Sinopsis
K-Drama : Tomorrow Episode 10 part 2
Koo
Ryeon dan Jun Woong sudah berkumpul di kantor lagi untuk membicarakan kasus
ini. Ryung Gu tidak ada di sana, entah dimana. Koo Ryeon memberitahu kalau
kondisi Yun Hui lebih buruk dari perkiraannya. Yun Hui menolak semua bantuan
dan menyalahkan diri sendiri. Dan yang terpenting sekarang, mengeluarkan Yun
Hui dari pola pikir tersebut.
Jun
Woong juga memberitahu kondisi Yun Jae. Kondisinya hampir sama seperti Yun Hui.
Yun Jae merasa bersalah karena mengatakan hal-hal kasar padanya di rumah sakit.
Koo Ryeon menyimpulkan selain kasus pelec*han sesk*ual tersebut, keduanya juga
saling menyakiti padahal keadannya sudah berat bagi mereka. Karena masih ada
waktu hingga sidang banding, mereka harus melakukan yang terbaik. Jun Woong
menyampaikan kalau Yun Jae sedang mempersiapkan banding dengan sangat keras
dengan berunjuk rasa sendiri dan menginvestigasi setiap kegiatan pelaku
akhir-akhir ini. Masalahnya, penjahat itu menjalani hidupnya dengan sangat
baik.
--
Perkataan
Koo Ryeon tadi sedikit menguatkan Koo Ryeon. Namun, semua itu lenyap ketika dia
melihat berita hari ini yang memberitakan mengenai kasusnya. Reporter
menyampaikan kalau orang-orang meragukan kebenaran ucapan korban karena pelaku
adalah mahasiswa kedokteran, jadi untuk apa dia mengambil wanita dari jalanan
dan memerkos*nya? (BGST) Reporter juga bilang kalau berita ini sudah mereda di
masyarakat, tapi kakak korban masih berunjuk rasa sendirian di depan gedung
Majelis Nasional.
Mendengar
berita itu, emosi Yun Hui menjadi tidak stabil lagi. Detik itu, dia melepaskan infus
yang ada di tangannya dan kabur keluar dari rumah sakit. Energi negatifnya
meningkat hingga 95 persen. Koo Ryeon langsung bergegas mencari Yun Hui
sementara dia menyuruh Jun Woong menemeui Yun Jae bersama Ryung Gu.
Yun
Hui pulang ke apartemen dan Yun Jae ada di sana. Dia panik melihat Yun Hui yang
keluar rumah sakit padahal tangannya yang terluka masih butuh perawatan.
Mengabaikan kekhawatiran Yun Jae, Yun Hui berteriak penuh amarah karena Yun Jae
melakukan demo. Apa dia mau semua orang tahu kalau adiknya adalah korban
pemerkos**n? Yun Jae menjelaskan kalau bukan itu maksudnya. Dia tidak bisa
membiarkan pelakunya bebas. Mereka harus bertindak. Yun Hui nggak peduli karena
dia nggak butuh semua itu. Meskipun Yun Jae mengkhawatirkan lukanya, Yun Hui
nggak peduli. Baginya, luka itu nggak sebanding dengan luka yang dirasakan di
hatinya. Saat bisa melupakan kejadian itu, Yun Jae malah melukai hatinya.
“Kau
harus lihat langsung bahwa aku terluka? Kau harus melihatku mati baru akan
berhenti?”
“Tidak
begitu.”
“Apa
bedanya kau dan bajingan itu? Tidak, kau lebih jahat dari bajingan itu. Kumohon,
enyahlah dari hadapanku! Lebih baik mati saja!” teriak Yun Hui, diliputi
amarah.
“Baiklah,
maafkan aku. Aku akan pergi…,” ujar Yun Jae, terbata-bata, menahan
kesedihannya. “jadi, cepatlah ke rumah sakit. Darahmu banyak keluar.”
Setelah
mengatakan itu, Yun Jae pun pergi dari sana, meninggalkan Yun Hui. Setelah Yun
Jae pergi, Yun Hui mulai menangis terisak-isak. Di saat yang sama, Koo Ryeon
tiba di rumah sakit, namun Yun Hui nggak ada. Dia menelpon Jun Woong dan Jun
Woong bilang kalau Yun Jae tidak ada di depan gedung. Koo Ryeon berpikir
sebentar dan menebak kalau mereka pasti ada di apartemen.
Saat
itu, energi negatif Yun Hui sudah mencapai 99 persen. Sangat berbahaya. Mereka harus
bergegas. Untungnya mereka tiba tepat waktu. Saat mereka tiba, Yun Hui sedang
memegang cutter di tangannya dan melarang mereka mendekat atau dia akan
menyayat tangannya. Koo Ryeon dan timnya memohon agar dia nggak melakukan itu
dan berjanji akan membantunya. Namun, bagi Yun Hui yang akan mereka lakukan
bukanlah membantunya. Dia nggak mau lagi terekspos di hadapan orang-orang!
“Orang
tuamu dan Yun-jae melakukannya untuk membantumu,” ujar Koo Ryeon.
“Lucu
sekali. Keluargaku yang pertama menyalahkanku,” beritahu Yun Hui.
Dia
masih ingat saat pertama kali berada di rumah sakit, Ayahnya menyalahkannya
karena berkeliaran di malam hari. Ibunya juga memarahinya untuk tidak menangis
karena menangis tidak akan menyelesaikan masalah ini. Setelah itu, Yun Jae juga
menyalahkannya karena minum banyak dan pulang terlalu malam. Semua menyalahkannya.
“Mereka
menyalahkanku. Bahkan sahabat dan kakakku, Yun-jae. Padahal bukan itu yang
ingin kudengar. Bahkan orang terakhir yang bisa kuandalkan juga menghilang. Itu
yang paling menyakitiku! Kini mereka melakukannya demi aku? Bagaimana aku bisa
memahaminya? Kenapa aku harus memahaminya?” tanya Yun Hui, penuh rasa frustasi.
“Pergilah! Jangan mendekat atau akan kusayat.”
Pas
di saat itu, muncul notifikasi di the Red Ligth. Energi negatif Yun Jae juga
mencapai 94 persen. Dia juga dalam bahaya. Koo Ryeon langsung memerintahkan
mereka mencari Yun Jae sementara dia yang menangani Yun Hui di sini. Kondisi
mental Yun Hui sangat tidak stabil. Di pikirannya, jika dia mati semuanya akan
berakhir. Sidang banding dan unjuk rasa tak bisa menyelesaikan masalahnya. Dia sudah
bertahan semampunya, karena itu, biarkanlah dia sendiri.
“Cha
Yun-hui. Menyayat hanya akan membuatmu sakit. Manusia tak mati semudah itu,”
beritahu Koo Ryeon.
“Jangan
berpura-pura mengerti jika kau tak pernah mengalaminya.”
“Benar.
Aku tak tahu yang kau lalui. Namun, aku sangat memahami itu. Kau tahu yang
terjadi saat menyayat pergelangan tangan dengan niat untuk bunuh diri?”
tanyanya sambil menunjukkan bekas luka sayatan di pergelangan tangannya yang
ditutupinya dengan benang merah yang dijadikan gelang. “Darah panas mengalir
dari lukamu dan kau bisa merasakan jantungmu berdetak kencang seolah di
pergelangan tanganmu. Kau gunakan pisau itu karena merasa tak ada yang tersisa
untukmu di dunia ini, namun kau menyadari penyesalan yang bersembunyi di balik
rasa sakit itu. Kupikir itu semuanya salahku. Aku merasa bersalah karena masih
hidup. Sejak hari itu, aku terus hidup dalam penyesalan untuk waktu yang lama. Kumohon,
jangan salahkan dirimu atas kejadian itu.”
Apa
yang dikatakan Koo Ryeon pada Yun Hui adalah berdasarkan pengalamannya. Dia melakukan
bunuh diri. Meninggalkan luka mendalam pada orang-orang yang mengasihinya. Sebagai
hukumannya, dia masuk ke dalam Neraka. Di sana, dia bisa mendnegar suara
tangisan orang-orang yang ditinggalkannya.
“Kau
adalah korbannya. Bukan pelakunya. Bajingan itu yang menyakitimu secara
sepihak. Tak seorang pun bisa menyalahkanmu. Walaupun itu adalah dirimu
sendiri,” tegas Koo Ryeon.
“Bisakah
seseorang dengan bekas luka seburuk ini hidup dengan layak?”
“Tidak
terlihat buruk. Itu adalah jejak besarnya keinginanmu untuk hidup. Agar tetap
hidup. Karena kau ingin hidup. Karena itu hiduplah, Yun-hui.”
“Aku
ingin hidup. Aku ingin tetap hidup,” tangis Yun Hui, terisak-isak.
Setelah
Yun Hui agak tenang, Koo Ryeon baru memperban tangannya kembali sambil
menceritkan mengenai Yun Jae. Pegawainya waktu itu menemui Yun Jae dan Yun Je
menyalahkan dirinya atas emua yang terjadi pada Yun Hui. Dia dan Yun Jae saling
menyanyangi satu sama lain dan hanya selisih paham saja. Setelah mendengar itu,
Yun Hui jadi ingat perkataan kejamnya pada Yun Jae tadi yang menyuruhnya untuk
mati. Dia takut kalau terjadi sesuatu pada Yun Jae dan memohon agar Koo Ryeon
mencari Yun Jae. Dia nggak bermaksud seperti itu. Dia mengatakannya karena
marah.
--
Jun
Woong mengikuti Ryung Gu dan dia heran kenapa Ryung Gu malah ke apartemen Tak
Nam Il, si pelaku, padahal mereka harusnya mencari Yun Jae. Ryung Gu tidak
menjelaskan banyak. Dia hanya bilang kalau dia jadi Yun Jae, dia akan membunuh
bajingan itu. Dan setelah mengatakan
itu, Ryung Gu menggunakan kekuatan teleportasinya untuk berpindah langsung ke
dalam apartemen Nam Il. Jun Woong yang nggak punya kekuatan, harus berlari
menyusulnya sebelum hal buruk terjadi.
Saat
dia tiba di dalam apartemen Nam Il, Nam Il sedang tertawa melihat video Yun Jae
yang melakukan demo sambil makan iga. Ah, Ryung Gu dengan pandangan amat
dingin, terdengar marah dan tidak percaya kalau Nam Il benar-benar tertawa. Nam
Il jelas terkejut melihatnya yang tiba-tiba saja bisa masuk ke rumahnya. Dia mau
menghubungi polisi, tapi Ryung Gu sudah terlebih dahulu merebut ponselnya. Pas saat
itu, Yun Jae juga tiba. Nam Il mengenali wajah Yun Jae dan langsung
berspekulasi kalau Ryung Gu adalah orang yang dipekerjakan oleh Yun Jae. Yun
Jae jelas marah karena Nam Il menyebut Yun Hui : wanita jal*ng. Dia mau
menghajar Nam Il, tapi Ryung Gu menahannya dan menyuruhnya untuk tidak mengotori
tangannya sendiri. Dia yang akan menghabisi bajing*n itu!
Nam
Il masih belum menyadari situasi dan malah mengatai Ryung Gu yang mau menjadi
bintang utama berita seperti Yun Hui. Sementara itu, Jun Woong masih terus
mencari Ryung Gu dengan berlari dari satu lantai ke lantai lain. Ketika
melewati sebuah lantai, dia mendengar suara pukulan berulang kali dan pintu
yang terbuka. Dan benar saja, di dalam sana, Ryung Gu sedang memukuli wajah Nam
Il, berulang kali hingga berdarah-darah. Melihat kedatangan Jun Woong, Yun Jae
langsung menariknya keluar dan mencegahnya menghentikan Ryung Gu.
“Bajing*n
itu pantas mati!” ujar Yun Jae.
“Cha
Yun-jae! Ini bukan waktu yang tepat melakukan ini!”
“Aku
tahu. Aku juga pantas mati seperti bajingan itu. Aku sama seperti dia.”
“Kenapa
kau sama dengan bajingan itu? Aku mengerti kau ingin membunuhnya, tapi ini tak
bisa diselesaikan seperti itu. Kau juga tahu itu!”
“Tidak.
Semua akan berakhir saat dia mati. Hanya ini cara Yun-hui dan aku bisa bahagia.”
“Baiklah.
Kalau begitu, bunuh dia dan kau juga matilah. Bukankah itu rencanamu?” ujar Jun
Woong. “Namun, jika aku menjadi kau, aku tak akan melakukannya. Aku akan
menemui Yun-hui.”
“Aku
tak berhak melakukan itu. Karena ini semua salahku.”
“Jika
itu salahmu… Jika itu salahmu, temui dia dan minta maaf. Meski dia tak
menerimanya! Meski maafmu ditolak, katakan kau menyesalinya. Apa semua akan
selesai jika kau lenyap? Bagaimana orang yang ditinggalkan? Siapa yang paling
menderita sekarang? Pikirkan betapa sakitnya Yun-hui selama ini berjuang
sendiri. Unjuk rasa seorang diri. Balas dendam. Alih-alih melakukan itu, tetaplah
di sisinya. Katakan padanya betapa senangnya dirimu dia masih hidup dan
bertahan,” nasehati Jun Woong.
“Kumohon.
Jika diperlukan, aku bersedia mati untuk menggantikan adikku. Aku takut. Takut
jika dia membenciku. Takut dia menyalahkan diriku, jadi…” tangis Yun Jae.
“Cepatlah
kembali ke sisinya. Sekarang juga,” ujar Jun Woong, lembut.
Setelah
mengatakan itu, Jun Woong masuk ke dalam dan berusaha menghentikan Ryung Gu
agar tidak membunuh Nam Il. Dia mengingatkan peraturan kalau Malaikat Maut
tidak boleh ikut campur urusan manusia. Masalahnya, Ryung Gu sudah kehilangan
akal sehat dan tidak bisa dihentikan. Untungnya Koo Ryeon tiba tepat waktu. Nam
Il udah terluka parah tapi masih saja tidak menyadari situasi dan mengejek
mereka yang mengira diri sebagai pembela keadilan? Lihat saja, siapa yang mati
lebih dulu, dia atau si jalang itu!
Ryung
Gu langsung diliputi emosi lagi dan mau menghajarnya. Namun, Koo Ryeon
menamparnya dan menyuruhnya untuk sadar. Kuatkanlah dirinya. Bajing*n seperti
Nam Il harus dihukum dan diberi hukuman setimpal. Ryung Gu diam sesaat sebelum
meminta maaf dan pergi. Setelah Ryung Gu pergi, Nam Il kembali bicara omong
kosong, menyalahkan Yun Hui yang memakai baju seperti itu dan minum miras, yang
artinya sengaja ingin menggoda dan membangkitkan gairah pria. Dia menyalahkan
Yun Hiui yang menggodanya terlebih dulu, kenapa tiba-tiba menyalahkannya? Masih
belum cukup, dia malah menggoda Koo Ryeon yang cantik.
“Kau
sungguh tak ada harapan. Aku akan menghapus ingatanmu, biar kupukul sekali
saja,” ujar Koo Ryeon dan menendang selakangan Nam Il, sebelum menghapus
ingatannya akan kejadian hari ini.
--
Hari
sidang ulang, Yun Hui dan Yun Jae datang untuk menyaksikan hasil sidang
terakhir. Dan Koo Ryeon menjadi jaksa penuntut baru untuk kasus kali ini.
“Satu-satunya
kejahatan yang juga menyalahkan korban adalah kasus kekerasan seksual. Kenapa
kita berpikir pelaku boleh melakukan hal semacam ini? Karena dia berpakaian
seksi? Atau karena sudah malam? Karena itu tempat yang sepi? Karena dia minum
miras? Jika begitu, semua yang hadir di sini bisa menjadi sasaran kejahatan ini
dan kejahatan ini dianggap lumrah. Tak ada alasan untuk membenarkan suatu
kejahatan. (SANGAT BENAR DAN SETUJU!) Meskipun dia berusia 20-an dengan umur
yang panjang. Mahasiswa kedokteran dengan masa depan cerah. Kesalahan sesaat? Saya
penasaran, jika anak Anda korbannya apa Anda juga akan berkata begitu?
Pemerkosaan adalah pembunuhan jiwa. Mulai saat ini, apa pun alasannya terdakwa
harus dihukum dan diadili sebagai penjahat. Karena itu saya menuntut hal-hal
berikut. Rata-rata harapan hidup di Korea adalah 83.3 tahun. Dikurangi umur
korban 23 tahun, tersisa 60 tahun. Total ada 138 video dan 9.826 komentar di
internet terkait dengan kasus ini dan dikalikan satu tahun. Saya menuntut Tak
Nam-il, sebagai terdakwa pembunuhan, dihukum 10.024 tahun penjara,” tuntut Koo
Ryeon.
Begitu
tuntutannya dibacakan, semua orang yang ada di ruang sidang tersebut, bertepuk
tangan setuju. Hal ini cukup mengejutkan Yun Hui, karena itu artinya, banyak
orang dipihaknya. Masih ada mereka yang berpihak kepada korban.
Setelah
persidangan tersebut selesai, Yun Hui mengucapkan rasa terimakasihnya karena
Yun Jae sudah membujuknya menghadiri sidang ini. Yun Jae memberitahu kalau Koo
Ryeon lah yang menyuruhnya agar membawa Yun Hui. Dia juga mengucapkan
terimakasih pada Yun Hui karena sudah berjuang dan bertahan. Seharusnya dia
mengatakan ini lebih awal, tapi dia malah menyakitinya. Yun Hui tidak marah
karena waktu itu mereka hanya saling menyalahkan. Dia juga melampiaskannya ke
Yun Jae karena lukanya begitu dalam. Padahal, itu bukan salah Yun Jae. Keduanya
saling meminta maaf. Yun Jae juga meminta Yun Hui untuk tidak lagi melarikan
diri ataupun bersembunyi, karena dia akan selalu ada di sisi Yun Hui.
--
Jun
Woong sangat lega karena kasus Yun Jae dan Yun Hui kali ini berakhir dengan
baik. Tapi, dia mencemaskan Ryung Gu yang belum kelihatan sejak hari itu. Dia
ingin menghubunginya, tapi Koo Ryeon mencegah. Dia yakin Ryung Gu bisa
melewatinya karena dia sudah dewasa.
--
Hukuman
yang diterima oleh Nam Il adalah 15 tahun penjara dan sekarang dia sedang dalam
perjalanan menuju penjara. Dia masih saja nggak terima dengan hukumannya dan
berkoar-koar di dalam mobil kalau ayahnya tidak akan membiarkan ini terjadi.
Dia akan mengajukan banding dan balas dendam!! Saat petugas menyuruhnya untuk
tetap tenang, dia malah berteriak-teriak menanyakan nama mereka untuk
dilaporkan.
Ketika
itu, tiba-tiba saja bayangan hitam muncul di depan mobil. Refleks, petugas
langsung mengerem. Petugas yag ada di dalam mobil pun keluar untuk memeriksa,
namun, tidak ada siapapun. Mereka menduga kalau mungkin saja yang ditabrak
terjatuh ke sungai dan mulai menyisir lokasi.
Bayangan
hitam yang mereka lihat itu adalah Joong Gil. Sekarang kondisi bus tahanan
hanya ada Nam Il. Lampu bus mulai berkedap – kedip sebelum akhirnya mati total.
Setelah itu, Joong Gil naik ke atas mobil untuk membacakan kematiannya. Tak Nam
Il, lahir 27 September 1997 pukul 03.44. Dia ditakdirkan untuk mati 10 menit
lagi karena serangan jantung. Sebagai Malaikat Maut, Joong Gil tidak bisa
mengganti usianya, tapi dia bisa mengganti cara kematian Joong Gil. Dia merasa
sayang kalau manusia seperti Nam Il mati dengan mudah. Setelah mengatakan itu,
dengan kekuatannya, dia mulai menyalakan api di dalam bus. Nam Il mulai panik
dan berteriak memanggil petugas. Namun, percuma saja karena Joong Gil tidak
akan membiarkan teriakannya keluar. Nam Il sangat ketakutan dan memohon Joong
Gil untuk membukakan pintu dan membiarkannbya keluar.
“Kaki
untuk mengejarnya. Lengan untuk menahannya. Mulut yang tertawa, mata yang
menatapnya. Satu per satu bagian tubuhmu akan ditelan api Neraka. Akan sangat
menyakitkan,” ujar Joong Gil.
Mau
Nam Il memohon seperti apapun, Joong Gil tidak berniat menolongnya sama sekali.
Nam Il akan meninggal karena terbakar.
--
Setelah
kasus itu, Yun Hui dan Yun Jae mulai menjalani kehidupannya seperti biasa.
Seperti janji Yun Jae, dia selalu bersama Yun Hui. Dari jauh, hal itu
diperhatikan oleh Ryung Gu. Dia lega karena keduanya berakhir dengan baik.
Ryung
Gu pun mulai mengingat masa lalunya.
Wanita
yang dicarinya selama ini adalah Ibunya. Dia hanya tinggal berdua dengan
Ibunya. Ibunya sangat pintar. Saat dia menangis karena temannya mengejek
namanya yang aneh dan seperti nama anjing, Ibunya memeluknya dan mengelus
kepalanya dengan lembut. Dia memberitahu kalau namanya dibuat oleh biksu
terhormat. Dia juga mengajarkan Ryung Gu cara menulis namanya dan artinya.
Ryung berarti tinggi. Gu berarti menyelamatkan. Artinya, orang yang
menyelamatkan banyak orang dari tempat tinggi.
Dan
entah apa yang terjadi, suatu hari, Ryung Gu pulang larut malam dan ditengah
hujan deras. Dia mendapati Ibunya telah gantung diri.
=-T O M O
R R O W-=