Sinopsis K-Drama : Tomorrow Episode 04 part 1

 

Sinopsis K-Drama : Tomorrow Episode 04 part 1



Ayah Jae Soo berniat bunuh diri dan Koo Ryeon mencoba mencegahnya dengan menyalip mobil ayah Jae Soo dan berhenti di depan mobil tersebut. Namun, karena terkejut, ayah Jae Soo tidak sempat mengerem dan refleks banting setir, tepat ke arah truk yang sedang melaju. Kecelakaan tidak terelakkan. 


But, Koo Ryeon menggunakan kekuatannya untuk menghentikan tabrakan tersebut. Dia menyelematkan nyawa ayah Jae Soo. Mungkin, di mata ayah Jae Soo, yang dialaminya adalah sebuah mukjizat. Begitu kecelakaan terelakkan, dengan marah, Jun Woong menarik ayah Jae Soo keluar dari mobil dan memarahinya habis-habisan karena berniat bunuh diri. Ayah Jae Soo terlihat jelas sudah lelah dan nggak bisa memikirkan cara lain lagi demi membantu keluarganya. Dipikirannya, dia harus mati agar keluarganya bisa hidup! Mau seperti apapun Jun Woong menghalangi, ayah Jae Soo terus berniat kembali ke mobil dan mau bunuh diri.

Koo Ryeon sangat pusing sekarang. Dan semakin pusing saat mendapat telepon dari Ryung Gu yang memberitahu kalau Jae Soo barusan berniat bunuh diri, namun, dia berhasil mencegahnya. Dia menelepon agar Koo Ryeon segera kembali.

--


Jae Soo kecil baru saja ke kamar mandi dan saat kembali, Ibunya nggak ada di ranjang. Suster yang sedang merapikan tempat tidur, memberitahu kalau Ibu sedang menjalani perawatan. Dan anehnya, suster itu malah bilang sama Jae Soo, yang notabene adalah anak kecil kalau mereka sedang menunggu pembayaran. Kapan Ayah Jae Soo datang? Jae Soo tentu nggak bisa menjawab pertanyaan tersebut.

Dan begitu suster keluar, Jae Soo mulai menangis. Dia takut ayahnya nggak kembali.

--


Ayah Jae Soo masih di jalan dan masih berdebat dengan Jun Woong. Lama kelamaan, Koo Ryeon jadi muak dan turun tangan. Dia mengingatkan ayah Jae Soo kalau hari ini adalah hari ulang tahun Jae Soo! Ayah Jae Soo tahu itu dan merasa bersalah karena dia adalah ayah yang tidak bisa membelikan ayam di ulang tahun anaknya sendiri. Menurutnya, dia mati agar anaknya bisa makan tanpa harus mencemaskan uang. Kenapa mereka malah menghalanginya? Dia hanya mau mati!

Plaakkk!! Tamparan keras mendarat di pipinya. Koo Ryeon berteriak menyuruhnya untuk sadar? Apa dia kira hanya dia yang gagal? Ada banyak orang yang terpuruk seperti dirinya!

“Aku bangun, melihat perusahaanku bangkrut, dan utangku semakin melambung tanpa ada akhirnya. Aku… Aku merasa seperti sampah.”


“Jadi? Apa mati menyelesaikannya? Apa kau pikir putra dan istrimu akan bahagia hidup dari uang asuransimu?”

“Kalau begitu… Apa yang harus kulakukan? Hanya… Hanya ini satu-satunya yang bisa kulakukan,” tangis Ayah Jae Soo, merasa frustasi akan hidupnya.


Di masa depan,

Ryung Gu masih terus mengikuti Jae Soo yang masih berkeliaran di jalan tanpa arah dan tujuan. Dia sudah menasehati Jae Soo untuk pulang, tapi percuma. Bagi Jae Soo, besok tidak akan ada bedanya dengan hari ini. Apa tahun depan akan berbeda? Dia merasa seperti terjebak di hutan waktu yang tak berujung. Sepertinya, dia tidak memiliki kenangan bahagia. Seperti dirinya, ayahnya…

Belum sempat Ryung Gu mendengarkan ucapan Jae Soo sampai selesai, dia mendapat telepon dari Koo Ryeon. Koo Ryeon ingin tahu keadaan di sana? Ryung Gu menjawab kalau level energi negatif Jae Soo masih belum turun juga. Koo Ryeon menghela nafas berat. Dia hanya bisa meminta Ryung Gu terus mengawasi jae Soo dengan baik dan dia akan terus berusaha mencari jalan keluar. Belum juga selesai bicara, Jae Soo tiba-tiba saja berlari dengan kencang. Mau nggak mau, Ryung Gu langsung mematikan telepon dan mengejar Jae Soo.


Mereka udah nggak punya waktu lagi. Mereka harus segera menemukan ayam goreng. Setidaknya, mereka harus bisa memberikan ayam goreng untuk Jae Soo. Ditambah lagi, terowongan untuk kembali akan segera tertutup. Jika mereka terlambat, mereka tidak bisa kembali. Mereka sekarang di pacu oleh waktu.

“Paman, tunggulah sebentar. Kami akan membelikan ayam goreng,” janji Jun Woong, sebelum pergi. “Selama itu, pikirkan baik-baik apa yang penting bagimu.”


Pada akhirnya, mereka nggak tahu kedai ayam favorit Jae Soo. Walau begitu, mereka tetap bertekad membelikannya ayaom goreng dari kedai ayam goreng apapun yang masih buka. Masalahnya, karena sudah terlalu larut malam, di sepanjang jalan yang mereka lewati, nggak ada satupun kedai ayam goreng yang buka. Setelah ke sana kemari, akhirnya, mereka menemukan sebuah kedai ayam goreng yang masih buka. Nama kedai tersebut adalah : Kedai ayam Jumadeung. Hm, namanya terasa nggak asing.


Koo Ryeon yang pintar, terpikir sesuatu. Seolah semua sudah ditentukan. Sebelum pergi tadi, dia kan ada bilang ke Kaisar Giok kalau dia akan ke masa lalu untuk mencari ayam goreng. Ketika mendengar kata ‘ayam goreng’, Kaisar Giok kan mengulang beberapa kali sebelum mengizinkannya. Sepertinya, dia sudah tahu kalau hal ini akan terjadi. Dan memang dugaan Koo Ryeon amat benar. Di dalam kedai itu, nggak ada siapapun. Namun, ada bahan – bahan untuk membuat ayam goreng di atas meja. Jun Woong benar-benar nggak sadar kalau ini adalah perbuatan Kaisar Giok dan malah mengira kalau kedai beneran kosong. Koo Ryeon yang udah tahu, menyuruh agar mereka membuat ayam goreng sendiri. Dan dengan bangga, Jun Woong memberitahu kalau dia punya sertifikat memasak. Dengan begitu, Jun Woong yang bertugas meracik bumbu dan menggoreng, sementara Koo Ryeon yang memotong ayam.


Ayam goreng pun jadi dan siap diantarkan kepada Jae Soo. Jun Woong membuatkan dua porsi ayam goreng : satu untuk Jae Soo kecil dan satu lagi untuk Jae Soo di masa depan. Saat Jun Woong sibuk membungkus, Koo Ryeon sibuk menulis sesuatu di kertas post-it : “Kegagalan artinya kau harus coba lagi.” Dia menulis di dua kertas dan menempelkannya ke masing-masing bungkusan ayam goreng. Semua sudah selesai.

Dan saat mau berangkat, Jun Woong yang barusan pergi ke kamar mandi, keluar dengan mengenakan seragam ayam berwarna kuning. Dia menemukan seragam itu di atas meja. Ada sepasang. Satu berwarna kuning dan satu lagi seragam ayam berwarna hitam. Hm, sudah bisa ditebak, Jun Woong memaksa Koo Ryeong untuk mengenakan seragam ayam warna hitam demi hari ulang tahun Jae Soo agar menyenangkan.

“Mati pun aku tak mau,” ujar Koo Ryeon, tegas.

--



Entah apa yang terjadi, kita hanya di perlihatkan Jun Woong dan Koo Ryeon bergegas kembali ke masa depan. Di masa depan, Ryung Gu sedang berusaha menahan Jae Soo yang mau bunuh diri dengan melompat dari atap gedung. Jae Soo benar-benar kesal karena orang asing seperti Ryung Gu terus saja mengikutinya. Kenapa?!

“Berhentilah. Kau sebenarnya tak mau mati. Kau ingin tetap hidup!” teriak Ryung Gu.

Pas sekali, Jun Woong dan Koo Ryeon tiba dengan sebungkus ayam goreng. Jun Woong langsung memberikannya pada Jae Soo dan bilang kalau itu adalah ayam goreng yang Jae Soo makan bersama ayahnya di hari ulang tahunnya. Diatas bungkusan ayam goreng itu ada tulisan “Kegagalan artinya kau harus coba lagi.” Itu yang sering dikatakannya ke Jun Woong.

Dan berkat itu, dia jadi teringat sebuah kenangan di masa kecilnya.


Tahun 1999,

Ayah Jae Soo batal bunuh diri dan bergegas ke rumah sakit untuk menemui keluarganya. Merekalah yang terpenting. Dia hanya bisa meminta maaf pada mereka dan berjanji akan berusaha lebih keras lagi. Setelah membicarakan masalah keluarga, ayah menyampaikan kalau dia sudah membawakan ayam goreng yang dijanjikannya.




Begitu diberi tanda, masuklah Jun Woong dan Koo Ryeon yang mengenakan seragam ayam. Wkwkwk, akhirnya, dia kalah dari bujuk rayu Jun Woong. Dengan penuh semangat, Jun Woong menyanyikan lagu ulang tahun untuknya sambil memaksa Koo Ryeon untuk menari. Setelah itu, ayam goreng diberikan pada ayah Jae Soo. Dan setelah semuanya selesai, mereka pun pamit pergi.

Seolah ada secercah harapan, tepat di saat itu, ayah Jae Soo mendapat telepon dari sebuah perusahaan yang sudah melihat lamaran dan analisis datanya. Dia menelepon untuk mengabari kalau belum ada lowongan untuknya. Kabar itu membuat ayah Jae Soo semakin down . Namun, rasa down itu menghilang saat dia melihat pesan post it yang ditempelkan Koo Ryeon.

“Kegagalan artinya kau harus coba lagi. Kau harus berusaha keras lagi. Suatu saat akan berhasil. Pasti,” nasehati Ayah pada Jae Soo, sekaligus nasehat untuk diri sendiri.  Agar tidak menyerah.

Dan kembali ke masa depan,


Jae Soo mengenali ayam goreng itu sebagai ayam goreng yang dibelikan ayahnya saat dia berulang tahun. Dia masih mengenalinya.

“Saat ini, memang rasanya kau tertinggal dari yang lain. Meski begitu, hiduplah. Jangan merasa ingin mati karena cuaca yang cerah atau cuaca berubah mendung. Mulailah dari sana. Saat menjalani hidup, akan ada saatnya kau sadar bahwa semua yang kau lalui itu untuk hari ini. Karena itu… teruslah hidup,” nasehati Koo Ryeon.

“Jun-woong yang mengirim kalian, 'kan? Dia masih hidup, 'kan?”

“Kau benar. Karena itu, hiduplah dengan baik, dan kalian bisa segera bertemu,” jawab Jun Woong, yang tidak dikenali oleh Jae Soo.



Setelah mendengar jawaban itu, Jae Soo mulai memakan ayam gorengnya. Dan secara bertahap, energi negatifnya mulai turun hingga ke titik aman, di bawah 50 persen. Yang artinya, dia tidak ingin bunuh diri lagi. Sambil makan, Jae Soo mulai menangis terisak-isak. Jun Woong jadi panik dan memintanya untuk tidak menangis.

“Ayam ini tidak enak. Rasanya yang tidak enak membuatku menangis. Sangat tidak enak,” beritahu Jae Soo.


Wkwkwkw, Ryung Gu langsung menyindir kalau ingatan memang nggak bisa di percaya. Hahahahaha. Jun Woong jelas gengsi lah dan merasa kalau ayam goreng buatannya enak. Dia meminta Koo Ryeon dan Ryung Gu untuk mencobanya, tapi nggak ada satupun yang mau. Parahnya, pas dia mencobanya sendiri, dia malah memuntahkannya. Rasanya memang nggak enak.


Sedikit intermezzo,

Saat di perjalanan masa lalu, Koo Ryeon dan Jun Woong kan sempat mendengar berita di radio mobil. Dari berita itu mereka jadi tahu kalau tanggal hari itu adalah tanggal 16 Desember. Tanggal yang langsung mengingatkan Jun Woong pada suatu hari di masa lalunya. Dan saat mereka berhenti di lampu merah, Jun Woong langsung lari keluar mobil menuju suatu tempat.


Dia pergi ke kawasan rumahnya untuk membawa dirinya yang masih bocil dan asyik bermain ddakji. Padahal, hari ini adalah hari ayahnya akan melakukan perjalanan dinas, tapi bukannya bergegas pulang, dia malah fokus mau mendapatkan ddakji emas. Soalnya, dia yakin kalau ayahnya akan cepat pulang dan membawakannya banyak hadiah. Belum juga dia mendapatkan ddakji yang diinginkannya, seorang pria malah menggendongnya dan membawa paksa dia pulang ke rumah.


Ayah sudah mau berangkat dan hanya Ibu yang mengantarkannya ke mobil. Ibu sedikit kesal karena Jun Woong belum pulang padahal sudah di pesan, tapi ayah nggak masalah soalnya dia hanya akan pergi sebulan. Jun Woong masa depan hampir saja gagal mempertemukan Jun Woong bocil dengan ayahnya jika bukan karena Koo Ryeon. Koo Ryeon mendadak berhenti di depan mobil ayahnya yang mau pergi sehingga dia sempat mengejarnya. Seolah nggak mau ketahuan membantu, Koo Ryeon langsung pergi begitu saja.



Walau begitu, yang penting, Jun Woong bocil sempat bertemu ayahnya sebelum melakukan perjalanan dinas. (Lihat di episode 03, Ayah Jun Woong meninggal saat melakukan perjalanan dinas dan sepertinya itulah hari itu. Makanya, Jun Woong ingin dirinya pas bocil bertemu dengan ayahnya untuk terakhir kalinya). Supaya nggak ada penyesalan, Jun Woong pun menyampaikan semua perasaannya. Mulai dari dia merindukan Ayahnya, menyanyangi dan ingin foto bersama. Tentu saja, dia mengatakan kalau itu yang dikatakan Jun Woong bocil padanya barusan. Jun Woong bocil membantah mengatakan hal itu, tapi Jun Woong tetap bersikeras.


Ayah percaya pada ucapan Jun Woong kalau Jun Woong bocil mengatakan itu semua. Makanya, dia mau berfoto. Pas sekali Ibu keluar dari rumah sambil menggendong adik Jun Woong yang masih bayi. Langsung saja, Jun Woong menawarkan diri untuk memfoto mereka sekeluarga. Ayah sangat berterimakasih atas bantuannya karena biasanya selalu dia yang memotret keluarganya.


Dan berkat moment yang singkat tersebut, masa depan Jun Woong sedikit berubah. Dulu, dia nggak pernah punya foto keluarga bersama ayahnya. Dan sekarang, ada. Ada satu foto keluarga mereka bersama Ayah.

 

Post a Comment

Previous Post Next Post