Sinopsis
K-Drama : Tomorrow Episode 10 part 1
Hati
Koo Ryeon menjadi tidak tenang setelah berpas-pasan dengan Joong Gil tadi. Dia
jadi teringat dengan kehidupan masa lalunya. Ketika itu, Koo Ryeon mengenakan
hanbok putih dan sedang bertemu dengan seorang tetua. Tetua itu memberikannya
sebilah pisau dan menyuruhnya memutuskan : mati terhormat atau mati di tangan
orang lain. Ekspresi Koo Ryeon terlihat terkejut ketika dia di suruh memilih.
Scene
kemudian beralih ke saat dirinya yang berdiri di depan seorang pria yang
berpakaian seperti pengawal. Pria itu mengeluarkan pedang dan memperingatkan
Koo Ryeon untuk tidak melangkah maju selangkahpun. Jika dia melakukannya, dia
akan memenggalnya. Koo Ryeon tidak takut sedikitpun dan terus melangkah maju.
Seperti peringatannya, dia pun mengayunkan pedang untuk memenggal kepala Koo
Ryeon. Sebelum pedang itu menyentuh kepalanya, seseorang maju untuk
menghentikan.
Semua
ingatan itu membuat Koo Ryeon merasa amat cemas sehingga dia menemui Kaisar
Giok. Bukankah Kaisa Giok bilang kalau dia (Joong Gil) hanya berwajah sama tapi
orang yang berbeda. Namun, kenapa Joong Gil berusaha mengingatnya? Dia
seharusnya tidak mengingatnya?
“Sebab
itu kau takut? Karena kau membunuh orang yang dicintainya?” tanya Kaisar Giok.
“Kurasa kau tak bisa mengelak. Terkadang, kata-kata paling tuluslah yang paling
menyakitkan.”
“Kenapa
kau memercayakan Tim MR kepadaku?”
“Agar
kau dapat mewujudkan keinginanmu. Aku penasaran. Ini kali pertama ada orang
yang begitu berani.”
Episode 8
: Napas
Ryung
Gu akhirnya menemukan orang yang dicarinya selama ini. Dan orang itu sedang
dalam keadaan hamil besar. Meskipun dia menemukannya, orang itu tidak
mengenalinya sama sekali.
--
Target
kasus mereka kali ini adalah sepasang anak kembar : Chan Yun Jae (L) dan Cha
Yun Hui (P). Diantara keduanya, energi negatif Cha Yun Hui yang paling tinggi,
yaitu : 94 persen sementara Cha Yun Jae adalah 88 persen. Dan untuk kasus kali
ini, Koo Ryeon menugaskan Jun Woong yang menanganinya. Dia juga dengan sengaja
menyuruh Ryung Gu untuk mengambilkan pesanan minuman sebelum dia menjelaskan
kasus ini ke Jun Woong. Kasus kali ini mereka harus lebih siaga daripada kasus
lainnya. Kasus ini sangat sensitif untuk Ryung Gu, jadi Jun Woong harus
mengawasi Ryung Gu dengan baik. Kasus kali ini berhubungan dengan pelecehan
seksual.
Target
mereka, Cha Yun Hui, adalah korban pelecehan seksual. Apa yang dialaminya
membuat emosinya tidak stabil, sifatnya berubah dan dia takut berhubungan
dengan pria, termasuk Yun Jae, kembarannya. Video saat Yun Hui diseret oleh
seorang pria ke tempat sepi juga terekam oleh CCTV yang ada di jalan dan
menyebar dengan luas. Berkat CCTV itu pelaku bisa ditangkap dengan cepat.
Hukuman yang diterima oleh pelaku pada vonis di sidang pertama adalah 2 tahun
penjara dan masa percobaan. Mendengar hukumannya, Jun Woong berpendapat kalau
itu terlalu ringan. Hal sama juga yang dipikirkan oleh orang tua Yun Hui
sehingga mereka mengajukan banding. Tugas mereka sekarang adalah menurunkan
energi negatif Yun Hui dan Yun Jae agar mereka bisa mengikuti sidang banding.
Mengingat kondisi Yun Hui, maka di putuskan Koo Ryeon yang akan menanganinya
sementara Jun Woong dan Ryung Gu akan menangani Yun Jae.
Dan
seperti yang sudah dikatakan oleh Koo Ryeon, setelah mendengar kasus mereka
kali ini, Ryung Gu diliputi oleh amarah. Hal itu tidak luput dari perhatian Jun
Woong sehingga dia meminta Koo Ryeon memberitahunya secara jujur apa yang
terjadi dengan Ryung Gu agar dia tidak membuat kesalahan.
“Saat
dia kecil, ibunya jadi korban pemerkos*an. Setelah itu, Ibunya bunuh diri,”
beritahu Koo Ryeon. “Kasus ini akan sangat berat untuknya.”
Jun
Woong terdiam. Tidak tahu harus mengatakan atau merespon seperti apa.
--
di
Rumah Sakit Universitas Myeongsin
Koo
Ryeon menemui Yun Hui dengan menyamarkan identitas menjadi jaksa yang akan
menangani kasusnya. Tanpa melihat kartu nama Koo Ryeon, Yun Hui langsung
meremasnya. Dia sama sekali tidak ingin membicarakan kasusnya.
Disaat
yang sama, Jun Woong dan Ryung Gu menghampiri Yun Jae yang sedang melakukan
demo sendirian di depan gedung pengadilan. Tuntutannya agar pelaku mendapatkan
hukuman yang layak. Sama seperti Koo Ryeon, mereka juga menyamarkan identitas
menjadi reporter dari sebuah media. Meerka ingin mewawancarainya dan
membantunya. Belum apa-apa, Yun Jae sudah bilang kalau kejadian itu adalah
salahnya.
Namun
menurut Yun Hui, kejadian tersebut adalah salahnya. Saat Yun Jae menelpon untuk
memberitahu kalau ada reporter yang ingin mewawancarai terkait kasus tersebut,
Yun Hui langsung menolak. Dia nggak peduli mau mereka menang atau kalah di
persidangan. Jadi, berhentilah! Dia tidak ingin bertemu siapapun, jadi jangan
datang menemuinya. Dia juga tidak akan datang ke persidangan ulang!!
Setelah
menerima telepon Yun Jae, Yun Hui juga mengusir Koo Ryeon. Jika dia ingin tahu
mengenai dirinya, cari saja di internet. Ada banyak berita mengenai kasus yang
dialaminya. Emang dia kira kalau jaksanya berubah, hukum juga berubah? Dia
tidak tertarik untuk naik banding. Koo Ryeon tetap nggak menyerah dan nggak ada
niat untuk pergi juga. Dia mau mendengar cerita Yun Hui langsung sebelum
mengambil keputusan. Maka, dia akan menunggu di sana hingga Yun Hui siap untuk
bercerita.
Di
tempat Jun Woong, dia dan Ryung Gu membawa Yun Jae ke café untuk mendengarkan
ceritanya. Yun Jae masih terus menyalahkan dirinya atas kondisi Yun Hui. Gegara
dirinya, Yun Hui yang dulunya ceria menjadi seperti ini. Membuat Yun Hui yang
dulunya suka berias, jadi hanya memakai baju pria kebesaran. Andai dia tidak
membiarkan Yun Hui pergi pada hari itu, hal seperti itu tak akan terjadi.
Yun
Hui dan Yun Jae hanya tinggal berdua di sebuah apartemen setelah kuliah di luar
kota. Hubungan keduanya terlihat sangat akrab hingga hampir bertengkar setiap
hari, khas kakak beradik. Hari itu, Yun Hui berpesta bersama teman kuliahnya.
Begitu juga Yun Jae. Padahal mereka nggak janjian, tapi malah pergi ke restoran
yang sama. Tapi, keduanya duduk di meja yang berbeda bersama teman masing-masing.
Hari sudah semakin larut dan Yun Hui baru mau pulang, sementara Yun Jae masih
mau nongkrong dengan temannya. Kelihatannya, Yun Hui sedikit mabuk. Dia
mengajak Yun Jae untuk pulang bersama karena dia takut. Yun Jae menganggap
ucapan Yun Hui hanya lelucon, soalnya Yun Hui pemberani dan galak. Dia menyuruh
Yun Hui untuk pulang naik taksi saja. Ya udah, gagal membujuk Yun Jae, Yun Hui
pun pulang sendirian.
Teman
– teman Yun Hui sudah pulang duluan sementara Yun Hui masih belum mendapatkan
taksi. Jadi dia memutuskan berjalan dulu ke jalan besar untuk mencari taksi
lagi. Dia berjalan di jalan yang cukup sepi sambil asyik berkirim pesan dengan
temannya. Perlahan, Yun Hui menyadari ada yang mengikutinya dan dia mengira
kalau itu Yun Jae. Hatinya sedikit senang karena Yun Jae menyusulnya pulang.
Namun, saat pria yang mengikutinya merangkulnya, Yun Hui jadi melihat wajahnya
dan itu bukan Yun Jae. Pria itu mengenakan jaket hitam dan topi hitam, dengan
suara berbisik, menyuruh Yun Hui untuk tetap diam dan terus berjalan bersamanya
jika tidak ingin mati. Yun Hui ketakutan. Dia mengikuti pria itu berjalan
sedikit dan saat pria itu sedikit lengah, Yun Hui langsung mendorongnya dan
berlari sekencang mungkin untuk kabur. Pria itu tentu tidak melepaskannya dan
mengejarnya mati-matian. Yun Hui kalah darinya dan tertangkap. Bgeiu
tertangkap, pria itu langsung menjambak rambut Yun Hui dan menyeretnya ke
tempat kosong. Itulah kejadian yang terekam di CCTV jalanan.
Sementara
itu, Yun Jae sedikit mengkhawatirkan Yun Hui dan mengirim pesan agar segera
menghubunginya jika sudah sampai di rumah. Tentu saja, tidak ada balasan. Yun
Jae jadi khawatir dan mencoba menenangkan diri kalau mungkin saja Yun Hui sudah
tidur.
Saat
dia pulang, hari sudah pagi dan Yun Hui tidak ada di rumah. Dia masih saja
positive thinking kalau Yun Hui mungkin tidur di tempat temannya karena takut.
Dia pun memutuskan untuk tidur juga tapi sebelumnya, dia mandi terlebih dulu.
Saat dia selesai mandi, ayahnya sudah ada di rumahnya dan menunggunya di ruang
tamu. Begitu melihat Yun Jae, ayah langsung menamparnya dengan keras dan
memarahinya karena tidak menjaga Yun Hui. Dimana saja dia saat Yun Hui
mengalami semua itu?! Yun Jae masih belum mengerti tapi menyadari ada sesuatu
yang terjadi. Ayah dengan menangis hingga jatuh terduduk, memberitahu apa yang
terjadi pada Yun Hui.
Begitu
mendengar apa yang terjadi, Yun Jae bergegas ke rumah sakit. Di sana, dia
menemukan Yun Hui terbaring di ranjang dengan wajah penuh luka. Yun Jae shock
melihat kondisi Yun Hui. Rasa shock itu membuatnya diliputi rasa marah amat
besar dan rasa hancur melihat saudaranya demikian. Dia berteriak ingin tahu
bedebah mana yang sudah melukai saudaranya. Mereka harus menangkapnya!!
“Tidak,
Yun Jae,” cegah Yun Hui. “Ibu bilang akan melaporkannya ke polisi. Tolong
hentikan Ibu.”
“Apa
maksudmu… Kau akan biarkan pelakunya bebas berkeliaran?” balas Yun Jae, tidak
terima.
“Bagaimana
denganku? Aku tak mau orang tahu tentang ini. Aku ingin melewatinya seperti tak
ada yang terjadi.”
“Kau
sudah gila?”
“Kau
mau menanggung hidupku jika ini tersebar?”
“Kubilang
jangan minum banyak dan pulang terlalu malam! Harusnya kau lebih berhati-hati! Kenapa
kau lewat sana jam segitu? Bajingan itu mengikutimu karena kau lewat tempat
sepi!” teriak Yun Jae, frustasi dan mengatakan apa yang tidak dimaksudkannya.
“Ini
salahmu. Ini salahmu!” balas Yun Hui berteriak histeris. “Sudah kubilang aku
takut dan minta pulang bersama! Andai kau pulang denganku, hal ini tak akan
terjadi padaku! Ini salahmu! Ini semua salahmu!” tangis Yun Hui sambil
menarik-narik baju Yun Jae. Dia sangat amat frustasi tentang apa yang
dialaminya.
Yun
Jae berusaha menenangkannya dengan memegang tangannya, namun itu malah membuat
Yun Hui teringat tentang apa yang dialaminya. Dia mulai menutupi telingannya.
Dia nggak sanggup melihat Yun Jae.
Malam
itu, pria tersebut membawa Yun Hui ke tempat sepi dan memukulinya habis-habisan
karena dia terus menerus memberontak. Dia juga mencekik Yun Hui hingga Yun Hui
memohon untuk tidak di bunuh. Pria tersebut menyeringai dan membawa Yun Hui ke
toilet dengan janji tidak akan membunuhnya asalkan menuruti apa yang
dikatakannya. Dia melakukannya di sana. Setelah melakukan apa yang
diinginkannya, dia memerintahkan Yun Hui yang terus menerus menangis ketakutan
dan memohon untuk tidak dibunuh, menutup mata dan keluar setelah berhitung
sampai 1000. Sebagai ancaman, dia sudah mengambil kartu identias Yun Hui. Jika
melaporkannya ke polisi, dia akan mencari Yun Hui. Setelah memberikan ancaman
tersebut, diapun pergi.
BGST!
BJGN! BRNGSK! Nggak ada kata hinaan yang dapat melukiskan kejahatan pria
tersebut. Dia tidak benar-benar pergi melainkan menunggu di depan pintu toilet
dan mendengarkan, apakah Yun Hui benar-benar berhitung sampai 1000. Di dalam
sana, Yun Hui terus menutup mata dan berhitung hingga 600-an. Setelah tidak ada
suara dan yakin pria itu sudah pergi, dia pun membuka matanya dan beranjak
keluar. Betapa kagetnya dia saat pria itu masih ada di depan sana dan masuk
kembali hanya untuk menganiayanya.
Kejadian
itu tidak pernah lepas dari benak Yun Hui. Dia terus bermimpi buruk mengenai
itu. Dan saat sadar, dia akan berteriak histeris dan memohon untuk tidak
dibunuh. Padahal yang ada di hadapannya adalah Koo Ryeon, namun, tetap saja,
dia merasa itu adalah si pelaku. Saking takutnya, Yun Hui sampai berlutut di
lantai dan memohon-mohon untuk tidak di bunuh.
Yun
Jae masih bercerita pada Jun Woong dan Ryung Gu. Setelah kejadian itu, pelaku
akhirnya di tangkap dan menjalani persidangan. Yun Hui pun hadir di sana untuk
memberikan kesaksian sebagai korban. Dia masih sangat ketakutan hingga tidak
bisa mengangkat kepalanya, menatap orang-orang yang ada di depannya. Dia
memberitahu semua yang terjadi. Namun, pengacara tersangka terus memojokkannya.
Dia menyalahkan Yun Hui yang tidak langsung melepaskan rangkulan pelaku saat
tahu itu bukan Yun Jae. Dia juga menuduh Yun Hui tidak melawan dengan sekuat
tenaga, soalnya, toko di dekat sana tidak ada yang keluar membantu. Jika dia
melawan dengan keras, pasti akan ada yang keluar. Kemudian, dia membahas pintu
toilet TKP yang rusak dan dia bisa saja kabur, namun, dia nggak melakukannya.
Inti dari semua perkataannya adalah Yun Hui tidak melawan atau berusaha keras
untuk melarikan diri! Jika tak menginginkannbya, dia pasti melawan. Meskipun dia
wanita, jika benar-benar melawan, tidak akan bisa di paksa. Bukankah itu
artinya dia setuju dengan tindakan terdakwa? Yang ada di persidangan tentu
merasa ucapan pengacara terdakwa kelewatan.
Yun
Jae juga sangat marah. Yang membuat amarahnya semakin membuncah, saat Yun Hui
ketakutan, si pelaku malah menundukkan kepala dan tersenyum.
“Karena
dia mabuk dan tak direncanakan. Karena dia masih muda. Karena dia mahasiswa
baik dan punya banyak teman. Karena dia sekolah kedokteran dengan masa depan
cerah. Hanya surat permintaan maaf dan kerja sosial. Dia dibela dengan berbagai
cara. Pada akhirnya, hukumannya dikurangi. Hanya dua tahun penjara dan masa
percobaan. Dia tak akan ditahan sampai putusan sidang kedua, artinya dia
dianggap tak bersalah,” beritahu Yun Jae, amat marah dan merasa tidak adil.
“Itukah
alasanmu berunjuk rasa sendirian?”
“Kupikir
itu bisa membantu untuk sidang banding. Kau tahu? Orang tua pelaku, memberinya
apartemen baru agar dia tak sedih. Apartemen studio mahal dengan pemandangan
kampus. Setiap pagi, dia pergi ke sasana untuk berolahraga. Dia juga pergi ke
kafe untuk belajar. Dia ke warnet dengan temannya dan pergi minum di malam
hari. Dia pesan makanan dan tidur sambil melihat ponsel. Tempo hari, dia bahkan
bergabung dengan klub buku. Itu semua… adalah hal yang ingin Yun-hui lakukan. Yun-hui
di rumah sakit tak bisa melakukan semua itu. Dia menjalani hidup dengan
tersenyum seharian. Kenapa? Aku tak mengerti kenapa dia bisa tersenyum begitu. Aku
akan menyelamatkan Yun-hui. Aku akan membuatnya membayar kejahatannya. Hanya
itu jalanku untuk memohon maaf kepada Yun-hui.”
Saat
mendengar semua cerita Yun Jae, Ryung Gu bisa memahami raa sakit yang
dirasakannya melihat Yun Hui yang demikian.
Sementara
di rumah sakit, Koo Ryeon berusaha menyadarkan Yun Hui. Yun Hui sangat amat
ketakutan dan terus menyalahkan dirinya sendiri. Semua terjadi karena dirinya.
Andaikan dia nggak minum malam itu. Andaikan dia nggak pulang selarut itu.
Andaikan dia nggak berpakaian seperti itu. Semua adalah salahnya!!
Semua
pemikiran itu datang karena itulah yang dikatakan semua orang di dunia maya
saat mengetahui kasusnya. Alih-alih menyalahkan pelaku, mereka semua rata-rata
malah menyalahkan korban. Hal ini yang terut terngiang di telinga Yun Hui. Dan dia
mulai merasa kalau semua adalah salahnya. (But, ini bukan kesalahan korban).
Kaerna itu, dia mulai menyakiti dirinya sendiri dengan menyayat nadinya.
“Itu
alasanmu menyakiti diri? Kau pikir itu salahmu? Untuk menghukum dirimu?”
“Bukan.
Untuk keluar dari situasi ini. Tak peduli sekeras apa aku berusaha, aku terus
mengingat kejadian itu. Ingatanku terhenti saat kulitku terluka dari gigitan
kuku karena rasa takutku. Rasa sakit sesaat itu membuatku melupakan sejenak
rasa takutku. Sejak itu, aku harus menyakiti diriku untuk hidup. Itu
satu-satunya cara untuk melarikan diri dari ingatan dan kenyataan. Bekas luka
ini yang tersisa dari setiap kenangan menyakitkan itu. Orang bilang bekas
lukaku menjijikkan, namun itu tak seberapa jika dibandingkan… dengan rasa
sakitku. Apa kau tahu? Yang kau lakukan sekarang juga menyakitiku. Jadi,
kumohon. Tolong tinggalkan aku sendiri! Lebih baik mati saja. Aku sudah
bertahan cukup lama. Kumohon jangan pedulikan aku!” teriak Yun Hui, memohon
dengan sangat.
“Kau
bukan hanya bertahan. Kau bertahan dengan sangat baik. Kejadian ini bukan
salahmu. Kau tak berbuat salah apa pun. Kau… adalah penyintas yang dengan tegar
bertahan dari kejadian menyakitkan. Meski begitu, dunia masih berpihak pada
korban. Tentu, aku juga sependapat. Kuharap kau tahu itu. Aku akan datang lagi,”
ujar Koo Ryeon, mencoba menyadarkan Yun Hui. Semua adalah salah pelaku, bukan
korban.