . Dasar orang dewasa! Mereka malah mencoba membodoh-bodohi
anak kecil. Saat melihat melalui kaca jendela mobil, di kursi penumpang, ada
banyak sekali buku dan juga polis asuransi. Jae Soo dengan bangga memberitahu
kalau Ayahnya belajar dengan sangat giat, tidak tidur dan belajar setiap
hari. Dia juga bercerita kalau ayahnya
akan membelikannya ayam goreng karena ini adalah hari ulang tahunnya.
“Ya, ayam itu beli dimana? Kedai mana yang
menjual rasa kesukaanmu?” tanya Jun Woong, bersemangat.
“Ayam yang dibeli ayah.”
Masalahnya, Jae Soo nggak tahu dimana ayahnya
membelikannya ayam goreng. Yang penting, dia suka ayam goreng yang dibelikan
ayahnya. Koo Ryeon sampai capek dan menjewer telinga Jun Woong. Kan Jae Soo
udah bilang, ayahnya yang beli, ya udah tunggu saja Ayah Jae Soo dan bertanya
kepadanya. Ngapain mesti berdebat dengan anak kecil.
Ayah Jae Soo lagi menelpon setiap perusahaan
yang mempunyai lowongan yang sudah dicatatnya di buku catatan. Dia menelepon
untuk menyampaikan kalau dia sudah mengirimkan lamaran dan analisis datanya.
Sayangnya, perusahaan itu sedang tidak membuka lowongan. Auf. Dari wajahnya,
Ayah Jae Soo kelihatan sekali kecewa dan lelah.
Dari tempat jualan, dia membawa Jae Soo
beserta barang dagangannya ke rumah sakit. Karena dia sangat sibuk, Koo Ryeon
dan Jun Woong jadi nggak punya waktu
untuk mengajaknya bicara. Di rumah sakit, Ayah Jae Soo masih harus memohon
kepada pihak rumah sakit agar memberikan sedikit keringanan untuk biaya pengobatan
istrinya. Pihak rumah sakit menyampaikan kalau mereka tidak bisa memberikan
keringanan lagi. Jika dia tidak melunasi tagihan bulan ini, mereka tidak punya
pilihan lain. Selama ayahnya bicara dengan pihak rumah sakit, Jae Soo menemani
Ibunya di kamar rawat. Ibu merasa amat bersalah karena tidak bisa membuatkan
sup rumput laut di hari ulang tahun Jae Soo dan masih harus merepotkan
suaminya. Dia sadar kalau tagihan rumah sakitnya pasti sangat besar, makanya
dia ingin segera keluar. Tapi, suaminya nggak mengizinkan dan menyakinkan kalau
dia akan menyelesaikan semua masalah. Fokus saja pada kesembuhannya demi Jae
Soo.
Seolah
masalahnya belum cukup hari ini, pas keluar rumah sakit, ternyata diluar sudah
turun hujan deras. Terburu-buru, Ayah membawa Jae Soo ke dalam mobil sementara
dia bergegas menutupi dagangannya sebelum semuanya basah. Saat mau kembali ke
mobil, Jae Soo malah menghilang. Dia ada di samping mobil sedang memunguti kaus
kaki. Ayah langsung marah karena dia kan sudah bilang untuk menunggu di dalam
mobil. Selama ayah memarahinya, Jae Soo menangis terisak-isak. Dia hanya ingin
membantu ayahnya. Ayah langsung merasa bersalah dan meminta maaf.
Di
masa depan,
Kenangan itulah yang sedang di mimpikan sama
Jae Soo, sekarang. Dari aplikasi The Red
Light terlihat kalau tingkat depresi Jae Soo telah meningkat lagi menjadi
92 persen.
di
tahun 1999,
Baru juga tiba di rumah, Ayah malah harus
mendapati beberapa pria sedang mengeluarkan barang-barangnya dari dalam rumah.
Yang memerintahkannya adalah pemilik tempat karena Ayah sudah menunggak
pembayaran sewa selama beberapa bulan. Dia nggak mau menoleransi lagi dan nggak
peduli meskipun sekarang sedang hujan. Tekanan hidup yang dirasakan Ayah Jae
Soo saat ini, benar-benar berat.
Di
masa depan,
Dan perasaan yang sama sedang dirasakan Jae
Soo saat ini. Energi negatifnya telah mencapi 95 persen. Sudah sangat
berbahaya. Dan benar saja, Jae Soo terbangun dari tidurnya setelah bermimpi
buruk mengenai kesulitan masa kecil yang dialaminya. Dengan pandangan kosong,
dia pun mulai berjalan pergi. Dia sampai nggak sadar saat Ryung Gu berulang
kali memanggil namanya.
Di
tahun 1999,
Jun Woong merasa sangat kasihan melihat
kesulitan hidup Jae Soo. Padahal, Jae Soso bilang padanya kalau masa kecilnya
bahagia. Tapi, yang dilihatnya sekarang sangat berbeda dengan apa yang Jae Soo
katakan. Koo Ryeon berkomentar kalau ingatan manusia bersifat selektif. Mereka
akan menyimpan yang baik dan membuang yang buruk. Menggunakan nostalgia untuk
membungkus masa lalu. Dengan begitu, mereka bisa meneruskan hidup. Dan
sepertinya, itu yang dilakukan Jae Soo.
Namun, ada juga yang melakukan kebalikannya.
Seiring waktu, masa lalu menjadi lebih menyakitkan dan menyisakan luka. Saat
tak sanggup lagi, mereka membuat keputusan ekstrem.
Dan melihat kondisi keluarga Jae Soo saat ini,
mustahil mereka menanyakan ayah Jae Soo mengenai ayam goreng. Makanya, Koo
Ryeon merasa kalau lebih baik mereka kembali dan memikirkan cara lain untuk menghentikan
Jae Soo berpikiran bunuh diri. Jun Woong mengerti. Tapi, sebelum pergi, dia mau
berpamitan dulu dengan Jae Soo.
Ketika itu, hujan memang sudah berhenti. Dan
salju mulai turun. Pandangan Ayah Jae Soo mulai kelihatan kosong melihat
turunnya salju. Entah apa yang dipikirkannya, dia tiba-tiba saja bilang akan
mengantarkan Jae Soo ke rumah sakit untuk menemani Ibunya. Sementara dia, dia
akan menyusul.
“Jae Soo tahu kan kalau ayah sangat
menyanyangimu?”
“Ya,” jawab Jae Soo. “Kenapa ayah menangis?”
“Ayah kelilipan,” bohong Ayah. “Ayah akan
membawakanmu ayam goreng,” janjinya.
Jun Woong yang awalnya mau berpamitan,
langsung kembali ke mobil untuk melaporkan kalau ayah Jae Soo akan mengantar
Jae Soo ke rumah sakit kemudian pergi membeli ayam. Artinya, jika mereka
mengikuti Ayah Jae Soo, mereka akan tahu
kedai ayam goreng kesukaan Jae Soo. Karena itu, mereka nggak jadi pulang dan
mulai mengikuti ayah Jae Soo.
Di
masa depan,
Jae Soo benar-benar depresi. Dan tiba-tiba
saja, dia menyeberangi jalan saat lampu masih hijau. Gegara perbuatannya,
terjadi kekacauan di jalan. Dia mau bunuh diri dengan menabrakan tubuhnya ke
mobil dan untungnya, mobil-mobil sempat berhenti sebelum menabraknya. Ryung Gu
yang mengikutinya, berlari panik dan menyeretnya ke pinggir sambil memarahinya
sudah gila.
Percuma saja. Mau dimarahi apapun, Jae Soo
nggak bergeming. Ryung Gu mencoba bicara baik-baik dan menjanjikan akan
memberikannya ayam goreng yang dimakannya saat bahagia. Dia bilang ayam goreng
itu akan segera di antar. Jadi, tolong, jangan melakukan hal bodoh.
“Hari itu, saat ulang tahunku. Akhirnya aku mengerti. Arti tatapan ayahku,”
jawab Jae Soo, merenung.
Di tahun 1999,
Ayah Jae Soo mengebut di tengah jalan menuju
luar kota. Jun Woong masih belum mengerti, sementara Koo Ryeon sudah. Dia
langung tancap gas untuk mengejar mobil ayah Jae Soo. Ayah Jae Soo berencana
bunuh diri untuk mendapatkan uang dari asuransi jiwanya. Saat sudah mengerti,
Jun Woong langsung berteriak menyuruh ayah Jae Soo untuk berhenti. Teriakannya
sama sekali tidak diindahkan.
Koo Ryeon terus berusaha mengejar dan menyalip
mobil ayah Jae Soo. Dia memang berhasil menyalip dan berhenti di depan mobil
ayah Jae Soo. Karena terkejut, ayah langsung banting setir, tepat di sebelahnya
ada truk yang sedang melaku. Tabrakan tidak terelakkan.
=-T O M O R R O W-=
Epilog,
Jun Woong lagi jalan-jalan
santai sampai seorang wanita menyapanya dengan ramah. Dia memuji Jun Wonng yang
punya energi bagus dan pasti karyawan baru. Mendengar kata ‘karyawan baru’, Jun
Woong langsung semangat dan bangga. Eh, si wanita tiba-tiba saja mengucapkan
kata ‘Jumadeung’ yang artinya kilas balik. Jun Woong salah paham, mengira
wanita itu membahas kantor Jumadeung dan kalau mereka sejenis. Mana pas dia
bertanya wanita itu ada di tim mana, wanita itu menjawab kalau dia bersama
dengan ‘orang itu’ (dengan tangan menunjuk ke atas). Makin salah pahamlah Jun
Woong. Dia nggak ragu sama sekali waktu wanita itu memintanya mengikuti karena
dia disuruh membawa Jun Woong.
And, wanita
itu membawa Jun Woong ke tempat seperti tempat dukun. Dia menipu Jun Woong
untuk melakukan persembahan. Tentu saja, Jun Woong merasa amat sangat kesal dan
malu karena sudah tertipu hanya kata ‘Jumadeung.’
Eitt, jangan khawatir karena
yang tertipu bukan hanya Jun Woong. Joong Gil juga tertipu dengan kata yang
sama ‘Jumadeung.’ Wkwkwk, padahal dia udah lebih lama kerja daripada Jun Woong.