Sinopsis
K-Drama : Tomorrow Episode 07 part 2
Masalah
tadi membuat Ye Na sangat kepikiran. Dia mencoba menenangkan diri dengan pergi
ke café, tapi di sana, dia malah mendengar orang-orang mengomentari tubuhnya.
Ada yang iri dengan tubuhnya yang kurus, yaitu para wanita, namun, para pria
malah mengejek tubuhnya yang terlalu kurus. Semua hal itu benar-benar membuat
Ye Na merasa tertekan dan stress. Dia menutup telinganya, tapi
komentar-komentar mereka terus terngiang. Koo Ryen dkk yang mengikutinya,
menyadari kalau sesuatu akan segera terjadi pada Ye Na. Energi negatifnya di
aplikasi terus meningkat.
Di
pesta perusahaan, Ye Na benar-benar nggak fokus untuk makan. Dia hanya terus
diam. Suasana tim mereka sangat muram. Man Sik yang memperhatikan daritadi,
malah memperburuk situasi. Dia mengeluhkan Ye Na yang terus minum dan bukannya
makan. Setelah itu, dia mulai mengomentari badan Ye Na yang kurus dan pria
tidak akan suka. Dari Ye Na, dia mengomentari badan Bo Ram juga. Setelah semua
hinaan itu, dia memuja muji tubuh Koo Ryeon dan menyuruh mereka agar seperti
itu. Para pegawai tentu muak dan risih dengan semua komentarnya tersebut.
Gegara
komentar Man Sik, mental Ye Na yang lagi nggak stabil, membuatnya berhalusinasi
kalau semua orang mengomentari fisiknya. Dan sama seperti tadi, emosinya keluar
dan dia langsung pergi begitu saja dari sana. Koo Ryeon dan yang lain langsung
mengejar, tapi mereka kehilangan jejak. Tepat saat itu, sistem Jumadeung sudah
selesai di perbaiki. Aplikasi juga berfungsi normal dan benar, target mereka
adalah Shin Ye Na. Koo Ryeon memutuskan agar mereka berpencar mencari Ye Na.
Jun Woong yang menemukan Ye Na terlebih dahulu. Dia melihat Ye Na naik ke
sebuah taksi dan langsung mengikutinya.
Ye
Na pulang ke apartemennya. Di dalam apartemenya, sudah ada tabung berisi gas.
Nggak pikir panjang lagi, Ye Na menyalakan tabung tersebut. Dia akan bunuh diri
dengan menghirup gas yang dikeluarkan dari tabung. Beruntunglah Jun Woong
mengikutinya dan berhasil menyelematkannya tepat waktu. Dia langsung melarikan
Ye Na ke rumah sakit. Nyawa Ye Na tertolong, tapi dia tidak merasa
berterimakasih sama sekali. Hal itu
membuat Jun Woong tidak mengerti. Apa alasan Ye Na mau bunuh diri? Apa yang
membebaninya?
“Aku
tak tahu. Kenapa aku harus hidup seperti ini. Untuk apa aku hidup.”
“Kenapa
kau sangat terobsesi untuk kurus?”
“Obsesi?”
“Maaf
jika aku menyinggungmu. Kudengar kau muntah setelah makan.”
“Orang
normal tak akan mengerti.”
“Kau
lebih kurus dari kebanyakan orang.”
Ye
Na pun mulai menceritakan kisahnya. Dari kecil, dia memang sudah bertubuh
gemuk. Dan sampai SMA pun, dia masih gemuk. Gegara tubuhnya yang gemuk, dia
diberi julukan ‘Kolera’ oleh teman sekelasnya. Itu karena saat itu wabah Kolera
babi sedang memuncak. Dia tidak punya teman dan setiap hari harus mendengar
hinaan orang yang menyebutnya seperti ‘babi’. Dia merasa ingin mati saat itu.
Caranya, dengan gantung diri. Semua sudah dia siapkan. Namun, saat menginjak
kursi untuk gantung diri, kursi itu malah patah karna tidak kuat menahan berat
tubuhnya. Itu membuatnya semakin membenci dirinya sediri. Dia mulai berpikir,
jika gemuk, dia pun nggak bisa mati sekehendak hati. Sejak saat itu, dia mulai
membuat dirinya memuntahkan makanan. Dia membuat dirinya kelaparan sampai
hampir mati.
Perlahan,
sejak itu, dia menjadi kurus. Namun, kebiasaan itu tidak berubah. Dia hanya
makan agar tidak mati dan memuntahkannya setelah kenyang. Kenapa? karena di
matanya, dirinya masihlah yang dulu. Gadis gemuk yang menjadi hinaan
orang-orang. Saat berat badannya turun, orang mulai bertanya caranya dan iri.
Itu membuatnya senang dan juga bangga pada dirinya. Dia berkerja keras dan
mendapatkan penghargaan. Dia melakukan semua itu agar orang – orang tak akan
memperhatikannya. Namun, mau dia kurus atau gemuk, semua orang tetap saja
membicarakan penampilannya. Makanya, saat dia makan agar kenyang, dia selalu
teringat trauma masa lalunya. Rasanya seperti terpenjara dan mustahil untuk
meloloskan diri. Dia sangat membenci dirinya saat ini.
Cerita
itu membuat Jun Woong terdiam dan tidak tahu harus mengatakan apa. Seperti
biasa, dia menemui Koo Ryeon dan memintanya agar bisa bicara dengan Ye Na.
Namun, untuk kali ini, dia menyuruh Jun Woong yang melakukannya. Jun Woong yang
membawa Ye Na kemari, jadi selesaikan sampai akhir. Ryung Gu sedikit tidak
setuju, tapi Koo Ryeon merasa sudah waktunya mereka memercayai Jun Woong. Dia
menyuruh Jun Woong melakukannya dengan caranya sendiri.
Setelah
mendapat izin dan dukungan dari Koo Ryeong, Jun Woong kembali dan mencoba
bicara dengan Ye Na. Ternyata, adik Jun Woong pernah mengalami hal serupa seperti
Ye Na. Saat persiapan ujian masuk universitas, berat badan adiknya naik sampai
10 kg lebih. Ketika itu, dia tidak terlalu mencemaskannya karena adiknya selalu
terlihat ceria. Hingga suatu hari, adiknya pulang dnegan wajah sedih dan
mengurung diri di kamar. Itu karena dia dan pacarnya putus. Alasannya karena
tubuhnya gemuk. Setelah itu, adiknya mulai merasa depresi. Saat mau membeli
baju dan menanyakan harganya, alih-alih menjawab pertanyaan adiknya, pramuniaga
malah bilang baju itu tidak akan muat untuknya. Semua hal itu menumpuk. Adiknya
mulai kesulitan menghadapi tatapa orang lain.
Adiknya
mulai mengurung diri di kamar dan menolak keluar. Dia juga tidak mau makan.
Saat itu, Ibunya sangat marah.
“Apa kau bodoh? Jawab ibu, apa
kau bodoh? Kau tidak bodoh. Kenapa termakan omongan orang-orang dan mengubah
dirimu? Orang yang menilai dari penampilan luar akan tetap mengkritikmu tak
peduli betapa sempurnanya dirimu. Sampai kapan mau diatur mereka? Hidupmu
milikmu atau mereka? Tak peduli apa yang orang katakan kau harus berpihak pada
dirimu. Kau cantik. Ibu membesarkanmu menjadi secantik ini,” ujar Ibu.
Mendengar
kisah adik Jun Woong, Ye Na tidak merasa terhibur sama sekali. Menurutnya, apa
yang dialami oleh adik Jun Woong hanyalah sementara, tetapi dia, dia harus
dihakimi seumur hidup. Karena dia gemuk, dia terjebak di penjara yang orang
lain buat untuknya.
“Benar.
Aku tak pernah mengalaminya, jadi, aku tak tahu pasti. Mungkin orang yang
membuat penjara itu dan memasukkanmu ke sana adalah orang yang membuatmu
terluka selama ini. Namun… bukankah dirimu yang mengunci pintu itu sehingga kau
tak bisa melarikan diri? Jangan berusaha
terlalu keras mempertahankan tubuh yang tak kau inginkan. Tubuhmu adalah
milikmu, bukan orang lain. Kau harus mencintai dan merawat tubuhmu sendiri.”
Perkataan
Jun Woong, tepat sasaran. Jauh di alam bawah sadarnya, Ye Na memang mengunci
dirinya di masa lalu dalam sebuah penjara. Dia melakukannya karena takut akan
anggapan orang lain. Dia yang melakukannya dan seiring waktu, dia lupa bahwa
kunci penjara itu ada di tangannya sendiri. Dia yang bisa memutuskan, untuk
mengeluarkannya atau tidak. Dan Dia sudah lama ingin mengeluarkan dirinya dari
penjara yang dibuat orang-orang untuknya. Perkataan Jun Woong barusan, seperti
menyadarkan kalau kunci itu ada di tangannya. Dan sekarang, dia sudah tidak mau
lagi terbelenggu dalam penjara yang dibuat oleh mereka yang menghakiminya.
Perlahan,
energi negatif Ye Na turun hingga tidak lagi berbahaya. Ryung Gu cukup terkejut
dengan performa Jun Woong. Sementara Koo Ryeon, dia menyadari ucapan Kaisar
Giok bahwa perkataan mempunyai kekuatan untuk mengubah pemikiran orang lain.
Karena
tugas mereka sudah selesai, Koo Ryeon memerintahkan pada Ryung Gu untuk segera
melenyapkan surat lamaran mereka dan masukkan surat pengunduran diri. Ah, untuk
terakhir kali, dia harus menyelesaikan pekerjaannya.
Dia
mengajak Man Sik untuk bertemu di sebuah atap. Seperti biasa, Man Sik memuja
muji tubuh Koo Ryeon. Sekarang, dia membahas kaki Koo Ryeon yang indah tapi
amat disayangkan karena disembunyikan dengan celana. Lebih baik jika dia
memakai rok pensil. Auhff! Selama beberapa hari ini, Koo Ryeon sudah bersabar.
Dan hari ini, dia pun memberikan hukuman pada Man Sik karna selalu saja
membicarakan tubuh wanita dengan tidak sopan. Man Sik jelas terkejut dipukuli
habis-habisan sama Koo Ryeon.
“Kupikir
kau akan cepat belajar jika mengalaminya langsung, bukan? Mulai sekarang, setiap
kali menyakiti hati orang, ususmu akan terasa dipelintir dan tak bisa berhenti
ke toilet. Dosa mulutmu akan dibayar oleh tubuhmu. Nantikan sisa hukumanmu
setelah kau mati,” ujar Koo Ryeon, memberitahu hukumannya dan ctek!
Man
Sik masih belum sadar dan menganggap Koo Ryeon orang gila. Tapi, tidak butuh
waktu lama bagi dia untuk menerima hukumannya. Baru beberapa detik, tiba-tiba
saja perutnya terasa amat sakit. Saking sakitnya, mau jalan aja dia nggak bisa.
Dia kebelet BAB. Parahnya, dia nggak bisa menahan hasrat BAB dan ya udah, dia
BAB di celana. Arghhh!!
--
Kondisi
mental Ye Na sudah jauh lebih stabil dari sebelumnya. Dia pun mengajak Bo Ram
untuk bertemu. Dia ingin bertanya, bagaimana caranya Bo Ram bisa mengatasi saat
orang-orang mengejeknya? Sampai sekarang, dia masih saja kesal ketika mendengar
orang membicarakan fisik orang lain.
“Sebenarnya,
aku juga tak suka mendengar perkataan itu. Namun, aku sangat bahagia dengan
tubuhku. Kurasa karena itu bisa segera melupakannya. Mungkin kau tidak
menyangka, namun aku sangat kurus saat kecil. Aku sakit-sakitan. Kemudian,
ajaibnya kondisiku membaik. Karena hidup hanya sekali, tanpa
peduli pada omongan orang, kuputuskan makan yang kumau dan bersenang-senang. Tentu
saja sambil menjaga kesehatan. Karena standar kebahagiaanku adalah diriku
sendiri.”
“Terima
kasih, Nona Jeong,” ujar Ye Na.
Bo
Ram pun menyodorkan Ye Na agar dia mencoba dessert
yang mereka pesan. Dan untuk pertama kalinya setelah sekian lama, Ye Na
benar-benar bisa menikmati makanannya. Sangat enak.
--
Kasus
Ye Na membuat Jun Woong banyak berpikir. Dia menjadi cemas dan memikirkan,
bagaimana yang terjadi jika Ye Na bertemu orang yang tidak tahu cara
menolongnya?
“Apa
kita punya pilihan lain? Apa pun yang terjadi tugas kita tetap berusaha
menyelamatkan mereka. Hanya mereka sendiri yang bisa keluarkan diri mereka dari
situasi itu. Daripada menawarkan solusi, tugas kita adalah memberi penghiburan,
bersimpati, dan dukungan. Sulit untuk mendengar hal tersebut di dunia yang
keras ini. Lagi pula, kau tak bekerja sendirian. Untuk apa khawatirkan hal yang
belum terjadi?”
“Baiklah.
Aku mengerti,” jawab Jun Woong. “Omong-omong, saat di ruang gawat darurat,
kenapa kau percayakan kepadaku?”
“Aku
merasa kau akan mengerjakannya dengan baik.”
“Berdasarkan
apa?”
“Anggap
saja firasat orang tua. Sekarang, pulanglah.”
=-T O M O
R R O W-=
Epilog,
Akibat sistem Jumadeung yang bermasalah, Kaisar Giok juga harus
menyelesaikan pekerjaannya secara manual. Dia harus memberikan persetujuan pada
dokumen daftar arwah yang ditulis tangan. Dia sudah mengerjakannya seharian dan
masih belum selesai juga. Mau mengeluh, juga nggak bisa karena karyawannya pun
mengalami hal serupa. Tapi…. Baru juga mau menyelesaikan dokumen yang ada di
atas meja, Joong Gil malah datang dengan anak buahnya membawa setumpuk dokumen.
Dokumen – dokumen itu harus ditandatangani demi meninjau sistem manajemen
jaringan. Yak!!!