Sinopsis
K-Drama : Tomorrow Episode 11 part 1
Ryung
Gu mendapatkan surat peringatan disipliner atas penyerangannya terhadap Nam Il,
waktu itu. Surat itu dikeluarkan karena penyerangan itu dilakukan dengan niat
membunuh. Bgeitu surat itu keluar, rumor mengenai Ryung Gu mulai menyebar.
Menurut gosip, Ryung Gu pernah membunuh orang saat di Dunia Fana dan katanya
lebih dari seorang. Tim pengawal (ampun deh, di Alam Baka masih aja tukang
ghibah) ikut berkomentar kalau mereka lebih baik tidak berhubungan dengan tim
MR. Soalnya manager timnya (Koo Ryeon) berasal dari Neraka dan anggota timnya
melakukan pembunuhan. Jun Woong yang mendengar mereka membicarakan rumor yang
tidak diketahui kebenarannya, tentu marah! Emang mereka pernah melihat Ryung Gu
membunuh orang di kehidupan sebelumnya? Nggak kan?! Bicarakan aja apa yang
mereka lihat sendiri!
Jun
Woong masih sangat kesal dan memberitahu Koo Ryeon mengenai rumor yang sekarang
tersebar mengenai Ryung Gu. Masa Ryung Gu dibilang pernah memnbunuh orang
dikehidupan sebelumnya lebih dari dua orang.
“Tepatnya
empat orang,” beritahu Koo Ryeon.
Hah?!
Jun Woong tercengang sesaat sebelum menegur Koo Ryeon supaya berhenti bercanda.
Koo Ryeon menegaskan kalau dia nggak bercanda. Jun Woong masih kekeh kalau Koo
Ryeon hanya bercanda. Dia sebenarnya cukup terkejut saat melihat Ryung Gu
menyerang Nam Il ketika itu, soalnya Ryung Gu adalah orang yang rasional.
Meskipun dia tahu apa yang dialami oleh Ibu Ryung Gu, dia nggak nyangka kalau
Ryung Gu bisa sampai hilang kendali. Dia sudah bertanya ke Ryung Gu mengenai
alasannya dan Ryung Gu hanya diam saja.
Yang
dibicarakan, Ryung Gu sedang mengikuti wanita yang adalah reinkarnasi Ibunya.
Wanita itu, Lim Yu Hwa sedang hamil besar. Dan dikehidupan kali ini, dia
terlihat bahagia. Dia mempunyai suami yang mencintainya dan teman-teman yang
peduli padanya.
Episode 9
: Langit Barat
Setelah
peneguran yang diterimanya, Ryung Gu memutuskan untuk mengajukan permohonan
mutasi pada Koo Ryeon. Dia tahu kalau karena dia, Koo Ryeon dan Jun Woong jadi
ikut di kencam. Dia telah membiarkan perasaan pribadinya menghalangi pekerjaan.
Jika memang itu yang telah diputuskan Ryung Gu, Koo Ryeon tidak berniat
mencegahnya. Yang sedikit menentang keputusan Ryung Gu adalah Jun Woong.
Meskipun terkadang mereka sering berdebat, tapi tetap saja Jun Woong sedih
kalau Ryung Gu keluar dari tim MR.
Makanya,
dia protes ke Koo Ryeon karena mengizinkan Ryung Gu dimutasi. Koo Ryeon
menegaskan kalau dia nggak punya niat untuk menghentikan orang yang berniat
untuk pergi. Jun Woong tetap nggak terima dan mau mencoba bicara ke Kaisar
Giok. Koo Ryeon tidak mengizinkan dan mengingatkan, dia kan sudah pernah bilang
kalau Ibu Ryung Gu bunuh diri setelah di perko** ramai-ramai. Ibunya Ryung Gu
dan Ryung Gu juga, Malaikat Maut yang mengawal mereka berdua ke Alam Baka
adalah Koo Ryeon. Dia kan dulu bekerja di tim pengawal di Unit Kejahatan, jadi
jika dia mengawal mereka itu artinya keduanya berbuat kejahatan. Ibu Ryung Gu
karena bunuh diri. Dan Ryung Gu karena membunuh.
“Namun…
Dia bukan orang yang bisa melakukan itu, kenapa dia…,” ujar Jun Woong,
terbata-bata, sulit mempercayai apa yang didengarnya. “Bu Koo, tolong kataka.
Apa yang terjadi pada Pak Lim? Kenapa dia begitu menderita?”
Mari
kita mendengar kisah Ryung Gu.
Ryung
Gu hanya tinggal bersama Ibunya. Dia juga nggak tahu siapa ayahnya. Layaknya
masa kecil, pasti ada saja anak nakal yang mulutnya nggak bisa dijaga dan
selalu mengejek kekuarang ataupun keluarga orang lain. Itu juga yang dialami
Ryung Gu. Temannya (hm, lebih tepatnya anak tetangga) yaitu Yeong Sik dan Chang
Bok terus mengejeknya karena namanya aneh dan seperti nama anjing. Ketika
mendengar alasan anaknya menangis, Yu Hwa langsung memeluknya dengan hangat
sambil mengelus kepalanya. Dia memberitahu Ryung Gu kalau arti namanya begitu
indah dan dibuat oleh seorang biksu terhormat. Dia juga mengajarkan Ryung Gu
cara menulis namanya dan artinya : orang yang menyelamatkan banyak orang dari
tempat tinggi.
Setelah
melihat Ibunya menulis, Ryung Gu semakin kagum dengan Ibunya yang pintar dan
mahir melakukan banyak hal. Dia bangga dengan Ibunya.
Setelah
tahu arti namanya, Ryung Gu langsung memamerkannya pada Yeong Sik dan Chang
Bok. Tentu saja, respon mereka, mereka nggak percaya kalau nama Ryung Gu punya
arti dan kalau Ibunya pandai menulis. Mereka malah menyebutnya tukang bohong.
Tidak mungkin Ibu Ryung Gu lebih hebat daripada ayah mereka padahal ayah mereka
saja nggak bisa baca tulis. Lagian, tidak ada gunanya pandai baca tulis karena
tidak bisa ikut Ujian Kenegaraan juga. Emangnya dia kira anak rakyat jelata dan
putra bangsawan itu sama? Keduanya amat berbeda!!
Ryung
Gu nggak mau mempercayainya. Dia lebih percaya pada apa yang diyakininya. Dia
ingin bisa baca tulis dan memohon kepada anak bangsawan agar mau mengajarinya.
Hasilnya, dia malah dipukuli. Ibunya memang tidak mau mengajarinya, makanya dia
mencari cara untuk belajar.
Teman
Yu Hwa jadi merasa kasihan dengan Yu Hwa. Yu Hwa beruntung karena memiliki anak
seperti Ryung Gu yang pintar dan punya semangat belajar. Namun, itulah dilema
rakyat jelata seperti mereka yang punya anak pintar. Meskipun mereka pintar,
mereka tidak akan bisa bekerja di pemerintahan seperti bangsawan. Ah, tapi dia
dengar kalau jabatan pemerintahan bisa dibeli akhir-akhir ini. Hm, tapi tetap
saja akan berat bagi Yu Hwa. Bagi seorang Ibu, tidak ada yang lebih berat
dibandingkan dari mematahkan sayap anak sendiri. Namu, Yu Hwa harus
melakukannya demi Ryung Gu.
Setelah
mendengarkan perkataan temannya, Yu Hwa pun mengambil keputusan. Melihat Ryung
Gu yang punya semangat belajar, dia jadi ingin tau alasannya suka menulis.
“Begitu
terucap, perkataan bisa sirna seketika. Namun jika menulisnya, perkataan itu akan
tertinggal untuk waktu yang lama. Kurasa itu sesuatu yang menarik dan luar
biasa.”
“Mulai
sekarang, ibu akan mengajarimu menulis, jadi, jangan ganggu anak bangsawan itu
lagi.”
“Benarkah?
Ibu memang yang terbaik! Terima kasih banyak, Ibu,” puji Ryung Gu, senang.
Sesuai
janjinya, Yu Hwa mulai mengajarkan Ryung Gu baca tulis. Dan Ryung Gu
benar-benar belajar dengan keras di bawah bimbingan Ibunya. Dia sangat bahagia
mempunyai Ibu seperti Yu Hwa.
Hari-hari
bahagia tersebut mulai berubah ketika daerah mereka kedatangan seorang gubernur
baru. Gubernur itu memberikan kebebasan kepada tiga orang preman untuk
berkeliaran dan melindungi mereka. Alasan kenapa mereka berkeliaran adalah
karena menjalankan perintah gubernur yang menyuruh untuk mencari seorang
wanita. Wanita yang dicari oleh mereka adalah Yu Hwa.
Dulunya,
Yu Hwa bekerja sebagai gisaeng.
Wajahnya yang cantik membuat gubernur jatuh hati padanya dan berulang kali
datang ke rumah gisaeng hanya untuk
menemuinya. Padahal, tugas Yu Hwa hanyalah menuangkan minuman untuknya, tapi
gubernur meminta lebih. Dia ingin Yu Hwa melayaninya. Saat itu, nama Yu Hwa
adalah Geum Hong.
Para
preman tersebut memaksa Yu Hwa untuk mengikuti mereka menemui gubernur jika tidak
ingin mereka membuat keributan. Yu Hwa ketakutan. Takut kalau Ryung Gu yang
sedang tidur, kebangun dan mendengar apa yang dikatakan para preman mengenai
pekerjaannya dahulu. Gubernur meminta Yu Hwa agar menemuinya setiap malam dan
melayaninya. Saat Yu Hwa menolak, dia langsung membahas masa lalu Yu Hwa. Sejak
Yu Hwa menghilang, dia mulai menyelidikinya. Yu Hwa dulunya adalah anak seorang
bangsawan pejabat pemerintahan. Namun, ayahnya tergila-gila pada judi dan menghabiskan
seluruh kekayaan keluarga. Disaat tidak ada lagi uang, ayahnya menjual Yu Hwa
ke rumah gisaeng.
“Kudengar
anakmu sangat pintar dan berbakat. Namun, dia tak akan bisa lepas dari beban terlahir
dari orang rendahan sepertimu.”
“Apa
yang ingin kau katakan?”
“Aku
akan menjadikannya anakku. Bagaimana menurutmu? Melayaniku tidak terdengar
buruk, 'kan?”
Tawaran
tersebut membuat Yu Hwa menjadi bimbang. Dia memikirkan masa depan anaknya,
tapi jika dia melakukan keinginan gubernur, sama saja seperti dia tidak
mempunyai harga diri. Dan setelah memikirkannya semalaman, Yu Hwa akhirnya
membuat keputusannya dan menemui gubernur di malam hari, saat Ryung Gu sudah
tertidur.
“Aku
mungkin pernah menjadi pelacur rendahan, namun sekarang tidak lagi. Sebagai
seorang wanita dan ibu dari seorang anak aku tak ingin merusak harga diriku
sendiri.”
“Kau
sedang melucu? Jika kain sudah pernah dikotori, sekeras apa pun kau berusaha, nodanya
tak akan pernah hilang. Kau pikir dirimu seperti ibu rumah tangga pada umumnya?”
“Kumohon
kemurahan hati Tuan agar aku bisa hidup sebagai ibu dari seorang anak.”
“Pada
akhirnya, putramu akan menjalani kehidupan yang sama denganmu. Tidak. Mungkin
akan lebih buruk dari hidupmu.”
“Jika
kau sentuh sehelai saja rambut anakku, aku tak akan tinggal diam,” peringati Yu
Hwa setelah menyiramkan arak ke muka gubernur tersebut.
Hal
itu membuat gubernur menjadi marah dan memanggil kepala preman. Dia memerintahkannya
untuk membuat Yu Hwa ingat mengenai jati dirinya.
Esok
hairnya,
Ketika
Ryung Gu sedang belajar menulis di tanah, lagi-lagi Yeong Sik dan Chang Bok
mengganggunya. Kali ini, mereka mengatai Ibu Ryung Gu sebagai pembohong. Ayah mereka
bilang kalau Ryung Gu tidak pernah punya ayah karena Ibunya adalah seorang
pelac**! Mereka juga bilang kalau setiap malam, pria selalu mengunjungi Ibu
Ryung Gu. Itulah sebabnya Ibu Ryung Gu tahu cara menulis. Ryung Gu menyangkal
semua tuduhan tersebut. Ibuya bilang kalau dia belajar menulis dari kakeknya.
Tapi, Yeong Sik dan Chang Bok terus saja mengatai Ibu Ryung Gu. Emosi Ryung Gu
langsung tidak terkendali dan memukuli mereka. Dia tidak terima Ibunya
dikatakan seorang pelac**.
Padahal,
sebenarnya, di dalam hatinya, dia takut kalau perkataan mereka benar. Karena,
saat para preman mengunjungi Ibunya, dia masih bangun dan mendengar mereka yang
bilang kalau Ibunya dulu adalah seorang gisaeng.
Malam
makin larut, tapi Ryung Gu belum juga pulang. Hujan mulai turun. Dan saat
itulah semua kejadian tersebut terjadi. Tiga preman yang merupakan bawahan gubernur,
menyerang Yu Hwa. Mereka memperko**nya. Setelah melakukan aksi bejat tersebut,
ketiganya pergi dengan langkah ringan sambil berbicara dengan riang. Saat itu,
Ryung Gu baru saja kembali. Melihat ekspresi mereka, Ryung Gu menjadi salah
paham. Dirinya diliputi oleh amarah.
“Apakah
Ibu selalu memanggil pria-pria itu setiap aku keluar rumah?” tanya Ryung Gu, di
depan rumah. “Apakah ini sebabnya Ibu keluar malam-malam beberapa hari terakhir
ini? Jika aku dilahirkan wanita bangsawan dan bukan orang sepertimu, aku pun… Aku
juga bisa pergi sekolah dan belajar baca tulis tanpa harus dipukuli oleh anak
bangsawan! Aku tak meminta untuk dilahirkan. Dari sekian banyak orang, kenapa
harus kau yang menjadi ibuku? Ini adalah aib yang memalukan dan menjijikkan!”
teriak Ryung Gu, emosi.
Dia
tidak tahu kalau di dalam rumah, kondisi begitu kacau karena Yu Hwa mencoba
melawan. Dan betapa sedihnya hati Yu Hwa ketika mendengar anaknya benci terlahir
dari Ibu seperti dirinya. Yu Hwa mungkin membenci dirinya sendiri karena
menjadi aib bagi Ryung Gu. Dia merasa bersalah kepada Ryung Gu.
“Kenapa
Ibu diam saja? Kenapa Ibu diam saja padahal aku bicara begitu kasar padamu? Kumohon,
katakan padaku bahwa itu tidak benar. Sebagai gantinya, hukumlah aku! Karena
sudah durhaka dan percaya pada kebohongan tidak masuk akal itu! Ibu!” tangis
Ryung Gu, saat tidak ada respon apapun dari Ibunya.
Ibunya
bukan tidak mau merespon, namun, tidak bisa. Karena ketika Ryung Gu membuka
pintu rumah, dia melihat Ibunya telah gantung diri. Yu Hwa bunuh diri.
Dan
bertahun-tahun pun berlalu dengan luka di hati Ryung Gu sejak kejadian malam
itu. Dia yang telah tumbuh dewasa kini bekerja sebagai penjaga di rumah
narko**. Tugasnya itu mengenyahkan mereka yang nggak mampu membayar dan
diam-diam menerobos masuk hanya untuk dapat menghisap obat. Pemilik tempat
menasehati Ryung Gu agar tidak pernah mencoba pernah terjerumus ke dalam sana
meskipun hidupnya terasa hancur sekalipun. Sekali dia menghisapnya, dia tidak
akan bisa berhenti. Nantinya, dia akan terlihat hidup padahal jiwanya mati.
Namun,
tanpa harus mencoba obat-obat tersebut, Ryung Gu sudah menjalani kehidupannya
tanpa semangat hidup. Dia hanya melalui hari demi hari begitu saja. Suatu hari,
dia tanpa sadar melewati rumah masa kecilnya. Mungkin, kerinduan pada Ibunya
lah yang membawanya ke sana. Tidak diduga, dia bertemu dengan teman Ibunya yang
masih mengenalinya. Ryung Gu sangat membenci Yu Hwa dan tidak mau mengakui Yu
Hwa sebagai Ibunya. Sudah sejak lama dia tidak menganggap Yu Hwa yang gantung
diri setelah ketahuan anaknya melakukan hal seperti itu, sebagai Ibunya.
“Tarik
kembali perkataanmu!” perintah teman Ibunya. “Setelah semua yang dia lakukan untuk
membesarkanmu! Andai saja para bajingan itu tak melakukan hal buruk itu, kau
dan Yu-hwa…”
“Hal
buruk apa?”
“Jangan
bilang selama ini kau tidak mengetahuinya? Kau sungguh tidak mengenal karakter
ibumu. Gubernur itu menyuruh para preman untuk…,” beritahu teman Ibunya,
mengenai apa yang terjadi di malam itu.
Saat
tahu kebenarannya, bayangkan betapa marahnya Ryung Gu. Dan betapa besar
penyesalannya serta kebenciannya pada Ibunya. Dia sudah mengatakan hal yang
menyakitkan itu dan merasa itulah kenapa Ibunya bunuh diri. Rasa marah itu
menjelma menjadi dendam. Tidak berpikir panjang lagi, malam itu, Ryung Gu pergi
ke rumah gubernur dan langusng membunuhnya dengan menikam jantungnya berulang
kali. Setelah itu, dia pergi mencari ketiga preman tersebut. Mereka berhasil
ditemukan dalam keadaan mabuk. Dan malam itu, mereka bertiga pun di bunuh oleh
Ryung Gu.