Sinopsis K-Drama : Tomorrow Episode 12 part 2
Begitu mendengar apa yang terjadi, Ryung Gu
langsung bergegas ke Jumadeung dan menggunakan ID-nya untuk masuk ke dunia
mimpi Yu Hwa. Di dalam sana, Koo Ryeon berusaha keras menyadarkan Yu Hwa bahwa
dunia ini adalah mimpi. Ryung Gu yang melihat itu, meminta izin agar dia yang
mencoba bicara dengan Yu Hwa. Koo Ryeon nggak bisa membiarkannya karena
sekarang mereka terdesak waktu. Nggak ada waktu untuk membujuknya. Jika Yu Hwa
nggak kunjung bangun dan meninggal, mereka semua yang ada di dalam dunia mimpi
ini akan terjebak. Ryung Gu tetap membujuk Koo Ryeon agar memberikannya izin.
Koo Ryeon nggak peduli dan tetap bicara dengan
Yu Hwa. Sedari tadi, Yu Hwa terus memanggil bayinya dengan panggilan : “Lebah
Madu.” Itu adalah panggilan yang diberikannya kepada bayinya saat masih di
dalam kandungan. Dan sekarang, jika memang bayinya lahir dan hidup, kenapa
masih dipanggl “Lebah Madu”? Siapa nama bayinya?
Pertanyaan itu membuat Yu Hwa terdiam. Dia
nggak tahu. Tentu saja,karena dia nggak pernah memberikan nama selain nama
panggilan. Walau sudah merasa aneh, Yu Hwa tetap bersikeras tidak mau mengakui
kalau semua ini hanyalah mimpi. Melihat ibunya begitu kesulitan, Ryung Gu pun
mencoba membujuk Koo Ryeon kembali. Kali ini, Koo Ryeon sedikit mengeraskan
suara. Dia juga tidak mau seperti ini, tapi jika Lim Yu Hwa mati seperti ini,
takdirnya bersama Lebah Madu juga akan terputus. Maka, dia tidak akan pernah
bisa melihat Lebah Madu lagi.
“Apa maksudmu? Kenapa aku tak akan pernah bisa
bertemu Lebah Madu? Apakah… ini semua hanya mimpi?” tanya Yu Hwa, begitu
mendengar ujaran Koo Ryeon.
Hal itu langsung membuat Yu Hwa makin
histeris.
Di dunia nyata, ambulans yang membawa Yu Hwa
ke rumah sakit malah rusak dan mati di tengah jalan. Untungnya, Jun Woong yang
mengikuti mereka, menyarankan agar mereka naik taksi. Mereka harus bergegas
membawa Yu Hwa ke rumah sakit sebelum semuanya terlambat.
Setelah mendengar apa yang dikatakan Koo Ryeon,
Yu Hwa mulai mau menerima fakta bahwa ini hanyalah mimpi dan fakta kalau
bayinya tidak ada. Koo Ryeon pun akhirnya memberikan kesempatan pada Ryung Gu
untuk bicara pada Yu Hwa, namun dengan waktu terbatas. Ryung Gu memberitahu Yu
Hwa bahwa bayi sudah bisa mendengar dan merasakan apa yang orang tuanya lakukan
untuk mereka sejak di dalam rahim. Hal itu membuat Yu Hwa teringat hari-hari
bahagiannya bersama suaminya, dari pertama kali mereka tahu bahwa Yu Hwa hamil
hingga ke saat-saat mereka mempersiapkan semua kebutuhan Lebah Madu.
“Semua hal indah yang kau katakan padanya. Dia
akan mengingat itu semua. Karena kau ibunya. Lebah Madu juga akan mengawasimu. Melihat
ibu mereka sedih, juga sama beratnya untuk anak-anak. Melihat orang yang sangat
mencintai mereka merana dan menderita. Jadi, berhentilah merasa bersalah dan
ikhlaskan Lebah Madu,” ujar Ryung Gu.
“Bagaimana jika seiring berjalannya waktu aku
melupakan rupa Lebah Madu? Aku adalah ibunya. Aku tidak boleh melupakannya.”
“Tidak peduli berapa lama aku hidup, aku tidak
akan pernah sepenuhnya memahami cinta orang tua kepada anak mereka. Namun lebih
dari siapa pun, aku mengerti perasaan anak yang peduli dan mencemaskan orang
tuanya. Jadi, aku tahu yang dirasakan Lebah Madu saat mengawasimu. Kau
melakukan segala yang kau bisa untuk melindungi anakmu. Jangan merasa bersalah.
Kumohon. Tetaplah hidup.”
Sementara itu, di dunia Nyata, Yu Hwa sudah
tiba di UGD. Di luar ruang UGD, Jun Woong dengan cemas menunggu Koo Ryeon dan Ryung
Gu.
Untunglah, semua berakhir dengan baik. Yu Hwa
sadar. Ryung Gu dan Koo Ryeon juga keluar tepat waktu. Suami Yu Hwa yang
mendengar kabar istrinya masuk rumah sakit, juga bergegas kembali. Dia sangat
mencemaskan Yu Hwa.
“Sejujurnya, selama ini begitu berat untukku. Aku
diam-diam membencimu karena sepertinya hanya aku yang terluka dan mengalami
kesulitan. Aku bertanya-tanya bagaimana kau mengikhlaskan Lebah Madu dengan
mudahnya. Jadi aku pun juga berpura-pura semua baik-baik saja. Namun, itu hanya
membuatku merasa semakin hampa. Meskipun seharusnya kita saling bergantung satu
sama lain,” jujur Yu Hwa, mengenai perasaannya.
--
Setelah kondisi Yu Hwa membaik, dia dan
suaminya memutuskan pergi ke pantai untuk menulis pesan di pasir pantai. Yu Hwa
ingat di dalam mimpinya, seorang pemuda bilang kalau menulis pesan di pasir
pantai, pesan itu akan sampai ke Alam Baka. Pemuda yang dibicarakannya adalah
Ryung Gu. Setelah melakukan itu, perasaan Yu Hwa menjadi lebih ringan.
Ketika suaminya pergi untuk membelikannya
minuman, Ryung Gu menampakkan dirinya di hadapan Yu Hwa. Untuk kali ini, tujuan
Ryung Gu menemui Yu Hwa untuk meluapkan perasan rindu dan mengungkapkan rasa
bersalah yang selama ini dirasakannya. Karena itu, menggunakan kekuatannya, dia
menunjukkan Yu Hwa kehidupan masa lalunya. Saat ingat mengenai kehidupa masa
lalunya dan bahwa yang ada di hadapannya adalah putranya di kehidupan lampau,
Ryung Gu, air mata Yu Hwa menetes. Dia membelai wajah Ryung Gu dengan lembut
sambil tersenyum.
“Ibu selalu penasaran seperti apa rupa putraku
saat dia tumbuh dewasa. Kau tumbuh lebih baik dari yang ibu bayangkan.”
“Aku menyesalinya setiap saat, setiap hari. Saat
itu, aku masih sangat kecil. Kalau saja aku bisa mencabut belati yang
kutancapkan ke hatimu… Setiap saat, setiap hari, aku berdalih atas sikapku dan
menyesalinya. Karena itu aku menjadi Malaikat Maut. Untuk bertemu denganmu, meski
hanya sebentar. Aku tak dapat mengerti Ibu karena aku masih terlalu muda saat
itu. Maafkan aku. Aku tak bermaksud mengatakan itu. Tak pernah sekali pun, aku
menyesal terlahir sebagai putramu,” tangis Ryung Gu.
“Anakku. Seandainya ibu… kembali lagi ke saat
itu, ibu akan tetap melahirkanmu dan hidup sebagai ibumu. Maafkan ibu telah
meninggalkanmu untuk tumbuh besar sendiri. Maafkan ibu, Ryung-gu. Meski tak
berhak mengatakan ini, namun ibu sangat merindukanmu, Anakku.”
“Aku juga sangat merindukan Ibu. Aku baik-baik
saja. Jadi, lupakan luka hati dari masa lalu dan kali ini hiduplah dengan
bahagia. Takdir yang mengaitkan Ibu dan aku tak akan pernah mempertemukan kita
lagi. Ingatan ini pun akan segera menghilang. Namun, benang takdir Ibu dan
Lebah Madu belum putus, dan kalian akan segera bertemu lagi. Jadi, Ibu tak
perlu terlalu khawatir. Aku akan melindungimu di kehidupan ini, kehidupan
berikutnya, begitu pun setelahnya,” janji Ryung Gu.
“Tak ada orang tua di dunia yang akan diam
saja melihat anak mereka mengorbankan hidup untuk mereka. Belum terlambat untuk
berhenti jadi Malaikat Maut dan…”
“Aku punya cukup alasan. Karena Ibu sudah
memberiku kehidupan sebagai hadiah. Terima kasih. Ibu.”
Setelah mengatakan semua yang dipendamnya
selama ini, Ryung Gu pun pergi . Seiring dengan kepergiannya, Yu Hwa pun
melupakan apa saja yang dibicarakannya dan ingatan mengenai kehidupan
lampaunya.
--
Setelah masalah Ryung Gu dan Ibunya selesai,
Jun Woong dan Koo Ryeon pun mengajaknya minum bersama. Diam-diam, Koo Ryeon
memeriksa ponselnya. Ternyata, aplikasi the Reg Light sudah di update lagi dan
bisa menunjukkan tingkat energi negatif Malaikat Maut. Sebelumnya, tingkat
energi negatif Ryung Gu cukup tinggi tapi sekarang, sudah turun hingga ke
tingkat yang aman. Karna semua sudah membaik, Jun Woong pun memberikan sebuah
flashdisk ke Ryung Gu. Di dalamnya ada contoh surat permintaan maaf dengan
format terbaru yang bisa dijadikan Ryung Gu sebagai contoh membuat surat
permintaan maaf karna sudah menunjukkan kehidupan masa lalu Ibunya tanpa
melapor ke atasan.
Yap, Ryung Gu akan kembali ke tim MR.
Keputusan itu diterima sama Koo Ryeon dan Jun Woong.
--
Hari ini, Koo Ryeon menemui Kaisar Giok.
Kaisar Giok memberitahu kalau kemarin mereka baru saja mengawal seorang anak
perempuan yang meninggal dalam kecelakaan. Dalam kecelakaan itu, anaknya
meninggal sementara Ibunya selamat. Si Ibu akan membenci dirinya karena selamat
dan hidup dalam penyesalan seumur hidup. Dia telah memasukkan si Ibu ke dalam
daftar pantauan tim MR. Dia juga akan mampir sesekali untuk melihat keadaannya,
namun dia juga mau tim MR mengawasinya juga. Pastikan si Ibu menjalani hidup
dengan baik sampai ajalnya, agar mereka (Ibu dan anak) bisa bertemu di
kehidupan berikutnya.
“Luka sedalam itu akan butuh lebih dari satu
reinkarnasi untuk bisa sembuh. Semakin dalam penyesalan dan luka, butuh semakin
banyak kehidupan untuk menghapusnya,”
ujar Kaisar Giok.
Saat dia mengatakan itu, pas dengan kedatangan
Joong Gil. Dia mau memberikan Joong Gil hadiah bunga untuk mengatasi insomnia.
Namun, Joong Gil merasa ada maksud lain dalam ucapan Kaisar Giok, terutama yang
tentang luka dalam yang butuh lebih dari satu reinkarnasi untuk sembuh. Apa itu
ada hubungannya dengan mimpi buruknya? Dia mau tahu apa yang terjadi kepadanya
hingga membuatnya begitu kesulitan.
“Aku tidak tahu. Karena kau satu-satunya yang
menjalani hidupmu. Apakah itu karma yang harus kau tebus atau luka yang harus
kau sembuhkan. Kau lebih mengetahuinya,” jawab Kaisar Giok.
Jawaban yang tidak memuaskan Joong Gil
sehingga dia memutuskan pergi ke area penyimpanan data di Jumadeung. Dia ingin melihat data kehidupan masa lalu
seseorang. Tapi, karena tidak bisa tanpa izin dari Kaisar Giok, dia pun meminta
data mengenai kehidupan masa lalunya. Ketika dicari, ada hal aneh. Joong
Gil bisa melihat kehidupannya sebelum
ini, namun, kehidupan yang terdahulu terkunci.
“Ini tidak biasa, satu-satunya orang yang bisa
melihat ini hanyalah Direktur.”
“Kenapa begitu?”
“Karena Direktur yang menguncinya.”
“Sebentar. Adakah Malaikat Maut lain yang
kehidupan sebelumnya juga dikunci?”
“Ada satu lagi. Bu Koo Ryeon,” jawab petugas.
=-T O M O R R O W-=
Epilog,
Beberapa orang anak-anak dikumpulkan di
ruangan Kaisar Giok. Mereka adalah anak-anak yang akan dilahirkan ke dunia. Dan
sebelum mereka reinkarnasi ke dunia Fana, Kaisar Giok menunjukkan surat-surat
orang tua mereka.
Salah satunya adalah surat Yu Hwa untuk Lebah Madu.
Lebah
Madu. Kau adalah berkah dan kebahagiaan kami. Ibu dan Ayah akan membuat bunga
yang indah dan menunggumu. Bisakah kau terbang ke arah kami lagi? Mari bertemu
kembali.
“Siapa Lebah Madu?”
“Aku!” jawab seorang anak perempuan yang manis.